Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Sabtu, 04 September 2021

MENJAWAB TUDUHAN TENTANG MARIA

 Copas dari ekaristi.org

Ini adalah cara umat Katolik membela iman sesuai 1 Petrus 3:15-16

1 Petrus 3:15-16
15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, 16 dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.

Tulisan dari si Protestant Budi Asali akan ditanggapi bagian per bagian

Quote:

AJARAN MENGENAI MARIA (MARIOLOGI)
Di dalam sejarah, penghormatan umat Kristen terhadap Maria sebagai ibu Yesus adalah wajar dan sepatutnya, tetapi bagi umat Katolik Roma tidak demikian. Mereka mengangkat kedudukan Maria bahkan setara dengan Tuhan Yesus.

Gereja Katolik tidak pernah menempatkan Maria setara dengan Yesus. Berikut pengakuan iman dari Katekismus Gereja Katolik:

970 Adapun "peran keibuan Maria terhadap umat manusia sedikitpun tidak menyuramkan atau mengurangi pengantaraan Kristus yang tunggal itu, melainkan justru menunjukkan kekuatannya. Sebab segala pengaruh santa Perawan Maria yang menyelamatkan manusia ... berasal dari kelimpahan pahala Kristus. Pengaruh itu bertumpu kepada pengantaraan-Nya, sama sekali tergantung daripadanya, dan menimba segala kekuatannya daripadanya" (LG 60). "Sebab tiada satu mahkluk pun yang pernah dapat disejajarkan dengan sabda yang menjelma dan Penebus kita. Namun seperti imamat Kristus secara berbeda-beda ikut dihayati oleh para pelayan (imam) maupun oleh umat beriman, dan seperti satu kebapakan Allah dengan cara yang berbeda-beda pula terpancarkan secara nyata dalam mahkluk-mahkluk, begitu pula satu-satunya pengantaraan Penebus tidak meniadakan, melainkan membangkitkan pada mahkluk-mahkluk aneka bentuk kerja sama yang berasal dari satu-satunya sumber" (LG 62).

 

 

Quote:

Dari jajaran orang-orang suci, Maria, ibu Yesus menempati kedudukan yang paling utama bahkan sentral.

Dalam Gereja Katolik ada pengkategorian sebagai berikut:
Latria = Penyembahan yang hanya kepada Allah yang ilahi.
Hyper Dulia = Penghormatan khusus kepada Bunda Maria karena dia penuh rahmat (Lukas 1:28 ) dan karena dia adalah Bunda Allah.
Dulia = Penghormatan kepada orang suci.
Jadi apa yang dikatakan si Protestant tidak salah. Memang kedudukan Maria paling utama dari antara orang Kudus, tapi jauh lebih rendah dibanding Allah yang adalah sumber dari segala sumber kekudusan.

Quote:

Semula ibadat mengenai Maria timbul dari penghormatan sebagai ibu Yesus yang melahirkan Yesus, tetapi berkembang ajaran-ajaran yang makin meluas yang tidak dijumpai datanya dari Alkitab, tetapi dari tradisi.

Pertama-tama, apakah hanya Alkitab yang tertulis yang merupakan sumber iman? Marilah kita lihat kebenaran anggapan itu dari alkitab sendiri
2Tesalonika 2:15
Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.

2 Thessalonians 2:15 (King James Version)
Therefore, brethren, stand fast, and hold the traditions which ye have been taught, whether by word, or our epistle

Perhatikan kalau kita diperintahkan untuk menurut tradisi yang tertulis ("epistles" = "surat") DAN JUGA tradisi lisan (tradisi yang tidak tertulis)!

2Tesalonika 3:6
Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami.

2 Thessalonians 3:6 (King James Version)
Now we command you, brethren, in the name of our Lord Jesus Christ, that ye withdraw yourselves from every brother that walketh disorderly, and not after the tradition which he received of us.

Di ayat ini, Paulus menyarankan agar jemaat menghindar dari anggota yang sudah tidak mengindahkan lagi tradisi yang mereka terima dari Paulus.

Diatas aku beri versi Ingrisnya sehingga kalian bisa lihat kata "tradisi" yang ada di alkitab. Versi Inggris lebih sesuai dengan manuskrip Yunani yang menggunakan kata "paradosis" yang berarti "tradisi" bukan "ajaran."

 

 

 

Quote:

"Sebutan ?Bunda Allah? dan ?Perawan? sangat erat berhubungan satu dengan yang lain. Kedua sebutan itu mengungkapkan keluhuran Yesus, sekaligus kesucian Maria. Maka di samping kedua gelar tersebut Gereja juga menyatakan bahwa Maria secara total bebas dari dosa dan karena itu juga dari kehancuran maut. Ada empat dogma atau pernyataan iman Gereja yang menyangkut Maria.
(1) Maria adalah Bunda Allah.
(2) Maria adalah Perawan.
(3) Maria terkandung tanpa dosa.
(4) Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badannya.
?keempat kebenaran itu berkaitan, yang satu tidak lengkap tanpa yang lain". (ibid. hal. 231).

Yang diatas ini memang benar-benar ajaran Gereja Katolik. Bahkan sebutan Bunda Allah adalah sebutan yang didogmakan oleh Uskup-Uskup Katolik dalam kesatuan dengan Paus Celestine di konsili Ephesus pada 431AD. Ketika itu seorang Uskup bernama Nestorius (Nashthuriyah) menyatakan bahwa Maria adalah Christokos (pengandung Kristus) dan bukan Theotokos (pengandung Allah) karena Allah tidak dapat dikandung. Namun iman yang Katolik dan Apostolik mengajarkan bahwa karena Yesus adalah satu pribadi maka keilahianNya tidak dapat dipisahkan dari kemanusiaanNya, karena itulah Maria secara tepat disebut Theotokos (pengandung Allah, ie. Bunda Allah).

Quote:

A. Maria menggantikan atau menggeser tempat Allah / Yesus.

Berdasarkan kutipan dari Katekismus yang telah disajikan sebelumnya (dimana kutipan dari Katekismus tersebut juga mengutip dari Lumen Gentium, salah satu dokumen dari Konsili Vatikan II) maka tuduhan ini sangat keliru.
Tidak pernah ada pernyataan resmi Gereja yang menyatakan bahwa Maria menggantikan atau menggeser tempat Allah.

Quote:

1. Maria dijadikan obyek doa.
Orang Katolik menganggap bahwa dengan berdoa kepada Maria, doa mereka lebih manjur untuk dikabulkan daripada kalau mereka berdoa kepada Allah / Yesus. Alasannya adalah Maria melahirkan Yesus. Karena Yesus adalah Putra Allah maka Maria disebut Bunda Allah.

Untuk menjelaskan konsep diatas marilah kita jawab pertanyaan ini.

Apakah orang Kristen yang taat kepada Tuhan akan mati? Tentu saja tidak. Mereka akan bahagia di surga. Terlebih orang seperti Bunda Maria yang memang lain dari yang lain. Karena Bunda Maria masih hidup di surga, mengapa kita tidak meminta doa kepada dia? Lagipula, kita harus ingat ayat berikut:

Yakobus 5:16
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Doa orang yang benar sangat berkuasa. Kalau Bunda Maria tidak bisa dianggap benar lalu siapa lagi?
Bagian lain dari injil yang mengatakan kalau yang sudah meninggal dunia bisa menjadi bantuan untuk mendoakan umat di dunia:

 


Yeremia 15:1
TUHAN berfirman kepadaku: "Sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan-Ku, hati-Ku tidak akan berbalik kepada bangsa ini. Usirlah mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi!"

Disini kita lihat kalau Musa dan Samuel, yang hidup di jaman yang berbeda dan sudah meninggal di saat jaman Yeremia, bisa berdiri bersamaan dihadapan Allah. Mungkin ada yang berkata, "Kata 'sekalipun' di ayat tersebut menunjukkan kalau ayat diatas itu hanya pengandaian dan tidak terjadi," meskipun hal tersebut tidak terjadi kita masih bisa menarik kesimpulan bahwa hal tersebut mungkin.

Quote:

Orang Katolik memang berdoa kepada Maria terbukti dari doa Salam Maria:
"Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu Terpujilah engkau di antara wanita

dan terpujilah buah tubuhmu Yesus Santa Maria Bunda Allah Doakanlah kami yang berdosa ini
Sekarang dan waktu kami mati. Amin."
"Bunda Maria, hatimu selalu tertuju pada Allah. Oleh karenanya engkau selalu bisa mengalahkan bujuk rayu setan. Dampingilah ya Bunda, supaya hati kami pun selalu tertuju kepada Allah. Kami ingin selalu waspada terhadap godaan setan dan menjauhinya. Kami ingin memelihara hati kami supaya tetap bersih.
Tak lupa juga, ya Bunda, doakanlah kakek-nenek dan saudara-saudari kami yang telah dipanggil Tuhan, supaya mereka mendapatkan kebahagiaan kekal. Antarlah mereka kepada Tuhan Yesus Putramu. Dan jangan lupa jemputlah kami semua pada saat kematian kami nanti. Hantarlah pula kami menuju Yesus Putramu.
Bunda, doamu adalah harapan kami. Doa yang engkau lambungkan untuk kami tentu menjadi kesukaan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus pasti mengabulkannya. (Fx. Wibowo Ardhi, Mari Berdoa Salam Maria, Kanisius, hal. 45-46).
"Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin." (ibid. hal. 233).
"Maria tidak hanya merupakan pola utama dan teladan yang menunjukkan keadaan yang kita cita-citakan bagi kita, dengan meneladan iman, harapan dan kasihnya, tetapi ia juga aktif mendoakan kita supaya Roh Kudus diarahkan berlimpahan pada kita." (George A. Maloney SJ, Maria Rahim Allah, Kanisius, hal. 147).

Umat Katolik memang berdoa kepada Maria. Dan ini sama sekali tidak pernah disanggah umat Katolik sendiri. Bahkan umat Katolik akan menyatakannya tanpa takut karena memang sudah sesuai dengan Kitab Suci dan Tradisi bagi kita untuk meminta doa kepada orang yang hidupnya kudus didepan Allah, baik ketika orang itu hidup maupun sesudah orang itu mati.

Doa-doa tersebut sudah sangat baik dan benar.

Quote:

Sanggahan kristen:
a. Kitab Suci tidak pernah mengajar kita untuk berdoa kepada Maria.
Rasul-rasul juga tidak pernah berdoa / meminta apapun kepada Maria. Doa hanya boleh ditujukan kepada Allah.

Hampir semua kitab Perjanjian Baru ditulis ketika Maria masih hidup (kecuali Injil Yohanes dan Wahyu). Karena itu wajar saja tidak ada doa kepada Maria karena sang perawan abadi masih hidup. Namun paling tidak, seperti ditunjukkan diatas, dari Kitab Suci kita mempelajari bahwa 1) doa orang baik bermanfat, dan 2) Allah adalah Allah yang hidup sehingga para umat beriman yang selamat tidak mati tapi hidup. Inilah landasan bagi doa kepada Maria atau para kudus lainnya.


