Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Kamis, 29 November 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 050

KGK hari ke - 50

Versi Bahasa Indonesia


Kristus "bersama semua malaikat-Nya"

331. Kristus adalah pusat dunia malaikat. Mereka adalah malaikat-Nya: "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia..." (Mat 25:31). Mereka adalah milik-Nya karena mereka diciptakan oleh Dia dan untuk Dia: "Karena di dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintahan, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia" (Kol 1: 16). [291] Mereka lebih lagi milik-Nya, karena ia menjadikan mereka pesuruhrencana keselamatan-Nya: "Mereka adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan" (Ibr 1:14).

332. Mereka ada sejak penciptaan dunia1 dan sepanjang seluruh sejarah keselamatan; mereka mengabarkan keselamatan dari jauh dan dari dekat, dan melayani rencana ilahi, untuk melaksanakan keselamatan itu. Mereka mengunci firdaus duniawi,2 melindungi Lot,3 meluputkan Hagar dan anaknya,4 menghalangi tangan Abraham,5 menyampaikan hukum kepada bangsa Israel,6 menghantar bangsa Allah,7 mewartakan kelahiran8 dan panggil-an,9 membantu para nabi,10 sekedar untuk menyebut beberapa contoh. Akhirnya malaikat Gabriel menampakkan diri untuk menyampaikan kelahiran perintis dan kelahiran Yesus sendiri.11

333. Mulai dari penjelmaan menjadi manusia sampai kepada kenaikan ke surga, kehidupan Sabda yang menjadi manusia dikelilingi oleh penyembahan dan pelayanan malaikat. Ketika Allah "membawa Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: 'Semua malaikat harus menyembah'" (Ibr 1:6). Lagu pujiannya waktu Kristus dilahirkan - "Kemuliaan bagi Allah:.." (Luk 2:14) - bergema terus dalam lagu pujian Gereja. Mereka melindungi Yesus dalam usia anak-anak,12 melayani Dia di padang gurun,13 menguatkan-Nya dalam sakratul maut,14 dan mereka juga dapat membebaskan-Nya - seperti Israel dahulu15 - dari tangan musuh-musuh Nya.16 [559] Malaikat-malaikat itu pula, "yang mewartakan Injil" (Luk 2:10), dengan menyampaikan Kabar Gembira mengenai penjelmaan17 dan kebangkitan18 Kristus. Pada kedatangan kembali Kristus, yang mereka maklumkan,19 mereka akan menyertai Dia dan melayani Dia waktu pengadilan.20
Malaikat di dalam kehidupan Gereja

334. Sampai Kristus datang kembali, pertolongan para malaikat yang penuh rahasia dan kuasa itu sangat berguna bagi seluruh kehidupan Gereja.21

335. Dalam liturginya Gereja mempersatukan diri dengan para malaikat untuk menyembah Allah yang Maha Kudus1;[1138] ia minta bantuan mereka2 dan merayakan terutama peringatan akan malaikat tertentu (Mikael, Gabriel dan Rafael, dan para malaikat pelindung yang suci). [27]

336. Sejak masa anak-anak3 sampai pada kematiannya4 malaikat-malaikat mengelilingi kehidupan manusia dengan perlindungan5 dan doa permohonan.6 [1020] "Seorang malaikat mendampingi setiap orang beriman sebagai pelindung dan gembala, supaya menghantarnya kepada kehidupan" (Basilius, Eun. 3, 1). Sejak di dunia ini, dalam iman, kehidupan Kristen mengambil bagian di dalam kebahagiaan persekutuan para malaikat dan manusia yang bersatu dalam Allah.


Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 50

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph5:Heaven and Earth (325 - 354)
I. THE ANGELS
Christ "with all his angels"
331     Christ is the center of the angelic world. They are his angels: "When the Son of man comes in his glory, and all the angels with him...." They belong to him because they were created through and for him: "for in him all things were created in heaven and on earth, visible and invisible, whether thrones or dominions or principalities or authorities — all things were created through him and for him." They belong to him still more because he has made them messengers of his saving plan: "Are they not all ministering spirits sent forth to serve, for the sake of those who are to obtain salvation?"
332     Angels have been present since creation and throughout the history of salvation, announcing this salvation from afar or near and serving the accomplishment of the divine plan: they closed the earthly paradise; protected Lot; saved Hagar and her child; stayed Abraham's hand; communicated the law by their ministry; led the People of God; announced births and callings; and assisted the prophets, just to cite a few examples. Finally, the angel Gabriel announced the birth of the Precursor and that of Jesus himself.
333     From the Incarnation to the Ascension, the life of the Word incarnate is surrounded by the adoration and service of angels. When God "brings the firstborn into the world, he says: 'Let all God's angels worship him.'" Their song of praise at the birth of Christ has not ceased resounding in the Church's praise: "Glory to God in the highest!" They protect Jesus in his infancy, serve him in the desert, strengthen him in his agony in the garden, when he could have been saved by them from the hands of his enemies as Israel had been. Again, it is the angels who "evangelize" by proclaiming the Good News of Christ's Incarnation and Resurrection. They will be present at Christ's return, which they will announce, to serve at his judgement.
The angels in the life of the Church
334     In the meantime, the whole life of the Church benefits from the mysterious and powerful help of angels.
335     In her liturgy, the Church joins with the angels to adore the thrice-holy God. She invokes their assistance (in the funeral liturgy's In Paradisum deducant te angeli...["May the angels lead you into Paradise..."]). Moreover, in the "Cherubic Hymn" of the Byzantine Liturgy, she celebrates the memory of certain angels more particularly (St. Michael, St. Gabriel, St. Raphael, and the guardian angels).
336     From its beginning until death, human life is surrounded by their watchful care and intercession. "Beside each believer stands an angel as protector and shepherd leading him to life." Already here on earth the Christian life shares by faith in the blessed company of angels and men united in God.

Rabu, 28 November 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 049

KGK hari ke - 049

Versi Bahasa Indonesia


PASAL 5. LANGIT DAN BUMI

325. Syahadat para Rasul mengakui bahwa Allah adalah "Pencipta langit dan bumi" dan pengakuan iman Nisea-Konstantinopel menjelaskan: "dunia yang kelihatan dan yang tak kelihatan".

326. Dalam Kitab Suci pasangan kata "langit dan bumi" berarti segala sesuatu yang ada: seluruh ciptaan. [290] Ia menyebut juga ikatan yang dalam ciptaan sekaligusmempersatukan dan membedakan langit dan bumi: "Bumi" ialah dunia manusia; 1 "langit" atau "surga" dapat berarti cakrawala,2 tetapi juga "tempat" Allah yang sebenarnya karena Ia adalah "Bapa kita di surga" (Mat 5:16)3 [1023, 2794] - dan sebagai akibatnya surga adalah kemuliaan definitif. Akhirnya perkataan "surga" berarti "tempat" makhluk-makhluk rohani, malaikat-malaikat, yang mengelilingi Allah.

327. Pengakuan iman Konsili Lateran IV mengatakan: "Allah mengadakan pada awal segala waktu sekaligus dua ciptaan dari ketidakadaan, yang rohani dan yang jasmani, yaitu malaikat dan dunia: dan sesudah itu yang manusiawi, yang boleh dikatakan sekaligus terdiri dari roh dan badan" (DS 800)4 [296]

I. Malaikat

Adanya malaikat - satu kebenaran iman

328. Bahwa ada makhluk rohani tanpa badan, yang oleh Kitab Suci biasanya dinamakan "malaikat", adalah satu kebenaran iman. [150] Kesaksian Kitab Suci dan kesepakatan tradisi tentang itu bersifat sama jelas.
Siapakah mereka itu?

