Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Kamis, 30 September 2021

Pembenaran (Justifikasi) Melalui Iman Saja dan Keselamatan Kekal Abadi Dibantah oleh Kitab Suci

 

Pembenaran (Justifikasi) Melalui Iman Saja dan Keselamatan Kekal Abadi Dibantah oleh Kitab Suci



Yakobus 2:24- “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.

Kebanyakan Protestan percaya bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa orang-orang dibuat benar (dibawa ke dalam suatu keadaan di mana mereka akan diselamatkan) hanya melalui iman saja di dalam Yesus {justification by faith alone}– yaitu, tanpa peduli kelakuan, perbuatan, atau dosa mereka. Banyak dari antara mereka juga percaya bahwa “sekali diselamatkan, selamanya diselamatkan” {once saved, always saved} atau keselamatan kekal abadi {eternal security}: bahwa seorang manusia yang percaya kepada Yesus tidak dapat kehilangan keselamatannya selama-lamanya. Ide-ide ini salah dan bertentangan dengan ajaran Kitab Suci. Mari melihat buktinya. Setelah itu, saya akan menjawab bantahan-bantahan.

Hampir seluruh kutipan dari bagian ini datang dari Terjemahan Baru, yaitu terjemahan Protestan yang terkemuka di Indonesia.

YESUS BERKATA BAHWA ORANG-ORANG HARUS SECARA RADIKAL MEMOTONG HAL-HAL YANG MENUNTUN KEPADA DOSA UNTUK MENGHINDARI NERAKA, BUKAN HANYA PERCAYA

Di Matius bab 5, kita menemukan perumpamaan untuk memotong tangan atau mencungkil mata untuk menghindari Neraka.

Matius 5:29-30- “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu... Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.

Tuhan Yesus mengajarkan untuk menghindari hal-hal yang dapat menuntun seseorang ke dalam dosa berat (artinya: bertindak) karena hal-hal tersebut menuntun orang ke dalam Neraka

Perumpamaan ini, yang jelas-jelas merujuk kepada keharusan untuk menghindari hal-hal yang menuntun kepada dosa – yaitu hal-hal di dalam hidup yang akan menyeret orang-orang kepada pelanggaran kepada Allah – memiliki makna hanya jika dosa dan perbuatan adalah bagian yang menentukan apabila seseorang bisa memperoleh keselamatan. Dengan menjauhi hal-hal yang menyebabkan dosa dan perbuatan-perbuatan buruk, seseorang akan menyelamatkan jiwanya. Dosa-dosa dan perbuatan manusia, maka, adalah bagian dari pembenarannya. Jika seseorang diselamatkan lewat iman saja, perumpamaan ini tidak akan masuk akal sama sekali.

TIDAK SEMUA ORANG YANG BERKATA “TUHAN, TUHAN” MASUK SURGA, TETAPI IA YANG MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH

Matius 7:21-23- “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan!  akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,   melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!

Di sini kita melihat bahwa ia yang “melakukan” kehendak Allahlah yang akan masuk Surga, dan bukan semua yang menganggap bahwa Yesus adalah Tuhan. Lalu Yesus menekankan bahwa seseorang harus melakukan apa yang Ia katakan untuk menjadi milik-Nya.

Matius 7:24-27- “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksanayang mendirikan rumahnya di atas batu... Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Tuhan berkata bahwa seseorang yang mendengar perkataan-Nya tetapi tidak melakukannya, adalah bagaikan orang yang membangun rumah di atas pasir.

Bagaimanakah hal ini bisa lebih jelas lagi? Keselamatan tidak diperoleh lewat iman saja, tetapi dengan mendengarkan kata-kata-Nya dan melakukannya.

ANDA HARUS BERTAHAN SAMPAI AKHIR HAYAT UNTUK DISELAMATKAN

Matius 10:22- “Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”

Ayat ini bertentangan sepenuhnya dengan pandangan Protestan bahwa “sekalinya diselamatkan, selamanya diselamatkan.” Lihat juga Markus 13:13 untuk pesan yang sama.

PAULUS BERKATA BAHWA IA DAPAT DITOLAK

1 Korintus 9:24-27- “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

St. Paulus sendiri berkata bahwa ia dapat “ditolak”. Kata untuk “ditolak” (di 1 Kor. 9:27) diterjemahkan dari bahasa Yunani adokimosAdokimos diterjemakan sebagai “tidak tahan uji” {TB & MILT} / “tertolak” {TL} pada 2 Timotius 3:8 dan “terkutuk” {TB} / “keji” {TL} / “tercela” {MILT} pada Roma 1:28. Hal ini menjelaskan tersesatnya jiwa, para pendosa berat, orang-orang murtad, dan mereka yang di luar keadaan pembenaran atau di luar iman akan Yesus.

Walaupun St. Paulus telah beriman kepada Yesus Kristus, ia tetap melatih dan menguasai tubuhnya (yaitu: bertindak) sebab ia takut bahwa ia mungkin ditolak. St. Paulus percaya bahwa keselamatan tidak datang melalui iman saja, melainkan iman dan perbuatan.

Di 2 Timotius 3:8, kata ini digunakan untuk menggambarkan orang-orang jahat yang “menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji.” {TB}. Tentunya mereka bukanlah orang yang berada di dalam keadaan pembenaran atau berada dalam jalan yang menuju Surga.

Di Roma 1:28, adokimos digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang telah diserahkan kepada dosa-dosa yang najis – sekali lagi, orang-orang yang tidak berada dalam jalan menuju Surga. Adokimos juga ditemukan di berbagai ayat lain, termasuk Titus 1:6, Ibrani 6:8 dan lain-lain. Di setiap ayat, kata ini merujuk kepada orang-orang yang tidak berada dalam jalan menuju Surga, melainkan di luar keadaan pembenaran dan/atau iman sejati.

Dengan mengatakan bahwa ia dapat ditolak (adokimos) tidak diragukan lagi bahwa St. Paulus berkata bahwa ia dapat kehilangan keselamatannya dan terkutuk bersama orang-orang lain yang ditolak. Bukankah St. Paulus adalah seorang beriman sejati yang telah dibenarkan? Tentu saja ya. Maka Kitab Suci mengajarkan bahwa orang-orang beriman sejati tidak dijaminkan keselamatan. Ayat ini menolak ide tentang keselamaan kekal abadi atau “sekali diselamatkan, selalu diselamatkan”.

PENDOSA BERAT, TERMASUK ORANG-ORANG CABUL, PEMABUK, ORANG YANG BERZINA, DSB. TIDAK AKAN MEMPEROLEH SURGA

Galatia 5:19-21- “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

1 Korintus 6:9-11- “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.”

Sebelum berpindah haluan, harus dicatat bahwa menurut St. Thomas Aquinas, “kenajisan” {uncleanness dalam bahasa Inggris - tidak terdapat di Terjemahan Baru, tetapi terdapat di terjemahan MILT} dan “banci” {effeminacy dalam bahasa Inggris} (kedua dosa ini melarang seseorang untuk masuk Surga, menurut ayat-ayat di atas) adalah dosa masturbasi, yang adalah dosa berat (Summa Theologiae, Bag. II-II, Pertanyaan 154, Artikel 11.).

Orang-orang yang mengikuti hawa nafsu mereka atau berbuat cabul (yakni: bertindak) tidak akan mendapatkan bagian di dalam Kerajaan Allah, menurut Kitab Suci. Hal ini bertentangan dengan keselamatan melalui iman saja.

Ayat-ayat ini menjadi masalah besar bagi mereka yang percaya akan pembenaran melalui iman saja dan/atau keselamatan kekal abadi. Kitab Suci mengajarkan bahwa dosa-dosa berat menghancurkan keadaan pembenaran. Ayat-ayat mengajarkan bahwa dosa-dosa berat menempatkan seseorang dalam suatu keadaan di mana mereka akan dicegah masuk Kerajaan Allah. Hal ini bertepatan dengan ajaran Katolik bahwa seorang umat dapat kehilangan keadaan pembenarannya dan terkutuk bila ia melakukan dosa berat (misal. percabulan, mabuk-mabuk, melihat pornografi, dsb) dan mati dalam keadaan tersebut.

Sekarang, mengenai ayat-ayat ini, orang-orang Protestan tidak setuju. Jika semua yang melakukan dosa berat kehilangan keadaan pembenarannya, orang-orang Protestan yang percaya pembenaran melalui iman saja harus mengatakan bahwa tidak ada seorang beriman sejati yang melakukan dosa berat. Jawaban ini tetapi benar, seperti yang kita akan lihat. Terdapat jutaan orang yang menyebut diri mereka “beriman” yang berkata bahwa mereka telah “diselamatkan” oleh iman di dalam Yesus. Tidak terhitung jumlah dari mereka yang mabuk-mabuk, berbuat cabul, menipu, mencuri, dsb. Dalam kata lain, mereka jelas-jelas melakukan dosa berat yang Alkitab katakan, yang menghancurkan keadaan pembenaran.

Betapa banyaknya orang yang masuk Neraka karena mereka melakukan dosa kemabukan! Kemabukan adalah tindakan yang mencegah orang untuk memperoleh Kerajaan Surga.

