Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Selasa, 30 Oktober 2012

Rosario Terakhir - Rm. Ivo OFMCap

Penutupan Bulan Maria, 31 Oktober 2012

Sebuah pengalaman Rm. Ivo yang meneguhkan. Saya copas dari APIK

THE LAST ROSARY (Rosario Terakhir)
oleh : Rm.Ivo OfmCap

Sulitkah anda memberi hadiah kepada orang lain karena itu sangat berharga untukmu? Apalagi hadiah itu tinggal satu? Atau merasa menyesalkah anda karena telah memberikannya?

Minggu yang lalu seorang pemuda tanggung nan gagah datang kepada saya selesai Perayaan Ekaristi. Dia meminta berkat karena ia akan berangkat ke Texas (USA) untuk mengikuti training karena ia diterima masuk menjadi tentara angkatan udara. Sehabis berkat itu meminta sebuah rosario. Segera anganku melayang ke realita yang aku miliki, "hanya tinggal satu Rosario dan itupun sudah tergantung dikaca spion mobil sekitar dua tahun."

Tetapi suara hatiku mengatakan berikan saja karena ia sangat membutuhkannya. Segera aku ambil Rosario itu dan berikan dengan ikhlas. Dia ceria menyambutnya, tetapi sebelum berangkat pulang tiba2 ia seperti menyimpan suatu rasa yang membuatnya agak kurang semangat. Terlontar darinya bahwa ia sedih karena ayahnya tidak bisa melihat kepergiannya karena ayahnya juga seorang tentara angkatan darat sedang ditugaskan di Afganistan.

Ayahnya memang akan kembali ke Guam namun bersamaan dengan harinya ia berangkat ke Texas. Tepatnya, jam keberangkatannya sama dengan waktu ayahnya mendarat di Guam jadi tidak akan bisa ketemu, khususnya lagi ayahnya akan mendarat dilapangan terbang khusus militer. Itulah yang ia sedihkan, pulang tetapi gak bisa bersua.

Saya berkata spontan berdoalah mana tahu pesawatmu ditunda atau pesawat ayahmu lebih cepat mendarat dari yang biasanya sehingga kamu bisa bertemu entah barang sejenak. Karena itulah saya meminta Rosario itu mau berdoa kepada bunda Maria supaya saya bisa melihat ayahku entah semenitpun.

Kemarin keluarganya mengatakan kepada saya bahwa terjadi pertemuan yang mengharukan antara anak dan ayahnya. Mereka mengisahkan bahwa pesawat ayahnya lebih cepat mendarat dua puluh lima menit dan ia memohon kepada komandannya agar diberi ijin ketemu anaknya yang sedang akan berangkat. Seyogianya anggota militer belum diperkenankan pergi meninggalkan korps sebelum selesai upacara militer sehabis mendarat. Namun komandannya memberi ijin. Tepat sepuluh menit sebelum keberangkatan, ia bertemu anaknya dan terjadilah suasana yang mengharukan yang menggembirakan.

Masyarakat Guam sangat mencintai Bunda Maria. Hampir setiap mobil selalu dihiasi dengan Rosario yang tergantung. Hal ini memang sangat mendukung karena Guam mayoritas Katolik. Namun bukan itu yang terpenting melainkan rasa percaya bahwa bunda Maria akan menghantar setiap permohonan kepada Allah yang dimohonkan. Bunda selalu juga mendoakan dan melindungi mereka.

Guam selalu libur nasional pada tanggal 8 Desember karena hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa dan biasanya ada perarakan raksasa yang dihadiri puluhan ribu. Namun beberapa tahun yang silam pemerintah mencabut kebiasaan itu, tidak ada lagi libur hari itu melainkan hari kerja. Apa yang terjadi? Tepat pada tanggal 8 Desember terjadi angin topan yang melanda Guam. Hari mendung dan semua masyarakat ketakutan. Akhirnya pemerintahnya mencabut kembali keputusannnya dan 8 Desember kembali hari libur nasional.

Para sahabatku terkasih, memang bulan Oktober, saat khusus menghormati Bunda Maria akan berakhir, tetapi itu tidak berarti saat itu juga kita berhenti dengan salah satu kekayaan iman Gereja berdoa Rosario. Teruslah berdoa Rosario bukan terutama karena anda menginginkan sesuatu yang luar biasa tetapi demi keteguhan imanmu. Berdoalah memohon pertolongan Bunda Maria maka keteladanannya, kelemahlembutannya, kesetiaan dan ketaatannya menyinari dirimu dan keluargamu. Yakinlah suatu saat anda akan mengalami suatu peristiwa hidup yang menggembirakan diluar pemikiranmu dan anda yakin itu karena berkat pertolongan Bunda Maria seperti yang dialami oleh anak dan ayah dalam kisah awal itu. Bunda Maria bunda pertolongan abadi doakanlah kami.

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 020

KGK dalam Setahun untuk hari ke - 20

Versi Bahasa Indonesia


TEKS-TEKS SINGKAT 

134. "Seluruh Kitab Suci adalah satu buku saja dan buku yang satu ini adalah Kristus, karena seluruh Kitab ilahi ini berbicara tentang Kristus, dan seluruh Kitab ilahi terpenuhi dalam Kristus” (Hugo dari San Viktor, Noe 2, 8).

135. "Kitab Suci mengemban Sabda Allah, dan karena diilhami, memang sungguh-sungguh Sabda Allah" (DV 24).

136. Allah adalah penyebab Kitab Suci: Ia mengilhami pengarang-pengarang manusia: Ia bekerja dalam mereka dan melalui mereka. Dengan demikian Ia menjamin, bahwa buku-buku mereka mengajarkan kebenaran keselamatan tanpa kekeliruan.1
 
137. Penafsiran buku-buku yang diilhami terutama harus memperhatikan, apa yang hendak dikatakan Tuhan melalui penulis-penulis kudus demi keselamatan kita. "Apa yang berasal dari Roh, hanya dapat dimengerti sepenuhnya oleh karya Roh" (Origenes, hom.in Ex. 4, 5).

138. Ke-46 buku Perjanjian Lama dan ke-27 buku Perjanjian Baru diakui dan dihormati oleh Gereja sebagai diilhami.


139. Keempat Injil menduduki tempat sentral, karena Yesus Kristus adalah pusatnya.

140. Kesatuan kedua Perjanjian mengalir dari kesatuan rencana dan wahyu Allah. Perjanjian Lama mempersiapkan yang Baru, sedangkan yang Baru menyempurnakan yang Lama. Kedua-duanya saling menjelaskan. Kedua-duanya adalah Sabda Allah yang benar.

141. "Kitab-kitab ilahi seperti juga - Tubuh Tuhan sendiri selalu dihormati oleh Gereja" (DV 21). Kedua-duanya memelihara dan mengarahkan seluruh kehidupan Kristen. "Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku, terang untuk menerangi jalanku” (Mzm 119:105) 2
 



Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 20

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section1:"I Believe" — "We Believe" (26 - 184)
Chapter2:God Comes to Meet Man (50 - 141)
Article3:Sacred Scripture (101 - 141)
IN BRIEF
134     All Sacred Scripture is but one book, and this one book is Christ, "because all divine Scripture speaks of Christ, and all divine Scripture is fulfilled in Christ" (Hugh of St. Victor, De arca Noe 2,8:PL 176,642: cf. ibid. 2,9:PL 176,642-643).
135     "The Sacred Scriptures contain the Word of God and, because they are inspired, they are truly the Word of God" (DV 24).
136     God is the author of Sacred Scripture because he inspired its human authors; he acts in them and by means of them. He thus gives assurance that their writings teach without error his saving truth (cf. DV 11).
137     Interpretation of the inspired Scripture must be attentive above all to what God wants to reveal through the sacred authors for our salvation. What comes from the Spirit is not fully "understood except by the Spirit's action" (cf. Origen, Hom. in Ex. 4, 5: PG 12, 320).
138     The Church accepts and venerates as inspired the 46 books of the Old Testament and the 27 books of the New.
139     The four Gospels occupy a central place because Christ Jesus is their center.
140     The unity of the two Testaments proceeds from the unity of God's plan and his Revelation. The Old Testament prepares for the New and the New Testament fulfills the Old; the two shed light on each other; both are true Word of God.
141     "The Church has always venerated the divine Scriptures as she venerated the Body of the Lord" (DV 21): both nourish and govern the whole Christian life. "Your word is a lamp to my feet and a light to my path" (Ps 119:105; cf. Is 50:4).

Senin, 29 Oktober 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 019

KGK dalam Setahun hari ke 19

Versi Bahasa Indonesia


Kesatuan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru 

128. Sudah sejak zaman para Rasul 1  dan juga dalam seluruh tradisi, kesatuan rencana ilahi dalam kedua Perjanjian itu  dijelaskan oleh Gereja melalui  tipologi.[1094]Penafsiran macam ini menemukan dalam karya Tuhan dalam Perjanjian Lama "Prabentuk" (tipologi) dari apa yang dilaksanakan Tuhan dalam kepenuhan waktu dalam pribadi Sabda-Nya yang menjadi manusia. [489]

129. Jadi umat Kristen membaca Perjanjian Lama dalam terang Kristus yang telah wafat dan bangkit.  [651] Pembacaan tipologis ini menyingkapkan kekayaan Perjanjian Lama yang tidak terbatas. Tetapi tidak boleh dilupakan, bahwa Perjanjian Lama memiliki nilai wahyu tersendiri yang Tuhan kita sendiri telah nyatakan tentangnya.2  [2055]   Selain itu Perjanjian Baru juga perlu dibaca dalam cahaya Perjanjian Lama. Katekese perdana Kristen selalu menggunakan Perjanjian Lama.3  Sesuai dengan sebuah semboyan lama Perjanjian Baru terselubung dalam Perjanjian Lama, sedangkan Perjanjian Lama tersingkap dalam Perjanjian Baru: "Novum in Vetere latet et in Novo Vetus patet" (Agustinus, Hept. 2, 73) 4 [1968]


130. Tipologi berarti adanya perkembangan rencana ilahi ke arah pemenuhannya, sampai akhirnya "Allah menjadi semua di dalam semua" (1 Kor 15:28). Umpamanya panggilan para bapa bangsa dan keluaran dari Mesir tidak kehilangan nilai sendiri dalam rencana Allah, karena mereka juga merupakan tahap-tahap sementara di dalam rencana itu.

V. Kitab Suci dalam kehidupan Gereja 

131. "Adapun sedemikian besarlah daya dan kekuatan Sabda Allah, sehingga bagi Gereja merupakan tumpuan serta kekuatan, dan bagi putera-putera Gereja menjadi kekuatan iman, santapan jiwa, sumber jernih dan kekal hidup rohani" (DV 21). "Bagi kaum beriman kristiani jalan menuju Kitab Suci harus terbuka lebar-lebar" (DV 22).

132. "Maka dari itu pelajaran Kitab Suci hendaklah bagaikan jiwa teologi suci. Namun dengan sabda Kitab Suci juga pelayanan sabda, yakni pewartaan pastoral, katekese, dan semua pelajaran kristiani  [94]  -  di antaranya homili liturgis harus sungguh diistimewakan  - mendapat bahan yang sehat dan berkembang dengan suci" (DV 24).

133. Gereja "menasihati seluruh umat Kristen dengan sangat, agar melalui pembacaan buku-buku ilahi sampai kepada 'pengenalan Yesus Kristus secara menonjol' (Flp 3:8).  [2653, 1792] 'Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus' (Hieronimus, Is. prol.)" (DV 25).



Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 19

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section1:"I Believe" — "We Believe" (26 - 184)
Chapter2:God Comes to Meet Man (50 - 141)
Article3:Sacred Scripture (101 - 141)
IV. THE CANON OF SCRIPTURE
The unity of the Old and New Testaments
128     The Church, as early as apostolic times, and then constantly in her Tradition, has illuminated the unity of the divine plan in the two Testaments through typology, which discerns in God's works of the Old Covenant prefigurations of what he accomplished in the fullness of time in the person of his incarnate Son.
129     Christians therefore read the Old Testament in the light of Christ crucified and risen. Such typological reading discloses the inexhaustible content of the Old Testament; but it must not make us forget that the Old Testament retains its own intrinsic value as Revelation reaffirmed by our Lord himself. Besides, the New Testament has to be read in the light of the Old. Early Christian catechesis made constant use of the Old Testament. As an old saying put it, the New Testament lies hidden in the Old and the Old Testament is unveiled in the New.
130     Typology indicates the dynamic movement toward the fulfillment of the divine plan when "God [will] be everything to everyone." Nor do the calling of the patriarchs and the exodus from Egypt, for example, lose their own value in God's plan, from the mere fact that they were intermediate stages.
V. SACRED SCRIPTURE IN THE LIFE OF THE CHURCH
131     "And such is the force and power of the Word of God that it can serve the Church as her support and vigor, and the children of the Church as strength for their faith, food for the soul, and a pure and lasting fount of spiritual life." Hence "access to Sacred Scripture ought to be open wide to the Christian faithful."
132     "Therefore, the study of the sacred page should be the very soul of sacred theology. The ministry of the Word, too — pastoral preaching, catechetics and all forms of Christian instruction, among which the liturgical homily should hold pride of place — is healthily nourished and thrives in holiness through the Word of Scripture."
133     The Church "forcefully and specifically exhorts all the Christian faithful... to learn the surpassing knowledge of Jesus Christ, by frequent reading of the divine Scriptures. Ignorance of the Scriptures is ignorance of Christ.

