Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Sabtu, 03 November 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 023

KGK hari ke 23

Versi Bahasa Indonesia


Kebebasan iman 

160. Supaya iman itu manusiawi, "manusia wajib secara sukarela menjawab Allah dengan beriman; maka dari itu, tak seorang pun boleh dipaksa melawan kemauannya sendiri untuk memeluk iman.  [1738] Sebab pada hakikatnya kita menyatakan iman kita dengan kehendak yang bebas" (DH 10). [2106] "Allah memanggil manusia untuk mengabdi diri-Nya dalam roh dan kebenaran. Maka ia juga terikat dalam suara hati, tetapi tidak dipaksa... Adapun itu nampak paling unggul dalam Kristus Yesus" (DH 11). Kristus memang mengundang untuk beriman dan bertobat, tetapi sama sekali tidak memaksa. "Sebab Ia memberi kesaksian akan kebenaran, tetapi tidak mau memaksakannya kepada mereka yang membantahnya. Kerajaan-Nya tidak dibela dengan menghantam dengan kekerasan, tetapi dikukuhkan dengan memberi kesaksian akan kebenaran serta mendengarkannya. Kerajaan itu berkembang karena cinta kasih, cara Kristus yang ditinggikan di salib menarik manusia kepada diri-Nya" (DH 11). [616]   Perlunya Iman

161. Percaya akan Yesus Kristus dan akan Dia yang mengutus-Nya demi keselamatan kita adalah perlu supaya memperoleh keselamatan.  [432,  1257]  "Karena tanpa iman tidak mungkin orang bekenan kepada Allah (Ibr 11:6) dan  sampai kepada persekutuan anak-anak-Nya, maka tidak pernah seorang pun dibenarkan tanpa Dia, dan seorang pun tidak akan menerima kehidupan kekal, kalau ia tidak 'bertahan sampai akhir' (Mat 10:22; 24:13) dalam iman" (Konsili Vatikan I, DS 3012) [846]

Ketabahan dalam iman

162. Iman adalah satu anugerah rahmat yang Allah berikan kepada manusia. Kita dapat kehilangan anugerah yang tak ternilai itu. [2089] Santo Paulus memperingatkan Timotius mengenai hal itu: "Hendaklah engkau memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni. Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka" (1 Tim 1:18-19). Supaya dapat hidup dalam iman, dapat tumbuh  dan dapat bertahan sampai akhir, kita harus memupuknya dengan Sabda Allah dan minta kepada Tuhan supaya menumbuhkan iman itu. Ia harus "bekerja oleh kasih" (Gal 5:6), ditopang oleh pengharapan6  dan berakar dalam iman Gereja. [1037, 2016, 2573, 2849]


Iman - awal kehidupan abadi 

163. Iman membuat kita menikmati sebelumnya kegembiraan dan cahaya pandangan Allah yang menyelamatkan, yang adalah tujuan dari perjalanan duniawi kita. Lalu kita akan melihat Allah "dari muka ke muka" (1 Kor 13:12)  [1088]  "dalam keadaannya yang sebenarnya" (1 Yoh 3:2). Dengan demikian iman adalah awal kehidupan abadi.  "Kita mengharapkan kenikmatan dari hal-hal yang dijanjikan kepada kita karena rahmat. Kalau kita memandangnya dalam iman sebagai dalam cermin, hal-hal itu sudah hadir bagi kita" (Basilius, Spir, 15, 36)
 
164. Tetapi sekarang kita hidup "berdasarkan iman kepada Kristus, bukan berdasarkan apa yang kelihatan" (2 Kor 5:7), dan kita melihat Allah sebagai bayangan yang kabur bagaikan dalam cermin.  Iman diterangi oleh Allah kepada-Nya iman itu ditujukan; namun ia sering dihayati dalam kegelapan. Iman dapat diuji atas cara yang berat. [2846] Dunia, di mana kita hidup, rupanya masih sangat jauh dari apa yang dijamin oleh iman bagi kita.  [309]  Pengalaman mengenai yang jahat dan kesengsaraan, ketidakadilan dan kematian, rupa-rupanya bertentangan dengan kabar gembira.  [1502, 1006] Mereka dapat menggoyahkan iman dan dapat menjadi percobaan baginya.


165. Lalu kita perlu berpaling kepada saksi-saksi iman: Abraham, yang terus saja "berharap dan percaya meskipun tidak ada dasar untuk berharap lagi" (Rm 4:18); Perawan Maria yang "maju dalam ziarah iman" (LG 58) malahan masuk "dalam kegelapan iman" (RM 18),  [2719]  dengan mengambil bagian dalam kesengsaraan dan kegelapan makam Puteranya dan masih banyak lagi saksi-saksi iman: "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan" (Ibr 12:1-2).




Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 23

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section1:"I Believe" — "We Believe" (26 - 184)
Chapter3:Man's Response to God (142 - 184)
Article1:I Believe (144 - 165)
III. THE CHARACTERISTICS OF FAITH
The freedom of faith
160     To be human, "man's response to God by faith must be free, and... therefore nobody is to be forced to embrace the faith against his will. The act of faith is of its very nature a free act." "God calls men to serve him in spirit and in truth. Consequently they are bound to him in conscience, but not coerced... This fact received its fullest manifestation in Christ Jesus." Indeed, Christ invited people to faith and conversion, but never coerced them. "For he bore witness to the truth but refused to use force to impose it on those who spoke against it. His kingdom... grows by the love with which Christ, lifted up on the cross, draws men to himself."
The necessity of faith
161     Believing in Jesus Christ and in the One who sent him for our salvation is necessary for obtaining that salvation. "Since "without faith it is impossible to please [God]" and to attain to the fellowship of his sons, therefore without faith no one has ever attained justification, nor will anyone obtain eternal life 'But he who endures to the end.'"
Perseverance in faith
162     Faith is an entirely free gift that God makes to man. We can lose this priceless gift, as St. Paul indicated to St. Timothy: "Wage the good warfare, holding faith and a good conscience. By rejecting conscience, certain persons have made shipwreck of their faith." To live, grow and persevere in the faith until the end we must nourish it with the word of God; we must beg the Lord to increase our faith; it must be "working through charity," abounding in hope, and rooted in the faith of the Church.
Faith — the beginning of eternal life
163     Faith makes us taste in advance the light of the beatific vision, the goal of our journey here below. Then we shall see God "face to face", "as he is". So faith is already the beginning of eternal life:
When we contemplate the blessings of faith even now, as if gazing at a reflection in a mirror, it is as if we already possessed the wonderful things which our faith assures us we shall one day enjoy.
164     Now, however, "we walk by faith, not by sight"; we perceive God as "in a mirror, dimly" and only "in part". Even though enlightened by him in whom it believes, faith is often lived in darkness and can be put to the test. The world we live in often seems very far from the one promised us by faith. Our experiences of evil and suffering, injustice and death, seem to contradict the Good News; they can shake our faith and become a temptation against it.
165     It is then we must turn to the witnesses of faith: to Abraham, who "in hope... believed against hope"; to the Virgin Mary, who, in "her pilgrimage of faith", walked into the "night of faith" in sharing the darkness of her son's suffering and death; and to so many others: "Therefore, since we are surrounded by so great a cloud of witnesses, let us also lay aside every weight, and sin which clings so closely, and let us run with perseverance the race that is set before us, looking to Jesus the pioneer and perfecter of our faith."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar