Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Jumat, 16 November 2018

Tritunggal Mahakudus dalam ajaran iman Katolik

Untuk memahami ajaran ini, kita akan mengikuti apa yang ditulis dalam Katekismus Gereja Katolik.

249.   Kebenaran wahyu mengenai Tritunggal Maha Kudus, sejak awal adalah dasar pokok iman Gereja yang hidup, terutama karena Pembaptisan. Ia terungkap dalam syahadat Pembaptisan yang dirumuskan dalam khotbah, katekese, dan doa Gereja. [683, 189] Rumusan-rumusan yang demikian itu sudah ada dalam tulisan-tulisan para Rasul, seperti salam yang diambil alih ke dalam perayaan Ekaristi: "Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian" (2 Kor 13:13)[1]
250.  Selama abad-abad pertama Gereja berusaha merumuskan iman Tritunggal dengan lebih rinci, untuk memperdalam pengertian iman dan untuk membelanya melawan ajaran yang menyesatkan. [94] Itulah karya konsili-konsili pertama yang ditopang oleh karya teologis dari para bapa Gereja dan didukung oleh kesadaran iman umat Kristen.
251.   Untuk merumuskan dogma Tritunggal, Gereja harus mengembangkan terminologi yang tepat dengan bantuan istilah-istilah filsafat - "substansi", "pribadi" atau "hupostasis", "hubungan". Dengan demikian ia tidak menaklukkan iman kepada kebijaksanaan manusiawi, tetapi memberi kepada istilah-istilah itu satu arti baru yang belum diketahui sebelumnya, sehingga mereka mampu mengungkapkan misteri yang tak terucapkan itu, [170] yang "jauh melampaui segala sesuatu yang kita mengerti dengan cara manusiawi" (SPF 2).
252.  Gereja mempergunakan gagasan "substansi" (kadang-kadang diterjemahkan juga dengan "hakikat" atau "kodrat") untuk menyatakan kodrat ilahi dalam kesatuannya; gagasan "pribadi" atau "hupostasis" untuk menyatakan Bapa, Putera, dan Roh Kudus dalam perbedaan-Nya yang real satu dari yang lain; gagasan "hubungan" untuk mengatakan bahwa perbedaannya terletak dalam hubungan timbal balik antara ketiganya.

253. Tritunggal adalah satu. Kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi: "Tritunggal yang sehakikat" (Konsili Konstantinopel II 553: DS 421). [2789] Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa. Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah menurut kodrat" (Sinode Toledo XI 675: DS 530). [590] "Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, yakni substansi, hakikat, atau kodrat ilahi" (K. Lateran IV 1215: DS 804).
254.   Ketiga Pribadi ilahi berbeda secara real satu dengan yang lain. Allah yang satu bukanlah "seakan-akan sendirian" (Fides Damasi: DS 71). "Bapa", "Putera", "Roh Kudus", bukanlah hanya nama-nama yang menyatakan cara-cara berada berbeda dari hakikat ilahi, karena, mereka secara real berbeda satu dengan yang lain: "Bapa tidak sama dengan Putera, Putera tidak sama dengan Bapa, Roh Kudus tidak sama dengan Bapa dan Putera"(Sin. Toledo XI 675: DS 530). [468, 689] Masing-masing berbeda satu dengan yang lain oleh hubungan asalnya: Adalah "Bapa yang melahirkan, dan Putera yang dilahirkan dan Roh Kudus yang dihembuskan" (K. Lateran IV 1215: DS 804). Kesatuan ilahi bersifat tritunggal.
255.  Ketiga Pribadi ilahi berhubungan satu dengan yang lain. Karena perbedaan real antar Pribadi itu tidak membagi kesatuan ilahi, maka perbedaan itu hanya terdapat dalam hubungan timbal balik: "Dengan nama-nama pribadi, yang menyatakan satu hubungan, maka Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dihubungkan dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya: Walaupun mereka dinamakan tiga Pribadi seturut hubungan mereka, namun mereka adalah satu hakikat atau substansi, demikian iman kita" (Sin.Toledo XI 675: DS 528). [240] Dalam mereka "segala-galanya... satu, sejauh tidak ada perlawanan seturut hubungan" (K. Firenze 1442: DS 1330). "Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus seluruhnya ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Putera" (ibid., DS 1331).
256.  Santo Gregorius dari Nasiansa, yang dinamakan juga "sang teolog", menyampaikan rumusan berikut tentang iman Tritunggal kepada para katekumen Konstantinopel: [236, 684]
"Peliharalah terutama warisan yang baik ini, untuknya aku hidup dan berjuang, dengannya aku mau mati dan yang menyanggupkan aku memikul segala kemalangan dan menolak segala hiburan: ialah pengakuan iman akan Bapa dan Putera dan Roh Kudus. [84] Aku mempercayakannya hari ini kepada kalian. Di dalam pengakuan itu aku akan mencelupkan kamu pada saat ini ke dalam air dan mengangkat kembali dari dalamnya. Aku memberikan pengakuan itu kepada kalian sebagai pendamping dan pengawal seluruh kehidupan kalian. Aku memberikan kepada kalian ke-Allah-an dan kekuasaan yang satu, yang sebagai satu berada dalam tiga dan mencakup Ketiga itu atas cara yang berbeda-beda. Satu ke-Allah-an tanpa ketidak-samaan menurut substansi atau hakikat, tanpa derajat lebih tinggi yang meninggikan atau derajat lebih rendah yang merendahkan... Itulah kesamaan hakikat yang tidak terbatas dari Ketiga yang tidak terbatas. Allah seluruhnya, tiap-tiapnya dilihat dalam diri sendiri... Allah sebagai yang tiga dilihat bersama-sama... Baru saja aku mulai memikirkan kesatuan, muncullah sudah Tritunggal dalam kemegahan-Nya. Baru saja aku mulai memikirkan Tritungggal, langsung saya disilaukan kesatuan" (or. 40, 41).