Minggu, 28 Oktober 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 018

KGK Hari ke 18

Versi Bahasa Indonesia


IV. Kanon Kitab Suci 

120. Dalam tradisi apostolik Gereja menentukan, kitab-kitab mana yang harus dicantumkan dalam daftar kitab-kitab suci.4 [1117] Daftar yang lengkap ini dinamakan "Kanon" Kitab Suci. Sesuai dengan itu Perjanjian Lama terdiri dari 46 (45, kalau Yeremia dan Lagu-lagu Ratapan digabungkan) dan Perjanjian Baru terdiri atas 27 kitab.5
 
Perjanjian Lama: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim, Rut, dua buku
Samuel, dua buku Raja-Raja, dua buku Tawarikh, Esra dan Nehemia, Tobit, Yudit, Ester, dua buku
Makabe, Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan, Yesus Sirakh, Yesaya,
Yeremia, Ratapan, Barukh, Yeheskiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum,
Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi.
Perjanjian Baru: Injil menurut Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, Kisah para Rasul, surat-surat Paulus:
kepada umat di Roma, surat pertama dan kedua kepada umat Korintus, kepada umat di Galatia, kepada
umat di Efesus, kepada umat di Filipi, kepada umat di Kolose, surat pertama dan kedua kepada umat di
Tesalonika, surat pertama dan kedua kepada Timotius, surat kepada Titus, surat kepada Filemon, surat
kepada orang Ibrani, surat. Yakobus, surat pertama dan kedua Petrus, surat pertama, kedua, dan ketiga
Yohanes, surat Yudas, dan Wahyu kepada Yohanes.

 Perjanjian Lama 

121. Perjanjian Lama adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Kitab Suci. Buku-bukunya diilhami secara ilahi dan tetap memiliki nilainya1 karena Perjanjian Lama tidak pernah dibatalkan. [1093]

122. "Tata keselamatan Perjanjian Lama terutama dimaksudkan untuk menyiapkan kedatangan Kristus Penebus seluruh dunia."  [702,  762] Meskipun kitab-kitab Perjanjian Lama "juga mencantum hal-hal yang tidak sempurna dan bersifat sementara, kitab-kitab itu memaparkan cara pendidikan ilahi yang sejati. ... Kitab-kitab itu mencantum ajaran-ajaran yang luhur tentang Allah serta kebijaksanaan yang menyelamatkan tentang peri hidup manusia, pun juga perbendaharaan doa-doa yang menakjubkan, akhirnya secara terselubung [mereka] mengemban rahasia keselamatan kita" (DV 15). [708, 2568]

123. Umat Kristen menghormati Perjanjian Lama sebagai Sabda Allah yang benar. Gereja tetap menolak dengan tegas gagasan untuk menghilangkan Perjanjian Lama, karena Perjanjian Baru sudah menggantikannya [Markionisme].


124. "Sabda Allah, yang merupakan kekuatan Allah demi keselamatan semua orang yang beriman (lih. Rm 1:16), dalam kitab-kitab Perjanjian Baru disajikan secara istimewa dan memperlihatkan daya kekuatannya" (DV 17). Tulisan-tulisan tersebut memberi kepada kita kebenaran definitif wahyu ilahi. Tema sentralnya ialah Yesus Kristus, Putera Allah yang menjadi manusia, karya-Nya, ajaran-Nya, kesengsaraan-Nya, dan pemuliaan-Nya begitu pula awal mula Gereja di bawah bimbingan Roh Kudus 2
 
Perjanjian Baru 

125. Injil-injil merupakan jantung hati semua tulisan sebagai "kesaksian utama tentang hidup dan ajaran Sabda Yang Menjadi Daging, Penyelamat kita" (DV 18). [515]


126. Dalam penyusunan Injil-injil dapat kita bedakan tiga tahap:

1.   Kehidupan dan kegiatan mengajar Yesus. Bunda Gereja kudus tetap mempertahankan dengan teguh dan sangat kokoh, bahwa keempat Injil "yang sifat historisnya diakui tanpa ragu-ragu, dengan setia meneruskan apa yang oleh Yesus  Putera Allah selama hidup-Nya di antara manusia sungguh telah dikerjakan dan diajarkan demi keselamatan kekal mereka, sampai hari Ia diangkat (lih. Kis 1:1-2)" (DV 19).

2.   Tradisi lisan. "Sesudah kenaikan Tuhan para Rasul meneruskan kepada para pendengar mereka apa yang dikatakan dan dijalankan oleh Yesus sendiri, dengan pengertian yang lebih penuh, yang mereka peroleh karena dididik oleh peristiwa-peristiwa mulia Kristus dan oleh terang Roh kebenaran" (DV 19). [76]

3.   Penulisan Injil-Injil.  "Adapun penulis suci mengarang keempat Injil dengan memilih berbagai dari sekian banyak hal yang telah diturunkan secara lisan atau tertulis; beberapa hal mereka susun secara agak sintetis, atau mereka uraikan dengan memperhatikan keadaan Gereja-Gereja;  akhirnya dengan tetap mempertahankan bentuk pewartaan, namun sedemikian rupa, sehingga mereka selalu menyampaikan kepada kita kebenaran yang murni tentang Yesus" (DV 19). [76]

127. Injil berganda empat itu menduduki tempat istimewa di dalam Gereja. Ini dibuktikan oleh penghormatan terhadapnya di dalam liturgi dan daya tarik yang tidak ada bandingnya, yang mempengaruhi orang kudus dari setiap zaman. [1154]

 "Tidak ada satu ajaran yang lebih baik, lebih bernilai dan lebih indah daripada teks Injil. Lihatlah dan peganglah teguh, apa yang tuan dan guru kita Kristus ajarkan dalam kata-kata-Nya dan lakukan dalam karya-karya-Nya" (Sesaria Muda).

"Terutama Injil sangat mengesankan bagi saya sewaktu saya melakukan doa batin;  [2705]  di dalamnya saya menemukan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh jiwa saya yang lemah ini. Di dalamnya saya selalu menemukan pandangan baru, dan makna yang tersembunyi dari penuh rahasia"
(Teresia dari Anak Yesus. ms autob. A 83v).




Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 18

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section1:"I Believe" — "We Believe" (26 - 184)
Chapter2:God Comes to Meet Man (50 - 141)
Article3:Sacred Scripture (101 - 141)
IV. THE CANON OF SCRIPTURE
120     It was by the apostolic Tradition that the Church discerned which writings are to be included in the list of the sacred books. This complete list is called the canon of Scripture. It includes 46 books for the Old Testament (45 if we count Jeremiah and Lamentations as one) and 27 for the New.
The Old Testament: Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy, Joshua, Judges, Ruth, 1 and 2 Samuel, 1 and 2 Kings, 1 and 2 Chronicles, Ezra andNehemiah, Tobit, Judith, Esther, 1 and 2 Maccabees, Job, Psalms, Proverbs, Ecclesiastes, the Song of Songs, the Wisdom of Solomon, Sirach (Ecclesiasticus), Isaiah, Jeremiah, Lamentations, Baruch, Ezekiel, Daniel, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, Micah, Nahum, Habakkuk, Zephaniah, Haggai, Zachariah and Malachi.
The New Testament: the Gospels according to Matthew, Mark, Luke and John, theActs of the Apostles, the Letters of St. Paul to the Romans, 1 and 2 Corinthians, Galatians, Ephesians, Philippians, Colossians, 1 and 2 Thessalonians, 1 and 2 Timothy, Titus, Philemon, the Letter to the Hebrews, the Letters of James, 1 and 2 Peter, 1, 2 and 3 John, and Jude, and Revelation (the Apocalypse).
The Old Testament
121     The Old Testament is an indispensable part of Sacred Scripture. Its books are divinely inspired and retain a permanent value, for the Old Covenant has never been revoked.
122     Indeed, "the economy of the Old Testament was deliberately so oriented that it should prepare for and declare in prophecy the coming of Christ, redeemer of all men." "Even though they contain matters imperfect and provisional," the books of the Old Testament bear witness to the whole divine pedagogy of God's saving love: these writings "are a storehouse of sublime teaching on God and of sound wisdom on human life, as well as a wonderful treasury of prayers; in them, too, the mystery of our salvation is present in a hidden way."
123     Christians venerate the Old Testament as true Word of God. The Church has always vigorously opposed the idea of rejecting the Old Testament under the pretext that the New has rendered it void (Marcionism).
The New Testament
124     "The Word of God, which is the power of God for salvation to everyone who has faith, is set forth and displays its power in a most wonderful way in the writings of the New Testament" which hand on the ultimate truth of God's Revelation. Their central object is Jesus Christ, God's incarnate Son: his acts, teachings, Passion and glorification, and his Church's beginnings under the Spirit's guidance.
125     The Gospels are the heart of all the Scriptures "because they are our principal source for the life and teaching of the Incarnate Word, our Savior".
126     We can distinguish three stages in the formation of the Gospels:
  1. The life and teaching of Jesus. The Church holds firmly that the four Gospels, "whose historicity she unhesitatingly affirms, faithfully hand on what Jesus, the Son of God, while he lived among men, really did and taught for their eternal salvation, until the day when he was taken up."
  2. The oral tradition. "For, after the ascension of the Lord, the apostles handed on to their hearers what he had said and done, but with that fuller understanding which they, instructed by the glorious events of Christ and enlightened by the Spirit of truth, now enjoyed."
  3. The written Gospels. "The sacred authors, in writing the four Gospels, selected certain of the many elements which had been handed on, either orally or already in written form; others they synthesized or explained with an eye to the situation of the churches, the while sustaining the form of preaching, but always in such a fashion that they have told us the honest truth about Jesus."
127     The fourfold Gospel holds a unique place in the Church, as is evident both in the veneration which the liturgy accords it and in the surpassing attraction it has exercised on the saints at all times:
There is no doctrine which could be better, more precious and more splendid than the text of the Gospel. Behold and retain what our Lord and Master, Christ, has taught by his words and accomplished by his deeds.
But above all it's the gospels that occupy my mind when I'm at prayer; my poor soul has so many needs, and yet this is the one thing needful. I'm always finding fresh lights there; hidden meanings which had meant nothing to me hitherto.

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 017

KGK Dalam Setahun hari ke - 17

Versi Bahasa Indonesia


Arti ganda Kitab Suci 

115. Sesuai dengan tradisi tua, arti Kitab Suci itu bersifat ganda: arti harafiah dan arti rohani. Yang terakhir ini dapat saja bersifat alegoris, moralis, atau anagogis. Kesamaan yang mendalam dari keempat arti ini menjamin kekayaan besar bagi pembacaan Kitab Suci yang hidup di dalam Gereja.

116. Arti harafiah adalah arti yang dicantumkan oleh kata-kata Kitab Suci dan ditemukan oleh eksegese, yang berpegang pada peraturan penafsiran teks secara tepat. [110]  "Tiap arti [Kitab Suci] berakar di dalam arti harafiah" (Tomas Aqu., s.th. 1, 1, 10 ad 1).


117. Arti rohani. Berkat kesatuan rencana Allah, maka bukan hanya teks Kitab Suci, melainkan juga kenyataan dan kejadian yang dibicarakan teks itu dapat merupakan tanda. [1101]

1.   Arti alegoris. Kita dapat memperoleh satu pengertian yang lebih dalam mengenai kejadian-kejadian,
apabila kita mengetahui arti yang diperoleh peristiwa itu dalam Kristus. Umpamanya penyeberangan Laut Merah adalah tanda kemenangan Kristus dan dengan demikian tanda Pembaptisan.1

2.   Arti moral.  Kejadian-kejadian yang dibicarakan dalam Kitab Suci harus mengajak kita untuk melakukan yang baik. Hal-hal itu ditulis sebagai "contoh bagi kita... sebagai peringatan" (1 Kor 10:11).2

3.   Arti anagogis. Kita dapat melihat kenyataan dan kejadian dalam artinya yang abadi, yang menghantar
kita ke atas, ke tanah air abadi (Yunani: "anagoge”). Misalnya, Gereja di bumi ini adalah lambang Yerusalem surgawi.3
 
118. Satu distikhon dari Abad Pertengahan menyimpulkan keempat arti itu sebagai berikut:
"Littera gesta docet, quid credas allegoria  moralis quid agas, quo tendas anagogia".
(Huruf mengajarkan kejadian; apa yang harus kau percaya, alegori; moral, apa yang harus kau lakukan; ke mana kau harus berjalan, anagogi).


119. "Merupakan kewajiban para ahli Kitab Suci: berusaha menurut norma-norma itu untuk semakin mendalam memahami dan menerangkan arti Kitab Suci, supaya seolah-olah berkat penyelidikan yang disiapkan, keputusan Gereja menjadi lebih masak. Sebab akhirnya semua yang menyangkut cara menafsirkan Kitab Suci itu berada di bawah keputusan Gereja, yang menunaikan tugas serta pelayanan memelihara dan menafsirkan Sabda Allah" (DV 12, 3). [94]

"Saya tidak akan percaya kepada Injil sekalipun, seandainya bukan otoritas Gereja Katolik mendorong saya ke arah itu" (Agustinus, fund. 5, 6). [113]  




Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 17

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section1:"I Believe" — "We Believe" (26 - 184)
Chapter2:God Comes to Meet Man (50 - 141)
Article3:Sacred Scripture (101 - 141)
III. THE HOLY SPIRIT, INTERPRETER OF SCRIPTURE
The senses of Scripture
115     According to an ancient tradition, one can distinguish between two senses of Scripture: the literal and the spiritual, the latter being subdivided into the allegorical, moral and anagogical senses. The profound concordance of the four senses guarantees all its richness to the living reading of Scripture in the Church.
116     The literal sense is the meaning conveyed by the words of Scripture and discovered by exegesis, following the rules of sound interpretation: "All other senses of Sacred Scripture are based on the literal."
117     The spiritual sense. Thanks to the unity of God's plan, not only the text of Scripture but also the realities and events about which it speaks can be signs.
  1. The allegorical sense. We can acquire a more profound understanding of events by recognizing their significance in Christ; thus the crossing of the Red Sea is a sign or type of Christ's victory and also of Christian Baptism.
  2. The moral sense. The events reported in Scripture ought to lead us to act justly. As St. Paul says, they were written "for our instruction".
  3. The anagogical sense (Greek: anagoge, "leading"). We can view realities and events in terms of their eternal significance, leading us toward our true homeland: thus the Church on earth is a sign of the heavenly Jerusalem.
118     A medieval couplet summarizes the significance of the four senses:
The Letter speaks of deeds; Allegory to faith;
The Moral how to act; Anagogy our destiny.
119     "It is the task of exegetes to work, according to these rules, towards a better understanding and explanation of the meaning of Sacred Scripture in order that their research may help the Church to form a firmer judgement. For, of course, all that has been said about the manner of interpreting Scripture is ultimately subject to the judgement of the Church which exercises the divinely conferred commission and ministry of watching over and interpreting the Word of God."
But I would not believe in the Gospel, had not the authority of the Catholic Church already moved me.