Karena Kitab Suci jelas-jelas mengatakan bahwa dosa berat menghancurkan pembenaran, para Protestan yang percaya akan pembenaran lewat iman saja terpaksa berargumentasi bahwa semua “umat beriman” tersebut yang melakukan dosa berat bukanlah umat beriman sejati. Mereka harus mengakui bahwa “jaminan” pembenaran/keselamatan yang mereka kira didapatkan lewat “iman saja” adalah sebuah ilusi, sebuah pengelabuhan. Mereka tidak benar-benar memiliki iman “sejati yang menyelamatkan” menurut mereka, walaupun orang-orang ini berpikir sebaliknya (bahwa mereka benar-benar punya).

Bagaimanapun, jawaban ini – bahwa seorang beriman “SEJATI” tidak dapat melakukan dosa berat yang menurut Kitab Suci akan mencegah seseorang untuk memperoleh keselamatan – dibantah oleh ayat berikut yang kita akan lihat. Ayat ini membuktikan bahwa orang-orang yang benar-benar memiliki iman sejati yang “menyelamatkan” dan telah dibenarkan juga dapat melakukan dosa-dosa berat tersebut. Jika mereka melakukannya, mereka akan kehilangan pembenaran {keselamatan}.

EFESUS 5:5-8 MEMBUKTIKAN BAHWA ORANG-ORANG BERIMAN MUNGKIN MELAKUKAN DOSA-DOSA BERAT DAN KEHILANGAN KESELAMATAN MEREKA UNTUK DOSA-DOSA SEMACAM ITU – HAL INI MENGHANCURKAN IDE PEMBENARAN LEWAT IMAN SAJA DAN KESELAMATAN KEKAL ABADI

EFESUS 5:5-8- “Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan AllahJanganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka. Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang.”

Ini adalah ayat yang menarik.

St. Paulus pertama menyebutkan beberapa dosa berat, dan mengatakan bahwa orang-orang yang melakukan hal-hal tersebut tidak akan mendapatkan Kerajaan Allah. Kita melihat hal ini di atas di dalam Galatia 5 dan 1 Korintus 6:9. Seperti yang telah dikatakan, jawaban Protestan yang umum (dan mungkin) untuk hal ini adalah tidak ada umat beriman sejati yang dapat melakukan dosa-dosa tersebut, yang menghancurkan keadaan pembenaran.

Tetapi ayat Efesus 5 di atas jelas-jelas mengajarkan bahwa umat beriman yang telah dibenarkan {diselamatkan} dapat melakukan dosa-dosa berat tersebut. St. Paulus mengingatkan mereka di Efesus 5:7: “Janganlah kamu berkawan dengan mereka”! Maka, para umat beriman mungkin berkawan dengan para pendosa berat! Dan jika ada keraguan bahwa St. Paulus mengikutsertakan umat beriman sejati di dalam peringatan tersebut, ia menyebut orang-orang ini sebagai mereka yang sekarang adalah “terang di dalam Tuhan” (para umat beriman sejati).

Maka, mereka yang adalah “terang di dalam Tuhan” dapat menjadi “kawan” dari para pendosa berat dan berada di dalam dosa-dosa berat yang menghancurkan pembenaran. Hal ini jelas-jelas menolak pembenaran melalui iman saja dan “sekali diselamatkan, selalu diselamatkan.” Jangan kamu disesatkan oleh kata-kata yang hampa seperti “pembenaran {keselamatan} lewat iman saja”!

MANUSIA DAPAT MENGIKUTI JALAN YESUS LALU BERBALIK DAN JATUH

2 Petrus 2:20-22- “Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya."

Ayat ini mengemukakan bahwa orang-orang yang telah dibenarkan dapat kehilangan pembenaran mereka lewat dosa-dosa. Hal ini adalah bukti yang jelas tentang ajaran Katolik tentang pembenaran. Beberapa orang mungkin mencoba untuk berargumentasi bahwa ia hanya berbicara tentang orang-orang yang telah mengenal Injil, bukan mereka yang benar-benar percaya Injil. Hal ini tidak masuk akal. Ayat tersebut berkata bahwa orang-orang ini yang “telah mengenal jalan kebajikan” dan “lepas dari kecemaran dunia”. Seseorang tidak bisa lepas dari kecemaran dunia hanya dengan mendengarkan Injil.

Bahasa St. Petrus menggambarkan seseorang yang berjalan di dalam jalan pembenaran lalu berbalik badan. Itulah mengapa 2 Petrus 2:23 membandingkan orang ini dengan seekor babi yang telah mandi (yaitu dibenarkan {diselamatkan}) lalu kembali ke lumpur lagi! Inilah juga mengapa, di dalam ayat-ayat lebih awal di bab yang sama, sebuah rujukan dibuat kepada malaikat-malaikat yang telah berdosa dan kehilangan pembenaran mereka. St. Petrus benar-benar menekankan hal ini.

PARA MALAIKAT, YANG PADA SUATU KETIKA DIBENARKAN, KEHILANGAN PEMBENARAN MEREKA LEWAT DOSA

2 Petrus 2:4- “...Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman.”

Para malaikat diciptakan di dalam keadaan pembenaran, tetapi mereka berdosa berat, kehilangan keadaan pembenaran mereka, dan dicampakkan ke dalam Neraka. Ayat-ayat ini benar-benar bertentangan dengan pandangan Protestan tentang pembenaran.

Allah tidak menyayangkan malaikat yang kehilangan keadaan pembenaran mereka

ALLAH ADALAH POKOK KESELAMATAN ABADI BAGI MEREKA YANG “TAAT” KEPADANYA

Ibrani 5:9- “dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia [Yesus] menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.”

Keselamatan tidak datang lewat iman saja.

PARA UMAT BERIMAN DAPAT JATUH – TANDA TITIK!

Ibrani 6:4-6- “Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.”

Ayat ini menunjukkan jelas-jelas bahwa orang-orang beriman yang “pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus” dapat jatuh dari keadaan pembenaran. rujukan tentang “tidak mungkin” bahwa orang-orang tersebut harus diperbarui lagi untuk kembali ke keadaan tersebut merujuk kepada karunia awal pembaptisan, lewat mana mereka pertama dibersihkan dari dosa. Mereka tidak bisa dibaptis lagi, tetapi bahkan dosa-dosa berat dapat diampuni dalam Sakramen Pengakuan Dosa (Yohanes 20:23). Ayat ini menghancurkan – memusnahkan secara total – teologi Protestan tentang “sekali diselamatkan, selalu diselamatkan”.

ORANG-ORANG BERIMAN DAPAT DIKUTUK UNTUK DOSA-DOSA MEREKA SETELAH MENGETAHUI KEBENARAN – MAKA MENGHANCURKAN “LEWAT IMAN SAJA”

Ibrani 10:26-27- “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.”

Di dalam kitab yang sama dan dengan nada bicara yang sama seperti peringatan sebelumnya (Ibrani 6:4-6) ayat ini mengatakan bahwa mereka yang memiliki iman – St. Paulus menyebut orang-orang ini sebagai “kita” – dapat kehilangan keselamatan akibat dari dosa-dosa yang disengaja.

TANPA KESUCIAN, TIADA ORANG DAPAT MELIHAT TUHAN

Ibrani 12:14- “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.

Ayat ini mengajarkan bahwa pembenaran yang dibutuhkan untuk keselamatan adalah penyucian: kesucian sejati yang dimiliki oleh seseorang. Hal ini bukan, seperti yang orang-orang Protestan katakan, kebajikan dari Krisus yang dianugerahkan (“diterapkan”) kepada seseorang, walaupun orang tersebut tetap tidak suci dari dalam.

Sewaktu Martin Luther menjelaskan pandangan Protestan tentang seseorang yang telah dibenarkan {diselamatkan}, ia berkata bahwa seseorang yang telah dibenaran itu bagaikan gundukan kotoran yang diliputi salju. Orang tersebut tetaplah penuh dosa dan kejahatan di dalam, tetapi, segera setelah ia percaya, kebajikan Kristus lalu diterapkan kepadanya bagaikan selimut dan jubah. Hal ini memungkinkan sang manusia yang kotor dan penuh kejahatan untuk diselamatkan, menurut doktrin Protestan. Ia dapat diselamatkan, walaupun ia tidak memiliki kesucian di dalam dirinya, ia tetap adalah gundukan kotoran dosa di dalam.

Martin Luther adalah sumber kepercayaan sesat para Protestan, yang mengedepankan bahwa keselamatan diperoleh melalui iman saja.

Kita dapat melihat bagaimana pandangan ini bertentangan dengan ajaran Kitab Suci, yang mengatakan bahwa orang yang dibenarkan adalah dan benar-benar suci lewat karunia Allah. Ia telah disucikan dan diubah dari dalam; ia harus memiliki kesucian dari dalam untuk melihat Tuhan.

Harus juga dicatat bahwa apa yang Allah katakan terjadi. Jika Ia menyatakan bahwa seseorang benar, itu adalah karena orang tersebut memang benar, bukanlah hanya benar secara fiksi atau oleh karena ‘jubah’-nya saja.

PERUMPAMAAN PENABUR – MANUSIA DAPAT PERCAYA UNTUK SEDEMIKIAN LAMA LALU JATUH

Matius 13:18-22- “Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.”