Dalam 8 (delapan) poin yang tertera dalam Katekismus Gereja Katolik di atas, iman kita terhadap Allah Tritunggal Mahakudus tergambarkan. Tentu saja untuk bisa memahaminya butuh ketekunan dan ketelitian serta bantuan Roh Kudus untuk bisa mengertinya dengan baik.

Banyak penentang-penentang iman akan Tritunggal Mahakudus ini mengatakan bahwa iman akan Allah Tritunggal ini adalah karangan atau ciptaan tokoh-tokoh gereja yang tidak diajarkan oleh Kitab Suci sendiri. Benarkah demikian ?

Mari kita gali bersama-sama dan mohon bantuan Allah sendiri untuk memberi kita pengertian yang benar menyangkut hal tersebut.
  1. Dalam KGK no 249 diberikan salah satu ayat yang mencerminkan hal tersebut :                "Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian" (2 Kor 13:13).                                                                                  Penyebutan Roh Kudus dalam ayat di atas, dimana namanya dihubungkan dengan kata penghubung "dan. . . dan" adalah bukti bahwa ada Pribadi Ketiga yang ber-koordinasi dengan Allah dan Yesus, dan ini menunjukkan bahwa Roh Kudus dan dua pribadi lain bersatu.               
  2. Berikut dari :                                                                                                                                                                                                                                                                                             ( Mat 28:19 ) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,                                                                                                                                                                                                                                Matthew 28:19 Go, therefore, make disciples of all nations; baptise them in the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit,                                                                                                                                                                                                                                            Frase "dalam nama" (bahasa Yunaninya adalah eis to onoma) mengkonfirmasi ke-Allah-an dari pribadi-pribadi dan kesatuan mereka dalam kodrat. Diantara para umat Yahudi (ie. penganut Yudaisme) dan dalam Gereja Rasuli, nama Ilahi adalah perwalian dari Allah. Dia yang punya hak untuk menggunakannya (nama Ilahi) diberi kekuasaan yang sangat besar: karena dia bersenjatakan kuasa adikodrati (supernatural) dari dia yang namanya diwakilkan. Adalah sangat menakjubkan bahwa frase "dalam nama" dipergunakan disini, kalau tidak dimaksudkan bahwa semua Pribadi sama-sama Ilahi. Terlebih, penggunaan bentuk kata tunggal "nama," (bukan nama-nama/names) dan yang bukan kata jamak, menunjukkan bahwa Tiga Pribadi ini adalah Satu Allah yang Maha Kuasa yang dipercayai semua Rasul. Dan memang ke-esa-an Allah adalah satu ciri fundamental dari orang Ibrani dan agama Kristen, dan dikonfirmasi oleh banyak perikop dari Alkitab, sehingga sembarang penjelasan yang tidak konsisten dengan ajaran ini (ie. ajaran akan ke-esa-an Allah) sama sekali tidak bisa diterima. 
Dua contoh ayat di atas adalah bukti bahwa Bapa dan Putera dan Roh Kudus, yakni Allah kita termaktub dalam Alkitab. Dan bukanlah karangan tokoh-tokoh Gereja setelah zaman para rasul. Mari kita perjelas dengan uraian di bawah ini.

Sebutan Trinitas (inilah istilah yang diberikan dan dipopulerkan oleh Tertulianus) muncul karena adanya ajaran-ajaran tentang Allah, Yesus dan Roh Kudus sbb :
  1. Arianism adalah bidaah/ heresi yang sangat berbahaya, di awal abad ke -4 (319) karena mengajarkan ajaran sesat dalam hal Trinitas dan Kristologis. Bidaah ini diajarkan oleh Arius, seorang imam dari Alexandria, yang ingin menyederhanakan misteri Trinitas. Ia tidak bisa menerima bahwa Kristus Sang Putera Allah berasal dari Allah Bapa, namun sehakekat dengan Bapa. Maka Arius mengajarkan bahwa karena Yesus ‘berasal’ dari Bapa maka mestinya Ia adalah seorang ciptaan biasa, namun ciptaan yang paling tinggi. Arius tidak memahami bahwa di dalam satu Pribadi Yesus terdapat dua kodrat, yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia. Berikut ini adalah ringkasan ajaran sesat/ heresi Arianism:
  • Kristus Sang Putera tidak sama-sama kekal (tak berawal dan berakhir) dengan Bapa, melainkan mempunyai sebuah awal
  • Kristus Sang Putera tidak sehakekat dengan Allah Bapa.
  • Allah Bapa secara tak terbatas lebih mulia dari pada Kristus Sang Putera.
  • Kristus Sang Putera adalah seorang ciptaan, yang diciptakan dari sesuatu yang tidak ada, berupa kodrat malaikat (super-archangel) yang tidak sehakekat  dengan Allah Bapa.
  • Tuhan bukan Trinitas secara kodratnya.
  • Kristus Putera Allah bukan Putera Allah secara kodrati, tetapi Putera angkat.
  • Kristus Putera Allah diciptakan dengan kehendak bebas Allah Bapa.
  • Kristus Putera Allah tidak tanpa cela, tetapi dapat secara kodrati berubah/ berdosa.
  • Kristus Putera Allah tidak dapat memahami Allah Bapa.
  • Jiwa dari Kristus Putera Allah yang sudah ada sebelumnya (dari super archangel tersebut) mengambil tempat jiwa manusia dalam kemanusiaan Yesus.
  • Maka menurut Arius, Kristus adalah bukan sungguh-sungguh Allah, namun juga bukan sungguh-sungguh manusia (sebab jiwanya bukan jiwa manusia). Sebagai dasarnya Arius mengambil ayat Yoh 1:14, “Firman itu menjadi manusia/ “the Word was made flesh”, dan ia berkesimpulan bahwa Firman itu hanya menjelma menjadi daging saja tetapi tidak jiwanya. Prinsip ini kemudian juga diikuti oleh Apollinaris (300-390).
Ajaran sesat ini diluruskan melalui Konsili Nicea (325) yang dihadiri oleh sekitar 300 uskup. Ajaran Arius ini dikecam, dan dianggap sebagai inovasi radikal.  Maka dibuatlah suatu pernyataan Credo, untuk mempertahankan ajaran para rasul, yaitu Kristus adalah “sehakekat dengan Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar.” Pada waktu penandatanganan ajaran ini, hampir semua dari para uskup tersebut setuju, hanya terdapat 17 uskup yang enggan bersuara, namun kenyataannya hanya 2 orang uskup yang menolak, ditambah dengan Arius sendiri.
Konsili Nicea ini sering disalah mengerti oleh umat non-Kristen, sebab mereka menyangka bahwa baru pada tahun 325 Yesus dinobatkan sebagai Tuhan. Ini salah besar, sebab pernyataan Kristus sehakekat dengan Allah tersebut dibuat untuk meluruskan ajaran sesat Arianism dan untuk menegaskan kembali iman Gereja yang berasal dari pengajaran para rasul. Maka kita mengenal pernyataan itu sebagai “Syahadat Para Rasul”, karena memang dalam syahadat tersebut tercantum pokok-pokok iman yang diajarkan oleh para rasul.