Lagipula, Kitab Suci juga tidak pernah menyebut istilah Trinitas, tapi toh hampir semua umat Kristen (kecuali sekte tertentu) mengimani Trinitas. Para umat Kristen Protestant, yang patokannya hanya Kitab Suci, akan beralasan bahwa meskipun Trinitas tidak ada di Kitab Suci tapi Trinitas sesuai dengan Kitab Suci, karena itu penggunaan istilah Trinitas dianggap sah. Nah, dengan argumen yang mirip umat Katolik pun bisa menjawab keberatan Protestant diatas. Umat Katolik bisa berkata bahwa meskipun di Kitab Suci tidak secara eksplisit ada kisah tentang doa kepada Maria namun berdoa kepada Maria tidak bertentangan dengan ajaran Kitab Suci. Justru malahan sangat dianjurkan untuk berdoa kepada orang benar (Yak 5:16), dan Maria adalah orang yang sangat benar dan dia ada di Surga, hidup, mau dan mampu mendoakan kita.

Quote:

b. Maria harus menjadi Allah yang maha tahu untuk bisa mendengar doa-doa orang Katolik yang begitu banyak. Dan ia harus menjadi Allah yang maha kuasa untuk bisa mengabulkan doa-doa itu.

Pertama: Maria sudah disurga. Di surga tidak ada batasan ruang dan waktu. Logika manusia tidak bisa dipakai di Surga. Dan Allah bisa membuat para Kudus mendengar doa jemaat di Bumi.
Ketidak mungkinan makhluk surgawi untuk dapat mendengar doa disanggah dalam kitab Wahyu

Wahyu 8:3-4
Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.

Wahyu 5:8
Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.
Kita lihat bagaimana "kedua puluh empat tua-tua" membantu memegang doa orang Kudus untuk dihadapkan ke hadirat Allah.

Kedua: Pengabul doa adalah Allah. Kalau kita minta doa kepada orang tua, pendeta kemudian doa kita terkabul, apakah itu berarti kalau pendeta dan orang tua adalah pengabul doa kita? Itu salah sama sekali. Pengabul doa cuma Allah. Lihatlah rumusan doa Salam Maria diatas kamu akan bisa mendapatkan, "Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ..." Kita minta Maria untuk mendoakan. Doa dikabulkan oleh Tuhan.

Quote:

c. Kalaupun ada doa kepada Maria yang dikabulkan, pengabulan doa itu pasti datang dari setan. Setan bisa mengabulkan doa yang salah, supaya manusia terus berdoa dengan cara yang salah itu. Jangan lupa bahwa juga ada banyak orang berdoa kepada patung berhala dan mendapatkan pengabulan doa! Jadi, ada pengabulan doa, tidak berarti bahwa doa itu benar!

Patut ditanyakan kepada si Protestant, apakah setan bisa mengabulkan doa yang benar? Padahal faktanya hampir semua doa kepada Maria adalah doa yang benar. Dan banyak dari doa tersebut telah terkabul.

Si Protestant sendiri telah mendaftar beberapa doa kepada Maria diatas. Apakah doa-doa tersebut adalah doa yang salah? Doa yang mirip dengan doa pemuja berhala? Tidak dan tidak.

 

Quote:

2. Maria dianggap sebagai perantara antara Allah dan Manusia.
Bahwa Katolik Roma memang mempercayai hal ini terbukti dari: [= Dan ia (Maria) betul-betul merupakan perantara perdamaian antara orang-orang berdosa dan Allah. Orang-orang berdosa menerima pengampunan oleh ... Maria saja] - 'The Glories of Mary', hal 82-83.

Tampaknya tulisan diatas didasarkan oleh tulisan Len Lisenbee, seorang Protestant yang mengkritik keras buku Glories of Mary yang ditulis seorang Uskup Katolik St Alphonsus Liguori. Dave Armstrong, seorang Apologis Katolik yang dulunya berasal dari Protestant telah menanggapi tulisan Lisenbee dan menunjukkan ketidakjujuran Lisenbee dalam mengutip apa yang ditulis St. Alphonsus Liguori. Dave Armstrong bahkan menyurati Lisenbee untuk mengkoreksinya, namun Lisenbee memutus korespondensi,
Tanggapan dari dave Armstrong bisa dibaca di:
http://socrates58.blogspot.com/2004/02/ ..i-in-glories.html

Armstrong menggunakan buku Glories of Mary, edisi yang sama dengan yang di-kritik Lisenbee. Atas kutipan di Hal 82-83, Kutipan itu Armstrong menemukan bahwa Lisenbee menghilangkan kata "dibuat" sebelum kata "betul-betul." Padahal kata "dibuat" tersebut menunjukkan bahwa St. Liguori mengajarkan bahwa keperantaraan Maria (yang berbeda dengan Kristus seperti yang dijelaskan di pargraph 970 dari katekismus) merupakan sesuatu yang "dibuat" oleh Allah, atau dgn kata lain "dimampukan" oleh Allah.

Lalu bagian yang dihilangkan (diganti elips atau "...") dibuat oleh Lisenbee seakan akan merupakan kesatuan dari kalimat sebelumnya. Padahal bagian "Maria saja" adalah bagian dari kalimat lain, kalimat berikutnya. Kalimat tersebut merupakan kutipan dari St. Yohanes Khrysostomus, seorang Bapa Gereja, dan selengkapnya berbunyi, "Orang-orang berdosa menerima pengampunan oleh [intersesi dari] Maria saja." Dan sesudah itu kalimat berikutnya berbunyi "Tuhan kita menyebarkan semua rahmat."

Intersesi (intercession) berarti "berbicara mewakili." Kristus juga mempunyai peran intersesi (Ibr 7:25, Alkitab bahasa Inggris Revised Standard Version [RSV]) dan begitu pula Roh Kudus (Rom 8:26-27, RSV). Di Perjanjian Lama para nabi meng-intercede umat kepada Allah (Yer 27:18, RSV). Di Luk 4:38 (alkitab Inggris versi New American Bible), ibu mertua Simon (namanya belum diganti oleh Yesus menjadi Petrus) sedang sakit sehingga keluarga Simon Petrus berbicara mewakili (intercede) sang ibu yang sakit kepada Kristus agar Dia menyembuhkannya. Di Kej 20:17 (Alkitab versi New American Bible) Abraham juga berbicara mewakili (intercede) Abimalek kepada Allah, kepada istri dan budak Abimalek sehingga mereka bisa memiliki anak. Dari kisah-kisah tersebut terlihat dalam Kitab Suci banyak kisah-kisah dimana intersesi seseorang menggerakkan Allah untuk melakukan ini atau itu. Contoh diatas bisa ditambah lagi dengan upaya Musa yang berkali-kali memohon kepada Allah agar tidak membinasakan umat Israel dan Allah tergerak karena intersesi Musa yang disukaiNya sehingga Dia tidak memusnahkan Israel. Jadi tidaklah bertentangan dengan Kitab Suci untuk mengatakan, "orang-orang berdosa menerima pengampunan oleh [intersesi dari] Maria saja."

Kesimpulannya, pengutipan Lisenbee yang menyesatkan memperlihatkan seakan-akan: 1) Maria sudah dari sananya merupakan perantara, 2) orang berdosa menerima pengampunan dari Maria saja. Padahal kalau dilihat konteksnya: 1) Maria dibuat menjadi perantara dan yang membuat adalah Allah, tanpa dibuat Allah Maria tidak bisa menjadi perantara (perantaraan ini berbeda dari perantaraan Yesus seperti yang dijelaskan di Katekismus 970), 2) pengampunan orang berdosa melalui intersesi Maria saja sudah sesuai dengan kisah-kisah di Kitab Suci sendiri.

 

 

 

Quote:

Sanggahan Kristen:
a. 1Tim 2:5 dan 1Yoh 2:1-2, menunjukkan bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya perantara antara Allah dan manusia. Karena itu jelas bahwa Maria bukanlah perantara! Kalau Maria adalah perantara, maka kedua ayat tersebut adalah salah!
b. Hanya Yesus yang bisa menjadi perantara antara Allah dan manusia, karena Dialah satu-satunya Pribadi yang adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sunggguh manusia.
c. Seorang pengantara harus mempunyai kurban. Yesus mengurbankan nyawa-Nya, sehingga Ia bisa menjadi perantara / Imam Besar (Ibr 9:11-15). Sebaliknya, Maria tidak punya kurban apapun.
d. Kalau karena Yesus datang kepada kita melalui Maria, maka kita harus datang kepada Yesus melalui Maria, maka argumentasi ini bisa dilanjutkan sebagai berikut: karena Maria datang kepada kita melalui orang tuanya, kita pun harus datang kepada Maria melalui orang tua Maria. Dan karena orang tua Maria datang kepada kita melalui kakek dan nenek Maria, kita pun harus datang kepada orang tua Maria melalui kakek dan nenek Maria. Kalau ini diteruskan maka akhirnya untuk datang kepada Yesus kita harus melalui Adam dan Hawa!
Ini adalah suatu konsekwensi yang pasti tidak akan diterima oleh orang Katolik sekalipun!

Sanggahan Protestant bagian "a" sudah terjelaskan oleh paragraph 970 dari Katekismus diatas. Gereja Katolik mengimani dan mengajarkan bahwa keperantaraan Maria berbeda dengan Kristus. Keperantaraan Maria tidak melewati Kristus tapi bergantung kepada kepengantaraan unik Kristus. Dan pada faktanya sesama umat Kristen sendiri sering saling minta didoakan. Dan sering, karena berkat doa orang lain, apa yang didoakan terkabul. Fungsi perantaraan Maria tidak jauh berbeda dengan perantaraan doa sesama umat Kristen terhadap umat Kristen yang lain.

Sanggahan Protestant bagian "b" juga salah alamat. Karena Gereja Katolik juga mengimani dan mengajarkan bahwa Yesus-lah satu-satunya pengantara eksklusif antara manusia dengan Allah.

Sedangkan untuk bagian "c" umat Katolik bisa menjawab bahwa memang perantaraan Yesus bersifat eksklusif karena korban yang Dia lakukan. Karena itu tidak ada yang bisa menyamai perantaraan dan korban Yesus. Namun perantaraan Maria maupun perantaraan antar umat Kristen (dimana kita saling mendoakan) adalah perantaraan yang lain. Karena itu pula korban yang bisa diberikan Maria dan umat Kristen lain tentunya juga tidak sama dengan korban Yesus. Korban yang diberikan oleh Maria dan umat Kristen lain adalah "persembahan rohani" (1Pet 2:5), "persembahan tubuh" (Rom 12:1), bisa juga berupa dana atau kolekte seperti yang tertulis di Fil 4:18 yang ditulis Paulus sebagai suatu "persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah." Bahkan di Ibr 13:15-16 kita diajak untuk mempersembahkan korban syukur kepada Allah yaitu ucapan bibr yang memuliakan namaNya dan juga perbuatan baik dan bantuan-bantuan. Semuanya adalah korban yang berkenan kepada Allah yang kita satukan bersama dengan persembahan Kristus.