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 016

KGK Hari Ke 16

Versi Bahasa Indonesia


III. Roh Kudus adalah penafsir Kitab Suci 

109. Di dalam Kitab Suci Allah berbicara kepada manusia dengan cara manusia. Penafsir Kitab Suci harus menyelidiki dengan teliti, agar melihat, apa yang sebenarnya hendak dinyatakan para penulis suci, dan apa yang ingin diwahyukan Allah melalui kata-kata mereka.1
 
110. Untuk melacak  maksud para penulis suci,  hendaknya diperhatikan situasi zaman dan kebudayaan mereka, jenis sastra yang biasa pada waktu itu, serta cara berpikir, berbicara, dan berceritera yang umumnya digunakan pada zaman teks tertentu ditulis.
"Sebab dengan cara yang berbeda-beda kebenaran dikemukakan dan diungkapkan dalam nas-nas yang dengan aneka cara bersifat historis, atau profetis, atau poetis, atau dengan jenis sastra lainnya" (DV 12, 2).

111. Oleh karena Kitab Suci diilhami, maka masih ada satu prinsip lain yang tidak kurang pentingnya guna penafsiran yang tepat karena tanpa itu Kitab Suci akan tinggal huruf mati saja: "Akan tetapi Kitab Suci ditulis dalam Roh Kudus dan harus dibaca dan ditafsirkan dalam Roh itu juga" (DV 12, 3).

Untuk penafsiran Kitab Suci sesuai dengan Roh, yang telah mengilhaminya, Konsili Vatikan II memberikan tiga kriteria.2

  112. 1.  Memperhatikan dengan saksama "isi dan kesatuan seluruh Kitab Suci”.  Sebab bagaimanapun bedanya kitab-kitab itu, yang membentuk Kitab Suci, namun Kitab Suci adalah satu kesatuan atas dasar kesatuan rencana Allah yang pusat dan hatinya adalah Yesus Kristus. Sejak Paskah hati itu sudah dibuka:3
 [128, 368]
"Ungkapan 'hati 4 Kristus' harus diartikan menurut Kitab Suci yang memperkenalkan hati Kristus. Hati ini tertutup sebelum kesengsaraan, karena Kitab Suci masih gelap. Tetapi sesudah sengsara-Nya Kitab Suci terbuka, agar mereka yang sekarang memahaminya, dapat mempertimbangkan dan membeda-bedakan, bagaimana nubuat-nubuat harus ditafsirkan" (Tomas Aqu., Psal. 21, 11).

113. 2. Membaca Kitab Suci "dalam terang tradisi hidup seluruh Gereja".[81]   Menurut satu semboyan para bapa "Kitab Suci lebih dahulu ditulis di dalam hati Gereja daripada di atas pergamen [kertas dari kulit]". Gereja menyimpan dalam tradisinya kenangan yang hidup akan Sabda Allah, dan Roh Kudus memberi kepadanya penafsiran rohani mengenai  Kitab Suci... "menurut arti rohani yang dikaruniakan Roh kepada Gereja" (Origenes, hom. in Lev. 5, 5).

114. 3.  Memperhatikan "analogi iman".5  Dengan "analogi iman" dimaksudkan hubungan kebenaran-kebenaran iman satu sama lain dan dalam rencana keseluruhan wahyu. [90]

Versi Bahasa Inggris


Read the Catechism: Day 16

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section1:"I Believe" — "We Believe" (26 - 184)
Chapter2:God Comes to Meet Man (50 - 141)
Article3:Sacred Scripture (101 - 141)
III. THE HOLY SPIRIT, INTERPRETER OF SCRIPTURE
109     In Sacred Scripture, God speaks to man in a human way. To interpret Scripture correctly, the reader must be attentive to what the human authors truly wanted to affirm, and to what God wanted to reveal to us by their words.
110     In order to discover the sacred authors' intention, the reader must take into account the conditions of their time and culture, the literary genres in use at that time, and the modes of feeling, speaking and narrating then current. "For the fact is that truth is differently presented and expressed in the various types of historical writing, in prophetical and poetical texts, and in other forms of literary expression."
111     But since Sacred Scripture is inspired, there is another and no less important principle of correct interpretation, without which Scripture would remain a dead letter. "Sacred Scripture must be read and interpreted in the light of the same Spirit by whom it was written."
The Second Vatican Council indicates three criteria for interpreting Scripture in accordance with the Spirit who inspired it.
112     1. Be especially attentive "to the content and unity of the whole Scripture". Different as the books which compose it may be, Scripture is a unity by reason of the unity of God's plan, of which Christ Jesus is the center and heart, open since his Passover.
The phrase "heart of Christ" can refer to Sacred Scripture, which makes known his heart, closed before the Passion, as the Scripture was obscure. But the Scripture has been opened since the Passion; since those who from then on have understood it, consider and discern in what way the prophecies must be interpreted.
113     2. Read the Scripture within "the living Tradition of the whole Church". According to a saying of the Fathers, Sacred Scripture is written principally in the Church's heart rather than in documents and records, for the Church carries in her Tradition the living memorial of God's Word, and it is the Holy Spirit who gives her the spiritual interpretation of the Scripture ("... according to the spiritual meaning which the Spirit grants to the Church").
114     3. Be attentive to the analogy of faith. By "analogy of faith" we mean the coherence of the truths of faith among themselves and within the whole plan of Revelation.

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 015

KGK dalam setahun hari ke 15

Versi Bahasa Indonesia


ARTIKEL 3: KITAB SUCI 

I. Kristus – satu-satunya Sabda Kitab Suci 

101. Untuk mewahyukan Diri kepada manusia, Allah berbicara dalam kebaikan-Nya kepada manusia dengan bahasa manusiawi: "Sabda Allah yang diungkapkan dengan bahasa manusia, telah menyerupai pembicaraan manusiawi, seperti dahulu Sabda Bapa yang kekal, dengan Mengenakan daging kelemahan manusiawi, telah menjadi serupa dengan manusia" (DV 13).

102. Melalui kata-kata Kitab Suci, Allah hanya mengatakan satu kata: Sabda-Nya yang tunggal, dan di dalam Dia Ia mengungkapkan Diri seutuhnya:1[65, 2763]

"Sabda Allah yang satu dan sama berada dalam semua Kitab;  Sabda Allah yang satu dan sama bergaung dalam mulut semua penulis Kitab yang suci. Dan karena sejak awal Ia adalah Allah pada Allah, Ia tidak membutuhkan suku-suku kata, karena Ia tidak bergantung pada waktu" (Agustinus, Psal. 103, 4, 1). [426-429]

103. Dari sebab itu Gereja selalu menghormati Kitab-Kitab Suci sama seperti Tubuh Kristus sendiri. Gereja tak putus-putusnya menyajikan kepada umat beriman roti kehidupan yang Gereja terima baik dari mej a Sabda Allah, maupun dari meja Tubuh Kristus.1 [1100, 1184, 1378]

104. Di dalam Kitab Suci, Gereja selalu mendapatkan nmakanannya dan kekuatannya2 karena di dalamnya ia tidak hanya menerima kata-kata manusiawi, tetapi apa yang sebenarnya Kitab Suci itu: Sabda Allah.3
 "Karena di dalam kitab-kitab suci Bapa yang ada di surga penuh cinta kasih menjumpai para putera-Nya, dan berwawancara dengan mereka" (DV 21).