Perjuangan melawan bidaah Arianism kemudian dilanjutkan oleh St. Athanasius (296-373). Ajaran St. Athanasius yang terkenal adalah bahwa kalau Kristus mempunyai awal mula, maka artinya ada saat bahwa Allah Bapa bukan Allah Bapa, dan di mana Allah Bapa tidak punya Sabda ataupun Kebijaksanaan….Ini jelas bertentangan dengan Wahyu Allah dan akal sehat. “Sebab jika Allah Bapa itu kekal, tak berawal dan tak berakhir maka Sabda-Nya dan Kebijaksanaan-Nya pasti juga kekal, tak berawal dan berakhir.” ((Nicene and Post-Nicene Fathers [NPNF] 4:311))
Bidaah ini tidak menyebutkan secara khusus tentang Roh Kudus dan menghubungkannya dengan malaikat Gabriel/ Jibril. Namun melalui sejarah kita mengetahui bahwa sudah sejak abad awal ada orang-orang yang berusaha menyederhanakan konsep Trinitas, dan misteri ke-Allahan dan kemanusiaan Yesus.
Dalam sejarah Gereja, kita mengetahui betapa pentingnya peran Paus dan para uskup untuk mempertahankan kemurnian ajaran Alkitab dan para rasul, yang memang sering disalah-artikan oleh interpretasi pribadi orang-orang tertentu. Semoga kita semua dapat mempunyai kerendahan hati untuk menerima pengajaran dari para penerus rasul dalam Magisterium Gereja Katolik, dan dengan demikian menerima kemurnian pengajaran Alkitab sesuai dengan pengajaran Tuhan Yesus dan para rasul-Nya.
Dahulu pemimpin sekte bidaah itu sebelum memisahkan diri adalah seorang Katolik. Contohnya, Arianisme, didirikan oleh Arius, yang sebelum memisahkan diri adalah seorang diakon di Gereja Timur Katolik di Alexandria. Sekarang dalam banyak denominasi Kristen non- Katolik, mereka dipimpin oleh orang- orang yang tidak pernah menjadi Katolik. Mereka sudah dididik sedemikian selama hidupnya oleh orang tuanya tentang iman mereka, yang walaupun mempunyai banyak persamaan dengan iman Katolik, tetapi tidak sepenuhnya sama; karena tidak mengajarkan keseluruhan ajaran iman seperti yang diturunkan oleh para rasul, seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik.
Dokumen Vatikan II, Unitatis Redintegratio, 2 dan 3, berikut ini adalah kutipannya:
"Untuk mendirikan Gereja-Nya yang kudus itu di mana-mana hingga kepenuhan zaman, Kristus mempercayakan tugas mengajar, membimbing dan menguduskan kepada Keduabelas Rasul. Di antara mereka Ia memilih Petrus. Ia memutuskan untuk membangun Gereja-Nya di atas Petrus sesudah pengakuan imannya. Kepadanya dijanjikan-Nya kunci Kerajaan Sorga. Kepadanya pula, sesudah pernyataan cinta kasihnya, Kristus mempercayakan semua domba-domba-Nya, supaya mereka diteguhkan dalam iman  dan Gembala jiwa-jiwa kita.
Melalui pewartaan Injil yang setia oleh para Rasul serta pengganti-pengganti mereka, yakni para Uskup, diketuai oleh pengganti Petrus, melalui pelayanan Sakramen-Sakramen , dan melalui pembimbingan dalam cinta kasih, Yesus Kristus menghendaki umat-Nya berkembang berkat karya Roh Kudus, serta menyempurnakan persekutuannya dalam kesatuan: dalam pengakuan satu iman, dalam perayaan bersama ibadat ilahi, dan dalam kerukunan persaudaraan keluarga Allah.
Demikianlah Gereja, kawanan tunggal Allah, bagaikan panji-panji yang dinaikkan bagi bangsa-bangsa, sambil melayani Injil kedamaian bagi segenap umat manusia, berziarah dalam harapan menuju cita-cita tanah air di Sorga