Terakhir untuk sanggahan bagian "d" umat Katolik bisa menjawab bahwa kita tidak berdoa kepada Maria KARENA Yesus datang melaui sang Bunda, tapi kita berdoa melalui Maria KARENA Maria adalah orang yang penuh rahmat (Luk 1:28 seharusnya berbunyi "Salam hai penuh rahmat." Terjemahan "Salam hai engkau yang dikaruniai" di Alkitab Indonesia adalah terjemahan yang kurang cocok dengan kata aslinya Yunani-nya yaitu "kecharitomene." Kata ini jauh lebih istimewa daripada kata Yunani di Kis 6:8 yang diterjemahkan "penuh rahmat." St. Hieronimus dengan tepat menerjemahkan "kecharitomene" menjadi "gratia plena" alias "penuh rahmat" di kitab Vulgata [Kitab suci bahasa Latin] yang beliau kerjakan pada 382 sampai 390 masehi. Kitab Vulgata dipakai umat Kristen kuno sejak saat itu sampai puluhan abad, terutama umat Kristen Barat dimana bahasa sehari-hari adalah bahasa Latin). Kepenuhan rahmat ini menjadikan sang Bunda sebagai orang yang benar sehingga doanya sangat bermanfaat, karena semakin benar orang, maka semakin berkenan dia dihadapan Allah sehingga doanya makin didengar (Yak 5:16).

Quote:

3. Maria dianggap sebagai pintu gerbang ke surga / jalan keselamatan, bahkan sebagai satu-satunya pintu gerbang ke surga / jalan keselamatan.
Perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini:
(= Maria disebut ... pintu gerbang surga karena tidak seorang pun bisa memasuki kerajaan yang mulia itu tanpa melewati dia) - 'The Glories of Mary', hal 160.
(= jalan keselamatan tidak terbuka bagi siapapun selain melalui Maria. ... Keselamatan kita ada dalam tangan Maria ... Ia yang dilindungi oleh Maria akan selamat, ia yang tidak dilindungi oleh Maria akan terhilang) - 'The Glories of Mary', hal 169-170.

Akan dibahas kutipan dari buku Glories of Mary karangan St. Alphonsus Ligouri tersebut satu persatu berdasarkan penjelasan dari Dave Armstrong di link yang telah ditulis sebelumnya.

Kutipan yang pertama berasal dari tulisan St. Bonaventura. Di bukunya, St. Alphonsus Liguori mengutip secara utuh dan tidak mencomot tulisan St. Bonaventura keluar konteks. Sebelum dan sesudah kalimat pertama yang dicomot diluar konteks tersebut tertuliskan:

St. Bonaventura: "Bagaimana Bulan, yang berdiri diantara Matahari dan Bumi, memancarkan ulang apapun yang diterimanya [Bulan] dari yang sebelumnya [Matahari], begitu pula Maria menumpahkan kepada kita yang ada di dunia ini rahmat-rahmat ilahi yang dia terima dari Matahari Keadilan Ilahi" . . . adalah Tuhan kita, sebagai kepala, darimana kekuatan spiritual yang vital (yaitu, pertolongan ilahi untuk memperoleh keselamatan abadi) mengalir kedalam kita, yang adalah anggota-anggot tubuh mistik . . . (pp. 159-160)

Dari konteksnya kita tahu pandangan St. Bonaventura dan St. Alphonsus Liguori. Bagi mereka Maria itu bagaikan Bulan yang hanya meyalurkan apa yang dia terima dari matahari kepada Bumi. Sang Matahari sendiri adalah Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus sebagai pencipta segala rahmat. Maria tidak bisa menciptakan rahmat sebagaimana Allah (Bapa, Putra, Roh Kudus). Dia hanya menyalurkan semua rahmat yang diberikan Allah (Bapa, Putra, Roh Kudus) kepada manusia. Sementara itu manusia perlu rahmat untuk bisa selamat. Maka, mengingat bahwa: 1) semua rahmat dari Allah tersalurkan ke Maria yang kemudian terberikan ke manusia, 2) rahmat perlu untuk keselamatan; MAKA bisa dikatakan secara spesifik bahwa tanpa Maria manusia tidak bisa selamat karena rahmat tidak terberikan kepadanya.

Inilah ajaran Gereja yang mengatakan bahwa MARIA ADALAH PENGANTARA (MEDIATRIX) SEMUA RAHMAT. Ajaran ini berangkat dari refleksi bahwa melalui kerja sama Maria (yang tentunya dimampukan oleh Allah sendiri) Kristus lahir di dunia. Dan karena Kristus adalah sumber dari rahmat keselamatan maka peran keperantaraan Maria tidak berhenti dengan kepasrahannya kepada Allah untuk ikut serta dalam rencana penyelamatan dengan melahirkan Kristus (Luk 1:38, "terjadilah kepadaku menurut perkataanmu"), tapi juga berlanjut sebagai penyalur dari segala rahmat Allah. Maria dibuat Allah (Bapa, Putra Roh Kudus) menjadi penyalur semua rahmatNya dan sang perawan melanjutkan kepasrahannya kepada rencana Allah.

Patut dicatat bahwa peran Maria sebagai perantara rahmat disini bukan sebagai pengendali utama. Jadi tidak mungkin ada orang yang ingin Allah beri rahmat, tapi karena tidak disetujui Maria maka orang tersebut tidak jadi diberi rahmat. Sebagai seorang hamba tuhan (Luk 1:38) yang paling sempurna, keinginan Maria yang sudah mulia disurga (begitu juga para kudus lainnya) terarah sejajar dengan Allah. Keperantaraan Maria disini harus dilihat sebagai kepasrahan dan kesediaan Maria, yang dimulai sejak fiat-nya di Luk 1:38 ("fiat mihi secundum verbum tuum" atau "terjadilah padaku menurut perkataanmu"), untuk ikut dalam rencana Allah.


Ludwig Ott dalam Fundamentals of Catholic Dogma mengatakan bahwa tradisi tertua akan ajaran bahwa Maria adalah pengantara semua rahmat ada sejak tahun 700-an dan mulai terlihat banyak pada abad pertengahan. St. Germanus dari Constantinople (+ 733AD) mengatakan, "tidak seorangpun yang mencapai keselamatan tanpa melalui engkau [Maria] ... Oh yang terkudus ... tidak ada yang dapat mendapatkan karunia rahmat kecuali melalui engkau ... Oh yang paling terpilih" (Or 9, 5. Lesson of the Office of the Feast). St. Bernard dari Clairvaux (+ 1153AD) mengatakan mengenai Maria: "Allah menghendaki bahwa kita tidak mempunyai apapun, kecuali oleh tangan-tangan Maria" (In Vig. Nativit. Domini serm. 3, 10) Ps-Albert Agung menyebut Maria: "penyebar universal akan semua kekayaan" (omnium bonitatum universaliter distributiva: Super Missus est q. 29).

Yang patut dicatat dari paragraph diatas adalah bahwa ajaran Maria sebagai perantara semua rahmat merupakan ajaran yang sudah ada sebelum ada skisma Timur (yang menyebabkan keluarnya bebrapa keuskupan dari kesatuan dengan Paus Roma dan kemudian menyebut diri mereka sendiri Gereja Orthodox) dan jauh sebelum timbulnya Protestantism. Sehingga anggapan bahwa Gereja Katolik membuat ajaran sesat yang lagi-lagi mengagung-agungkan Maria untuk menarik simpati umat merupakan anggapan yang jelas keliru. Ajaran Maria sebagai perantara semua rahmat merupakan ajaran Gereja sejak dahulu yang benihnya ada di Kitab Suci dan tertajamkan oleh refleksi Tradisi Suci.

Sekarang berkenaan dengan kutipan kedua. Dibaca tanpa konteks memang terlihat seakan-akan Maria punya peran yang setara dengan Yesus. Namun harus dilihat konteks yang lebih luas. Berikut adalah kutipan-kutipan disekitar kutipan Lisenbee diatas yang dapat memberi kita pandangan yang lebih jelas akan Mariologi dari St. Alphonsus Liguori:

Sang Doktor Malaikat St. Thomas [Aquinas] mengatakan [Summa Theologica 2. 2. q. 25, a.1, ad. 3], bahwa kita dapat meletakkan harapan kita pada seorang pribadi dalam dua cara: sebagai sebab utama, dan sebagai sebab perantara. Mereka yang mengharapkan satu bantuan kepada seorang raja, mengharap dari [sang raja] sebagai seorang tuan; mereka [juga bisa] mengharapkannya dari menteri-menterinya atau orang lain yang disukai raja sebagai wakil bicara. Jika bantuan diberikan, [maka bantuan tersebut] utamanya berasal dari sang raja, namun [bantuan itu] datang melalui sarana (instrumentality) dari orang-orang yang disukai raja; dan dalam kasus ini, dia yang mencari bantuan sudah tepat dalam menyebut si wakil pembicaranya sebagai harapannya. Sang Raja Surgawi, yang kebaikannya tak terbatas, menginginkan dalam tingkat yang paling tinggi untuk memperkaya kita dengan rahmat-rahmatNya; tapi karena keyakinan diperlukan dari pihak kita, dan untuk meningkatkannya dalam kita, Dia telah memberi kita IbuNya sendiri untuk menjadi ibu kita dan pembicara [bagi] kita, dan kepada [sang ibu] Dia telah memberikan semua kuasa untuk membantu kita; dan karenanya Dia berkehendak agar kita mempercayakan harapan keselamatan dan semua berkat dalam dia (sang ibu). Mereka yang meletakkan harapan hanya mahkluk-mahkluk ciptaan saja, terlepas dari Allah, seperti para pendosa, dan untuk mendapatkan persahabatan dan bantuan dari seorang manusia, [dengan] tidak takut untuk menyinggung Kemulian IlahiNya, tentunya pasti dikutuk Allah, seperti yang dikatakan nabi Yeremia (pp. 109-110; cf. p. 220)

. . . putramu Yesus Kristus . . . telah menghendaki agar engkau seharusnya mempedulikan dirimu padaNya, untuk mendapatkan kerahiman ilahi bagi kami. Dia telah men-dekrit-kan bahwa doa-doamu harus membantu keselamatan kami, dan telah membuat [doa-doa] tersebut begitu efektif sehingga [doa-doa tersebut] mendapatkan apa yang diminta. Kepada engkau karenanya, yang adalah harapan bagi yang putus asa, aku, seorang pendosa, memalingkan mata. Aku yakin, Oh Nona, pada pertama-tama melalui jasa-jasa Yesus Kristus, dan kemudian melalui perwakilanmu (intercession), aku akan diselamatkan . . . "Yesus adalah satu-satunya harapanku, dan setelah Yesus perawan Maria yang Paling Terberkati." (pp. 117-118)


Disini terlihat, sekali-lagi, bahwa peran Maria yang memang sangat penting tersebut hanya mendapat daya gunanya dari Yesus. Maria bisa menyelamatkan karena dia didorong rahmat Yesus untuk menyelamatkan. Mengatakan bahwa si A selamat karena si B bukanlah sesuatu yang sesat asalkan dipahami dengan benar. Kita bisa ambil contoh dari Kitab Suci sendiri. Di 1Kor 9:22 Paulus berkata bahwa dia menjadi lemah bagi yang lemah agar dia bisa menyelamatkan beberapa. Apakah ayat ini mengajarkan bahwa penyelamat itu adalah Paulus dan bukan Yesus? Tentu tidak. Pemahaman yang benar atas ayat tersebut adalah peran Paulus dalam keselamatan mendapatkan dayanya dari sang penyelamat sejati yaitu Yesus Kristus Tuhan kita.