II. Inspirasi dan kebenaran Kitab Suci 

105.  Allah adalah penyebab [auctor] Kitab Suci.  "Yang diwahyukan oleh Allah dan yang termuat serta tersedia dalam Kitab Suci telah ditulis dengan ilham Roh Kudus". "Bunda Gereja yang kudus, berdasarkan iman para Rasul, memandang kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru  secara keseluruhan, beserta semua bagian-bagiannya, sebagai buku-buku yang suci dan kanonik, karena ditulis dengan ilham Roh
Kudus,dan dengan Allah sebagai pengarangnya, serta dalam keadaannya demikian itu diserahkan kepada Gereja" (DV 11). 106.  Allah memberi inspirasi kepada manusia penulis [auctor] Kitab Suci.

"Tetapi dalam mengarang kitab-kitab suci itu Allah memilih orang-orang, yang digunakan-Nya sementara mereka memakai kecakapan dan kemampuan mereka sendiri, supaya  -  sementara Dia berkarya dalam dan melalui mereka  -  semua itu dan hanya itu yang dikehendaki-Nya sendiri dituliskan oleh mereka sebagai pengarang yang sungguh-sungguh" (DV 11).

107. Kitab-kitab yang diinspirasi mengajarkan kebenaran.
"Oleh sebab itu, karena segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang diilhami atau hagiograf (penulis suci),  [702]  harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa buku-buku Kitab Suci mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita" (DV 11).

108.  Tetapi iman Kristen bukanlah satu "agama buku". Agama Kristen adalah agama "Sabda" Allah, "bukan sabda yang ditulis dan bisu, melainkan Sabda yang menjadi manusia dan hidup" (Bernard, hom. miss. 4, 11). Kristus, Sabda abadi dari Allah yang hidup, harus membuka pikiran kita dengan penerangan Roh Kudus, "untuk mengerti maksud Alkitab" (Luk 24:45), supaya ia tidak tinggal huruf mati.



Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 15

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section1:"I Believe" — "We Believe" (26 - 184)
Chapter2:God Comes to Meet Man (50 - 141)
Article3:Sacred Scripture (101 - 141)
I. CHRIST — THE UNIQUE WORD OF SACRED SCRIPTURE
101     In order to reveal himself to men, in the condescension of his goodness God speaks to them in human words: "Indeed the words of God, expressed in the words of men, are in every way like human language, just as the Word of the eternal Father, when he took on himself the flesh of human weakness, became like men."
102     Through all the words of Sacred Scripture, God speaks only one single Word, his one Utterance in whom he expresses himself completely:
You recall that one and the same Word of God extends throughout Scripture, that it is one and the same Utterance that resounds in the mouths of all the sacred writers, since he who was in the beginning God with God has no need of separate syllables; for he is not subject to time.
103     For this reason, the Church has always venerated the Scriptures as she venerates the Lord's Body. She never ceases to present to the faithful the bread of life, taken from the one table of God's Word and Christ's Body.
104     In Sacred Scripture, the Church constantly finds her nourishment and her strength, for she welcomes it not as a human word, "but as what it really is, the word of God". "In the sacred books, the Father who is in heaven comes lovingly to meet his children, and talks with them."
II. INSPIRATION AND TRUTH OF SACRED SCRIPTURE
105     God is the author of Sacred Scripture. "The divinely revealed realities, which are contained and presented in the text of Sacred Scripture, have been written down under the inspiration of the Holy Spirit."
"For Holy Mother Church, relying on the faith of the apostolic age, accepts as sacred and canonical the books of the Old and the New Testaments, whole and entire, with all their parts, on the grounds that, written under the inspiration of the Holy Spirit, they have God as their author, and have been handed on as such to the Church herself."
106     God inspired the human authors of the sacred books. "To compose the sacred books, God chose certain men who, all the while he employed them in this task, made full use of their own faculties and powers so that, though he acted in them and by them, it was as true authors that they consigned to writing whatever he wanted written, and no more."
107     The inspired books teach the truth. "Since therefore all that the inspired authors or sacred writers affirm should be regarded as affirmed by the Holy Spirit, we must acknowledge that the books of Scripture firmly, faithfully, and without error teach that truth which God, for the sake of our salvation, wished to see confided to the Sacred Scriptures."
108     Still, the Christian faith is not a "religion of the book." Christianity is the religion of the "Word" of God, a word which is "not a written and mute word, but the Word which is incarnate and living". If the Scriptures are not to remain a dead letter, Christ, the eternal Word of the living God, must, through the Holy Spirit, "open [our] minds to understand the Scriptures."

Rabu, 24 Oktober 2012

Mitos Mengenai Indulgensi

Saya copas lagi dari www.ekaristi.org, oleh curiosq

Mitos tentang Indulgensi 

Indulgensi. Kata yang mungkin sangat membangkitkan lebih banyak kesalahpahaman daripada pengajaran yang lain dalam teologi Katolik. Orang-orang yang menyerang Gereja bersandar -dan mengambil keuntungan- dari ketidaktahuan baik orang-orang Katolik dan non-Kaktolik atas penggunaan indulgensi. 

Apa itu indulgensi? Gereja menjelaskan,"Indulgensi adalah penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni. Warga beriman Kristen yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritaf(KGK 1471)"

Langkah pertama dalam menjelaskan indulgensi adalah mengetahui apa itu indulgensi. Langkah kedua ialah menjelaskan apa yang bukan indulgensi. Berikut tujuh mitos yang umum tentang indulgensi: 

Mitos 1: Seseorang dapat membeli jalan keluar dari neraka dengan indulgensi. 

Tuntutan ini tidak berdasar. Karena indulgensi menghapuskan siksa-siksa sementara, indulgensi tidak dapat menghapus siksa abadi di neraka. Sekali seseorang masuk neraka, tidak satu indulgensi pun akan pernah merubah fakta itu. Satu-satunya cara untuk menghindari neraka adalah dengan memohon rahmat Tuhan yang abadi selama masih hidup. Setelah mati, nasib abadi seseorang ditentukan(Ibr 9:27). 


Mitos 2: Seseorang dapat membeli indulgensi untuk dosa-dosa yang belum dilakukan. 

Gereja selalu mengajarkan bahwa indulgensi tidak berlaku pada dosa-dosa yang belum dilakukkan. Catholic Encyclopedia mencatat,"Indulgensi bukan sebuah izin untuk berbuat dosa, atau bukan pengampunan untuk dosa yang akan datang; keduanya tidak dapat diberikan oleh kuasa apa pun." 


Mitos 3: Seseorang dapat "membeli pengampunan" dengan indulgensi. 

Definisi indulgensi mengisyaratkan bahwa pengampunan sudah terjadi:"Indulgensi adalah penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni". Indulgensi tidak mengampuni dosa. Indulgensi berkaitan dengan siksa-siksa(hukuman) yang masih harus dijalani setelah dosa-dosa diampuni. 