Itulah misteri kudus kesatuan Gereja, dalam Kristus dan dengan perantaraan Kristus, disertai oleh Roh Kudus yang mengerjakan kemacam-ragaman kurnia-kurnia. Pola dan Prinsip terluhur misteri misteri itu ialah kesatuan Allah Tri Tunggal dalam tiga Pribadi Bapa, Putera dan Roh Kudus.

2.  (Hubungan antara saudara-saudari yang terpisah dan Gereja Katolik) 

Di atas sudah dijelaskan yang disebut Arianisme yang merupakan bidaah yang paling besar pengaruhnya. Masih ada ajaran lain, yang serupa. Misalnya, monarkianisme yang mengajarkan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah “penampakan” dari keallahan yang abstrak dan transenden. Serupa dengan itu adalah modalisme, yang membedakan Bapa, Putra, dan Roh Kudus sebagai “cara” Allah menampakkan diri. Modalisme itu juga disebut sabelianisme. Sebelum Arius banyak orang sudah mengajarkan suatu subordinasianisme, yakni bahwa ada tingkatan dalam Allah: Yang sungguh, dengan sepenuhnya Allah, hanyalah Bapa; Putra dan Roh Kudus ada pada taraf yang lebih rendah (jadi bukan Allah dalam arti penuh). Kata Latin persona (seperti kata Yunani prosopon) semula berarti “topeng” (yang dipakai dalam sandiwara dan tarian) dan dengan demikian mengungkapkan sesuatu yang “khusus”, yang “unik”, keistimewaan peran yang mau dimainkan. Di Timur (Yunani) kata itu juga mempunyai arti “wajah”, “penampakan”. Di Barat (Latin) kata persona lebih mendapat arti hukum: subjek yang mempunyai hak dan kewajiban. Kadang-kadang di Timur kata prosopon dapat berarti “subjek”, dengan arti “individu”. Dan berkembanglah arti “penampilan”. Tetapi di Timur tekanan tetap ada pada arti “keunikan”, “kekhususan”. Dengan arti itu kata prosopon juga dipakai untuk membedakan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Tetapi kata yang lebih biasa untuk Tritunggal adalah kata hypostasis, yang dengan lebih jelas mengungkapkan keunikan masing-masing; bukan hanya sebagai penampilan, melainkan sebagai kenyataan objektif yang khusus dalam menghayati keallahan bersama yaitu “hakikat ilahi” (Yunani: ousia; Latin: substantiaessentia). Kekhasan itu adalah perbedaan antara Bapa, Putra dan Roh Kudus, sehingga sebetulnya hanya mau dikemukakan perbedaan atau kekhususan dalam hubungan antara ketiganya. Tetapi Kata hypostasis sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, maka di Barat tetap dipakai kata persona (Yunani: prosopon). Agustinus amat menyadari bahwa kata Latin persona sebetulnya kurang memadai; maka ia menekankan perbedaan dalam hubungan. Kata Yunani hypostasis dan Latin persona kemudian dipakai juga untuk menyatakan bahwa dalam Kristus, kemanusiaan dan keallahan bertemu dalam satu subjek.

3Triteisme : Triteisme yaitu paham yang mengajarkan bahwa orang Kristen percaya kepada TIGA ALLAH: Bapa, Putera, dan Roh Kudus

4. Modalisme: Modalisme digunakan untuk menyebut paham yang mengajarkan bahwa Bapa, Putera, dan Roh Kudus itu hanyalah tiga nama atau tiga cara berbicara mengenai Allah yang sama dalam situasi atau fungsi yang berbeda. Kalau Ia itu Pencipta, maka disebut Bapa, kalau penebus disebut Putera, dan kalau Ia berkarya di dunia dan di dalam hati manusia disebut Roh Kudus.