329. Santo Agustinus mengatakan: "'Malaikat' menunjukkan jabatan, bukan kodrat. Kalau engkau menanyakan kodratnya, maka ia adalah roh; kalau engkau menanyakan jabatannya, maka ia adalah malaikat" (Psal. 103, 1, 15). Menurut seluruh keadaannya malaikat adalah pelayan dan pesuruh Allah. Karena "mereka selalu memandang wajah Bapa-Ku, yang ada di surga" (Mat 18:10), mereka "melaksanakan firman-Nya dengan mendengarkan suara firman-Nya" (Mzm 103:20).

330. Sebagai makhluk rohani murni mereka mempunyai akal budi dan kehendak; mereka adalah wujud pribadi5 dan tidak dapat mati.6 Mereka melampaui segala makhluk yang kelihatan dalam kesempurnaan. Cahaya kemuliaannya membuktikan itu.7


Versi Bahasa Inggris


Read the Catechism: Day 49

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph5:Heaven and Earth (325 - 354)
325     The Apostles' Creed professes that God is "creator of heaven and earth". The Nicene Creed makes it explicit that this profession includes "all that is, seen and unseen".
326     The Scriptural expression "heaven and earth" means all that exists, creation in its entirety. It also indicates the bond, deep within creation, that both unites heaven and earth and distinguishes the one from the other: "the earth" is the world of men, while "heaven" or "the heavens" can designate both the firmament and God's own "place" — "our Father in heaven" and consequently the "heaven" too which is eschatological glory. Finally, "heaven" refers to the saints and the "place" of the spiritual creatures, the angels, who surround God.
327     The profession of faith of the Fourth Lateran Council (1215) affirms that God "from the beginning of time made at once (simul) out of nothing both orders of creatures, the spiritual and the corporeal, that is, the angelic and the earthly, and then (deinde) the human creature, who as it were shares in both orders, being composed of spirit and body."
I. THE ANGELS
The existence of angels — a truth of faith
328     The existence of the spiritual, non-corporeal beings that Sacred Scripture usually calls "angels" is a truth of faith. The witness of Scripture is as clear as the unanimity of Tradition.
Who are they?
329     St. Augustine says: "'Angel' is the name of their office, not of their nature. If you seek the name of their nature, it is 'spirit'; if you seek the name of their office, it is 'angel': from what they are, 'spirit', from what they do, 'angel.'" With their whole beings the angels are servants and messengers of God. Because they "always behold the face of my Father who is in heaven" they are the "mighty ones who do his word, hearkening to the voice of his word".
330     As purely spiritual creatures angels have intelligence and will: they are personal and immortal creatures, surpassing in perfection all visible creatures, as the splendor of their glory bears witness.

Selasa, 27 November 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 048

KGK ke - 48

Versi Bahasa Indonesia


TEKS-TEKS SINGKAT

315. Dengan penciptaan dunia dan manusia, Allah memberi bukti yang pertama dan menyeluruh dari cinta-Nya dan kebijaksanaan-Nya yang maha kuasa, demikian juga pengumuman pertama "keputusan berbelas-kasihan-Nya", yang terlaksana dalam penciptaan baru melalui Kristus.


316. Karya penciptaan secara khusus dihubungkan dengan Bapa, tetapi adalah juga satu kebenaran iman bahwa Bapa, Putera, dan Roh Kudus merupakan prinsip pencipta yang satu dan tidak terbagi-bagi.

317. Allah sendiri menciptakan alam semesta secara bebas, langsung dan tanpa bantuan apa pun.

318. Tidak ada makhluk yang mempunyai kekuasaan tak terbatas yang perlu untuk "mencipta" dalam arti kata yang sebenarnya, artinya menghasilkan sesuatu yang sama sekali belum ada, dan memberi kepadanya keberadaan, memanggilnya "dari ketidak-adaan" [ex nihilo] ke dalam keberadaan1

319. Allah menciptakan bumi supaya menunjukkan dan menyampaikan kemuliaan-Nya. Supaya makhluk-Nya mengambil bagian dalam kebenaran-Nya, kebaikan-Nya, dan keindahan-Nya - itulah kemuliaan untuknya Allah menciptakannya.

320. Allah, yang menciptakan alam semesta, mempertahankannya dalam keberadaannya oleh Sabda-Nya, Sang Putera, "yang menopang segala yang ada dengan sabda-Nya yang penuh kekuasaan" (Ibr 1:3) dan melalui Roh Pencipta-Nya yang memberi kehidupan.

321. Penyelenggaraan ilahi terdiri dari keputusan-keputusan, olehnya Allah menghantar segala makhluk dengan kebijaksanaan dan cinta menuju tujuan akhir.

322. Kristus mengajak kita agar kita menyerahkan diri sebagai anak kepada penyelenggaraan Bapa surgawi2 dan Rasul Petrus mengulanginya: "Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu" (1 Ptr 5:7)3

323. Penyelenggara ilahi bertindak juga melalui kegiatan makhluk-makhluk. Allah memberi kepada manusia kemungkinan, supaya bekerja sama dengan sukarela dalam rencana-rencana-Nya.

324. Bahwa Allah membiarkan kejahatan fisik dan moral itu terjadi, adalah satu misteri, yang Ia terangkan melalui Putera-Nya Yesus Kristus, yang wafat dan bangkit, untuk mengalahkan kejahatan. Iman memberi kita kepastian bahwa Allah tidak akan membiarkan kejahatan, kalau Ia tidak sanggup menghasilkan yang baik dari yang jahat itu, melalui jalan-jalan yang baru kita akan ketahui sepenuhnya dalam kehidupan abadi.



Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 48

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph4:The Creator (279 - 324)
IN BRIEF
315     In the creation of the world and of man, God gave the first and universal witness to his almighty love and his wisdom, the first proclamation of the "plan of his loving goodness", which finds its goal in the new creation in Christ.
316     Though the work of creation is attributed to the Father in particular, it is equally a truth of faith that the Father, Son and Holy Spirit together are the one, indivisible principle of creation.
317     God alone created the universe, freely, directly and without any help.
318     No creature has the infinite power necessary to "create" in the proper sense of the word, that is, to produce and give being to that which had in no way possessed it (to call into existence "out of nothing") (cf DS 3624).
319     God created the world to show forth and communicate his glory. That his creatures should share in his truth, goodness and beauty — this is the glory for which God created them.
320     God created the universe and keeps it in existence by his Word, the Son "upholding the universe by his word of power" (Heb 1:3), and by his Creator Spirit, the giver of life.
321     Divine providence consists of the dispositions by which God guides all his creatures with wisdom and love to their ultimate end.
322     Christ invites us to filial trust in the providence of our heavenly Father (cf. Mt6:26-34), and St. Peter the apostle repeats: "Cast all your anxieties on him, for he cares about you" (1 Pet 5:7; cf. Ps 55:23).
323     Divine providence works also through the actions of creatures. To human beings God grants the ability to cooperate freely with his plans.
324     The fact that God permits physical and even moral evil is a mystery that God illuminates by his Son Jesus Christ who died and rose to vanquish evil. Faith gives us the certainty that God would not permit an evil if he did not cause a good to come from that very evil, by ways that we shall fully know only in eternal life.