Mitos 4: Indulgensi diciptakan sebagai cara Gereja mengumpulkan uang. 

Indulgensi berkembang dari refleksi atas sakramen tobat. Indulgensi adalah sebuah cara memperpendek penebusan dari disiplin sakramental dan telah digunakan selama berabad-abad sebelulm kemunculan masalah yang berkaitan dengan uang. 


Mitos 5: Indulgensi akan memperpendek waktu di purgatorium oleh sejumlah hari yang tetap. 

Jumlah hari yang dipakai berkait dengan indulgensi merupakan referensi terhadap periode penebusan yang mungkin seseorang jalani selama hidup di bumi. Gereja Katolik tidak mengklaim mengetahui tentang berapa lama di purgatorium pada umumnya, sedikit banyak dalam kasus orang tertentu. 


Mitos 6: Seseorang dapat membeli indulgensi. 

Konsili Trent memulai perubahan besar pada praktek pemberian indulgensi, dan karena penyimpangan-penyimpangan sebelumnya,"tahun 1567 Paus Pius V membatalkan semua pemberian indulgensi yang menyertakan biaya dan transaksi keuangan lainnya"(Catholic Encyclopedia). Aksi ini membuktikan keseriusan Gereja untuk menghilangkan penyimpangan dari pelaksanaan indulgensi. 


Mitos 7: Seseorang dulu dapat membeli indulgensi 

Orang tidak pernah dapat "membeli" indulgensi. Skandal keuangan yang menyertai indulgensi, skandal yang memberikan Martin Luther alasan untuk kesesatannya, melibatkan derma -indulgensi yang memberikan derma untuk beberapa yayasan atau dana amal yang digunakan sebagai kesempatan untuk memberi indulgensi. Tidak ada penjualan indulgensi secara ikhlas.Catholic Encyclopedia menyatakan,"Mudah untuk melihat bagaimana penyimpangan merambat masuk. Di antara karya-karya baik yang mungkin didorong dengan kondisi yang dibuat dari sebuah indulgensi, sedekah akan secara alamiah diadakan pada suatu tempat yang mencolok... Baik untuk mengamati bahwa dalam tujuan-tujuan ini pada dasarnya tidaklah jahat. Memberikan uang untuk Tuhan atau orang miskin merupakan aksi terpuji, dan, apabila dilakukan dengan motif yang benar, tentu itu akan dihargai." 

Mampu menjelaskan ketujuh mitos ini akan menjadi satu langkah besar untuk menolong orang lain dalam memahami indulgensi. 

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 014

Hari ke 14
KGK Dalam Setahun

Versi Bahasa Indonesia


TEKS-TEKS SINGKAT 

96. Apa yang dipercayakan Kristus kepada para Rasul, telah diteruskan oleh mereka, yang diilhami oleh Roh Kudus, dalam khotbahnya dan secara tertulis kepada semua generasi sampai kepada kedatangan kembali Kristus yang mulia.
97. "Tradisi Suci dan Kitab Suci merupakan satu perbendaharaan keramat Sabda Allah yang
dipercayakan kepada Gereja" (DV 10). Di dalamnya Gereja yang berziarah memandang
Tuhan, sumber segala kekayaannya, seperti dalam sebuah cermin.

98. "Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta menerus-kan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, imannya seutuhnya" (DV 8).

99. Berkat cita rasa iman adikodrati, seluruh umat Allah menerima secara terus-menerus karunia Wahyu ilahi, mempelajarinya lebih dalam serta menghayatinya  secara makin lengkap.

100.  Tugas untuk menjelaskan Sabda Allah secara mengikat, hanya diserahkan kepada Wewenang Mengajar Gereja, kepada Paus dan kepada para Uskup yang bersatu dengan-nya dalam satu paguyuban.

Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 14

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section1:"I Believe" — "We Believe" (26 - 184)
Chapter2:God Comes to Meet Man (50 - 141)
Article2:The Transmission of Divine Revelation (74 - 100)
IN BRIEF
96     What Christ entrusted to the apostles, they in turn handed on by their preaching and writing, under the inspiration of the Holy Spirit, to all generations, until Christ returns in glory.
97     "Sacred Tradition and Sacred Scripture make up a single sacred deposit of the Word of God" (DV 10) in which, as in a mirror, the pilgrim Church contemplates God, the source of all her riches.
98     "The Church, in her doctrine, life and worship, perpetuates and transmits to every generation all that she herself is, all that she believes" (DV 8 § 1).
99     Thanks to its supernatural sense of faith, the People of God as a whole never ceases to welcome, to penetrate more deeply and to live more fully from the gift of divine Revelation.
100     The task of interpreting the Word of God authentically has been entrusted solely to the Magisterium of the Church, that is, to the Pope and to the bishops in communion with him.

Selasa, 23 Oktober 2012

Mengapa Yesus Memilih Yudas ???

Barusan saja saya melangkah ke www.ekaristi.org dan saya menemukan tulisan yang bagus dari sdr Curiosa, yang cape-cape menterjemahkan, dan saya pikir bagus juga untuk dibagikan buat teman-teman katolik di blog ini.

Selamat membaca sebagai selingan yang patut direnungkan

Dalam rangka Tahun Iman, saya ingin sharing satu artikel dari page Facebook, Question to Catholics Ministry, yang berjudul "Why did Jesus choose Judas?". Menurut saya artikel ini bagus, dan baik untuk dijadikan sebagai bacaan untuk direnungkan buat umat Katolik yang sedang galau akan imannya. Malaikat 

Ini adalah terjemahan bebas jadi mohon maaf bila ada kalimat yang kurang jelas. Yang terpenting pikiran pokoknya dapat dimengerti. 

Mengapa Yesus memilih Yudas ? 

oleh Jason G. Hull 


Bertahun-tahun saya telah menyaksikan orang-orang menyatakan bahwa mereka telah meninggalkan Gereja Katolik karena berbagai macam pengalaman yang mereka alami dengan sesama Katolik baik klerus, biarawan, dan awam. Boleh jadi, ada seorang imam yang terbukti tidak setia terhadap panggilannya. Barangkali mereka menyaksikan beberapa biarawan/wati mendukung suatu ajaran sesat. Mungkin, mereka merasa bahwa umat awam Katolik yang mereka jumpai terkesan suam-suam kuku dan kurang iman. Atau yang terburuk, barangkali mereka kehilangan haknya dengan uskup-uskup tertentu yang kelihatannya melemahkan kekuatan dan pendirian/keteguhan dalam bertahan bagi Kristus, Gereja dan membela kebenaran. Semua itu dapat menjadi sangat menyusahkan, namun daftar tersebut tidak hanya menggores permukaan dari banyak hal bermasalah yang berbeda yang seorang Katolik bisa jumpai ketika berhadapan dengan sesama Katolik. Ini dapat sangat menyakitkan dan mengecewakan. Bahkan ini cukup dapat menimbulkan beberapa pertanyaan apakah mereka seharusnya meninggalkan Gereja Katolik dan mencari sebuah kongregasi Protestan yang memiliki secara berlimpah apa yang ditemukan kurang dalam pertemuan yang mengecewakan mereka dengan Katolik. Bagi semua orang yang telah dan sedang mempertimbangkan untuk meninggalkan Gereja Katolik karena keadaan demikian, saya mempunyai satu pertanyaan bagi kamu untuk dipertimbangkan: Mengapa Yesus memilih Yudas Iskariot sebagai salah satu dari Dua belas Rasul ? 