5, Sub-Ordinatianisme: Paham yang mengajarkan bahwa Bapa adalah Allah yang penuh, sedangkan Putera dan Roh Kudus adalah Allah yang tidak penuh (lebih rendah tingkatannya).


6Adopsianisme: Paham yang mengajarkan bahwa Yesus itu bukanlah Allah, Yesus hanyalah manusia biasa yang diangkat oleh Allah untuk menjadi nabi, Kristus, dan Tuhan.

9. Doketisme: Paham yang mengajarkan bahwa Yesus itu sungguh Allah tetapi Ia tidak sungguh-sungguh manusia. Ia hanya manusia semu.
    10. Monofisistisme: Paham yang diajarkan oleh Eutykes bahwa Yesus mempunyai satu kodrat (physis) saja, yaitu kodrat Allah. Yesus tidak mempunyai kodrat manusia. Ajaran yang benar adalah Yesus mempunyai satu pribadi dua kodrat, yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia, sehingga Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.
      11. Nestorianisme: Yaitu paham yang diajarkan oleh Nestorius (abad IV) bahwa Yesus tidak hanya mempunyai dua kodrat, tetapi juga dua pribadi yaitu pribadi Allah dan pribadi manusia. Yang benar adalah: Yesus mempunyai satu pribadi, satu orangNya.
        12. Pneumatomachi:
        Paham yang mengajarkan bahwa Roh Kudus itu bukan Allah.

        Catatan tambahan : terkadang secara ringkasnArianisme di definisikan sebagai paham yang diajarkan oleh Arius (abad 3) bahwa Yesus itu bukan sungguh Allah dan bukan sungguh manusia, tetapi Yesus itu adalah setengah Allah dan setengah manusia.

        Nah, Bapa-bapa gereja awal dengan adanya paham-paham di atas bekerja keras dan dipimpin oleh Paus (penerus jabatan Petrus) berkumpul dan menjawabnya dengan cara merumuskan kembali apa yang telah diajarkan Yesus ... dan yang diteruskan oleh para rasul, dan dipegang teguh oleh para penerusnya. Gereja menjaga ajaran2 Yesus untuk tidak diselewengkan.

        Dari daftar di atas , kita bisa melihat dengan jelas bahwa :
        - Yesus, Sang Putera abadi atau kekal seperti Bapa.
        - Yesus sehakekat dengan Bapa, sekodrat dengan Bapa
        - Yesus tidak kurang mulia dari Bapa
        - Yesus bukan ciptaan
        - Yesus bukan malaikat
        - Yesus tidak bercela dan tidak berdosa
        - Yesus sepenuhnya Allah dan sepenuhNya manusia
        - Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah satu, bukan tiga ALLAH. (Bapa dalam diriNya memiliki 
          Firman dan Roh Kudus, tidak sesaatpun, Allah tak mempunyai Firman, dan tak sesaat pun Tidak 
          ada RohNya. Sebaliknya tak sesaatpun Firman tak bersama Allah, demikian juga, tak sesaatpun 
          Roh  Kudus tidak bersama Allah )
        - Karena Bapa dan Putera dan Roh Kudus itu satu, tidak ada yang tingkatanNya lebih tinggi atau 
          lebih rendah diantara mereka, atu derajat yang satu lebih rendah satu sama lain, dalam kondisi 
          apapun selalu bersama, karena mereka satu, Bapa, Firman dan RohNya)
        - Roh Kudus adalah Allah
        - Yesus memiliki dua kodrat , kodrat Allah dan Kodrat manusia, memiliki satu pribadi atau hypostasis

        Nah, urutan statement itu yang dipertahankan Gereja. Makanya beberapa ajaran yang menyimpang dari itu, ditentang Gereja.

        Dalam tulisan lanjutan, kita akan membahasnya lebih mendalam.

        Selasa, 21 Agustus 2018

        APA ITU IMAN YANG ILAHi (Divine Faith) ?

        Dalam sebuah debat atau sebuah diskusi agama. Yang mengaku dirinya Kristen yang paling benar. Pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuktikan bahwa imannya yang paling benar.

        Kalau diperhatikan, seringkali mereka akan membuktikan dari :

        a. Alkitab/ Kitab Suci, jika mereka berakar pada protestantism
        b. Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium, jika berasal dari Gereja Katolik Roma.
        c. Sumber-sumber lain yang mereka percayai.