Di sini kita melihat bahwa seseorang dapat percaya “sebentar saja” lalu jatuh. Versi perumpamaan ini di Markus dan Lukas menegaskan poin ini bahkan dengan lebih jelas:

Markus 4:17- “...tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.”

Lukas 8:13- “Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.

Yesus berkata dengan jelas di Lukas 8:13 bahwa orang-orang ini percaya “sebentar saja”. Para Protestan mungkin berkata bahwa ayat ini merujuk kepada orang-orang yang tidak benar-benar percaya. Seseorang tidak bisa berkata seperti ini, karena Yesus sendiri berkata bahwa mereka percaya dalam suatu kurun waktu.

Oleh perumpamaan-Nya tentang penabur benih, Tuhan berkata bahwa seseorang harus bertekun (yaitu: perbuatan) agar dapat memperoleh Kerajaan Allah

Seluruh perumpamaan ini membantah – dan tidak memiliki makna di dalam – pandangan Protestan yang salah tentang pembenaran. Bukan hanya ayat ini mengajarkan kita bahwa seseorang dapat percaya lalu jatuh, tetapi bahwa dosa, godaan, kekhawatiran duniawi, upaya untuk mengalahkan pengaruh dunia dan perangkap serta kekhawatirannya (Mat. 13:22), semuanya adalah bagian dari pembenaran dan penyucian seseorang. Ini adalah sebuah bantahan yang sangat kuat terhadap posisi Protestan.

Lukas 8:15- “Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."

Mereka yang mengeluarkan buah sampai kehidupan kekal adalah mereka yang dapat mendengar firman tersebut dan “menyimpannya” atau menerapkannya.

PERUMPAMAAN TALENTA: JIKA ENGKAU TIDAK MENGHASILKAN SESUATU UNTUK ALLAH, ENGKAU AKAN DIKUTUK – MENENTANG PEMBENARAN LEWAT “IMAN SAJA”

Matius 25:15-30- “Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.

Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.

"Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia."

Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.

Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.

Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?

Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

Di dalam perumpamaan ini kita melihat bahwa orang ini dikutuk akibat kemalasan dan kegagalannya untuk melakukan hal-hal dengan talenta yang ia telah terima. Ia terkutuk karena ia tidak bekerja dengan talentanya untuk mendapatkan lebih banyak talenta! Perumpamaan ini bertentangan sama sekali dengan pembenaran lewat iman saja. Hal yang menarik dari perumpamaan ini adalah bahwa ayat ini berkata bahwa Tuhan ”menuai di tempat di mana Ia tidak menabur”. Artinya, Tuhan mengharapkan bahwa kita melakukan dan menghasilkan hasil kerja jerih payah kita, lewat karunia-Nya. Jika kita tidak bekerja sama dengan karunia-Nya untuk menghasilkan pekerjaan-pekerjaan tersebut – dan karena itu kita tidak bisa menunjukkan hasil pekerjaan supernatural kita di depan Tuhan pada waktu Penghakiman – kita akan dimasukkan ke Neraka. Perumpamaan ini mengiyakan ajaran Katolik tentang perbuatan, dan pada waktu yang sama membantah sama sekali pandangan Protestan.

YESUS AKAN MEMBALAS SETIAP ORANG BERDASARKAN PERBUATANNYA

Matius 16:27- “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.”

Kita akan melihat ajaran yang sama di dalam Kitab Roma dan di dalam Kitab Wahyu (Apokalipsis).

YESUS AKAN MELEMPAR KE DALAM NERAKA SEMUA YANG MELAKUKAN KEJAHATAN

Matius 13:41-42- “Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-NyaSemuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”

Seseorang, walaupun ia percaya akan Yesus, jika ia berbuat kejahatan, akan dicampakkan ke dalam dapur api.

Allah akan menghukum orang ke dalam Neraka jika mereka melakukan perbuatan jahat.

SETIAP ORANG AKAN MENERIMA BALASAN ATAU HUKUMAN BERDASARKAN APA YANG IA TELAH LAKUKAN DI DALAM BADAN

2 Korintus 5:9-10- “...Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Pada hari Pengadilan Terakhir, Kristus akan mengadili orang-orang sesuai apa yang mereka lakukan di dunia ini.

Kita melihat bahwa seseorang harus berusaha untuk dapat diterima oleh Kristus. Terlebih lagi, kita melihat bahwa manusia akan menerima di dunia yang selanjutnya, hadiah atau hukuman berdasarkan apa yang mereka telah lakukan di dalam tubuh, “baik ataupun jahat”. Hal-hal yang seseorang telah lakukan (perbuatannya) tidak terpisahkan dari keselamatan atau pengutukannya.

SESEORANG DAPAT MEMILIKI IMAN YANG SEMPURNA DAN HAL TERSEBUT TIDAK BERARTI APA-APA

1 Korintus 13:1-2- “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.”

Menurut doktrin Protestan, iman saja memberikan keselamatan. Maka, seseorang yang memiliki iman yang sempurna akan diselamatkan. Tetapi Kitab Suci menentang doktrin ini: seseorang dapat memiliki iman yang sempurna tetapi hal ini tetap tidak berguna. Pembenaran datang tidak cukup hanya dengan iman.

APA YANG HARUS SESEORANG LAKUKAN UNTUK MEMPEROLEH KESELAMATAN? YESUS BERKATA: TURUTILAH PERINTAHNYA DAN BUKAN HANYA PERCAYA

Matius 19:16-21- “Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? " Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah... kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."

Saat menjawab pertanyaan tentang apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh keselamatan, Yesus berkata bahwa seseorang harus menuruti segala perintah Allah dan mengikuti-Nya.

SULIT SEKALI BAGI ORANG KAYA UNTUK MASUK KERAJAAN SURGA

Matius 19:23-24- “Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."”

Di sini kita melihat bahwa apa yang orang lakukan dengan uangnya juga akan memengaruhi keselamatannya.

YESUS BERKATA BERJAGA-JAGALAH, SUPAYA JANGAN KAMU DIDAPATI TIDAK MELAKUKAN APA YANG SEHARUSNYA KAMU LAKUKAN DAN BERDOSA

Markus 13:35-36- “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang... supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!”

Versi dari perumpamaan ini di Injil Lukas mengedepankan perlunya perbuatan dan melakukan hal-hal untuk memperoleh keselamatan bahkan dengan lebih jelas:

Lukas 12:38,43- “Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka... Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.

Berikut sebuah ayat yang menarik tentang poin ini dari Lukas 21:

Lukas 21:34-36- “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Ini adalah sebuah ayat yang menarik di mana kita melihat bahwa jika seseorang gagal melakukan suatu hal – gagal untuk menghindari dosa-dosa termasuk kerakusan dalam makanan dan kemabukan – ia tidak beroleh keselamatan. Hal ini menunjukkan kepada kita mengapa pembenaran lewat iman saja adalah sesuatu yang bertentangan sama sekali dengan Injil.

IA YANG MENYELAMATKAN NYAWANYA AKAN KEHILANGAN NYAWANYA

Lukas 9:24- “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.”

Di sini kita melihat bahwa apa yang seseorang LAKUKAN, dalam hal mengorbankan hal-hal penuh dosa yang dunia tawarkan di dalam hidup ini, akan menentukan apakah seseorang beroleh keselamatan. Jelas bahwa hal ini bukan didapat dengan iman saja.

ENGKAU HARUS MEMANGGUL SALIB UNTUK MENJADI SEORANG MURID

Lukas 14:27, 33- “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku... Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”

Keselamatan tidak diraih hanya dengan iman saja di dalam Yesus, melainkan dengan iman dan dengan memikul salib dan memprioritaskan semua yang ia punyai, yang membuat keselamatan dalam agama Yesus Kristus sebuah prioritas pertama.

MANUSIA HARUS MENURUTI FIRMAN YESUS AGAR TIDAK MENGALAMI MAUT

Yohanes 8:51- “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut  sampai selama-lamanya.”

Mereka yang menuruti firman-Nya, bukan yang percaya saja, tidak akan mengalami maut.

HANYA MEREKA YANG MENGAMPUNI AKAN DIAMPUNI

Matius 6:14- “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.”

Seseorang hanya diampuni jika ia mengampuni. Keselamatan tidak datang lewat iman saja.

MANUSIA DISELAMATKAN DAN DIKUTUK LEWAT KATA-KATA MEREKA, BUKAN HANYA BERDASARKAN APA YANG MEREKA PERCAYA

Matius 12:36-37- “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.”

Tetapi bukannya orang-orang Protestan berkata bahwa pembenaran datang hanya lewat iman saja? Tidak, kata-kata anda, perbuatan anda, dan tindakan anda akan menyelamatkan atau mengutuk anda, di samping apa yang anda percayai. Seseorang harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya dan semua kata-katanya pada Hari Penghakiman. Sebuah perumpamaan yang mirip diceritakan di Lukas 19.

SIMON SANG TUKANG SIHIR PERCAYA LALU JATUH

Di Kisah Para Rasul 8, kita membaca tentang Simon sang tukang sihir.

Kisah Para Rasul 8:13- “Simon sendiri juga menjadi percaya, dan...dibaptis...”