Senin, 26 November 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 047

KGK hari ke - 47

Versi Bahasa Indonesia


Penyelenggaraan dan skandal kejahatan

309. Tetapi apabila Allah, Bapa yang maha kuasa, Pencipta suatu dunia yang teratur, dan baik, memperhatikan semua makhluk-Nya, mengapa lalu ada yang jahat? Tiap jawaban yang terburu-buru atas pertanyaan yang mendesak dan tak terelakkan, yang menyakitkan dan yang penuh rahasia ini, akan tidak memuaskan. [164, 385] Iman Kristen secara menyeluruh adalah jawaban atas pertanyaan ini: keadaan baik ciptaan, drama dosa, cinta Allah yang sabar, yang mendekati manusia. Ia melakukan ini melalui perjanjian-perjanjian-Nya, melalui penjelmaan Putera-Nya menjadi manusia yang menyelamatkan dan melalui anugerah Roh; Ia melakukan ini dengan mengumpulkan Gereja dan melalui kekuatan Sakramen; akhirnya Ia melakukan itu melalui panggilan menuju kehidupan yang membahagiakan. Makhluk yang bebas sejak awal sudah diundang supaya menerima panggilan ini. Tetapi mereka juga dapat menolaknya sejak awal, dan itulah misteri yang mengerikan. Tidak ada satu unsur pewartaan Kristen, yang tidak merupakan jawaban atas masalah kejahatan. [2850]

310. Tetapi mengapa Allah tidak menciptakan satu dunia yang sedemikian sempurna, sehingga tidak mungkin ada unsur jahat di dalamnya. [412] Dalam kuasa-Nya yang tidak terbatas Allah dapat saja menciptakan sesuatu yang lebih baik.3 Tetapi dalam kebijaksanaan dan kebaikan-Nya yang tidak terbatas Allah, karena kehendak bebas-Nya, ingin menciptakan satu dunia yang berada "di jalan" menuju kesempurnaannya yang terakhir. [1042-1050] Menurut rencana Allah proses perkembangan ini membawa bersama dengan munculnya bentuk keberadaan tertentu juga hilangnya bentuk keberadaan yang lain, bersama dengan yang sempurna juga yang kurang sempurna, bersama dengan pembangunan juga pembongkaran dalam alam. Maka selama ciptaan belum sampai kepada penyelesaian, akan ada kebobrokan fisik di samping kebaikan fisik.4 [342]

311. Para malaikat dan manusia, ciptaan yang berakal budi dan bebas, harus menyongsong tujuannya terakhir dengan kehendak bebas dan mengutamakan tujuan itu karena cinta. [396] Karena itu mereka juga dapat menyimpang dari jalan dan dalam kenyataannya sudah berdosa. Demikianlah kejahatan moral, yang jauh lebih buruk daripada kebobrokan fisik, masuk ke dalam dunia. [1849] Bagaimanapun juga, baik langsung maupun tidak langsung, Allah bukanlah sebab kejahatan moral.5 Namun Iamembiarkannya terjadi karena Ia menghormati kebebasan makhluk-Nya, dan dengan cara yang penuh rahasia Ia tahu menghasilkan yang baik darinya:
"Allah yang maha kuasa... dalam kebaikan-Nya yang tak terbatas tidak mungkin membiarkan kejahatan apa pun berada dalam karya-Nya, kalau Ia tidak begitu maha kuasa dan baik, sehingga Ia juga mampu mengambil kebaikan dari kejahatan" (Agustinus, enchir. 11, 3).

312. Dengan demikian lama-kelamaan orang dapat menemukan bahwa Allah dalam penyelenggaraan-Nya yang maha kuasa malahan dapat mengambil kebaikan dari kejahatan moral yang disebabkan oleh makhluk-Nya. Yosef berkata kepada saudara-saudaranya: "Bukan kamulah yang menyuruh aku ke sini, melainkan Allah... Kalau kamu mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah mereka-rekakannya untuk kebaikan... dengan maksud memelihara hidup suatu bangsa yang besar" (Kej 45:8; 50:20)1. [598-600] Dari kejahatan moral paling buruk yang pernah dilakukan, yakni penolakan dan pembunuhan Putera Allah oleh dosa semua manusia, Tuhan dalam kelimpahan rahmat-Nya2 mengerjakan kebaikan yang paling besar: pemuliaan Kristus dan penebusan kita. Tetapi karena itu, sesuatu yang jahat tidak pernah akan menjadi sesuatu yang baik. [1994]

313. "Kita tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia" (Rm 8:28). Para kudus berulang kali memberikan kesaksian tentang itu: [227]
Santa Katarina dari Siena mengatakan "kepada mereka yang merasa terganggu oleh apa yang mereka alami dan memberontak terhadapnya": "Segala sesuatu timbul dari cinta, segala sesuatu diarahkan kepada keselamatan manusia. Allah tidak membuat apa pun di luar tujuan ini" (dial. 4, 138). Santo Tomas Morus menghibur puterinya beberapa saat sebelum mati syahidnya: "Tidak ada sesuatu yang dapat terjadi, yang tidak dikehendaki Allah. Tetapi apa pun yang Ia kehendaki, betapa pun juga pahitnya, hal itu merupakan yang terbaik untuk kita" (Surat dari Thomas More, Ed. Elizabeth F. Rogers, 206, baris 661-663). Dan Yuliana dari Norwikh mengatakan: "Dengan rahmat Allah aku menjadi sadar bahwa aku harus berpegang teguh kepada iman, dan paling sedikit dengan sama teguh harus melihat bahwa segala sesuatu, bagaimanapun keadaannya, akan menjadi baik... Dan engkau akan melihat bahwa segala sesuatu akan menjadi baik" (rev. 32).

314. Kita percaya dengan teguh bahwa Allah adalah Tuhan dunia dan sejarah. Namun jalan-jalan penyelenggaraan-Nya sering kali tidak kita ketahui. [1040] Baru pada saat akhir, apabila pengetahuan kita yang sepotong-sepotong sudah berakhir dan kita akan memandang Allah "dari muka ke muka" (1 Kor 13:12) kita akan mengerti sepenuhnya jalan-jalan yang ditempuh Allah, malahan melalui drama kejahatan dan dosa, guna menghantar ciptaan-Nya menuju perhentian Sabat3 yang definitif, untuknya Ia telah menciptakan langit dan bumi. [2550]


Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 47

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph4:The Creator (279 - 324)
V. GOD CARRIES OUT HIS PLAN: DIVINE PROVIDENCE
Providence and the scandal of evil.
309     If God the Father almighty, the Creator of the ordered and good world, cares for all his creatures, why does evil exist? To this question, as pressing as it is unavoidable and as painful as it is mysterious, no quick answer will suffice. Only Christian faith as a whole constitutes the answer to this question: the goodness of creation, the drama of sin and the patient love of God who comes to meet man by his covenants, the redemptive Incarnation of his Son, his gift of the Spirit, his gathering of the Church, the power of the sacraments and his call to a blessed life to which free creatures are invited to consent in advance, but from which, by a terrible mystery, they can also turn away in advance. There is not a single aspect of the Christian message that is not in part an answer to the question of evil.
310     But why did God not create a world so perfect that no evil could exist in it? With infinite power God could always create something better. But with infinite wisdom and goodness God freely willed to create a world "in a state of journeying" towards its ultimate perfection. In God's plan this process of becoming involves the appearance of certain beings and the disappearance of others, the existence of the more perfect alongside the less perfect, both constructive and destructive forces of nature. With physical good there exists also physical evil as long as creation has not reached perfection.
311     Angels and men, as intelligent and free creatures, have to journey toward their ultimate destinies by their free choice and preferential love. They can therefore go astray. Indeed, they have sinned. Thus has moral evil, incommensurably more harmful than physical evil, entered the world. God is in no way, directly or indirectly, the cause of moral evil. He permits it, however, because he respects the freedom of his creatures and, mysteriously, knows how to derive good from it:
For almighty God..., because he is supremely good, would never allow any evil whatsoever to exist in his works if he were not so all-powerful and good as to cause good to emerge from evil itself.
312     In time we can discover that God in his almighty providence can bring a good from the consequences of an evil, even a moral evil, caused by his creatures: "It was not you", said Joseph to his brothers, "who sent me here, but God... You meant evil against me; but God meant it for good, to bring it about that many people should be kept alive." From the greatest moral evil ever committed — the rejection and murder of God's only Son, caused by the sins of all men — God, by his grace that "abounded all the more", brought the greatest of goods: the glorification of Christ and our redemption. But for all that, evil never becomes a good.
313     "We know that in everything God works for good for those who love him." The constant witness of the saints confirms this truth:
St. Catherine of Siena said to "those who are scandalized and rebel against what happens to them": "Everything comes from love, all is ordained for the salvation of man, God does nothing without this goal in mind."
St. Thomas More, shortly before his martyrdom, consoled his daughter: "Nothing can come but that that God wills. And I make me very sure that whatsoever that be, seem it never so bad in sight, it shall indeed be the best."
Dame Julian of Norwich: "Here I was taught by the grace of God that I should steadfastly keep me in the faith... and that at the same time I should take my stand on and earnestly believe in what our Lord shewed in this time — that 'all manner [of] thing shall be well.'"
314     We firmly believe that God is master of the world and of its history. But the ways of his providence are often unknown to us. Only at the end, when our partial knowledge ceases, when we see God "face to face", will we fully know the ways by which — even through the dramas of evil and sin — God has guided his creation to that definitive sabbath rest for which he created heaven and earth.