Quote:

Sanggahan Kristen:
a. Yoh 10:1,7,9 Yoh 14:6 Kis 4:12 menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga / jalan keselamatan. Kalau Maria adalah jalan keselamatan, apalagi kalau Maria adalah satu-satunya jalan keselamatan, maka ketiga ayat tersebut di atas adalah salah!
b. Kalau memang Maria adalah pintu gerbang ke surga / jalan keselamatan, untuk apa Yesus harus datang ke dunia dan mati di salib? Bandingkan dengan Gal 2:21 yang menyatakan bahwa seandainya ada jalan keselamatan melalui ketaatan pada hukum Taurat, maka kematian Kristus adalah sia-sia! Analoginya, seandainya melalui Maria orang berdosa bisa mendapatkan keselamatan, maka kedatangan dan kematian Kristus juga sia-sia!

Sanggahan "a" bisa dibantah dengan mudah dengan mengutip paragraph 970 dari Katekismus. Peran perantaraan Maria sangat berbeda dengan Kristus. Sedangkan tulisan St. Alphonsus Liguori, bahwa Maria sebagai satu-satunya jalan keselamatan, harus dilihat dalam terang ajaran Gereja Katolik akan peran Maria sebagai perantara semua rahmat (seperti yang telah dijelaskan diatas.

Untuk sanggahan "b" bisa dijawab dengan mengatakan bahwa segala peran Maria mendapat kuasanya lewat kelahiran sengsara, kematian dan kebangkitan putranya Yesus Kristus. Jadi, tanpa Yesus lahir, sengsara, mati dan bangkit Maria akan tidak berdaya apalagi punya begitu banyak peran.

Quote:

4. Maria dianggap mempunyai kuasa di bumi dan di surga.
Ajaran ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
(= segala kuasa diberikan kepadamu di surga dan di bumi sehingga terhadap perintah Maria semua taat - bahkan Allah ... dan demikianlah ... Allah telah meletakkan seluruh Gereja di bawah kekuasaan Maria) - 'The Glories of Mary', hal 180-181. Sanggahan Kristen:
a. Kuasa di surga dan di bumi hanya diberikan kepada Tuhan Yesus (Mat 28:18), bukan kepada Maria! b. Dengan pemberian kuasa semacam itu kepada Maria akan menjadikan Maria sebagai Allah!

Kutipan dari buku Glories of Mary sekali lagi kurang tepat dan diluar konteks. Kalimat pertama sebenarnya berakhir di kata "Bumi." Kata "sehingga" tidak ada dan ditambahkan oleh Lisenbee. Dan frase selanjutnya baru ada setelah lebih dari setengah halaman (frase "terhadap perintah Maria semua taat ... dst"). Untuk mengetahui konteks dari tulisan St. Alphunsus Liguori diatas berikut adalah kutipan lebih lanjut dari buku Glories of Mary:

. . . meskipun Maria, yang sekarang di Surga, tidak dapat lagi memerintah Anaknya, namun doa-doanya adalah selalu doa-doa dari seorang ibu, dan karenanya sangat berkuasa untuk mendapatkan apa yang dimintanya . . . "Karena perlindunganmu adalah maha kuasa, O Maria," kata Cosmas dari Yerusalem . . . Richard dari St. Laurence; . . . " . . . seorang ibu dibuat maha kuasa oleh putra yang maha kuasa." . . . Karena sang Ibu, karenanya, harus mempunyai kuasa yang sama dengan sang Putra, yang merupakan hak Yesus, yang maha kuasa, dibuatNya Maria juga maha kuasa;meskipun tentunya, selalu benar bahwa dimana sang Putra karena kodratNya maka [Dia] maha kuasa, sang ibu hanya begitu karena melalui rahmat . . . Maria, karenanya, dipanggil maha kuasa dalam arti yang bisa dimengerti sebagai seorang mahkluk yang tidak mampu mendapatkan atribut keilahian [ie. ke-maha-kuasa-an]. Dia [Maria] adalah maha kuasa, karena oleh doanya dia mendapatkan apapun yang dia inginkan. (pp. 180-182)

Telah jelas bahwa kemaha kuasaan Maria itu semata-mata karena dibelakang Maria ada PutraNya yang pada kodratnya sendiri adalah maha kuasa (sementara kodrat Maria sama sekali tidak maha kuasa).

Quote:

5. Maria dijadikan obyek penyembahan.
"Bunda Maria berjanji mau membantu kita berdoa, tetapi ia juga mengharapkan supaya kita memohon kepadanya. Bunda Maria akan lebih mudah dalam membantu kita menjadi murid Yesus yang baik, bila kita sungguh-sungguh berniat mau menjadi baik" (Fx. Wibowo Ardhi, Mari Berdoa Salam Maria, Kanisius, hal. 43).

Sebaiknya kita telaah dulu arti kata "menyembah" dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia sendiri kata "menyembah" tidak harus SELALU ditujukan kepada yang ilahi. Salah satu dari banyak contoh yang ada di Kitab Suci adalah 2Sam 9:6. Di ayat tersebut dikatakan bahwa Mefiboset menyembah Daud. Contoh lain ada di ayat 1 Sam 25:23; 2Sam 14:4 dan Rut 2:10.

Mengingat kaidah bahasa Indoensia diatas maka tentunya tidak salah bila Maria dikatakan patut disembah, ASALKAN yang dimaksudkan adalah penyembahan yang dihaturkan pada mahkluk dan bukan kepada yang ilahi.

Lagipula kutipan yang disajikan si Protestant sendiri tidak menunjukkan bahwa Maria dijadikan obyek penyembahan. Kutipan dari buku Mari Berdoa salam Maria hanya mengajak agar kita berdoa dan memohon kepada Maria. Dan tentunya praktek minta doa dan mohon doa kepada seseorang adalah praktek yang juga dilakukan oleh banyak Protestant. Jadi apakah seorang Protestant menyembah pendetanya ketika dia minta doa dan mohon doa dari sang pendeta? Tentu tidak.

Quote:

Secara resmi Gereja Katolik Roma menyangkal menyembah Maria dan membedakan 3 macam penyembahan:
a. LATRIA: Ini adalah penyembahan yang tertinggi, dan ini hanya ditujukan kepada Allah.
b. DULIA: Ini adalah pemujaan terhadap malaikat / orang-orang suci.
c. HYPER-DULIA: Ini adalah pemujaan yang lebih tinggi dari DULIA, dan ini ditujukan kepada Maria.
Tetapi dalam prakteknya, orang-orang awam Katolik Roma tidak tahu apa-apa tentang hal ini.

Sepertinya si Protestant menggunakan asumsi yang bias. Dia dengan mudah mengatakan bahwa orang awam Katolik tidak tahu apa-apa, padahal pembedaan itu diajarkan di kelas-kelas katekisasi. Lagipula ketidaktahuan sering disebabkan karena umat sendiri yang bersikap cuek terhadap ajaran Gerejanya, dimana hal yang sama juga terjadi pada orang Protestant (sebagai test silahkan tanya orang Protestant 8 sabda bahagia, pasti sebagian besar tidak hafal). Ketidaktahuan awam dengan gampang diobati dengan bertanya kepada Romo.

Quote:

Sanggahan Kristen:
a. Kitab Suci tidak pernah mengajarkan adanya 3 macam penyembahan seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik itu. Jadi disini lagi-lagi terlihat adanya ajaran Katolik Roma yang sama sekali tidak punya dasar Kitab Suci!

 

 

Dasar Kitab Suci Latria tentunya adalah perintah Allah no: 1. Dasar Kitab Suci Hyper-Dulia tentunya adalah Luk 1:48 ("For behold, henceforth all generations will call me blessed" aku pakai Alkitab Revised Standard Version karena terjemahan Indonesia kurang memadai makna yang dikandung Luk 1:48). Dan dasar Kitab Suci untuk Dulia adalah fakta Alkitabiah bahwa Allah adalah Allah yang hidup (sehingga semua orang kudus tidak mati tapi hidup bersama Allah) dan fakta bahwa doa orang yang benar sangat bermanfaat (Yak 5:16).

Quote:

b. Sekalipun mereka tidak menamakan 'penyembahan', tetapi mereka berdoa kepada Maria, berlutut di bawah patung Maria, menyanyi memuji Maria. Semua itu jelas tidak bisa disebut sebagai penghormatan, tetapi harus dianggap sebagai penyembahan.

Mengenai berlutut, sujud, menyanyi, berdoa. Apakah kesemua tindakan itu hanya boleh dilakukan untuk Allah? Apakah kesemua tindakan itu hanya boleh dilakukan dalam konteks penyembahan kepada yang ilahi? Tidak dan tidak.

Bawahan sering berlutut dan bersujud dihadapan atasannya. Praktek ini juga berlaku dalam keluarga dimana yang muda berlutut/bersujud kepada yang tua. Di Cina dan Jepang seorang murid sering berlutut kepada gurunya. Di upacara pengantin beberapa adat pun ada acara dimana si pengantin wanita berlutut dan bersujud kepada suami. Apakah ini berarti si bawahan, yang muda-muda, murid-murid dan pengantin wanita menyembah (dalam konteks keilahian) dan menganggap atasan, yang tua-tua dan pengantin pria sebagai Allah? Omong kosong.

Lalu mengenai menyanyi. Ingat lagu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa? Memangnya apakah kalau kita menyanyikan lagu itu berarti kita menyembah (dalam konteks keilahian) dan menganggap guru-guru sebagai Allah? Bagaimana dengan lagu Gugur Bunga? Apakah kita menganggap para pejuang sebagai Allah yang patut disembah? Tentunya tidak dan tidak.

Kesalahan si Protestant disini adalah mengidentikkan berlutut, menyanyi dan berdoa dengan menyembah dalam konteks keilahian. Padahal ketiganya itu bisa dilakukan diluar konteks penyembahan terhadap yang Ilahi.