Tetapi dalam beberapa ayat kemudian, kita melihat bahwa ia jatuh dalam dosa berat:

Kisah Para Rasul 8:18-21- “Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata: "Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus."

Tetapi Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah.”

FELIKS MENJADI TAKUT SEWAKTU PAULUS BERKHOTBAH KEPADANYA TENTANG INJIL DAN KESUCIAN, TENTU SAJA KARENA SESEORANG HARUS MENGHINDARI PERCABULAN AGAR DAPAT DISELAMATKAN

Pada Kisah Para Rasul 24, kita menemukan sebuah ayat yang menarik yang relevan pada hal ini.

Kisah Para Rasul 24:25- “Tetapi ketika Paulus berbicara tentang kebenaran, penguasaan diri dan penghakiman yang akan datang, Feliks menjadi takut dan berkata: "Cukuplah dahulu dan pergilah sekarang; apabila ada kesempatan baik, aku akan menyuruh memanggil engkau.”

Versi Katolik dari ayat ini sebagai berikut {diterjemahkan dari Alkitab Douay-Rheims}:

“Dan sewaktu ia [Paulus] berbicara tentang keadilan, dan kesucian, serta tentang penghakiman yang akan datang, Feliks menjadi takut, menjawab: “Untuk waktu ini, pergilah: tetapi sewaktu aku punya waktu yang baik, aku akan menyuruh memanggil engkau.”

Feliks menjadi takut ketika Paulus berbicara tentang ajaran Kitab Suci tentang kesucian, tentunya karena Paulus memberitahunya bahwa dosa-dosa dalam hal ini mencegah manusia masuk Surga. Feliks takut karena Paulus tidak berkhotbah kepadanya tentang pembenaran lewat iman saja.

KERJAKAN KESELAMATANMU DENGAN TAKUT DAN GENTAR

Filipi 2:12- “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir.”

Kerjakan keselamatan dengan “takut dan gentar”, tentunya karena manusia dapat kehilangan keselamatan mereka lewat dosa berat kapan saja.

KITAB ROMA JELAS-JELAS MENUNJUKKAN BAHWA PERBUATAN ADALAH BAGIAN DARI PEMBENARAN DAN KESELAMATAN

*UNTUK TANGGAPAN TENTANG BANTAHAN PROTESTAN TENTANG ROMA 3:28 DAN KATA-KATA “MELAKUKAN HUKUM TAURAT” – SEBUAH KESALAHPAHAMAN UMUM PROTESTAN – LIHATLAH TANGGAPAN UNTUK BANTAHAN TERSEBUT PADA AKHIR BAGIAN INI

Teologi Protestan yang berkata bahwa seorang manusia dibenarkan lewat iman saja, ditentang di dekat awal dari Kitab Roma lewat diskusi Paulus di bab 2 tentang bagaimana orang-orang akan dihukum karena perbuatan mereka. Teologi Protestan itu juga ditentang sewaktu Paulus berkata di kitab Roma bahwa Allah akan membalas setiap orang untuk PERBUATANNYA dan bahwa kehidupan abadi adalah untuk mereka yang bekerja untuk kebaikan.

Menarik bahwa ayat-ayat ini berada di permulaan kitab Roma. Ini adalah cara Allah mengenyahkan semua kesalahpahaman tentang perlunya melakukan sesuatu dan menghindari dosa-dosa untuk keselamatan yang mungkin berasal dari misinterpretasi bidah terhadap ayat-ayat yang lebih akhir, yang ditulis untuk menekankan bahwa seorang manusia tidak dibenarkan dengan menaati hukum Taurat.

Roma 2:2-3- “...Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?”

Tentang apa ia berbicara? Pada akhir bab 1, ia memberi daftar dosa-dosa berat termasuk percabulan, ketamakan, kejahatan, dsb.

Roma 2:5-6- “...hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya atau tindakannya, bukan hanya menurut imannya. Selanjutnya ia berkata:

KEHIDUPAN ABADI ADALAH UNTUK ORANG-ORANG BERIMAN YANG TEKUN BERBUAT BAIK

Roma 2:7- “...yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan.”

KEMATIAN KEKAL ADALAH UNTUK MEREKA YANG TIDAK MEMATUHI KEBENARAN DAN BERBUAT JAHAT

Roma 2:8-10- “tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat,  pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.”

Kehidupan abadi diberikan kepada mereka yang benar-benar percaya dan melakukan apa yang baik. Kematian abadi diberikan untuk semua orang, termasuk orang beriman, yang melakukan kejahatan atau dosa berat dan mati dalam keadaan demikian. Hal ini tidak ditentukan lewat iman saja.

ROH KUDUS DITUANGKAN KE DALAM HATI ORANG-ORANG YANG DIBENARKAN: PENYUCIAN DARI DALAM

Roma 5:5- “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus  yang telah dikaruniakan kepada kita.

Di sini kita melihat bahwa untuk mereka yang dibenarkan, kasih Allah dicurahkan ke dalam hati mereka. Inilah pandangan Katolik tentang pembenaran: bahwa orang-orang yang dibenarkan benar-benar disucikan dari dalam.

JIKA ORANG BERIMAN HIDUP MENURUT DAGING, MEREKA AKAN MATI SELAMANYA

Roma 8:12-13- “Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.”

Berkaitan dengan “saudara-saudara”, yakni orang-orang beriman, ia berkata bahwa jika mereka melakukan dosa-dosa berat menurut daging, mereka akan mati selamanya: terkutuk. Hal ini bertentangan sama sekali dengan pembenaran lewat iman saja, sekali diselamatkan selamanya diselamatkan, dsb.

St. Paulus berkata berulang kali di dalam suratnya kepada Gereja di Roma bahwa tindakan seseorang dapat menentukan keselamatannya. Hal ini bertentangan dengan kepercayaan Protestan bahwa keselamatan datang melalui iman saja.

JIKA ORANG BERIMAN TIDAK BERTEKUN DALAM KEBAIKAN IA AKAN DIPOTONG

Di Roma bab 11, kita melihat suatu ayat yang menghancurkan teologi Protestan.

Roma 11:20-22- “Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman.  Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah! Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu. Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamupun akan dipotong juga.”

Roma bab 11 jelas-jelas berkata bahwa orang-orang Yahudi akan dipotong akibat ketidakpercayaan mereka. Lalu, di ayat 22, St. Paulus berkata bahwa anda, orang-orang Kristiani juga akan dipotong kecuali anda tetap dalam kemurahan-Nya {“continue in His goodness” – King James Version}. Hal ini menghancurkan ide-ide tentang keselamatan lewat iman saja dan sekali diselamatkan, selalu diselamatkan.

SEORANG BERIMAN YANG MENERIMA EKARISTI DENGAN TIDAK PANTAS MENDATANGKAN HUKUMAN ATAS DIRINYA

1 Korintus 11:28-29- “Namun, biarlah manusia menguji dirinya sendiri, dan dengan demikian biarlah dia makan dari roti itu dan minum dari cawan itu. Sebab, siapa yang makan dan minum dengan cara yang tidak layak, ia makan dan minum suatu penghukuman bagi dirinya sendiri, karena tidak memperbedakan tubuh Tuhan.” {Alkitab MILT 2008}

St. Paulus berkata bahwa mereka yang makan Ekaristi dengan cara yang tidak layak  berdosa berat terhadap tubuh dan darah Tuhan. Mereka mendatangkan hukuman atas diri mereka sendiri. Mereka berbicara kepada para orang beriman, tentunya, seperti yang ia jelaskan pada 1 Kor. 5:12. Ini juga jelas dari fakta bahwa hanya orang-orang beriman dapat mengambil bagian dalam Ekaristi. Tentunya, karena hal ini, orang-orang beriman dapat dihukum akibat dosa berat, bila mereka menerima Ekaristi dengan cara yang tidak pantas. Ayat ini membantah ide Protestan akan pembenaran lewat iman saja dan mendukung ajaran Katolik.

1 KOR. 7 MENGHANCURKAN PEMBENARAN LEWAT IMAN SAJA, DENGAN MENGAJARKAN BAHWA LEBIH BAIK UNTUK BEBERAPA ORANG BERIMAN AGAR MEREKA MENIKAH DARIPADA MENJADI HANGUS

St. Paulus membuat jelas di 1 Korintus bahwa ia berbicara tentang masalah-masalah yang dapat menimpa orang-orang di dalam Gereja.

1 Korintus 5:12-13- “Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.”

Hal ini menjadi sangat penting di bab 7

1 Korintus 7:1-9- “Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. Hal ini kukatakan kepadamu sebagai kelonggaran, bukan sebagai perintah. Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu. Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku. Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.”

Terdapat beberapa ajaran penting di dalam ayat ini. Pertama, kita melihat ajaran yang jelas yang diulang-ulang bahwa keadaan selibat lebih baik dari pernikahan. Ayat ini menegaskan ajaran Katolik. Gereja Katolik mengajarkan bahwa pernikahan bukanlah suatu keadaan yang buruk, tetapi lebih rendah daripada keadaan selibat. Yesus mengajarkan hal yang sama di Matius 19:12, tetapi Ia berkata bahwa tidak semua dapat membuat komitmen untuk sepanjang hidup mereka kepada Allah. Ajaran Kitab Suci tentang keselibatan ini adalah alasan kaum agamis {misal. bruder dan suster} dan pastor di dalam Gereja Katolik dalam ritus Roma membuat kaul keselibatan.