Minggu, 25 November 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 046

KGK ke - 46

Versi Bahasa Indonesia


VI. Allah melaksanakan rencana-Nya: Penyelenggaraan Ilahi

302. Ciptaan mempunyai kebaikan dan kesempurnaannya sendiri. Namun ia tidak keluar dari tangan Pencipta dalam keadaan benar-benar selesai. Ia diciptakan demikian bahwa ia masih "di tengah jalan" [in statu viae] menuju kesempurnaan terakhir yang baru akan tercapai, yang dipikirkan Allah baginya. Takdir, dengannya Allah menghantar ciptaan-Nya menuju penyelesaian itu, kita namakan "penyelenggaraan ilahi".
"Allah melindungi dan mengatur melalui penyelenggaraan-Nya, segala sesuatu yang Ia ciptakan, 'dengan kuat ia meluas dari ujung yang satu ke ujung yang lain dan halus memerintah segala sesuatu'(Keb 8:1). 'Sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata-Nya' (Ibr 4:13), juga apa yang akan terjadi melalui tindakan bebas dari makhluk ciptaan" (Konsili Vatikan I: DS 3003).

303. Kesaksian Kitab Suci mengakui dengan suara bulat: Pemeliharaan penyelenggaraan adalah konkret dan langsung; ia peduli akan segala sesuatu dari kejadian yang paling kecil sampai kepada kejadian-kejadian besar yang membentuk sejarah dunia. Buku-buku suci dengan tegas menekankan kedaulatan Allah yang absolut dalam peredaran kejadian: "Allah kita di surga, Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya" (Mzm 115:3). [269] Dan Kristuslah "yang membuka, dan tidak ada yang dapat menutup, yang menutup dan tidak ada yang dapat membuka" (Why 3:7). "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi hanya keputusan Tuhanlah yang terlaksana" (Ams 19:21).

304. Demikianlah Roh Kudus, Pengarang utama Kitab Suci, sering kali mempertalikan perbuatan-perbuatan tertentu dengan Allah, tanpa menyebutkan sebab kedua. Itu bukanlah suatu cara ungkapan primitif, melainkan suatu cara yang mendalam, untuk mengarahkan perhatian kepada prioritas Allah dan kekuasaan-Nya yang absolut atas sejarah dan dunia1 dan dengan demikian mendidik supaya berharap kepada-Nya.
Doa mazmur adalah sekolah besar mengenai kepercayaan ini.2 [2589]

305. Yesus menghendaki penyerahan diri sebagai anak kepada penyelenggaraan Bapa surgawi, [2115] yang peduli akan kebutuhan-kebutuhan terkecil anak-anak-Nya: "Sebab itu janganlah kamu khawatir dan berkata: Apakah yang kami makan? Apakah yang kami minum?... Bapamu yang di surga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat 6:31-33).3


Penyelenggaraan dan sebab kedua

306. Allah adalah Tuhan yang berdaulat atas keputusan-Nya. Tetapi untuk melaksanakannya, Ia mempergunakan juga kerja sama makhluk-Nya. [1884] Itu bukanlah bukti kelemahan, melainkan bukti kebesaran dan kebaikan Allah. Sebab Allah tidak hanya memberi keberadaan kepada makhluk-Nya, tetapi juga martabat, untuk bertindak sendiri, menjadi sebab dan asal usul satu dari yang lain dan dengan demikian bekerja sama dalam pelaksanaan keputusan-Nya. [1951]

307. Kepada manusia Allah malahan memberi kemungkinan untuk mengambil bagian secara bebas dalam penyelenggaraan-Nya, [106] dengan menyerahkan tanggung jawab kepada mereka, untuk "menaklukkan dunia" dan berkuasa atasnya4.[373][1954] Dengan demikian Allah memungkinkan manusia, menjadi sebab yang berakal dan bebas untuk melengkapi karya penciptaan dan untuk menyempurnakan harmoninya demi kesejahteraan diri dan sesama. [2427] Manusia sering kali merupakan teman sekerja Allah yang tidak sadar, tetapi dapat juga secara sadar memperhatikan rencana ilahi dalam perbuatannya, dalam doanya, tetapi juga dalam penderitaannya5. Dengan demikian secara penuh dan utuh mereka menjadi "teman sekerja Allah" (1 Kor 3:9; 1 Tes 3:2) dan Kerajaan-Nya.6 [2738, 618, 1505]

308. Dengan demikian kebenaran bahwa Allah bekerja dalam setiap perbuatan makhluk-Nya tidak dapat dipisahkan dari iman akan Allah Pencipta. Ia adalah sebab pertama, yang bekerja dalam dan melalui sebab kedua. "Karena Allah yang mengerjakan di dalam kamu baik kehendak maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya" (Flp 2:13)1. Kebenaran ini sama sekali tidak merugikan martabat makhluk, tetapi meninggikannya. [970] Diangkat dari ketidak-adaan oleh kekuasaan, kebijaksanaan dan kebaikan Allah, makhluk tidak dapat berbuat apa-apa, kalau ia diputuskan dari asalnya, karena "ciptaan menghilang tanpa Pencipta" (GS 36, 3). Lebih lagi, ia tidak dapat mencapai tujuan-Nya tanpa bantuan rahmat.2



Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 46

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph4:The Creator (279 - 324)
V. GOD CARRIES OUT HIS PLAN: DIVINE PROVIDENCE
302     Creation has its own goodness and proper perfection, but it did not spring forth complete from the hands of the Creator. The universe was created "in a state of journeying" (in statu viae) toward an ultimate perfection yet to be attained, to which God has destined it. We call "divine providence" the dispositions by which God guides his creation toward this perfection:
By his providence God protects and governs all things which he has made, "reaching mightily from one end of the earth to the other, and ordering all things well". For "all are open and laid bare to his eyes", even those things which are yet to come into existence through the free action of creatures.
303     The witness of Scripture is unanimous that the solicitude of divine providence is concrete and immediate; God cares for all, from the least things to the great events of the world and its history. The sacred books powerfully affirm God's absolute sovereignty over the course of events: "Our God is in the heavens; he does whatever he pleases." And so it is with Christ, "who opens and no one shall shut, who shuts and no one opens". As the book of Proverbs states: "Many are the plans in the mind of a man, but it is the purpose of the LORD that will be established."
304     And so we see the Holy Spirit, the principal author of Sacred Scripture, often attributing actions to God without mentioning any secondary causes. This is not a "primitive mode of speech", but a profound way of recalling God's primacy and absolute Lordship over history and the world, and so of educating his people to trust in him. The prayer of the Psalms is the great school of this trust.
305     Jesus asks for childlike abandonment to the providence of our heavenly Father who takes care of his children's smallest needs: "Therefore do not be anxious, saying, "What shall we eat?" or "What shall we drink?"... Your heavenly Father knows that you need them all. But seek first his kingdom and his righteousness, and all these things shall be yours as well."
Providence and secondary causes
306     God is the sovereign master of his plan. But to carry it out he also makes use of his creatures' co-operation. This use is not a sign of weakness, but rather a token of almighty God's greatness and goodness. For God grants his creatures not only their existence, but also the dignity of acting on their own, of being causes and principles for each other, and thus of co-operating in the accomplishment of his plan.
307     To human beings God even gives the power of freely sharing in his providence by entrusting them with the responsibility of "subduing" the earth and having dominion over it. God thus enables men to be intelligent and free causes in order to complete the work of creation, to perfect its harmony for their own good and that of their neighbors. Though often unconscious collaborators with God's will, they can also enter deliberately into the divine plan by their actions, their prayers and their sufferings. They then fully become "God's fellow workers" and co-workers for his kingdom.
308     The truth that God is at work in all the actions of his creatures is inseparable from faith in God the Creator. God is the first cause who operates in and through secondary causes: "For God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure." Far from diminishing the creature's dignity, this truth enhances it. Drawn from nothingness by God's power, wisdom and goodness, it can do nothing if it is cut off from its origin, for "without a Creator the creature vanishes." Still less can a creature attain its ultimate end without the help of God's grace.