Quote:

c. Kitab Suci jelas melarang penyembahan pada manusia maupun malaikat (Mat 4:10 Kis 10:25,26 Kis 12:20-23, Kis. 14:14,15 Why. 19:10 Why. 22:8,9). Perhatikan bahwa dalam Kis 10:25-26, Kornelius jelas bukan menyembah Petrus karena menganggapnya sebagai Allah! Ia menyembah Petrus sebagai penghormatan kepada Petrus sebagai rasul Tuhan. Tetapi, Petrus tetap menolak sembah itu, karena sebagai manusia biasa ia tidak layak menerima sembah, dan sembah hanya boleh diberikan kepada Allah! Demikian juga dalam Why. 19:10 dan Why. 22:8-9, pada waktu rasul Yohanes menyembah malaikat, rasanya tidak mungkin ia menyembah malaikat itu karena menganggapnya sebagai Allah. Mungkin ia menyembahnya hanya sebagai pernghormatan, atau sekedar karena takutnya melihat malaikat, tetapi malaikat menolak sembah dan mengalihkannya kepada Allah!

Pertama-tama harus dijelaskan bahwa Gereja Katolik juga melarang menyembah manusia dalam konteks keilahian berdasarkan ayat-ayat yang sama diatas.

Kedua, mengingat bahwa di bagian lain Kitab Suci terlihat bahwa penyembahan juga bisa dilakukan kepada manusia (1 Sam 25:23; 2Sam 9:6; 2Sam 14:4; Rut 2:10) maka bisa disimpulkan bahwa penyembahan di Kis 10:25-26; Why 19:10 dan Why 22:8-9 dilarang karena Kornelius dan Yohanes melakukannya dalam konteks keilahian.

 

Quote:

d. Kitab Suci melarang kita yang masih hidup untuk mengadakan kontak dengan orang yang sudah mati (Ul 18:9-12 Im 20:6 Yes 8:19-20). Sekalipun Maria adalah ibu Yesus, tetapi ia tetap sudah mati, sehingga kita tidak boleh berdoa ataupun mengadakan kontak dengan dia. Ini tidak berbeda dengan orang-orang yang mengadakan kontak dengan orang yang sudah mati dengan menggunakan jai-langkung, permainan cucing, dsb.

Yang dikecam di Ulangan 18:9-12, Im 20:6, Yes 8:19-20 adalah praktek klenik seperti yang dilakukan oleh dukun-dukun di Indonesia

Praktek berdoa kepada orang mati, tidak bisa disamakan dengan praktek yang dikecam dalam ulangan. Di Ulangan praktek tersebut adalah sama dengan praktek klenik dimana dukun berhubungan dengan orang mati untuk mendapatkan ramalan akan masa depan seperti nomor lotere, perjodohan, rejeki etc etc. Hal ini dikecam oleh ulangan. Terlebih dari itu, hal tersebut juga dikecam oleh Gereja Katolik dan ini terlihat dari Katekismus Gereja Katolik:

Ramalan dan Magi

2115 Allah dapat mewahyukan masa depan kepada para nabi dan orang-orang kudus yang lain. Tapi sikap Kristen ialah menyerahkan masa depan dengan penuh kepercayaan kepada penyelenggaraan ilahi dan menjauhkan diri dari tiap rasa ingin tahu yang tidak sehat. Siapa yang kurang waspada dalam hal ini bertindak tanpa tanggung jawab.

2116 Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan seakan-akan mereka dapat "membuka tabir" masa depan (Bdk. Ul 18:10; Yer 29:8). Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah.

2117 Semua praktek magi dan sihir, yang dengannya orang ingin menaklukkan kekuatan gaib, supaya kekuatan itu melayaninya dan supaya mendapatkan suatu kekuatan adikodrati atas orang lain – biarpun hanya untuk memberi kesehatan kepada mereka – sangat melanggar keutamaan penyembahan kepada Allah. Tindakan semacam itu harus dikecam dengan lebih sungguh-sungguh lagi, kalau dibarengi dengan maksud untuk mencelakakan orang lain, atau kalau mereka coba untuk meminta bantuan roh jahat. Juga penggunaan jimat harus ditolak. Spiritisme sering dihubungakan dengan ramalan atau magi. Karena itu Gereja memperingatkan umat beriman untuk tidak ikut kebiasaan itu. Penerapan apa yang dinamakan daya penyembuhan alami tidak membenarkan seruan kepada kekuatan-kekuatan jahat maupun eksploitasi orang-orang lain yang gampang percaya.

Nah, sekarang marilah kita lihat, apakah SEMUA hubungan kita dengan yang sudah meninggalkan dunia itu adalah hal yang tabu? Silahkan baca ayat berikut:

Matius 17:3:
Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.

Apakah kita akan mengutuk Yesus karena dia berbicara dengan Musa dan Elia yang sudah mati? Tentu saja tidak


Sungguh tidak masuk akal untuk menyamakan praktek klenik dengan praktek meminta doa kepada Orang Kudus yang punya dasar Alkitab kuat.

Quote:

B. Maria dianggap sebagai perawan yang abadi
Orang Katolik Roma bukan hanya mengakui bahwa Maria adalah seorang perawan pada waktu mengandung dan melahirkan Kristus, tetapi juga bahwa keperawanan Maria bersifat abadi. Dengan kata lain, setelah kelahiran Yesus pun Yusuf, suami Maria, tetap tidak pernah berhubungan sex dengan Maria. "Dalam dirimu, ya Perawan tak bernoda, batas-batas alam terlangkahi,
melahirkan, namun tetap perawan. Kematian menjadi jaminan hidup.
Sesudah melahirkan, engkau tetap perawan, sesudah mati engkau tetap hidup.
Ya, pengandung Allah. Engkau menyelamatkan kami, warisanmu,
Tak henti-hentinya!" (George A. Maloney SJ, Maria Rahim Allah, Kanisius, hal. 156).

Ini memang benar. Gereja Katolik mengimani bahwa Maria tetap perawan sampai mati. Sanggahan-sanggahan akan dibahas dibawah.

Quote:

Sanggahan Kristen:
a. Dalam Mat 1:24-25 dikatakan bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir. Sekarang pikirkan sendiri bagaimana saudara menggunakan kata 'sampai'. Kalau misalnya dikatakan bahwa kita libur sampai tanggal 1 Januari, maka bukankah itu berarti bahwa setelah itu kita tidak lagi libur? Jadi, kalau dikatakan bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir, ini berarti bahwa sesudah kelahiran Yesus mereka hidup sebagai suami istri biasa / bersetubuh.

Bahasa asli Alkitab adalah Yunani. Kata bermasalah disini adalah 'Heos hou' yang diterjemahkan menjadi 'sampai'.

Apakah 'heous hou' selalu berarti perubahan dari keadaan lama (maria tidak bersetubuh) menjadi keadaan yang baru (SAMPAI dia melahirkan Yesus) dan lain dari yang lama (Maria bersetubuh sesudah dia melahirkan Yesus)? Marilah kita lihat ayat lain di Alkitab yang juga menggunakan 'heos hou'
Kisah Para Rasul 25:21
Tetapi Paulus naik banding. Ia minta, supaya ia tinggal dalam tahanan dan menunggu, sampai ['sampai' disini adalah kata Yunani 'eis', bukan ini yang dimaksud] perkaranya diputuskan oleh Kaisar. Karena itu aku menyuruh menahan dia sampai ['heos hou'. Kata 'sampai disini menggunakan 'heos hou'] aku dapat mengirim dia kepada Kaisar.

Ayat tersebut adalah ucapan Festus kepada raja Agrippa. Festus disini berkata bahwa dia menyuruh bawahannya untuk menahan Paulus SAMPAI (heos hou) dia dapat mengirim Paulus kepada kaisar. Nah, apakah Festus berpikiran untuk membebaskan Paulus setelah dia dapat mengirim Paulus kepada kaisar? Tentu tidak. Tentunya setelah sampai dihadapan Kaisar untuk meminta banding seorang tahanan tentunya tidak langsung dibebaskan dari tahanan. Si tahanan akan terus ditahan sampai kaisar memutuskan perkaranya dan ini bisa berlangsung lama. Kalau nanti si tahanan terbukti bersalah, maka dia akan tetap ditahan. Sedangkan kalau si tahanan terbukti tak bersalah, maka baru dia akan dibebaskan.

Jadi di Kitab Suci pun terlihat bahwa penggunaan kata "sampai" (heos hou) tidak selalu berarti bahwa terjadi perubahan dari kondisi lama ke kondisi baru.

 

 

Quote:

b. Tidak ada perlunya / gunanya mempertahankan keperawanan Maria setelah Yesus lahir. Kristus memang harus lahir dari seorang perawan untuk menggenapi Yes 7:14 dan supaya Yesus bisa lahir tanpa dosa. Tetapi setelah Yesus lahir, keperawanan Maria itu tidak lagi perlu dipertahankan.

Perlu atau tidaknya keperawanan Maria tidak ada kaitannya dengan kenyataan bahwa Maria tetap perawan. Dan patut dicatat bahwa para pelopor Protestantisme sendiri merasa perlu untuk mempertahankan keperawanan Maria.

Pendapat para pencetus Protestantisme: Martin Luther (Lutheran dan pencetus Protestantisme pertama), John Calvin (Baptis), Huldreich Zwingli, John Wesley (Methodis)- tentang Keperawanan Maria

Martin Luther
Kristus, penyelamat kita, adalah buah rahim yang nyata dan alami dari Maria... Ini adalah tanpa campur tangan lelaki, dan dia tetap perawan setelah itu
{Luther's Works, eds. Jaroslav Pelikan (vols. 1-30) & Helmut T. Lehmann (vols. 31-55), St. Louis: Concordia Pub. House (vols. 1-30); Philadelphia: Fortress Press (vols. 31-55), 1955, v.22:23 / Sermons on John, chaps. 1-4 (1539) }

Kristus... adalah satu2nya anak dari Maria, dan Perawan Maria tidak mempunyai anak lain selain Dia.... Aku merasa setuju dengan pernyataan bahawa "saudara" berarti "sepupu" disini, karena tulisan suci dan orang Yahudi selalu memanggil sepupu dengan saudara
{Pelikan, ibid., v.22:214-15 / Sermons on John, chaps. 1-4 (1539) }

Kebohongan baru dituduhkan kepadaku. Aku dituduh mengkhotbahkan dan menulis bahwa Maria, Bunda Allah, tidak perawan baik sebelum kelahiran maupun sedudah kelahairan Kristus...
{Pelikan, ibid.,v.45:199 / That Jesus Christ was Born a Jew (1523) }

Kitab suci tidak mengatakan atau mengindikasikan kalau Maria setelah [kelahiran Kristus]... kehilangan keperawanan... Di Matius 1:25 dikatakan bahwa Joseph tidak mengenal Maria secara badaniah sampai Maria melahirkan anak, tidaklah dapat disimpulkan kalo Joseph mengenal Maria secara badaniah sesudahnya; Sebaliknya, ini berarti bahwa Joseph tidak pernah sama sekali mengenal Maria secara badaniah..... Omong kosong ini [bahwa Maria tidak perawan sebelum dan setelah Kristus lahir] adalah tanpa pembenaran.... [Orang yang menganggap kalo Maria tidak tetap perawan] tidak pernah tahu atau memperhatikan kitab suci atau idiom umum.
{Pelikan, ibid.,v.45:206,212-3 / That Jesus Christ was Born a Jew (1523) }