        Sekarang, baiklah kita menelusuri iman seperti apa yang dianut umat katolik seharusnya ? 

        Sebagai dasar di sini di tampilkan bahan dari copy paste website katolisitas.org sbb:

         Iman, berasal dari kata pistis (Yunani), fides (Latin) secara umum artinya adalah persetujuan pikiran kepada kebenaran akan sesuatu hal berdasarkan perkataan orang lain, entah dari Tuhan atau dari manusia. 

        Persetujuan ini berbeda dengan persetujuan dalam hal ilmu pengetahuan, sebab dalam hal pengetahuan, maka persetujuan diberikan atas dasar bukti nyata, bahkan dapat diukur dan diraba, namun perihal iman, maka persetujuan diberikan atas dasar perkataan orang/ pihak lain. Namun  meskipun dari pihak lain, kita dapat yakin akan kebenarannya, sebab ‘pihak’ lain tersebut adalah Allah sendiri. Maka iman yang ilahi (Divine Faith), adalah berpegang pada suatu kebenaran sebagai sesuatu yang pasti, sebab Allah, yang tidak mungkin berbohong dan tidak bisa dibohongi, telah mengatakannya. Dan jika seseorang telah menerima/ setuju akan kebenaran yang dinyatakan Allah ini, maka selayaknya ia menaatinya. (sumber : http://www.katolisitas.org/gereja-katolik-kuno-siapa-bilang/ )

        Sebagai seorang pemeluk Katolik, harus berpegangan terhadap ajaran GerejaNya. Yang tidak hanya berdasarkan pada Kitab Suci saja, melainkan memperhatikan apa yang diajarkan para rasul dalam Tradisi Suci, dan yang terangkum dalam tuntunan Magisterium Gereja.

        Paus Yohanes Paulus II sesaat sebelum peluncuran KGK (Katekismus Gereja Katolik) menyatakan sbb :

        KONSTITUSI APOSTOLIK
         “FIDEI DEPOSITUM”

        BERKENAAN DENGAN PELUNCURAN
        "KATEKISMUS GEREJA KATOLIK"
        YANG DISUSUN SEHUBUNGAN DENGAN KONSILI VATIKAN II
        YOHANES PAULUS II, USKUP
        Pelayan para pelayan Allah
        sebagai kenangan tetap

        Salah satu kalimatnya mengatakan .........

        Wibawa Teks

        "Katekismus Gereja Katolik", yang saya sahkan pada tanggal 25 Juni 1992 dan yang penerbitannya saya tetapkan hari ini berdasarkan jabatan apostolik saya, adalah satu penjelasan iman Gereja dan ajaran Katolik seperti yang disaksikan dan diterangi oleh Kitab Suci, oleh tradisi apostolik dan oleh Wewenang Mengajar Gereja. Saya mengakuinya sebagai alat yang sah dan legitim dalam pelayanan persekutuan Gereja, selanjutnya sebagai norma yang pasti untuk ajaran iman. Semoga ia dapat melayani pembaharuan yang untuknya Roh Kudus tanpa henti-hentinya memanggil Gereja Allah, tubuh Kristus, penziarah di jalan menuju terang Kerajaan abadi.

        Nah copy paste yang saya angkat di atas bukanlah karangan. Itu tertulis resmi dari sumber yang jelas. Artinya bisa diuji dengan membaca teks aslinya.

        Yang penting, sekarang dalam menjelaskan mengenai iman yang katolik, hendaklah menggunakan KGK, yang merupakan penjelasan iman dan ajaran Katolik. KGK ini diterangi oleh Kitab Suci, oleh Tradisi Suci dan Magisterium Gereja.

        Kita akan aman mengungkapkan iman katolik sesuai ajaran Gereja. Bukan penafsiran pribadi.

        Penafsiran pribadi inilah yang akan menimbulkan perpecahan.

        Ini terbukti oleh adanya begitu banyak denominasi yang tersebar di dunia.

        Bagi umat katolik, sebaiknya dalam menafsirkan apa yang dipelajari dari Kitab Suci dianjurkan melihat KGK.

        Selamat menebarkan warta gembira atau Injil.