Sabtu, 24 November 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 045

KGK Ke - 45

Versi Bahasa Indonesia


IV. Misteri Penciptaan

Allah mencipta dalam kebijaksanaan dan cinta

295. Kita percaya bahwa Allah menciptakan dunia menurut kebijaksanaan-Nya2. Dunia bukanlah hasil dari salah satu kebutuhan, satu takdir yang buta atau kebetulan. Kita percaya bahwa ia berasal dari kehendak Allah yang bebas, yang berkenan membuat makhluk ciptaan mengambil bagian dalam ada-Nya, dalam kebijaksanaan-Nya dandalam kebaikan-Nya: "Sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan" (Why 4:11). [216, 1951] "Tuhan, betapa banyak perbuatan-Mu, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan" (Mzm 104:24). "Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya" (Mzm 145:9).
Allah mencipta "dari ketidakadaan"

296. Kita percaya bahwa Allah dalam mencipta segala sesuatu tidak membutuhkan sesuatu yang sudah ada lebih dahulu dan tidak membutuhkan bantuan apa pun1. Ciptaan itu pun tidak mengalir secara paksa dari substansi ilahi.2 Allah mencipta dengan bebas "dari ketidakadaan" (DS 800; 3025). [285]
"Seandainya Allah menciptakan dunia ini dari bahan yang sudah ada sebelumnya, lalu apakah sebenarnya yang luar biasa? Kalau memberikan bahan kepada seorang tukang, ia akan membuat dari bahan itu segala sesuatu yang ia kehendaki. Akan tetapi kekuasaan Allah menyatakan diri, karena Ia bertolak dari ketidakadaan untuk membuat segala sesuatu yang Ia kehendaki" (Teofilus dari Antiokia, Autol. 2, 4).

297. Iman mengenai penciptaan "dari ketidakadaan" dinyatakan dalam Kitab Suci sebagai satu kebenaran yang penuh dengan janji dan harapan. [338] Demikianlah seorang ibu dalam buku kedua Makabe menguatkan ketujuh anaknya untuk menerima penderitaan demi iman dengan kata-kata:
"Aku tidak tahu bagaimana kamu muncul dalam kandunganku. Bukan akulah yang memberi kepadamu napas dan hidup atau menyusun bagian-bagian pada badanmu masing-masing. Melainkan pencipta alam semestalah yang membentuk kelahiran manusia dan merencanakan kejadian segala sesuatunya. Tuhan akan memberikan kembali roh hidup kepadamu, justru oleh karena kamu kini memandang dirimu bukan apa-apa demi hukum-hukum-Nya... Aku mendesak, ya anakku, lihatlah ke langit dan ke bumi dan kepada segala sesuatu yang kelihatan di dalamnya. Ketahuilah bahwa Allah tidak menjadikan kesemuanya itu dari barang yang sudah ada. Demikianlah bangsa manusia dijadikan juga" (2 Mak 7:22-23.28).

298. Karena Allah dapat mencipta dari ketidakadaan, dapatlah Ia oleh Roh Kudus memberikan kepada para pendosa kehidupan jiwa, dengan menciptakan hati yang murni di dalam mereka,3 [1375] dan memberikan kehidupan badan kepada yang meninggal, dengan membangkitkan badan itu, karena Ia adalah "Allah yang menghidupkan orang mati dan menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada" (Rm 4:17). [992]Dan karena Ia mampu memancarkan cahaya dari kegelapan melalui Sabda-Nya,4 Ia juga dapat menganugerahkan cahaya iman kepada mereka yang tidak mengenal-Nya.5

Allah menciptakan satu dunia yang teratur dan baik

299. Karena Allah mencipta dengan kebijaksanaan, maka ciptaan itu teratur: "Akan tetapi segala-galanya telah Kauatur menurut ukuran, jumlah, dan timbangan" (Keb 11:20).[339] Dalam Sabda abadi dan melalui Sabda abadi, "gambar Allah yang tidak kelihatan" itu (Kol 1:15), terjadilah ciptaan. Ciptaan ditentukan untuk manusia, yang adalah citraAllah;1 [41, 1147] ia yang dipanggil untuk hubungan pribadi dengan Allah, disapanya. Apa yang Allah katakan kepada kita melalui ciptaan-Nya,2 dapat diketahui oleh akal budi kita, yang mengambil bagian dalam cahaya budi ilahi, walaupun bukan tanpa susah payah yang besar dan hanya dalam satu sikap yang rendah hati dan khidmat terhadap pencipta dan karya-Nya.3 Karena ciptaan itu berasal dari kebaikan Allah, maka ia mengambil bagian dalam kebaikan itu "Allah melihat bahwa semuanya itu baik ... baik sekali": Kej 1:4.10.12.18.21.31.. Ciptaan dikehendaki oleh Allah sebagai hadiah kepada manusia,[358] sebagai warisan, yang ditentukan untuknya dan dipercayakan kepadanya. Untuk itu Gereja berulang kali harus membela bahwa ciptaan, termasuk dunia jasmani, itu baik.4 [2415]

Allah itu agung, melebihi ciptaan dan hadir di dalamnya

300. Allah jauh melampaui segala karya-Nya.5 [42] "Ya Tuhan, betapa mulia nama-Mu di seluruh bumi" (Mzm 8:2); "kebesaran-Nya tidak terduga" (Mzm 145:3). [233] Tetapi karena Ia adalah Pencipta yang bebas dan mulia, sebab pertama dari segala sesuatu, yang ada, Ia pun hadir dalam hakikat makhluk ciptaan-Nya: "Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada" (Kis 17:28). Menurut santo Agustinus, Allah itu "lebih tinggi daripada diriku yang tertinggi dan lebih akrab daripada diriku yang terakrab" (conf. 3, 6, 11).

Allah memelihara dan menopang ciptaan

301. Sesudah mencipta, Allah tidak menyerahkan ciptaan-Nya begitu saja kepada nasibnya. Ia tidak hanya memberi kepadanya adanya dan eksistensi, tetapi Ia juga memeliharanya setiap saat dalam adanya itu, memberi kepadanya kemungkinan untuk bergiat dan mengantarnya menuju tujuannya. Mengakui ketergantungan yang sepenuhnya itu kepada Pencipta, menghasilkan kebijaksanaan dan kebebasan, kegembiraan dan kepercayaan. [396, 1951]
"Engkau mengasihi segala yang ada dan Engkau tidak benci kepada barang apa pun yang telah Kau buat. Sebab andaikata Kau benci sesuatu, niscaya tidak Kau ciptakan. Bagaimana sesuatu dapat bertahan, jika tidak Kau kehendaki, atau bagaimana dapat tetap terpelihara, kalau tidak Kau panggil? Engkau menyayangi segala-galanya sebab itu adalah milik-Mu" (Keb 11:24-26)


Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 45

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph4:The Creator (279 - 324)
IV. THE MYSTERY OF CREATION
God creates by wisdom and love
295     We believe that God created the world according to his wisdom. It is not the product of any necessity whatever, nor of blind fate or chance. We believe that it proceeds from God's free will; he wanted to make his creatures share in his being, wisdom and goodness: "For you created all things, and by your will they existed and were created." Therefore the Psalmist exclaims: "O LORD, how manifold are your works! In wisdom you have made them all"; and "The LORD is good to all, and his compassion is over all that he has made."
God creates "out of nothing"
296     We believe that God needs no pre-existent thing or any help in order to create, nor is creation any sort of necessary emanation from the divine substance. God creates freely "out of nothing":
If God had drawn the world from pre-existent matter, what would be so extraordinary in that? A human artisan makes from a given material whatever he wants, while God shows his power by starting from nothing to make all he wants.
297     Scripture bears witness to faith in creation "out of nothing" as a truth full of promise and hope. Thus the mother of seven sons encourages them for martyrdom:
I do not know how you came into being in my womb. It was not I who gave you life and breath, nor I who set in order the elements within each of you. Therefore the Creator of the world, who shaped the beginning of man and devised the origin of all things, will in his mercy give life and breath back to you again, since you now forget yourselves for the sake of his laws... Look at the heaven and the earth and see everything that is in them, and recognize that God did not make them out of things that existed. Thus also mankind comes into being.
298     Since God could create everything out of nothing, he can also, through the Holy Spirit, give spiritual life to sinners by creating a pure heart in them, and bodily life to the dead through the Resurrection. God "gives life to the dead and calls into existence the things that do not exist." And since God was able to make light shine in darkness by his Word, he can also give the light of faith to those who do not yet know him.
God creates an ordered and good world
299     Because God creates through wisdom, his creation is ordered: "You have arranged all things by measure and number and weight." The universe, created in and by the eternal Word, the "image of the invisible God", is destined for and addressed to man, himself created in the "image of God" and called to a personal relationship with God. Our human understanding, which shares in the light of the divine intellect, can understand what God tells us by means of his creation, though not without great effort and only in a spirit of humility and respect before the Creator and his work. Because creation comes forth from God's goodness, it shares in that goodness — "And God saw that it was good... very good" — for God willed creation as a gift addressed to man, an inheritance destined for and entrusted to him. On many occasions the Church has had to defend the goodness of creation, including that of the physical world.
God transcends creation and is present to it
300     God is infinitely greater than all his works: "You have set your glory above the heavens." Indeed, God's "greatness is unsearchable". But because he is the free and sovereign Creator, the first cause of all that exists, God is present to his creatures' inmost being: "In him we live and move and have our being." In the words of St. Augustine, God is "higher than my highest and more inward than my innermost self".
God upholds and sustains creation
301     With creation, God does not abandon his creatures to themselves. He not only gives them being and existence, but also, and at every moment, upholds and sustains them in being, enables them to act and brings them to their final end. Recognizing this utter dependence with respect to the Creator is a source of wisdom and freedom, of joy and confidence:
For you love all things that exist, and detest none of the things that you have made; for you would not have made anything if you had hated it. How would anything have endured, if you had not willed it? Or how would anything not called forth by you have been preserved? You spare all things, for they are yours, O Lord, you who love the living.

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 044

KGK ke - 44

Versi Bahasa Indonesia


II. Ciptaan – Karya Tritunggal Mahakudus

290. "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" (Kej 1:1). Tiga hal dinyatakan dalam kata-kata Kitab Suci yang pertama ini: Allah yang abadi menciptakan segala sesuatu yang ada di luar-Nya; hanya Ia sendiri adalah pencipta (kata kerja ibrani "bara" selalu mempunyai Allah sebagai subyek): segala sesuatu yang ada - "langit dan bumi" - bergantung dari Allah, yang memberi keberadaannya. [326]

291. "Pada mulanya adalah Sabda... dan Sabda itu adalah Allah. [241] Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan" (Yoh 1:1-3). Perjanjian Baru mewahyukan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu oleh Sabda, Putera-Nya yang kekasih. "Di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu yang ada di sorga dan yang ada di bumi... [331] segala sesuatu diciptakan olehDia dan untuk Dia. Ia adalah terlebih dahulu dari segala sesuatu, dan segala sesuatu ada di dalam Dia" (Kol 1:16-17). Iman Gereja memberikan juga kesaksian mengenai karya cipta Roh Kudus: Dialah yang "menghidupkan" (Syahadat Nisea-Konstantinopel), "Roh Pencipta" ("Veni, Creator Spiritus"), "sumber segala kebaikan" (Liturgi Bisantin). [703]

292. Kesatuan yang tidak terpisahkan dari karya cipta Putera dan Roh dengan karya cipta Bapa dipratandai dalam Perjanjian Lama.1 Ialah Bapa, Ialah Pencipta, Ialah pengasal, pembentuk, yang oleh Diri sendiri, artinya oleh Sabda-Nya dan kebijaksanaan-Nya... mengadakan segala sesuatu" (Ireneus, haer, 2, 30, 9). "Oleh Putera dan Roh" yang seakan-akan adalah "tangan-Nya" (ibid., 4, 20, 1). [699] Ciptaan adalah karya bersama Tritunggal Maha Kudus. [257]

III. "Dunia diciptakan demi kemuliaan Allah"

293. Kitab Suci dan tradisi selalu mengajar dan memuji kebenaran pokok: "Dunia diciptakan demi kemuliaan Allah" (Konsili Vatikan I: DS 3025). [337, 344] Sebagaimana santo Bonaventura jelaskan, Tuhan menciptakan segala sesuatu "bukan untuk menainbah kemuliaan-Nya melainkan untuk mewartakan dan menyampaikan kemuliaan-Nya" (sent. 2, 1, 2, 2, 1). [1361] Tuhan tidak mempunyai alasan lain untuk mencipta selain cinta-Nya dan kebaikan-Nya: "Makhluk ciptaan keluar dari tangan Allah yang dibuka dengan kunci cinta" (Tomas Aqu. sent.2, prol.). Dan Konsili Vatikan I menjelaskan:
"Satu-satunya Allah yang benar ini telah mencipta dalam kebaikan-Nya dan 'kekuatan-Nya yang maha kuasa' [759] - bukan untuk menambah kebahagiaan-Nya, juga bukan untuk mendapatkan (kesempur-naan], melainkan untuk mewahyukan kesempurnaan-Nya melalui segala sesuatu yang Ia berikan kepada makhluk ciptaan - karena keputusan yang sepenuhnya bebas, menciptakan sejak awal waktu dari ketidak-adaan sekaligus kedua ciptaan, yang rohani dan yang jasmani" (DS 3002).

294. Adalah kemuliaan Allah bahwa kebaikan-Nya menunjukkan diri dan menyampaikan diri. [2809] Untuk itulah dunia ini diciptakan. "Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia" (Ef 1:5-6). "Karena kemuliaan Allah adalah manusia yang hidup; tetapi kehidupan manusia adalah memandang Allah. Apabila wahyu Allah melalui ciptaan sudah sanggup memberi kehidupan kepada semua orang yang hidup di bumi, betapa lebih lagi pernyataan Bapa melalui Sabda harus memberikan kehidupan kepada mereka yang memandang Allah" (Ireneus, haer. 4, 20, 7). [1722] Tujuan akhir ciptaan ialah bahwa Allah "Pencipta akhirnya menjadi 'semua di dalam semua' (1 Kor 15:28) dengan mengerjakan kemuliaan-Nya dan sekaligus kebahagiaan kita" (AG 2). [1992]


Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 44

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph4:The Creator (279 - 324)
II. CREATION — WORK OF THE HOLY TRINITY
290     "In the beginning God created the heavens and the earth": three things are affirmed in these first words of Scripture: the eternal God gave a beginning to all that exists outside of himself; he alone is Creator (the verb "create" — Hebrew bara — always has God for its subject). The totality of what exists (expressed by the formula "the heavens and the earth") depends on the One who gives it being.
291     "In the beginning was the Word... and the Word was God... all things were made through him, and without him was not anything made that was made." The New Testament reveals that God created everything by the eternal Word, his beloved Son. In him "all things were created, in heaven and on earth... all things were created through him and for him. He is before all things, and in him all things hold together." The Church's faith likewise confesses the creative action of the Holy Spirit, the "giver of life", "the Creator Spirit" (Veni, Creator Spiritus), the "source of every good".
292     The Old Testament suggests and the New Covenant reveals the creative action of the Son and the Spirit, inseparably one with that of the Father. This creative co-operation is clearly affirmed in the Church's rule of faith: "There exists but one God... he is the Father, God, the Creator, the author, the giver of order. He made all things by himself, that is, by his Word and by his Wisdom", "by the Son and the Spirit" who, so to speak, are "his hands". Creation is the common work of the Holy Trinity.
III. "THE WORLD WAS CREATED FOR THE GLORY OF GOD"
293     Scripture and Tradition never cease to teach and celebrate this fundamental truth: "The world was made for the glory of God." St. Bonaventure explains that God created all things "not to increase his glory, but to show it forth and to communicate it", for God has no other reason for creating than his love and goodness: "Creatures came into existence when the key of love opened his hand." The First Vatican Council explains:
This one, true God, of his own goodness and "almighty power", not for increasing his own beatitude, nor for attaining his perfection, but in order to manifest this perfection through the benefits which he bestows on creatures, with absolute freedom of counsel "and from the beginning of time, made out of nothing both orders of creatures, the spiritual and the corporeal..."
294     The glory of God consists in the realization of this manifestation and communication of his goodness, for which the world was created. God made us "to be his sons through Jesus Christ, according to the purpose of his will, to the praise of his glorious grace", for "the glory of God is man fully alive; moreover man's life is the vision of God: if God's revelation through creation has already obtained life for all the beings that dwell on earth, how much more will the Word's manifestation of the Father obtain life for those who see God." The ultimate purpose of creation is that God "who is the creator of all things may at last become "all in all", thus simultaneously assuring his own glory and our beatitude."

Kamis, 22 November 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 043

KGK hari ke 43

Versi Bahasa Indonesia


PASAL 4. ALLAH PENCIPTA

279. "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" (Kej 1:1). Kitab Suci dibuka dengan kata-kata yang meriah ini. Pengakuan iman mengambil alih kata-kata ini, dengan mengakui Allah, Bapa yang maha kuasa itu, sebagai "Pencipta langit dan bumi", yang menciptakan "segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan". Pertama sekali kita akan berbicara tentang Pencipta, lalu tentang penciptaan, dan akhirnya tentang kejatuhan dalam dosa dan bagaimana Yesus Kristus Putera Allah mengangkat kita lagi dari dosa oleh kedatangan-Nya.

280. Penciptaan adalah "awal tata keselamatan", "awal sejarah keselamatan" (DCG 51) [288] yang berpuncak pada Kristus. Sebaliknya misteri Kristus adalah terang misteri penciptaan yang menentukan; ia menyingkap tujuan, untuk apa Allah menciptakan "pada mulanya... langit dan bumi" (Kej 1:1). [1043] Sejak awal Allah telah memikirkan kemuliaan ciptaan baru di dalam Kristus.2


281. Karena itu mulailah bacaan-bacaan pada malam Paskah, perayaan penciptaan baru di dalam Kristus, dengan kisah penciptaan. [1095] Demikian juga dalam liturgi Bisantin kisah penciptaan selalu merupakan bacaan pertama dari vigili hari-hari raya Tuhan. Seturut kesaksian umat Kristen bahari, pengajaran bagi para katekumen mengenai Pembaptisan mengikuti jalan yang sama dari penciptaan menuju penciptaan baru 1

I. Katekese mengenai penciptaan

282. Katekese tentang penciptaan sangat penting. Karena ia menyangkut dasar-dasar kehidupan manusia dan kehidupan Kristen, karena ia merupakan jawaban iman Kristen atas pertanyaan-pertanyaan dasar yang dihadapi manusia segala zaman: "dari mana kita datang?", "ke mana kita pergi?", "dari mana kita berasal?", "untuk apa kita hidup?", "dari mana asal segala sesuatu yang ada, dan ke mana arahnya?". Kedua pertanyaan yang menyangkut asal dan tujuan, tidak boleh dipisahkan satu dari yang lain. Mereka sangat menentukan arti dan orientasi kehidupan dan perbuatan kita. [1730]

283. Pertanyaan mengenai asal bumi dan manusia adalah bahan banyak penelitian ilmiah, yang secara luar biasa memperkaya pengetahuan kita mengenai usia dan luasnya semesta alam, mengenai jadinya bentuk-bentuk kehidupan dan munculnya manusia. [159] Penemuan-penemuan itu harus mendorong kita untuk lebih lagi mengagumi kebesaran pencipta, berterima kasih kepada-Nya untuk segala karya-Nya dan untuk pengeta-huan dan kebijaksanaan, yang Ia berikan kepada para ilmuwan dan peneliti. [341] Bersama Salomo mereka dapat berkata: "Ia sendiri telah memberi aku pengetahuan yang tidak menipu, tentang segala-gala yang ada supaya kukenal susunan alam semesta dan daya anasirnya... oleh karena seniwati segala sesuatu, yaitu kebijaksanaan mengajar aku" (Keb 7:17-21).

284. Minat besar untuk penelitian-penelitian ini dipacu dengan kuat oleh pertanyaan lain, yang melampaui bidang ilmu pengetahuan alam yang sebenarnya. Pertanyaan itu tidak hanya menyangkut soal, bilamana dan bagaimana kosmos ini secara material terjadi den bagaimana manusia muncul, tetapi menyangkut arti kejadian ini: apakah secara kebetulan, karena takdir buta, satu keharusan yang tidak dikenal atau oleh satu wujud yang inteligen dan baik, yang kita namakan Allah. Dan apabila bumi berasal dari kebijaksanaan dan kebaikan Allah, lalu mengapa ada kejahatan? Dari mana ia datang? Siapakah yang bertanggung jawab untuk itu? Dan apakah ada pembebasan darinya?

285. Sejak dari dulu iman Kristen berhadapan dengan jawaban-jawaban menyangkut pertanyaan mengenai asal mula, yang bunyinya lain daripada jawaban Kristen. Dalam agama dan kebudayaan kuno terdapat banyak mitos mengenai asal usul bumi. Filsuf-filsuf tertentu mengatakan, segala-galanya adalah Allah; bumi ini adalah Allah atau jadinya bumi ini adalah jadinya Allah (Panteisme). Yang lain mengatakan, bumi ini secara mutlak mengalir keluar dari Allah; ia mengalir dari-Nya dan bermuara lagi pada-Nya. [295] Yang lain lagi menegaskan, ada dua prinsip abadi, yang baik dan yang jahat, cahaya dan kegelapan; kedua prinsip ini selalu bergumul satu dengan yang lain (Dualisme, Manikheisme). Menurut pendapat-pendapat tertentu dunia ini (paling tidak dunia material) adalah jahat, satu gejala kemerosotan, dan dengan demikian harus ditolak atau ditinggalkan (Gnosis). Yang lain lagi mengakui bahwa bumi diciptakan Allah, tetapi bagaikan oleh seorang, tukang arloji yang setelah membuatnya lalu menyerahkannya kepada dirinya sendiri (Deisme). Akhirnya ada yang lain yang mengakui asal bumi yang lebih tinggi, tetapi hanya melihat di dalamnya suatu permainan materi, yang sudah selalu ada (Materialisme). Semua percobaan penyelesaian itu membuktikan bahwa awal mula segala sesuatu selalu dan di mana-mana dipertanyakan. Mencari-cari adalah sifat khas manusia. [28]

286. Memang akal budi manusia dapat menemukan jawaban atas pertanyan mengenai asal segala sesuatu. [32] Adanya seorang pencipta dapat diketahui dengan pasti dari karya-karya-Nya berkat cahaya akal budi manusiawi,2 walaupun pengetahuan ini sering digelapkan dan dinodai oleh kekhilafan. Oleh karena itu, iman memperkuat dan menerangi akal budi supaya ia mengerti kebenaran ini dengan tepat: [37] "Karena imankita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat" (Ibr 11:3).