Mengapa Yesus memilih Yudas? Kitab Suci memberitahu kita bahwa Yesus mengetahui hati manusia(Yoh 2:24-25). Memang, bahkan Yesus sejak awal sudah tahu saat Ia memilih Yudas bahwa Yudas akan mengkhianatinya. Pada Yohanes 6:64 dikatakan,"Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia". Dan dalam Yoh 6:70 Yesus berkata,"Bukankah aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah iblis." Oleh karena itu pemilihan Yudas bukanlah kesalahan. Yesus sudah tahu isi hati Yudas, dan namun demikian Yesus memilih dia. Bahkan Dia menetapkan Yudas sebagai bendaharawan para Rasul walaupun mengetahui bahwa Yudas adalah seorang pencuri. 


Jadi mengapa Yesus melakukan ini? Beberapa orang mungkin berkata karena Dia harus disalibkan untuk menebus dunia. Tetapi saya akan menanggapi pernyataan tersebut,"Yesus adalah Tuhan. Dia bisa sampai kepada salib dengan cara apapun yang Dia inginkan, melalui lebih banyak cara yang kamu atau saya dapat bayangkan. Oleh karena itu, pengkhianatan Yudas bukanlah jalan yang perlu untuk sampai kepada salib." Jadi, kalau begitu, mengapa Yesus memilih Yudas? Harus ada alasan yang baik dibalik itu dan signifikan/penting pada saat itu. 


Ini adalah teori saya: 

Yesus memilih Yudas untuk mengilustrasikan kepada kita satu hal yang sangat penting: Jika satu dari 12 Rasul awal dapat mengkhianati Yesus, maka tidak terlalu sulit atau tidak mustahil kalau terdapat uskup, imam, biarawan, atau umat awam dari pelbagai kedudukan melakukan hal yang sama. Pesannya sederhana : Akan selalu ada Yudas Iskariot-Yudas Iskariot di dalam Gereja. 


Tetapi kehadiran Yudas tidak membatalkan kehadiran Gereja. Hal ini terlihat pada bagian dari Yohanes 6. "Mulai waktu itu banyak murid murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya:"Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Jawab Simon Petrus kepada-Nya:"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataanmu adalah perkataan hidup yang kekal..."(Yoh 6:66-68). Tepat setelah pertukaran ini Yesus berkata,"Bukankah aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah iblis."(Yoh 6:70). Saya melihat ini sebagai sesuatu yang luarbiasa menarik bahwa Tuhan kita menyadarkan fakta ini selama momen tertentu. Saya pikir Dia mencoba untuk memberitahu kita sesuatu yang sangat penting. Bukan hanya ajaran-ajaran Kristus yang sulit dan tampak amat berat bagi pikiran manusia, melainkan juga ada iblis di antara kita. Iblis-iblis itu tetap di dalam Gereja meskipun ajaran-ajaran yang sulit dan bahkan jika mereka menolak sebagaian atau seluruh dari ajaran-ajaran yang sulit. Walaupun mereka(iblis) tetap di dalam Gereja, mereka sama sekali tidak menerima pesan atau panggilan Kristus, dan Yudas adalah contoh utama tentang hal ini. Toh, jika Yudas sungguh menerima Yesus, dia tidak akan mengkhianatinya. Tetapi untuk beberapa alasan yang tidak kita ketahui, Yudas masih dan kemudian berkhianat. Bagaimanapun juga, elemen yang paling penting dari kutipan Injil di atas bukan banyaknya orang yang meninggalkan Yesus atau ada iblis di antara mereka. Bagian yang paling penting dari kutipan tersebut ialah jawaban Petrus dihadapan kemalangan itu,"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal." 


Apa nasib Petrus selanjutnya? Derajat tertinggi dari kekudusan. Apa nasib dari para murid yang meninggalkan Yesus? Kita tidak tahu pasti, tetapi jika mereka tidak kembali sebelum mati, harapan mereka akan keselamatan adalah suram/gelap. Dan adakah suatu momen yang lebih gelap dalam sejaran Kristen daripada momen ketika Yesus dikhianati/diserahkan kepada kematian-Nya oleh salah satu dari kedua belas rasul-Nya dan tubuh-Nya terbaring dalam kubur? Tetapi apakah kesebelas Rasul yang tersisa meninggalkan Gereja dihadapan peristiwa-peristiwa mengerikan tersebut? Apakah mereka(ke-11 rasul) menyatakan bahwa sejak Yudas memutuskan hubungan dengan Gereja, Gereja tidak berlaku lagi? Jawaban ketiga pertanyaan tersebut adalah TIDAK. Para murid yang tersisa menyaksikan Yesus yang bangkit, mereka tinggal bersama, tetap setia, dan memilih pengganti Yudas(Kis 1:15-26). 


Jadi apa makna ini bagi kita? Jika kita meninggalkan Gereja Katolik, kemanakah kita akan pergi? Gereja Katolik mempunyai Firman Hidup. Gereja Katolik tidak dapat dikuasai oleh alam maut(Mat 16:18). Gereja Katolik memberi kita hidup dalam sakramen-sakramen. Gereja Katolik adalah satu-satunya tempat dimana pengampunan atas dosa-dosa diberikan melalui Sakramen Tobat(Yoh 20:22-23) dan Sakramen Urapan Orang Sakit(Yak 5:14-15). Gereja Katoliklah yang membawa Kristus kepada kita: Tubuh, Darah, Jiwa, dan Keallahan di dalam Ekaristi; dan Yesus mengatakan bahwa jika kita tidak makan Tubuh yand Dia berikan maka kita tidak akan mempunyai hidup di dalam diri kita atau bersatu dengan Dia(Yoh 6:51,53-58). 


Jadi jika kita meninggalkan Gereja Katolik, kemanakah kita akan pergi?Tidak ada tempat lain untuk pergi. Jangan tinggalkan Petrus dan rasul-rasul yang lain karena Yudas; karena jika kita melakukannya, kita berjalan di jalan yang sama yang telah dijalani oleh Yudas. 


Untuk mereka yang meninggalkan Gereja, mata mereka tidak melihat dan telinga mereka tidak mendengar kenyataan besar yang Tuhan anugerahkan kepada kita; dan setiap domba yang tersesat adalah sebuah tragedi. Bukankah Sang Gembala mencari domba yang hilang dengan ketekunan dan kepedulian?(Luk 15:3-7)? Kita harus menunjukkan realitas ini kepada saudara-i sesama Katolik yang digoda untuk berputus asa(dosa melawan harapan), sehingga mata dan telinga mereka bisa terbuka kepada kenyataan dan karunia besar yang Tuhan kita Yesus Kristus telah berikan kepada mereka dan kita melalui Gereja yang Dia dirikan untuk melaksanakan misi dan pelayanan-Nya. (KGK 737-738, 763-766, 787-789) 



Mat 13:16-17
Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.