St. Fransiskus dari Assisi, sebagai seorang biarawan Katolik, hidup selibat. Sesuai dengan ajaran St. Paulus, Gereja Katolik mengajarkan bahwa hidup selibat lebih tinggi hakikatnya daripada hidup menikah.

Sekarang, tentang poin utama berkaitan dengan ide Protestan tentang pembenaran lewat iman saja. Kita telah menunjukkan bahwa di 1 Korintus 5:12, St. Paulus membuat sangat jelas bahwa ia berpesan kepada orang-orang beriman. Sewaktu ia berbicara kepada orang-orang beriman, St. Paulus berkata bahwa “lebih baik kawin dari pada hangus” (1 Kor 7:9). Hal ini jelas-jelas menunjukkan bahwa orang-orang beriman sejati yang jatuh ke dalam dosa-dosa berat dapat kehilangan keselamatan mereka dan hangus di dalam Neraka. Ia memberitahu mereka bahwa lebih baik kawin daripada hangus, tentunya karena beberapa dari antara mereka akan jatuh ke dalam dosa hawa nafsu yang berat jika mereka tidak menikah. Hal ini menyanggah sama sekali agama Protestan dan menegaskan ajaran Katolik tentang pembenaran.

PENYUCIAN DAN PEMBENARAN TERJADI PADA WAKTU YANG SAMA

1 Korintus 6:11- “Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.”

Ayat ini berkata tentang mereka yang telah dibenarkan sebagai orang-orang yang “disucikan” sebelum berkata bahwa mereka telah dikuduskan. Hal ini membuktikan bahwa penyucian dan pembenaran terjadi pada waktu yang sama. Hal ini menentang pandangan Protestan tentang pembenaran, yaitu bahwa pembenaran dan penyucian bukanlah hal yang satu dan sama. Orang-orang Protestan berpendapat bahwa seseorang dideklarasikan sebagai dibenarkan, tetapi dari dalam tidak disucikan.

SURGA HANYALAH UNTUK ORANG-ORANG BERIMAN YANG “MENANG”

Wahyu (Apokalipsis) 2:7- “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."

Kitab Suci berkata bahwa hanya mereka yang menang akan masuk Surga. Ayat ini bersangkutan dengan orang-orang beriman, seperti yang diperjelas pada bab 2 ayat 10. Maka, adalah hal yang salah untuk berkata bahwa semua yang percaya tentunya menang. Hal ini menentang pembenaran lewat iman saja. Tema ini diulangi banyak kali dalam bab ini.

SESEORANG HARUS MELAKUKAN PEKERJAAN YESUS “SAMPAI KESUDAHANNYA”

Wahyu 2:23-26- “Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya... Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang. Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa.”

Ayat ini sangatlah jelas. Ayat ini menentang sama sekali pandangan Protestan.

SESEORANG YANG BERIMAN HARUS “BERPEGANG” AGAR IA TIDAK KEHILANGAN MAHKOTANYA

Wahyu 3:11-12- “Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu.   Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.”

Di Wahyu bab 13 dan 14, kita membaca tentang tanda sang binatang dan bahwa mereka yang menerimanya tidak akan diselamatkan. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang anda lakukan akan menentukan bila anda akan diselamatkan atau dikutuk.

ORANG-ORANG MATI AKAN DIHAKIMI MENURUT PERBUATAN MEREKA

Di Wahyu bab 20, kita membaca tentang pengadilan terakhir.

Wahyu 20:12-13- “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.”

Ayat ini adalah bukti mutlak bahwa pandangan Protestan tentang pembenaran tidaklah berdasarkan Kitab Suci.

Wahyu 22:12- “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.”

Wahyu 21:8- "Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”

Wahyu 22:19- “Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”

Ini adalah salah satu ayat yang menunjukkan bahwa apa yang anda perbuat dapat mengecualikan anda dari keselamatan.

ORANG-ORANG BENAR HAMPIR-HAMPIR TIDAK DISELAMATKAN

1 Petrus 4:17-18- “Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?”

Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang “benar” hampir tidak diselamatkan. Terjemahan-terjemahan lain menggunakan “manusia yang baik / saleh”. Tidak diragukan lagi bahwa di sini St. Petrus berbicara tentang seseorang yang sudah dibenarkan di dalam Gereja karena ia berbicara di sini tentang pengadilan yang dimulai dengan “rumah Allah” yang adalah Gereja.

Terdapat dua cara untuk mengerti ayat ini, dan keduanya menentang gagasan tentang pembenaran lewat iman saja dan keselamatan kekal abadi. Yang pertama adalah bahwa orang-orang benar atau saleh di dalam Gereja akan hampir tidak, yang berarti jarang sekali, diselamatkan; karena kebanyakan dari mereka yang telah dibenarkan akan jatuh dan tidak bertekun sampai akhir. Mereka menjadi pendosa (berat). Hal ini bertepatan dengan pengertian Katolik tradisional bahwa bahkan kebanyakan orang Katolik akan tersesat karena mereka tidak cukup peduli atau mereka tidak melakukan apa yang mereka harus lakukan untuk diselamatkan. Maka, mereka kehilangan pembenaran mereka suatu waktu dan mati di dalam keadaan dosa berat.

Satu-satunya pengertian yang lain  adalah bahwa “hampir-hampir tidak” berarti dengan susah payah: yaitu sulit untuk orang benar untuk diselamatkan. Hal ini berarti, orang yang benar harus melakukan usaha yang besar untuk diselamatkan.; ia tidak dipastikan akan selamat lewat iman saja atau suatu keputusan satu kali sewaktu ia percaya.

SEORANG WANITA DISELAMATKAN DENGAN MELAHIRKAN ANAK, JIKA IA BERTEKUN DALAM IMAN

1 Timotius 2:15- “Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia [wanita] bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan.”

Ayat ini menggempur pandangan Protestan tentang pembenaran dan keselamatan. Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki iman dapat kehilangan iman tersebut, dan mereka harus bertekun dalam pengudusan agar diselamatkan. Adalah suatu hal yang lumrah bahwa seorang Protestan yang mencoba menjawab ayat ini di dalam debat tentang pembenaran tidak memiliki jawaban sama sekali. Ia hanya menjawab bahwa ayat ini “sangatlah misterius”.

LEWAT RAHMAT ALLAH, ANDA AKAN MENYELAMATKAN DIRI ANDA SENDIRI DENGAN MELAKUKAN HAL-HAL TERTENTU

1 Timotius 4:16- “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.”

Di sini kita melihat bahwa seseorang harus bertekun di dalam iman agar dapat diselamatkan. Oleh karena itu, seseorang dapat kehilangan iman. Kita juga dapat melihat bahwa seseorang diselamatkan dengan melakukan perbuatan tertentu!

Ayat ini sangatlah penting karena beberapa orang Protestan – yang menyebarkan doktrin palsu tentang pembenaran lewat iman saja – gemar membandingkan pandangan Katolik dan Protestan dengan mengatakan hal berikut: Pandangan Protestan [kata mereka] adalah bahwa Yesus menyelamatkan manusia dan melakukan semua perbuatan; tetapi pandangan Katolik bukanlah bahwa manusia menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi bahwa Yesus menyelamatkan manusia dengan membuat keselamatan mungkin terjadi. Tentunya ajaran Katolik bukanlah bahwa manusia menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi bahwa Yesus menyelamatkan manusia dengan membuat keselamatan menjadi mungkin. Tanpa Yesus, manusia tidak dapat melakukan apa-apa. Tetapi, manusia harus bekerjasama dengan rahmat Allah. Jika ia bekerja sama dan mengambil manfaat dari keselamatan yang Yesus telah adakan, dan melakukan hal-hal yang diharuskan Allah, ia akan menyelamatkan dirinya sendiri.

Di dalam ayat di atas, kita melihat bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa pandangan Katolik adalah bahwa keselamatan bukan bergantung kepada Yesus saja tanpa kerjasama manusia. Tetapi, perbuatan dan pekerjaan manusia (yaitu apa yang manusia lakukan) jelas-jelas menentukan apakah ia – dan orang-orang lain – akan memperoleh keselamatan. Orang-orang Protestan yang percaya akan keselamatan lewat iman saja harus mencap ayat di atas sebagai bidah.

ST. PAULUS BERSUKACITA BAHWA IA TELAH MEMELIHARA IMANNYA, TENTUNYA KARENA ORANG-ORANG BERIMAN DAPAT KEHILANGAN IMAN

2 Timotius 4:6-7- “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”

ALEKSANDER SI TUKANG TEMBAGA AKAN DIBALAS MENURUT PERBUATANNYA

2 Timotius 4:14- “Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya.”

SESEORANG HARUS MENAHAN COBAAN UNTUK MEMPEROLEH MAHKOTA KEHIDUPAN

Yakobus 1:12- “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”

Alkitab mengatakan bahwa seseorang harus menahan pencobaan dan bertahan sampai akhir hayat untuk memperoleh hidup kekal.

DOSA HAWA NAFSU MELAHIRKAN MAUT – MAKA KESELAMATAN TIDAK DATANG LEWAT IMAN SAJA

Yakobus 1:13-15- “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya {ἐπιθυμίας – epithymias (hawa nafsu)} sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.”