287. Kebenaran mengenai penciptaan adalah sekian penting bagi seluruh kehidupan manusia, sehingga Allah dalam kebaikan-Nya hendak mewahyukan kepada bangsa-Nya segala sesuatu, yang perlu diketahui tentang hal-hal ini demi keselamatan. [107] Selain pengetahuan kodrati tentang adanya pencipta yang dapat diperoleh setiap manusia,1 lama-kelamaan Allah mewahyukan kepada bangsa Israel misteri penciptaan. Ia, yang memanggil para bapa bangsa, yang mengantar bangsa pilihan-Nya keluar dari Mesir, menciptakan dan membentuknya,2 Ia mewahyukan Diri sebagai Dia, yang memiliki segala bangsa di bumi dan seluruh dunia, sebagai Dia, yang "menciptakan langit dan bumi" (Mzm 115:15; 124:8; 134:3) seorang Diri.

288. Dengan demikian wahyu mengenai penciptaan tidak dapat dipisahkan dari wahyu dan pelaksanaan perjanjian, yang diadakan Allah yang Esa dengan bangsa-Nya. [280] Penciptaan diwahyukan sebagai langkah pertama menuju perjanjian ini, sebagai bukti pertama dan universal dari cinta Allah yang maha kuasa.3 Kebenaran penciptaan juga muncul semakin jelas dalam pesan para nabi4, dalam doa mazmur5 dan dalam liturgi serta amsal6 bangsa terpilih. [2569]

289. Dari semua pernyataan Kitab Suci mengenai penciptaan, tiga bab pertama dari buku Kejadian mendapat tempat yang khusus. Dilihat dari sudut sastra, teks-teks ini dapat mempunyai sumber yang berbeda. [390] Pengarang-pengarang yang diilhami menempat-kannya pada awal Kitab Suci. Dalam bahasa yang meriah mereka dengan demikian mengungkapkan kebenaran mengenai penciptaan, asal dan tujuannya dalam Allah, peraturan dan kebaikannya, mengenai panggilan manusia dan akhirnya mengenai drama dosa dan harapan akan keselamatan. [111] Kalau dibaca dalam cahaya Kristus, dalam kesatuan Kitab Suci dan dalam tradisi Gereja yang hidup, ungkapan-ungkapan ini merupakan sumber utama untuk katekese mengenai misteri-misteri "awal": penciptaan, jatuhnya ke dalam dosa, janji keselamatan.



Versi Bahasa Inggris


Read the Catechism: Day 43

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph4:The Creator (279 - 324)
279     "In the beginning God created the heavens and the earth." Holy Scripture begins with these solemn words. The profession of faith takes them up when it confesses that God the Father almighty is "Creator of heaven and earth" (Apostles' Creed), "of all that is, seen and unseen" (Nicene Creed). We shall speak first of the Creator, then of creation and finally of the fall into sin from which Jesus Christ, the Son of God, came to raise us up again.
280     Creation is the foundation of "all God's saving plans," the "beginning of the history of salvation" that culminates in Christ. Conversely, the mystery of Christ casts conclusive light on the mystery of creation and reveals the end for which "in the beginning God created the heavens and the earth": from the beginning, God envisaged the glory of the new creation in Christ.
281     And so the readings of the Easter Vigil, the celebration of the new creation in Christ, begin with the creation account; likewise in the Byzantine liturgy, the account of creation always constitutes the first reading at the vigils of the great feasts of the Lord. According to ancient witnesses the instruction of catechumens for Baptism followed the same itinerary.
I. CATECHESIS ON CREATION
282     Catechesis on creation is of major importance. It concerns the very foundations of human and Christian life: for it makes explicit the response of the Christian faith to the basic question that men of all times have asked themselves: "Where do we come from?" "Where are we going?" "What is our origin?" "What is our end?" "Where does everything that exists come from and where is it going?" The two questions, the first about the origin and the second about the end, are inseparable. They are decisive for the meaning and orientation of our life and actions.
283     The question about the origins of the world and of man has been the object of many scientific studies which have splendidly enriched our knowledge of the age and dimensions of the cosmos, the development of life-forms and the appearance of man. These discoveries invite us to even greater admiration for the greatness of the Creator, prompting us to give him thanks for all his works and for the understanding and wisdom he gives to scholars and researchers. With Solomon they can say: "It is he who gave me unerring knowledge of what exists, to know the structure of the world and the activity of the elements... for wisdom, the fashioner of all things, taught me."
284     The great interest accorded to these studies is strongly stimulated by a question of another order, which goes beyond the proper domain of the natural sciences. It is not only a question of knowing when and how the universe arose physically, or when man appeared, but rather of discovering the meaning of such an origin: is the universe governed by chance, blind fate, anonymous necessity, or by a transcendent, intelligent and good Being called "God"? And if the world does come from God's wisdom and goodness, why is there evil? Where does it come from? Who is responsible for it? Is there any liberation from it?
285     Since the beginning the Christian faith has been challenged by responses to the question of origins that differ from its own. Ancient religions and cultures produced many myths concerning origins. Some philosophers have said that everything is God, that the world is God, or that the development of the world is the development of God (Pantheism). Others have said that the world is a necessary emanation arising from God and returning to him. Still others have affirmed the existence of two eternal principles, Good and Evil, Light and Darkness, locked, in permanent conflict (Dualism, Manichaeism). According to some of these conceptions, the world (at least the physical world) is evil, the product of a fall, and is thus to be rejected or left behind (Gnosticism). Some admit that the world was made by God, but as by a watch-maker who, once he has made a watch, abandons it to itself (Deism). Finally, others reject any transcendent origin for the world, but see it as merely the interplay of matter that has always existed (Materialism). All these attempts bear witness to the permanence and universality of the question of origins. This inquiry is distinctively human.
286     Human intelligence is surely already capable of finding a response to the question of origins. The existence of God the Creator can be known with certainty through his works, by the light of human reason, even if this knowledge is often obscured and disfigured by error. This is why faith comes to confirm and enlighten reason in the correct understanding of this truth: "By faith we understand that the world was created by the word of God, so that what is seen was made out of things which do not appear."
287     The truth about creation is so important for all of human life that God in his tenderness wanted to reveal to his People everything that is salutary to know on the subject. Beyond the natural knowledge that every man can have of the Creator, God progressively revealed to Israel the mystery of creation. He who chose the patriarchs, who brought Israel out of Egypt, and who by choosing Israel created and formed it, this same God reveals himself as the One to whom belong all the peoples of the earth, and the whole earth itself; he is the One who alone "made heaven and earth".
288     Thus the revelation of creation is inseparable from the revelation and forging of the covenant of the one God with his People. Creation is revealed as the first step towards this covenant, the first and universal witness to God's all-powerful love. And so, the truth of creation is also expressed with growing vigor in the message of the prophets, the prayer of the psalms and the liturgy, and in the wisdom sayings of the Chosen People.
289     Among all the Scriptural texts about creation, the first three chapters of Genesis occupy a unique place. From a literary standpoint these texts may have had diverse sources. The inspired authors have placed them at the beginning of Scripture to express in their solemn language the truths of creation — its origin and its end in God, its order and goodness, the vocation of man, and finally the drama of sin and the hope of salvation. Read in the light of Christ, within the unity of Sacred Scripture and in the living Tradition of the Church, these texts remain the principal source for catechesis on the mysteries of the "beginning": creation, fall, and promise of salvation.