John Calvin

Helvidius mempertunjukkan ketidaktahuan berlebihan dalam menyimpulkan bahwa Maria harus mempunyai putra-putra, hanya karena saudara Kristus kadang2 disebutkan.
{Harmony of Matthew, Mark & Luke, sec. 39 (Geneva, 1562), vol. 2 / From Calvin's Commentaries, tr. William Pringle, Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1949, p.215; on Matthew 13:55}


 

 

 

[Mengenai Matius 1:25] Kesimpulan yang diambil Heldivius bahwa tetap perawan hanya sampai kelahiran pertama Maria, dan setelah itu dia punya anak lain dari suaminya.... Tidak ada kesimpulan bulat yang dapat ditarik dari kata2 dalam Matius 1:25... mengenai apa yang terjadi setelah Yesus lahir. Yesus dipanggil 'Anak Pertama'; tapi satu satunya tujuan sebutan tersebut adalah untuk memberi informasi bahwa Yesus dilahirkan dari Perawan.... Apa yang terjadi sesudahnya tidak diinformasikan oleh sejarahwan..... Tidak ada orang yang secara keras kepala meneruskan argumen [bahwa Maria tidak perawan setelah melaahirkan Kristus], kecuali kalau dia senang akan pertikaian
{Pringle, ibid., vol. I, p. 107}
Didalam kata 'saudara' orang Ibrani memasukkan juga sepupu dan relasi yang lain, apapun tingkat kedekatannya.
{Pringle, ibid., vol. I, p. 283 / Commentary on John, (7:3) }

Huldreich Zwingli

Dia [Zwingli], di tahun 1522, mempertahankan keperawanan abadi Ibu Yesus.... Untuk menyangkal bahwa Maria tetap tak ternodai sebelum, selama, dan sesudah kelahiran Kristus, adalah sama dengan menyangkal keMaha Kuasaan Tuhan.... dan karena itu sangat benar dan berguna untuk mengulangi salam malaikat Gabriel - bukan doa- 'Ave Maria'.... Tuhan mengangkat Maria diatas semua mahkluk, termasuk orang suci dan malaikat - kemurnian, keluguan dan iman Maria yang tak terkalahkanlah yang harus diikuti manusia.
{G. R. Potter, Zwingli, London: Cambridge Univ. Press, 1976, pp.88-9,395 / The Perpetual Virginity of Mary . . ., Sep. 17, 1522}

Aku tidak pernah berpikir, ataupun mengajarkan, atau menyatakan kepada umum, apapun mengenai Maria yang tetap perawan, Ibu keselamatan kita, yang bisa dipandang tidak hormat, tidak saleh, tidak menghargai ataupun jahat.... Aku percaya dengan seluruh hatiku sesuai dengan kata2 di Injil suci bahwa sang perawan murni melahirkan bagi kita Anak Allah dan dia (Maria) tetap, saat kelahiran dan sesudahnya, perawan yang murni dan tak ternodai, untuk selama-lamanya.
{Thurian, ibid., p.76 / same sermon}

John Wesley (Pendiri Methodisme)
Aku percaya... Dia [Yesus Kristus] dilahirkan dari sang perawan terberkati yang baik setelah kelahiran Yesus tetap murni dan perawan tak ternodai.
{"Letter to a Roman Catholic," quoted in A. C. Coulter, John Wesley, New York: Oxford University Press, 1964, 495}

Cukuplah dari kutipan diatas untuk menunjukkan bahwa kecenderungan umat Protestant sekarang untuk menjelekkan dan mengecam kepercayaan bahwa Maria tetap perawan dan tidak mempunyai anak selain Yesus adalah ajaran yang timbul baru-baru ini dialiran Protestan. Ajaran yang timbul karena kebencian dan ketidak mau-tahuan terhadap sejarah. Para pelopor Protestantisme sendiri mengakui keperawanan abadi Maria dan mengecam orang yang berkata sebaliknya. Sifat Protestant sekarang yang tidak menghormati ajaran ini sangat melenceng dari semangat Gereja sejak dari dulu dan dari pelopor Protestantism sendiri.

Quote:

C. Immaculate Conception / Lahir dan hidup tanpa dosa (1854):
Doktrin Immaculate Conception ini artinya: Maria dikandung dan lahir tanpa dosa asal.
Maria juga tidak berbuat dosa dalam sepanjang hidupnya.
Maria bahkan dianggap sebagai 'tidak bisa berbuat dosa' (NON POSSE PECCARE (= not possible to sin). Doktrin ini dikeluarkan oleh Paus Pius IX tanggal 8 Desember 1854.

Ajaran Maria tak terkandung dosa asal memang adalah ajaran Gereja. Ajaran ini memang didefinisikan oleh Paus Pius IX pada 8 Desember 1854. Namun patut dicatat bahwa hanya karena ajaran ini didefinisikan pada 8 Desember 1854 tidak berarti bahwa ini adalah ajaran yang relatif baru. Sebagai contoh Trinitas sendiri baru didefinisikan sebagai ajaran Gereja secara formal pada 325 AD di Konsili Nicea I. Tapi toh itu tidak berarti bahwa sebelum itu ajaran Trinitas tidak ada.

Pendefinisian formal biasanya dilakukan karena pada suatu ketika timbul ketidakjelasan sehingga diperlukan ketegasan Gereja untuk menyatakan mana yang benar dan mana yang salah. Dlam membuat pernyataan Gereja akan menggali dari Kitab Suci dan Tradisi dan menentukan mana iman yang terus menerus diajarkan Gereja.

Nah, ajaran Maria tak terkandung tanpa noda dosa asal sebenarnya adalah ajaran yang sudah amat kuno. Berikut adalah kesaksian beberapa Bapa Gereja Awal atas ke-tak-bernoda-an Maria (diterjemahkan dari http://www.cin.org/users/jgallegos/immac.htm), perhatikan tanggal-tanggalnya.

"Dia [Yesus] adalah tabut yang dibuat dari kayu yang tak bisa lapuk. Karenanya dari ini ditandakan bahwa tabernakelNya [Yesus] dibebaskan dari ketidakbaikan dan dari korupsi."
Hippolytus,Orat. Inillud, Dominus pascit me(ante A.D. 235),in ULL,94

"Bunda Perawan ini dari Yang Terlahir oleh Allah, disebut Maria, layak bagi Allah, tak bernoda dari tak bernoda, satu dari satu."
Origen,Homily 1(A.D. 244),in ULL,94

"Biarlah wanita memujinya, Maria yang murni."
Ephraim,Hymns on the Nativity,15:23(A.D. 370),in NPNF2,XIII:254

"Engkau sendiri dan bundaMu dalam segala hal patut, tidak ada cacat dalam Engkai dan tidak ada noda dalam bundaMu."
Ephraem,Nisibene Hymns,27:8(A.D. 370),in THEO,132

"Maria, seorang Perawan tidak hanya tak terkotorkan tapi seorang Perawan yang mana rahmat telah [membuatnya] tak terlecehkan, bebas dari semua noda dosa."
Ambrose,Sermon 22:30(A.D. 388),in JUR,II:166

"Kita harus menerima bahwa Perawan Kudus Maria, yang mengenai dia aku tidak ingin mengajukan pertanyaan yang berkenaan dengan masalah dosa, atas hormat kepada Tuhan; karena dari Dia kita tahu sebagaimana melimpahnya rahmat untuk mengatasi dosa dalam segala hal telah diberikan kepada dia [Maria] yang berjasa [karena telah] meng-konsepsi dan mengandung Dia [Yesus] yang tak teragukan lagi tidak punya dosa."
Augustine,Nature and Grace,42[36](A.D.415),in NPNF1,V:135

"Seorang perawan, tak bersalah, tak terkotori, bebas dari semua kecacatan, tak tersentuh, tak terkotorkan, kudus di jiwa dan tubuh, bagaikan bunga Lili yang mekar diantara duri."
Theodotus of Ancrya,Homily VI:11(ante A.D. 446),in THEO,339

"Sang malaikat tidak mengambil sang Perawan dari Yosef, tapi memberikannya [perawan] kepada Kristus, yang kepada Yosef dia [si perawan] dijanjikan, tapi [sang malaikat] memberikannya kepada Kristus, yang kepada Kristus dia [si perawan] telah dijanjikan di rahim ketika dia [si perawan] sedang dibuat [dalam rahim ibu dari si perawan]."
Peter Chrysologus,Sermon 140(A.D. 449),in ULL,97

"Fakta bahwa Allah telah memilihnya [Maria] membuktikan bahwa tidak seorangpun yang pernah lebih kudus dari Maria, jika satu noda pun mengotori jiwanya [Maria], jika ada perawan lain yang lebih murni dan lebih kudus, Allah akan memilihnya dan menolak Maria."
Jacob of Sarug(ante A.D. 521),in Catholic Encyclopedia

"Dia [Maria] dilahirkan seperti kerub, dia [Maria] yang dari tanah liat yang murni dan tak bernoda"
Theotoknos of Livias,Panegyric for the feast of the Assumption, 5:6(ante A.D. 650),in THEO,180

"Hari ini kemanusiaan, dalam pancaran kemuliaan ketak bernodaannya [Maria], menerima kecantikan purbanya. Rasa malu atas dosa telah menggelapkan kilauan dan kemenarikan kodrat manusia; tapi ketika sang Bunda dari Dia [Yesus] yang baik dan cemerlang dilahirkan, kodrat [manusia] ini mendapatkan kembali dalam dirinya [Maria] keutamaan purbanya dan dibuat menurut satu model sempurna yang benar-benar layak dihadapan Allah.... Perubahan kembali kodrat kita dimulai hari ini dan dunia yang tua, yang menjadi subyek transformasi ilahi yang menyeluruh, menerima buah-buah awal dari ciptaan kedua"
Andrew of Crete,Sermon I,On the Birth of Mary(A.D. 733),in THEO,180

Sudah tertunjukkanlah diatas bagaimana iman akan Maria dikandung tanpa noda dosa adalah iman purba umat Kristen. Gereja Katolik hanya menegaskan kembali apa yang telah diimani jemaat Kristen awal (jemaat Kristen awal sendiri adalah Katolik bukan Protestant karena Protestant baru ada abad ke 16).

PS
Hampir lupa, Maria bukannya tidak dapat berdosa. Hanya Yesuslah yang tidak bisa berdosa. Maria bisa berdosa, tapi dia tidak berdosa. Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa Maria tidak dapat berdosa.

Quote:

Sanggahan Kristen:

1. Alkitab berkata bahwa sejak kejatuhan Adam ke dalam dosa semua manusia dikandung dan lahir dalam dosa dan bahkan berbuat dosa (Ayb 25:4 Mzm 51:7 Mzm 58:4 Pkh 7:20 Rm 3:10-12,23 Rm 5:12,19). Yang dikecualikan hanyalah Tuhan Yesus sendiri (2Kor 5:21 Ibr 4:15). Karena itu haruslah disimpulkan bahwa Maria adalah manusia berdosa seperti kita.