Perhatikan di sini bahwa jika seseorang mengikuti dosa hawa nafsu, ia akan beroleh maut. Yakobus jelas-jelas berbicara tentang kematian kekal (kutukan). Hal ini berarti bahwa seseorang tidak dibenarkan lewat iman saja.

Bab kedua dalam kitab Yakobus benar-benar menghancurkan ide Protestan tentang pembenaran lewat iman saja dan sekali diselamatkan selamanya diselamatkan. Martin Luther menjuluki kitab Yakobus “surat jerami” dan ingin mencabutnya dari versi Kitab Sucinya sampai teman-temannya meyakinkannya bahwa perbuatan tersebut terlalu radikal (bacalah akhir buku ini tentang pandangan-pandangan Luther). Ayat-ayat berikut, yang menolak pembenaran lewat iman saja, adalah alasan Luther mengkritik kitab ini:

Yakobus 2:14- “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?

Yakobus 2:17- “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”

Yakobus 2:18- “Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.”

Yakobus 2:19- “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”

Yakobus 2:20- “Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?”

Yakobus 2:21- “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”

Yakobus 2:22-23- “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. "Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah.””

Yakobus 2:24- “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.”

Ini adalah satu-satunya tempat di dalam Kitab Suci di mana kata “hanya karena iman” terdapat bersamaan. Kitab Suci berkata bahwa MANUSIA TIDAK DIBENARKAN HANYA KARENA IMAN TETAPI KARENA PERBUATAN-PERBUATANNYA.

BANTAHAN:

BAGAIMANA DENGAN AYAT-AYAT YANG BERKATA BAHWA BARANGSIAPA PERCAYA DALAM YESUS AKAN DISELAMATKAN?

JAWABAN: BAGI YESUS, UNTUK PERCAYA DALAM YESUS AGAR MEMPEROLEH KESELAMATAN HARUS BERARTI MENGIKUTI DAN MEMATUHI SABDANYA DAN PERINTAH-PERINTAHNYA SAMPAI AKHIR HAYAT. HAL INI DIBUKTIKAN LEWAT KONTEKS LANGSUNG ATAU LUAS DARI SETIAP KASUS DI MANA YESUS BERKATA BAHWA MEREKA YANG PERCAYA KEPADANYA AKAN DISELAMATKAN, DI SAMPING SEMUA AYAT-AYAT YANG KAMI TELAH BAHAS.

CONTOH PERTAMA: YOHANES 3:16

Yohanes 3:16- “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Seseorang mungkin melihat ayat ini di dalam poster di stadion olahraga, di jembatan penyeberangan di jalan raya, dan di berbagai tempat lain. Orang-orang Protestan percaya bahwa ini adalah contoh terbaik, atau salah satu contoh terbaik dari ajaran Kitab Suci bahwa siapa pun yang percaya akan diselamatkan lewat iman saja. Yang mereka tidak ceritakan kepada anda atau yang mereka tidak ketahui adalah ayat yang langsung mengikuti Yohanes 3:16.

Yohanes 3:17-20- “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman... Dan inilah hukuman itu: Terang  telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahatSebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak.”

Menarik bahwa di dalam konteks ini yang mengikuti secara langsung Yohanes 3:16, kita melihat rujukan-rujukan yang menonjol kepada hukuman untuk perbuatan-perbuatan yang jahat, juga untuk orang-orang yang berbuat jahat dan untuk perbuatan-perbuatan yang dihakimi. Hal ini membuat jelas bahwa iman di dalam Anak Tunggal Allah yang memberikan keselamatan adalah iman yang harus disertai ketekunan di dalam perbuatan dan pekerjaan baik. Menurut Yesus, percaya kepada-Nya sampai kepada keselamatan adalah dengan mengikuti dan menaati sabda-Nya dan perintah-perintah-Nya, seperti yang ditunjukkan oleh semua ayat-ayat lain yang kami telah bahas. Konteks ini menunjukkan bahwa Yohanes 3:16 tidak mengajarkan pembenaran lewat iman saja ataupun keselamatan kekal abadi.

CONTOH KEDUA: ROMA 10: JIKA ENGKAU MENGAKU DENGAN MULUTMU... ENGKAU AKAN DISELAMATKAN

Roma 10:9 adalah salah satu ayat lain yang orang-orang Protestan kedepankan untuk membuktikan keselamatan didapatkan lewat iman saja di dalam Yesus.

Roma 10:8-10- “...Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu. " Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.”

Sekali lagi, bagaimanapun, konteks ayat ini menunjukkan bahwa pengertian Protestan tentang ayat ini salah. Yang banyak orang tidak sadari adalah bahwa ayat di atas (Roma 10:8-10) mengutip Ulangan 30:14 dan seterusnya. Catatan kaki di Alkitab anda akan menunjukkan rujukan kepada Ulangan 30:14. Ya, Ulangan 30:14 dan seterusnya berbicara tentang KEHARUSAN UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN-TINDAKAN ILAHI DAN MEMATUHI PERINTAH-PERINTAH ALLAH.

Ulangan 30:14-16- “Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan [Dikutip di dalam Roma 10:8].  Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan,  karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya.”

Rujukan kepada Ulangan 30:14 di Roma 10:8-10 menunjukkan bahwa untuk Paulus dan para pendengarnya, telah dimengerti bahwa cara untuk beriman sehingga beroleh keselamatan adalah dengan mengikuti dan menaati dan melakukan perbuatan-perbuatan yang diperlukan untuk keselamatan. Hanya lewat jalan ini seorang beriman “hidup” dan memiliki keselamatan. Pandangan Protestan tentang pembenaran hanyalah sebuah kesalahpahaman total tentang Kitab Suci, seperti yang ditunjukkan oleh konteks penuh dari ayat ini.

CONTOH KETIGA: YOHANES 5:24

Sewaktu membaca ayat ini saja tanpa membaca ayat lain, beberapa orang Protestan berpikir bahwa semua orang beriman dijaminkan keselamatan.

Yohanes 5:24- “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.”

Tetapi dalam beberapa ayat kemudian, mulai dari Yohanes 5:28, Yesus berkata demikian:

Yohanes 5:28-29- “Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.

Kita melihat lagi bahwa orang-orang akan dihukum berdasarkan apa yang mereka telah lakukan, bukan hanya berdasarkan apakah mereka telah percayai. Demikian pula, bagi Yesus, cara untuk percaya agar beroleh keselamatan adalah dengan mengikuti dan menjaga sabda-Nya dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk keselamatan.

CONTOH KEEMPAT: YOHANES 6:47

Yohanes 6:47- “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.”

Beberapa orang Protestan suka mengutip ayat ini untuk membuktikan keselamatan lewat iman saja. Tetapi hal ini dengan mudah dibantah oleh seluruh konteks Yohanes 6. Hampir seluruh bab tersebut membahas bagaimana seseorang tidak hanya harus percaya untuk memperoleh keselamatan, tetapi juga memakan daging Anak Manusia untuk diselamatkan. Maka, keselamatan bukanlah lewat iman saja. Hal ini dibahas di bagian tentang Ekaristi, tetapi ini adalah contoh lain di mana konteks luas bab ini membantah suatu kesalahpahaman Protestan.

Yohanes 6:53-54- “Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging  Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.”

BAGAIMANA DENGAN EFESUS 2:8-9, LEWAT KASIH KARUNIA KAMU DISELAMATKAN OLEH IMAN, BUKAN HASIL USAHAMU?

Orang-orang non-Katolik sering mengutip ayat ini untuk mencoba membuktikan bahwa manusia diselamatkan lewat iman saja.

Efesus 2:8-9- “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”

Argumentasi ini juga salah. Seperti yang saya akan tunjukkan sekarang, argumen ini salah karena ayat ini berbicara secara spesifik tentang kasih karunia pertama sewaktu seseorang menerima pembaptisan air. Pembaptisan air bukanlah sebuah hasil “pekerjaanmu”, tetapi adalah sebuah sakramen yang diinstitusikan oleh Allah. Tiada perbuatan yang anda lakukan yang dapat menggantikan kekuatan pembaptisan air. Hal ini dikatakan untuk “menyelamatkan” karena pembaptisan air menghapus dosa asal manusia dan meletakkannya di dalam keadaan pembenaran awal. Bukti bahwa Efesus 2:8-9 sebenarnya merujuk kepada pembaptisan air ditemukan sewaktu seseorang membandingannya dengan Titus 3:5 lalu dengan 1 Petrus 3:20-21.

Lihatlah ini:

Efesus 2:8-9- “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”

 

Titus 3:5- “...Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.”

 

Perhatikan bahwa kedua ayat ini sangatlah mirip, Keduanya membahas hal yang sama. Keduanya menyebutkan tentang keselamatan, dan bukan karena perbuatan baik yang kita telah lakukan. Efesus 2:8-9 menyebutkan bahwa ini adalah keselamatan lewat “iman”; Titus 3:5 menjelaskannya sebagai keselamatan lewat permandian kelahiran kembali dan pembaruan oleh Roh Kudus. Keduanya merujuk kepada hal yang sama.

Tidak diragukan lagi bahwa Titus 3:5 merujuk kepada pembaptisan air, yang diakui pula bahkan oleh John Calvin dan Martin Luther. Efesus 2:8-9 juga membahas pembaptisan air; hanya saja, Efesus 2:8-9 menyebut hal ini sebagai “iman” karena dengan menerima baptisan, seseorang menyerahkan diri ke dalam iman; pembaptisan adalah bagaimana seseorang bergabung ke dalam iman, seperti yang Yesus telah jelaskan di Markus 16:15 dan Matius 28:19: “Beritakanlah Injil kepada segala makhluk... baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Pembaptisan juga disebut sebagai “iman” pada Galatia 3.

Galatia 3:26-27- “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.”

Kita melihat bahwa menerima pembaptisan sama halnya dengan menerima “iman” di dalam Kristus Yesus. Untuk memastikan lebih lanjut bahwa Efesus 2:8-9 membahas keselamatan lewat pembaptisan, mari memperluas perbandingannya:

Efesus 2:8-9- “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”

 

Titus 3:5- “...Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.”

1 Petrus 3:20-21- “...ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. Juga kamu sekarang diselamatkan  oleh kiasannya, yaitu baptisan...”

 

Hal ini menunjukkan bahwa Efesus 2:8-9 merujuk kepada kasih karunia pembaptisan. Efesus 2:8-9 tidak berbicara tentang pembenaran terus menerus atas orang-orang yang telah dibaptis, tetapi bagaimana orang-orang pertama kalinya dibawa keluar dari dosa asal dan diberikan karunia pembenaran. Tiada pekerjaan yang orang dapat lakukan yang bisa menggantikan pembaptisan air dan karunia yang ia berikan: pembenaran pertama dan penghapusan dosa asal. Tetapi sekalinya seseorang bergabung ke dalam Gereja lewat pembaptisan (yang adalah pekerjaan Allah), perbuatannya dan pekerjaannya memang menjadi bagian dari proses pembenaran, dan menentukan apakah ia menjaga pembenaran tersebut. Hal ini diperjelas dengan banyaknya ayat-ayat (misal. Yakobus 2:24) yang kita telah bahas. Maka, argumen Protestan dari Efesus 2:8-9 adalah salah satu yang tidak tepat dalam konteks Kitab Suci.

Konteks Efesus 2:8-9 dan Titus 3:5 sama adanya: ayat-ayat tersebut merujuk kepada keselamatan yang terjadi lewat Pembaptisan. Orang-orang Protestan telah menyalahgunakan Efesus 2:8-9, dan berpikir bahwa ayat ini membuktikan ajaran sesat mereka akan keselamatan melalui iman saja.

Pembaptisan bukanlah pekerjaan kebenaran yang kita telah lakukan; pembaptisan adalah sakramen yang diinstitusikan oleh Yesus, yang mencurahkan Darah-Nya yang menyelamatkan dan penyucian oleh Roh Kudus.

BAGAIMANA DENGAN PERNYATAAN BAHWA SESEORANG DIBENARKAN LEWAT IMAN DAN BUKAN KARENA IA MELAKUKAN HUKUM TAURAT (ROMA 3:28)?

Orang-orang Protestan gemar mengutip Roma 3:28 dan ayat-ayat yang mirip.

Roma 3:28- “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”

Martin Luther berpikir bahwa ayat ini mengajarkan pembenaran melalui iman saja, bukan lewat kelakuan manusia atau perbuatan. Hal ini tidak benar sama sekali. Bahkan kegagalan untuk mengerti arti “melakukan hukum Taurat” adalah salah satu kesalahpahaman Protestan terbesar.

Seperti yang kita telah lihat, Yakobus berkata pada ayat Yakobus 2:24 bahwa seorang manusia dibenarkan lewat perbuatan dan bukan lewat iman saja. Yang dimaksud Roma 3:28 dan seluruh Perjanjian Baru dengan “melakukan hukum Taurat” adalah hukum-hukum Perjanjian Lama. “Hukum Taurat” berarti perbuatan-perbuatan dalam Hukum Lama. Hal ini tidak berarti seluruh pekerjaan dan perbuatan manusia. Paulus menulis kepada orang-orang yang terpaku pada dan beranggapan bahwa sistem Hukum Lama, dengan penyunatan, hukum tentang makanan bersih dan haram, korban ritual, dsb. tidak boleh tidak diikuti.

Konteks kitab Roma, tetapi juga khususnya Galatia 2:14 membuktikan bahwa apa yang dirujuk di sini adalah “hukum Taurat” di dalam Roma 3:28 dan ayat-ayat yang serupa. Perhatikan bahwa kata-kata “melakukan hukum Taurat” digunakan, dan hal ini merujuk khususnya kepada Hukum Lama (Hukum Perjanjian Lama), dan bukan semua pekerjaan atau perbuatan.

Galatia 2:12-16- “...menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat... "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi? Menurut kelahiran kami adalah orang Yahudi dan bukan orang berdosa dari bangsa-bangsa lain. Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan " oleh karena melakukan hukum Taurat.”

Perhatikan bahwa kata-kata “melakukan Hukum Taurat” jelas-jelas digunakan Paulus untuk orang-orang yang hidup “secara Yahudi” – yang mematuhi Hukum Lama, penyunatan, dst. Kata-kata ini tidak merujuk kepada semua pekerjaan dan perbuatan manusia. Hal ini jelas lewat di sepanjang kitab Galatia. Berikut contoh yang lain:

Galatia 5:3-6- “Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinyabahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Tauratkamu hidup di luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.”

Seperti yang kita lihat lagi di sini, jelas bahwa sewaktu St. Paulus berbicara tentang “hukum Taurat”, dan bagaimana seseorang dapat dibenarkan lewat hal tersebut, ia berbicara tentang pekerjaan-pekerjaan Hukum Lama: penyunatan, dst. Ia tidak berbicara tentang semua pekerjaan! Orang-orang yang jujur tidak akan menggugat fakta ini. Ia hanya menunjukkan kepada mereka bahwa iman/agama/Gereja Yesus Kristus memiliki kekuatan sendiri. Ia berkata bahwa seseorang tidak harus mematuhi Hukum Lama dan sistemnya untuk memperoleh keselamatan yang datang dari Yesus Kristus. Berikut sebuah contoh lain:

Galatia 6:13- “Sebab mereka yang menyunatkan dirinyapun, tidak memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka menghendaki, supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat bermegah atas keadaanmu yang lahiriah.”

Kita melihat lagi bahwa “hukum Taurat” merujuk kepada Hukum Lama: mematuhi penyunatan, dst. Tidak seorang pun dibenarkan oleh Hukum Lama. Kita juga melihat bahwa Paulus berbicara tentang Hukum Lama di Roma 3:28 (sewaktu ia menggunakan “melakukan hukum Taurat”), jika kita lihat baik-baik konteks Roma 3 dan 4.

Roma 3:1- “Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat?”

Kita melihat bahwa ayat paling pertama di Roma 3 membahas penyunatan di Perjanjian Lama. St. Paulus menggarisbawahi kepada orang-orang Yahudi dan semua orang lain bahwa mereka tidak perlu mematuhi seluruh hukum ini untuk keselamatan, ataupun untuk bergabung ke dalam iman sejati kepada Allah yang telah diadakan oleh sang Juru Selamat, Yesus Kristus.

Filipi 3 adalah sebuah contoh lain yang membuktikan poin tentang apa yang dimaksudkan Kitab Suci dengan “hukum Taurat” dan “melakukan hukum Taurat” dan bekerja dalam hukum Taurat. Di Filipi 3, St. Paulus menjelaskan bahwa ia dulu adalah seorang Yahudi {Ibrani} yang mematuhi hukum Yahudi. Di dalam konteks yang persis ini ia berbicara tentang orang yang memiliki pembenaran/kebenaran yang bukan lewat kepatuhan terhadap hukum, tetapi lewat iman akan Yesus. Dalam kata lain, pernyataannya tentang pembenaran yang bukanlah lewat kepatuhan terhadap hukum memiliki arti bahwa pembenaran tidak datang dengan mematuhi Hukum Lama:

Filipi 3:5-9- “[Saya] disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran  dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat,  melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan."

Jelas sekali bahwa sewaktu ia berbicara tentang kebenaran atau pembenaran yang adalah lewat iman – yang bukanlah karena menaati hukum Taurat – ia tidak mengajarkan pembenaran lewat iman saja. Tetapi, di sini ia menggarisbawahi bahwa hukum Yahudi tidak membenarkan dan tidak diperlukan untuk keselamatan.

Kita telah melihat banyak sekali ayat-ayat yang membuktikan bahwa perbuatan-perbuatan dan pekerjaan manusia adalah bagian yang menentukan apakah seseorang memiliki pembenaran dan keselamatan. Tentunya lewat “melakukan Hukum Taurat”, maksud Paulus adalah seseorang tidak diselamatkan lewat melakukan Hukum Lama tetapi lewat kepercayaan akan Yesus Kristus.

KASUS ABRAHAM MEMBANTAH TEOLOGI PROTESTAN -

KASUS INI MEMBUKTIKAN BAHWA PEMBENARAN BUKANLAH TINDAKAN SEKALI UNTUK SEUMUR HIDUP, MELAINKAN SESUATU YANG BERTAMBAH DAN DIJAGA MELALUI KETAATAN

Kitab Suci berkata bahwa Abraham (yang namanya diubah dari Abram) dibenarkan di dalam Kejadian 15:6 karena ia percaya apa yang dikatakan Allah tentang jumlah keturunannya.

Kejadian 15:5-6- “Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu. " Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”

Harus dikedepankan bahwa di dalam teologi Katolik, pembenaran yang diberikan di dalam Perjanjian Lama lebih rendah daripada di dalam Perjanjian Baru, di mana seseorang dipungut sebagai anak Allah. Bagaimanapun, poin-poin berikut tentang pembenaran Abraham di dalam Perjanjian Lama, yaitu hal yang disebutkan berulang kali di dalam Perjanjian Baru, cukup untuk kembali menghancurleburkan posisi Protestan tentang Pembenaran.

Abraham dibenarkan di dalam Kejadian 15:6. Jika, seperti yang dikatakan para Protestan, pembenaran bukanlah suatu proses, melainkan suatu kejadian yang berlangsung satu kali di mana Allah menerapkan pembenaran kepada seseorang sebagai hasil dari iman sajamaka Abraham tidak mungkin dapat dibenarkan sebelum ataupun sesudah Kejadian 15:6. Hal ini sangat sederhana. Tetapi, Kitab Suci mengajarkan bahwa Abraham dibenarkan sebelum dan sesudah Kejadian 15:6.

  1. Ibrani 11:8 mengajarkan bahwa Abraham percaya kepada Allah – dan dibenarkan – sewaktu Allah pertama kali memanggilnya untuk pergi ke suatu negeri asing. Hal ini terjadi di Kejadian 12.

Ibrani 11:8- “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya [Kejadian 12], lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.“

Kejadian 12:1-4- “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;... Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya

Maka, Abraham dibenarkan oleh iman di dalam Kejadian 12, tiga bab (dan kemungkinan bertahun-tahun) sebelum ia percaya kepada Allah (tentang jumlah keturunan yang akan dimilikinya) di dalam Kejadian 15:6, pada waktu di mana ia dibenarkan kembali. Jika seseorang berpikir bahwa kepercayaan Abraham ini di dalam Kejadian 12 tidak membenarkannya, harus ditunjukkan bahwa keseluruhan dari Ibrani 11 berkenaan dengan iman yang membenarkan. Maka, tidak terdapat keraguan bahwa Ibrani 11:8 mengajarkan bahwa Abraham dibenarkan oleh iman di dalam Kejadian 12.

  1. Kitab Suci mengajarkan bahwa Abraham dibenarkan kembali (untuk ketiga kalinya) di dalam Kejadian 22, sewaktu ia mempersembahkan putranya, Ishak, di atas mezbah.

Yakobus 2:21-24- “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah [Kejadian 22:10]? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah." Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.

Maka, untuk membuat hal ini sesederhana mungkin, Kitab Suci mengajarkan bahwa Abraham dibenarkan tiga kali, dalam waktu yang berbeda:

1) Di dalam Kejadian 12:1-4 (lihat Ibrani 11:8 – “Karena iman Abraham taat...”)

2) Di dalam Kejadian 15:6 (lihat Kejadian 15:6 – “percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”)

3) Di dalam Kejadian 22:10 (lihat Yakobus 2:21 – “...Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya”)

Hal ini membuktikan bahwa pembenaran bukanlah suatu hal yang terjadi sekali untuk seumur hidup, seperti yang dikatakan para Protestan, melainkan suatu proses. Hal ini menunjukkan bahwa pembenaran adalah suatu proses yang DIKUATKAN DAN DIPERBESAR DENGAN CARA TERUS PERCAYA DAN OLEH KETAATAN YANG DILAKUKAN BERULANG KALI. Kenyataannya, hanya di dalam Kejadian 22-lah, setelah Abraham dengan mulia mempersembahkan putranya sebagai kurban yang menunjukkan ketaatannya kepada perintah Allah, bahwa Allah “bersumpah” untuk memberkati keturunan-keturunan Abraham (Kejadian 22:16-17). Tindakan Abraham yang taat memeteraikan imannya dan memperbesar/menguatkan/mempertahankan pembenarannya.

Sangatlah penting untuk mengerti hal ini tentang proses pembenaran Abraham. Dengan mengerti hal ini, seseorang mendapatkan kunci untuk mengerti suatu poin lain, yang telah membingungkan banyak orang. Poin tersebut berhubungan dengan alasan bahwa Kitab Suci terkesan menekankan, di satu tempat, kenyataan bahwa Abraham tidak dibenarkan oleh perbuatan (Roma 4), sedangkan di tempat lain, Kitab Suci menyatakan dan menekankan bahwa Abraham dibenarkan oleh perbuatan (Yakobus 2:21-24). Ajaran Kitab Suci tentang pembenaran Abraham, serta poin-poin yang telah kami buat tentang apa yang dimaksudkan Kitab Suci dengan “pekerjaan-pekerjaan Hukum Lama,” menunjukkan jawaban yang sederhana terhadap permasalahan ini.

Di dalam Roma 3 dan 4, St. Paulus menulis kepada orang-orang tentang pekerjaan Hukum Lama. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, ia berbicara kepada orang-orang yang percaya atau yang cemas bahwa keselamatan bergantung kepada sistem penyunatan di dalam Perjanjian Lama, dsb. Untuk membuktikan kepada orang-orang ini bahwa pembenaran tidak secara mutlak bergantung kepada Hukum Lama, penyunatan, dsb. – yaitu hal yang begitu melekat kepada banyak orang – Paulus memberikan contoh bagaimana Abraham dibenarkan oleh imannya di dalam Kejadian 15:6, yang berlangsung sebelum ia disunat di dalam Kejadian 17:

Roma 4:9-10- “Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran [Kejadian 15:6]. Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya.”

Maka, maksud St. Paulus adalah bahwa jika Allah dapat membenarkan Abraham oleh iman sebelum penyunatan (seperti yang ditunjukkan contoh ini), Allah dapat membenarkan anda, jika anda tunduk kepada iman akan Yesus dan menyingkirkan penyunatan, dsb. Inilah maksud yang persis dari St. Paulus. Hal tersebut harus dimengerti sewaktu seseorang membaca bab ini. Maksud St. Paulus bukanlah bahwa jika anda tunduk kepada Yesus dan iman akan Yesus, tidak satu pun dari tindakan manusiawi anda, perbuatan atau dosa akan memengaruhi pembenaran anda!

Maka, sewaktu Paulus mengatakan hal berikut di dalam Roma 4:1-4...

Roma 4:1-4- “Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.”

...ia jelas berbicara di dalam konteks perbandingan antara sistem perbuatan di dalam Perjanjian Lama dengan kekuatan yang dimiliki Allah untuk membenarkan orang-orang yang menerima iman kepada-Nya di luar sistem perbuatan dari Perjanjian Lama. Inilah subjek dan konteks yang persis dari masalah ini. St. Paulus tidak mengajarkan bahwa pembenaran melalui iman di dalam Kristus terpisahkan dari segala perbuatan dan pekerjaan manusia.

Tetapi, di dalam Yakobus 2, subjek dan konteksnya berbeda. Yakobus 2 berhubungan dengan pengajaran kepada umat Kristiani bahwa iman akan Kristus saja tidak cukup. Ajaran tersebut berhubungan dengan hidup Kristiani dan hidup pada umumnya, dan bukan tentang pengajaran bahwa sistem Perjanjian Lama tidak mengikat. Seseorang dapat berkata secara benar bahwa di dalam Yakobus 2, subjeknya adalah permasalahan yang sedang kita diskusikan, yaitu ide Protestan bahwa manusia dibenarkan oleh imannya di dalam Yesus saja. Dan ide tersebut dicela sebagai suatu ide yang sama sekali salah.

Yakobus 2:21-24- “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah [Kejadian 22:10]? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah." Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.”

Maka, kita dapat melihat bagaimana para Protestan telah begitu salah mengerti ayat-ayat Kitab Suci ini. Dengan melakukan hal tersebut, mereka telah membangun suatu agama sesat dan Injil yang sesat, yang sama sekali bertentangan dengan seluruh pesan Kita Suci.

Gereja Katolik telah tetap bersetia terhadap ajaran Kitab Suci tentang pembenaran karena Gereja Katolik adalah Gereja yang satu dan sejati. Untuk dapat diselamatkan, seseorang perlu menjadi anggota Gereja ini.

Dengan fakta-fakta ini, kita bisa melihat kesalahan tragis jutaan orang Protestan. Hal ini telah menggiring mereka kepada kekeliruan pembenaran lewat iman saja dan keselamatan kekal abadi – ide yang bertentangan seratus delapan puluh derajat dengan seluruh Kitab Suci, perlunya menghindari dosa, perumpamaan Yesus, dst.

2 Petrus 3:16- “Hal itu dibuatnya [Paulus] dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya,  memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.

Tidakkah ironis bahwa surat St. Petrus, Paus Gereja Katolik pertama, mengutuk para Protestan yang memutarbalikkan surat-surat St. Paulus menuju kebinasaan mereka sendiri akibat penolakan mereka untuk tunduk terhadap Kepausan?