Si Protestant dengan gampangnya mengecualikan Yesus dari ayat-ayat tersebut, namun dia menolak kalau Katolik mengecualikan Maria dari ayat-ayat tersebut. Itu sangat tidak jujur. Sebagaimana ayat-ayat tersebut tidak bersifat mutlak kepada Yesus maka begitupula ayat-ayat tersebut bisa tidak bersifat mutlak kepada Maria karena memang dia adalah manusia yang sangat spesial. Dia adalah putri Bapa, Bunda sang putra dan mempelai Roh Kudus. Alah tidak membiarkan putriNya, bundaNya dan mempelaiNya terkena noda dosa. Dan memang inilah iman Gereja sejak dahulu seperti yang ditunjukkan lewat berbagai tulisan Bapa Gereja Awal diatas.

Quote:

2. Dalam Luk 1:46-47, Maria menyebut Allah sebagai Juruselamatnya. Mengapa Maria membutuhkan Juruselamat kalau ia memang sama sekali tidak berdosa?

Sanggahan ini bisa dijawab dengan mengatakan bahwa bebasnya Maria dari dosa adalah buah dari rencana keselamatan Kristus sendiri. Jadi tanpa Kristus, sengsara dan salibNya, Maria tidak akan bisa terkandung tanpa noda dosa. Itulah apa yang diajarkan Gereja Katolik. Kesempurnaan penerimaan rahmat keselamatan Yesus ada dalam diri Maria.

 

Quote:

3. Dalam Luk 2:22-24, Maria mempersembahkan korban penghapus dosa (bdk. Im 12:1-8). Sekalipun kenajisan / ketidak-tahiran karena melahirkan anak itu bukanlah suatu dosa moral, tetapi bagaimanapun tidak tahir / najis sangat kontras dengan suci / tidak berdosa!

Ini adalah tuduhan yang sangat gegabah dan lancang! Apakah kelahiran Kristus merupakan dosa?
Maria melakukan itu karena patuh terhadap hukum Taurat. Bukan karena Maria menjadi najis setelah melahirkan Kristus (suatu ungkapan yang penuh hujat! Menganggap bahwa kelahiran Yesus adalah najis!)

Kita dapat lihat bandingkan ketaatan Maria dengan peristiwa pembaptisan Kristus. Mengapa Kristus minta dibaptis kepada Yohanes? Padahal baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan (Mat 3:11). Apakah Yesus perlu pertobatan? Tidak. Tapi toh Kristus minta dibaptis. Kristus minta untuk dibaptis untuk menggenapkan kehendak Allah (Mat 3:15). Begitu juga Maria. Sang perawan hanya mengenapi apa yang diperintahkan Taurat.

Quote:

4. Mengapa Maria harus mati (catatan: orang Katolik Roma pun percaya bahwa Maria mengalami kematian) kalau ia tidak berdosa? Kematian adalah upah dosa (Kej 2:16-17 Kej 3:19 Rm 5:12 Rm 6:23). Kristus memang juga mati meskipun Ia tidak berdosa, tetapi Ia mati untuk menebus dosa umat manusia. Bagaimana dengan Maria?

Kalau Kristuspun mati meskipun dia tidak berdosa, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Maria harus hidup. Dan secara tekhnis, Kristus Mati karena dia disiksa dan disalib. Tubuh lama Yesus yang adalah Manusia tidak dapat menanggung siksaan yang diluar batas sehingga dia menyerahkan rohNya kepada Allah (Yoh 19:30). Tubuh manusia yang tidak berdosapun ada batasan. Karena itu tentu saja Maria yang juga bertubuh akan dibatasi oleh kematian. Sama seperti Yesus.

Kematian Maria tentu lebih patut mengingat Putranya sendiri juga mati dan Maria pun merasakan apa yang dilalui sang Putra supaya semakin menjadi satu dengan sang Putra yang juga Allahnya.

Quote:

5. Tuhan Yesus suci karena Maria mengandung dari Roh Kudus, tetapi Maria dikandung oleh seorang perempuan yang mengandung dari laki-laki biasa. Bagaimana mungkin ia dikandung tanpa dosa dan dilahirkan tanpa dosa pula? Bandingkan dengan ayat-ayat Ayub 25:4, Ro 3:23, Ro 5:12, Ro 5:19a. Kalau Maria dikandung dan lahir tanpa dosa, maka semua ayat-ayat di atas ini adalah salah!

Kristus tidak suci karena dia dikandung dari Roh Kudus. Kristus suci karena dia Allah. Sekalipun Maria berdosa itu tidak akan mampu membuat Kristus dalam kandungan menjadi tidak suci.

Beralasan bahwa karena Maria dikandung dari laki-laki biasa maka dia pasti berdosa merupakan alasan yang dibuat-buat. Allah sendiri membuat Adam dan Hawa dari tanah liat dan mereka pada awalnya tidak berdosa. Jadi kenapa fakta bahwa Maria dikandung dari laki-laki biasa membuat Allah kehilangan kemampuannya untuk membuat Maria bebas dari dosa sejak dia dikonsepsi?

 

 

 

 

Quote:

6. Orang Katolik Roma menekankan kesucian Maria karena mereka berpendapat bahwa kalau Yesus itu suci, maka Maria, yang melahirkan-Nya, juga harus suci. Tetapi doktrin ini mempunyai konsekwensi logis sebagai berikut: kalau karena Yesus itu suci maka Maria harus suci, maka karena Maria suci kedua orang tua Maria harus suci. Dan kalau kedua orang tua Maria suci, maka keempat kakek nenek Maria harus suci. Kalau ini diteruskan maka akan menunjukkan bahwa Adam dan Hawa pun harus suci! Ini adalah konsekwensi logis yang orang Katolik Roma pun tidak akan mau menerimanya!

Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa Maria harus suci (ie. bebas dari segala dosa) karena yang dikandung adalah Yesus. Gereja Katolik mengajarkan bahwa adalah PANTAS bagi Maria untuk dibuat tidak berdosa karena yang dia kandung adalah Allah. Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa Maria HARUS dibuat tidak berdosa agar dia bisa mengandung Yesus.

Dan konsekuensi logis diatas adalah sama sekali keliru karena Maria bukan Yesus (yang adalah Allah). Karena itu tidaklah perlu ataupun pantas bagi ibu Maria juga dibuat bebas dari dosa sejak dikonsepsikan.

Quote:

7. Doktrin Immaculate Conception ini baru muncul pada tanggal 8 Desember 1854. Mengapa dibutuhkan 18 abad untuk menemukan doktrin ini? Jelas karena memang tidak pernah ada dalam Kitab Suci!

Penjelasannya sudah tertulis diatas. Hanya karena sesuatu didefinisikan pada tanggal tertentu tidak berarti bahwa apa yang didefinisikan itu adalah iman yang sama sekali baru. Contohnya adalah doktrin Trinitas yang didefinisikan pada 325 AD.

Diatas juga sudah dihadirkan kutipan-kutipan dari para Bapa Gereja Awal (Romo-Romo dan Uskup-Uskup Gereja Katolik purba) yang menunjukkan bagaimana iman akan Immaculate Conception adalah iman jemaat Gereja kuno.

Quote:

D. Assumption of Mary (1950)
Doktrin tentang The Assumption of Mary (= Kenaikan Maria ke surga secara jasmani) dikeluarkan oleh Paus Pius XII dengan embel-embel 'EX CATHEDRA' (=dari kursinya) pada tanggal 1 Nopember 1950. Di surga Maria menduduki tempat yang lebih tinggi dari para orang suci atau penghulu malaikat. Ia dinobatkan sebagai Ratu Surga oleh Allah Bapa sendiri dan ia diberi tahta di sebelah kanan Anaknya. "Bunda Maria diangkat ke surga dengan seluruh jiwa raganya oleh Allah" (Fx. Wibowo Ardhi, Mari Berdoa Salam Maria, Kanisius, hal. 39).

Sungguh suatu penghinaan dan menunjukkan motivasi yang kurang baik dengan menggunakan kata "embel-embel." Namun itu adalah benar dogma Gereja Katolik yang dikeluarkan Ex Cathedra.

Penobatan Maria sebagai Ratu Surga tentunya merupakan konsekuensi logis dari fakta bahwa Yesus, sang Putra, adalah seorang raja. Karena Yesus adalah raja, maka ibuNya adalah ratu. Raja-raja jaman dahulu, termasuk di Israel, memiliki banyak istri dan selir karena itu akan susah sekali kalau semuanya dijadikan ratu (bdk Kid 6:8). Maka dibuat posisi "gebirah" atau "bunda ratu." Posisi ini berbeda dengan posisi ibu suri sayangnya di Alkitab indonesia kata tersebut diterjemahkan dengan "ibu suri." Pentingnya peran "gebirah" terlihat pada beberapa kisah dari Kitab Suci.


 

Di 1Raj 2:13-25 dikisahkan bagaimana Adonia, saudara Salomo lain ibu (ayah kedaunya adalah Daud) memohon kepada Batsyeba, ibu dari Solomo, agar Batsyeba minta kepada Solomo supaya Abisag gadis Sunem bisa menjadi istrinya. Batsyeba kemudian menjumpai anaknya dan Solomo dengan segala hormat menjemput sang ibu (1Raj 2:19) bahkan Solomo berkata bahwa apa yang diminta ibunya akan dia turuti (1Raj 2:20). Solomo menolak permintaan Adonia dan bahkan memerintahkan orang untuk membunuh Adonia karena permintaannya yang lancang itu (Abisag gadis Sunem yang diminta Adonia untuk menjadi istri sebenarnya adalah salah satu kekasih raja Daud, dengan mengawini bekas kekasih ayahnya Adonia ingin memperbesar pengaruh sehingga bisa menurunkan Solomo dari takhta dan mengusai kerajaan Israel). Dari kisah ini ada tiga hal yang patut dicatat: 1) Adonia yang memohon Betsyeba untuk menyampaikan permintaan lancangnya menunjukkan bahwa Adonia tahu bahwa Solomo menghormati ibunya, 2) Di 1Raj 2:19 Solomo dengan penuh hormat bangun, menjemput ibunya, kemudian menciumnya dan menyuruh pengawal untuk membawakan kursi agar sang ibu bisa duduk disampingnya, 3) Solomo berkata bahwa dia tidak akan menolak permintaan ibunya di 1Raj 2:20. Untuk point no:3, memang Solomo pada akhirnya menolak permintaan sang ibu, tapi bisa jadi ini karena sang ibu tidak paham konsekuensi dari yang dimintanya. Dari fakta ini kita juga tahu bahwa keputusan akhir selalu ada ditangan sang Raja. Ini sungguh cocok dengan hubungan Maria dan Putranya. Tentunya Maria sangat bisa dimintai bantuan karena sang Putra menghormati dia sebagai ibu. Namun keputusan terakhir ada ditangan sang Putra yang adalah raja. Ini dikarenakan Maria, dengan segala kemuliaan dan rahmat yang diterimanya di Surga, masih tetap manusia yang punya keterbatasan kebijaksanaan dibanding Allah sendiri.

Di kitab Yeremia bab 13 Allah sekali lagi memperingatkan Israel agar tidak jatuh dalam dosa. Yang menarik disini adalah ayat Yer 13:18. Pada ayat ini Allah memberi peringatan kepada Raja DAN KEPADA sang "gebirah."

Di 1Raj 15:13 kita melihat Raja Asa memecat sang "gebirah," Maakha karena Maakha membuat berhala. Ini menunjukkan bahwa posisi tersebut nyata dan tidak sepatutnya ditempati oleh orang yang bertindak bertentangan dengan perintah Allah. (catatan: Di beberapa Alkitab, termasuk Alkitab Indonesia, disebutkan bahwa Maakha adalah nenek dari Raja Asa, tapi ada juga Alkitab yang menyebut bahwa Maakha adalah ibu dari Asa [ex. Revised Standard Version]).

Sementara itu di kitab Raja-Raja baik yang pertama maupun yang kedua, nama Raja Israel dipasangkan dengan ibu mereka dan bukannya dengan istri mereka (kecuali dua raja, Yoram dan Ahas, yang sama sekali tidak dipasangkan dengan ibu maupun istri mereka). Berikut daftarnya:

- Raja Naama dan ibu Rehabeam (1Raj 14:21 Bdk. 14:31 dan 2Taw 12:13)
- Raja Abijah dan ibu Maakha. Ibunya adalah putri dari Abisalom (1Raj 15:2) atau Absalom (2Taw 11:20).
- Raja Asa dan ibu/nenek adalah Maakha, juga putri dari Abisalom (1 Raj 15:10 Bd. 2Taw 15:16).
- Raja Yosafat dan ibu adalah Azuba (1Raj 22:42 Bdk. 2Taw 20:31)
- Raja Ahazia dan ibu adalah Atalya (2Raj 8:26 Bdk. 2Taw 22:2)
- Raja Yoas dan ibu adalah Zibya (2Raj 12:1 Bdk. 2Taw 24:1)
- Raja Amazia dan ibu adalah Yoadan (2Raj 14:2 Bdk. 2Taw 25:1)
- Raja Azarya dan ibu adalah Yekholya (2Raj 15:1-2). Raja Azarza disebut juga Raja Uzia (Bdk. 2 Ch    26:3)
- Raja Yotam dan ibu adalah Yerusa Jerusha (2 Ki 15:33 Bdk.2Taw 27:1)
- Raja Hizkia dan ibu adalah Abi atau Abia (2Taj 18:2 Bdk. 2Taw 29:1)
- Raja Manasye dan ibu adalah Hefzibah (2Raj 21:1)
- Raja Amon dan ibu adalah Mesulemet (2Raj 21:19)
- Raja Yosia dan ibu adalah Yedida (2Raj 22:1)
- Raja Yoahas dan ibu adalah Hamutal (2Raj 23:31)
- Raja Yoyakim dan ibu adalah Zebuda (2Raj 23:36)
- Raja Yoyakhin dan ibu adalah Nehusta (2Raj 24:8)
- Raja Zedekia dan ibu adalah Hamutal (2Raj 24:18)
Cukup sudah bukti akan pentingnya posisi ibu raja dalam tradisi dan kebudayaan Israel. Karena itulah Maria memang layak disebut Ratu Surga KARENA Yesus adalah Raja Surga.

Sekarang kita lihat sanggahan lain dari si Protestant.

Quote:

Sanggahan Kristen:
1. Doktrin ini baru muncul tanggal 1 Nopember 1950. Mengapa dibutuhkan waktu 19 abad untuk menemukan doktrin ini? Jelas karena tidak pernah ada dalam Kitab Suci!

Sekali lagi, yang terjadi pada 1 November 1950 adalah pendefinisian resmi suatu doktrin yang sebelumnya memang sudah dipegang. Trinitas sendiri didefinisikan resmi pada 325 AD namun tentunya ini tidak berarti bahwa sebelum pendefinisian resmi tersebut Trinitas tidak ada.

Lagipula, bila Maria memang mati dikubur, mengapa tidak ada data sejarah tentang persemayanan Bunda kita? Atas bantuan ilmu sejarah dan arkeologi dan cerita tradisi kita bisa mengetahui:

1. Kandang domba tempat Yesus lahir (sekarang menjadi gereja Nativity)
2. Persemayanan Santo Petrus (di Basilika Petrus Vatikan)
3. Persemayanan Santo Paulus (di Basilika Petrus Vatikan)

Namun tidak ada data tentang persemayanan Bunda Yesus yang kematiannya mestinya menjadi bahan pembicaraan sehingga orang akan berziarah ke persemayanannya sekedar untuk memberi hormat dan merenung. Tapi tidak ada data historis yang reliable terhadap persemayanan Bunda Maria.

Disi lain sejak abad ke 7 (600 AD), baik umat gereja di Barat maupun di Timur sama-sama merayakan pesta Asumption (pengangkatan Maria). Paus Sergius (687-707) memerintahkan prosesi yang khidmat di hari tersebut( Liber. Pontif., P. L., t. CXXVIII, c.898 ). Di Timur, St Modestus, Patriarch Yerusalem(d. 634) dalam "Encomium in dormitionem Deiparae (P. G., t. LXXXVI, col. 3288ff) bersaksi atas kepercayaan [terhadap Assumption] tersebut (RGL, p. 162).

Semua ini membuktikan bahwa Maria memang diangkat ke Surga seperti Enokh (Kej 5:24; Ib 11:5) dan Elia (2Raj 2:11) dan bahwa iman tersebut adalah iman yang purba, jauh sebelum skisma timur dan berabad-abad sebelum adanya Protestantism.

Quote:

2. Perlu dipertanyakan pertanyaan ini: dengan tubuh apa Maria bangkit dan masuk ke surga? Sampai saat ini hanya Kristus yang mempunyai tubuh kebangkitan. Semua manusia akan menggunakan tubuh ke-bangkitan pada saat Kristus datang kali kedua (Yoh 5:28-29 1Kor 15:20-23,50-55 1Tes 4:13-17)!

Semua orang yang bangkit dan masuk surga bangkit dengan tubuh mulia mereka seperti Kristus.

Quote:

Dari ajaran-ajaran mengenai Maria tersebut di atas tradisi makin lama semakin berkembang, sehingga makin sukar membedakan mana ajaran Alkitab dan mana ajaran tradisi gereja.

 


Bisa kita tanyakan kepada si Protestant kenapa ajaran Alkitab dan ajaran Tradisi Gereja harus dibedakan? Alasan si Protestant tentunya adalah sumber iman mereka hanyalah Alkitab saja. Padahal Alkitab sendiri tidak pernah mengatakan demikian (bdk 2Tes 2:15; 2Tes 3:6 dan 1Kor 11:2 [kata "ajaran" di ayat 2Tes 3:6 dan 1Kor 11:2 semestinya diterjemahkan "tradisi" karena yang digunakan adalah kata Yunani "paradosis"]).

Bagi umat Katolik sendiri tidaklah masalah apakah ajaran itu berasal dari Kitab Suci atau Tradisi. Kedua-duanya sama-sama harus diimani dengan taat. Jadi sekalipun ada satu ajaran yang hanya tersirat di Kitab Suci tapi tersurat di Tradisi, maka ajaran itu tetap harus diimani. Sikap umat Katolik ini sudah sesuai dengan Alkitab sendiri seperti yang ditunjukkan oleh ayat-ayat yang disebutkan di paragraph atas.

Quote:

Pesan Penutup:
Kalau Katolik Roma mengambil pandangan extrim kiri dengan memuliakan Maria lebih dari seharusnya, janganlah orang Kristen Protestan lalu mengambil pandangan yang extrim kanan dengan menghina atau merendahkan Maria. Maria tetap adalah orang beriman yang saleh, yang rela dipakai Tuhan sebagai alat-Nya untuk melahirkan Kristus!

Sebenarnya, dengan tidak menempatkan Maria kepada posisi yang tinggi yang memang telah diberikan Allah dan memang telah diakui oleh semua umat Kristen sejak jaman kuno, maka pada hakikatnya si Protestant telah sedikit banyak merendahkan Maria. Dia bahkan telah menghina Maria dan Yesus ketika dia mengatakan bahwa Luk 2:22-24 menunjukkan bahwa Maria berdosa karena menurut Im 12:1-8 orang yang melahirkan anak adalah najis. Jadi karena Maria melahirkan Yesus maka Maria telah najis dan dia harus menghapus kenajisan tersebut.

Sebaiknya si Protestant lebih banyak membaca Kitab Suci dan iman jemaat awal Gereja (dimana semuanya adalah umat atolik karena Protestant baru ada di abad ke 16).

Quote:

Kalau ada mujizat-mujizat yang berhubungan dengan Maria dan mendukung pandangan Katolik Roma tentang Maria (misalnya Maria menampakkan diri dan mengaku sebagai Perawan tanpa dosa), maka sadarilah bahwa mujizat yang bertentangan dengan Kitab Suci itu pasti datang dari setan! Kitab Suci mengatakan bahwa Iblis bisa menyamar sebagai malaikat terang (2Kor 11:14), dan karena itu tidak terlalu mengherankan kalau ia bisa menyamar sebagai Maria atau bahkan Yesus sendiri.
Oleh: Budi Asali
http://www.geocities.com/reformed_movement/

Pertama-tama harus dijelaskan bahwa Gereja tidak gegabah dalam menilai suatu penampakan atau mukjijat. Sering dibutuhkan waktu bertahun-tahun (bahkan kadang-kadang puluhan tahun setelah semua yang bersangkutan meninggal) dan banyak penelitian baru suatu mukjijat atau penampakan diakui sebagai otentik.

Kedua, pandangan Gereja Katolik akan Maria tidak bertentangan dengan Kitab Suci, karena itulah mukjijatnya juga tidak bertentangan dengan Kitab Suci.

Ketiga, sebenarnya patut dipertanyakan mukjijat bagaimana yang bertentangan dengan Kitab Suci. Silahkan si Protestant melihat catatan mukjijat yang diakui Gereja dan menilai mana yang bertentangan dengan Kitab Suci. Ambil contoh saja mukjijat ketidakbusukan mayat St. Bernadette Soubirus. Mukjijat ini adalah salah satu mukjijat terhebat yang masih bisa dilihat oleh mata kepala sendiri. Nah, sebenarnya bagian mana dari mukjijat ini yang bertentangan dengan Kitab Suci?


 


Pada akhirnya ajaran Gereja Katolik tentang Maria memang sudah sesuai Kitab Suci dan Tradisi. Iman Gereja Katolik akan Maria merupakan iman Gereja kuno. Sedangkan penolakan Protestant akan mariologi Katolik justru adalah ajaran baru karena Protestant sendiri baru muncul di abad 16, seribu lima ratus tahun setelah Yesus wafat dan bangkit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar