Versi Bahasa Indonesia
VI. Allah melaksanakan rencana-Nya: Penyelenggaraan Ilahi
302. Ciptaan mempunyai kebaikan dan kesempurnaannya sendiri. Namun ia tidak keluar dari tangan Pencipta dalam keadaan benar-benar selesai. Ia diciptakan demikian bahwa ia masih "di tengah jalan" [in statu viae] menuju kesempurnaan terakhir yang baru akan tercapai, yang dipikirkan Allah baginya. Takdir, dengannya Allah menghantar ciptaan-Nya menuju penyelesaian itu, kita namakan "penyelenggaraan ilahi".
"Allah melindungi dan mengatur melalui penyelenggaraan-Nya, segala sesuatu yang Ia ciptakan, 'dengan kuat ia meluas dari ujung yang satu ke ujung yang lain dan halus memerintah segala sesuatu'(Keb 8:1). 'Sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata-Nya' (Ibr 4:13), juga apa yang akan terjadi melalui tindakan bebas dari makhluk ciptaan" (Konsili Vatikan I: DS 3003).
303. Kesaksian Kitab Suci mengakui dengan suara bulat: Pemeliharaan penyelenggaraan adalah konkret dan langsung; ia peduli akan segala sesuatu dari kejadian yang paling kecil sampai kepada kejadian-kejadian besar yang membentuk sejarah dunia. Buku-buku suci dengan tegas menekankan kedaulatan Allah yang absolut dalam peredaran kejadian: "Allah kita di surga, Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya" (Mzm 115:3). [269] Dan Kristuslah "yang membuka, dan tidak ada yang dapat menutup, yang menutup dan tidak ada yang dapat membuka" (Why 3:7). "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi hanya keputusan Tuhanlah yang terlaksana" (Ams 19:21).
304. Demikianlah Roh Kudus, Pengarang utama Kitab Suci, sering kali mempertalikan perbuatan-perbuatan tertentu dengan Allah, tanpa menyebutkan sebab kedua. Itu bukanlah suatu cara ungkapan primitif, melainkan suatu cara yang mendalam, untuk mengarahkan perhatian kepada prioritas Allah dan kekuasaan-Nya yang absolut atas sejarah dan dunia1 dan dengan demikian mendidik supaya berharap kepada-Nya.
Doa mazmur adalah sekolah besar mengenai kepercayaan ini.2 [2589]
305. Yesus menghendaki penyerahan diri sebagai anak kepada penyelenggaraan Bapa surgawi, [2115] yang peduli akan kebutuhan-kebutuhan terkecil anak-anak-Nya: "Sebab itu janganlah kamu khawatir dan berkata: Apakah yang kami makan? Apakah yang kami minum?... Bapamu yang di surga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat 6:31-33).3
Penyelenggaraan dan sebab kedua
306. Allah adalah Tuhan yang berdaulat atas keputusan-Nya. Tetapi untuk melaksanakannya, Ia mempergunakan juga kerja sama makhluk-Nya. [1884] Itu bukanlah bukti kelemahan, melainkan bukti kebesaran dan kebaikan Allah. Sebab Allah tidak hanya memberi keberadaan kepada makhluk-Nya, tetapi juga martabat, untuk bertindak sendiri, menjadi sebab dan asal usul satu dari yang lain dan dengan demikian bekerja sama dalam pelaksanaan keputusan-Nya. [1951]
307. Kepada manusia Allah malahan memberi kemungkinan untuk mengambil bagian secara bebas dalam penyelenggaraan-Nya, [106] dengan menyerahkan tanggung jawab kepada mereka, untuk "menaklukkan dunia" dan berkuasa atasnya4.[373][1954] Dengan demikian Allah memungkinkan manusia, menjadi sebab yang berakal dan bebas untuk melengkapi karya penciptaan dan untuk menyempurnakan harmoninya demi kesejahteraan diri dan sesama. [2427] Manusia sering kali merupakan teman sekerja Allah yang tidak sadar, tetapi dapat juga secara sadar memperhatikan rencana ilahi dalam perbuatannya, dalam doanya, tetapi juga dalam penderitaannya5. Dengan demikian secara penuh dan utuh mereka menjadi "teman sekerja Allah" (1 Kor 3:9; 1 Tes 3:2) dan Kerajaan-Nya.6 [2738, 618, 1505]
308. Dengan demikian kebenaran bahwa Allah bekerja dalam setiap perbuatan makhluk-Nya tidak dapat dipisahkan dari iman akan Allah Pencipta. Ia adalah sebab pertama, yang bekerja dalam dan melalui sebab kedua. "Karena Allah yang mengerjakan di dalam kamu baik kehendak maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya" (Flp 2:13)1. Kebenaran ini sama sekali tidak merugikan martabat makhluk, tetapi meninggikannya. [970] Diangkat dari ketidak-adaan oleh kekuasaan, kebijaksanaan dan kebaikan Allah, makhluk tidak dapat berbuat apa-apa, kalau ia diputuskan dari asalnya, karena "ciptaan menghilang tanpa Pencipta" (GS 36, 3). Lebih lagi, ia tidak dapat mencapai tujuan-Nya tanpa bantuan rahmat.2
Versi Bahasa Inggris
Read the Catechism: Day 46 |
Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph4:The Creator (279 - 324)
V. GOD CARRIES OUT HIS PLAN: DIVINE PROVIDENCE
302 Creation has its own goodness and proper perfection, but it did not spring forth complete from the hands of the Creator. The universe was created "in a state of journeying" (in statu viae) toward an ultimate perfection yet to be attained, to which God has destined it. We call "divine providence" the dispositions by which God guides his creation toward this perfection:
By his providence God protects and governs all things which he has made, "reaching mightily from one end of the earth to the other, and ordering all things well". For "all are open and laid bare to his eyes", even those things which are yet to come into existence through the free action of creatures.
303 The witness of Scripture is unanimous that the solicitude of divine providence is concrete and immediate; God cares for all, from the least things to the great events of the world and its history. The sacred books powerfully affirm God's absolute sovereignty over the course of events: "Our God is in the heavens; he does whatever he pleases." And so it is with Christ, "who opens and no one shall shut, who shuts and no one opens". As the book of Proverbs states: "Many are the plans in the mind of a man, but it is the purpose of the LORD that will be established."
304 And so we see the Holy Spirit, the principal author of Sacred Scripture, often attributing actions to God without mentioning any secondary causes. This is not a "primitive mode of speech", but a profound way of recalling God's primacy and absolute Lordship over history and the world, and so of educating his people to trust in him. The prayer of the Psalms is the great school of this trust.
305 Jesus asks for childlike abandonment to the providence of our heavenly Father who takes care of his children's smallest needs: "Therefore do not be anxious, saying, "What shall we eat?" or "What shall we drink?"... Your heavenly Father knows that you need them all. But seek first his kingdom and his righteousness, and all these things shall be yours as well."
Providence and secondary causes
306 God is the sovereign master of his plan. But to carry it out he also makes use of his creatures' co-operation. This use is not a sign of weakness, but rather a token of almighty God's greatness and goodness. For God grants his creatures not only their existence, but also the dignity of acting on their own, of being causes and principles for each other, and thus of co-operating in the accomplishment of his plan.
307 To human beings God even gives the power of freely sharing in his providence by entrusting them with the responsibility of "subduing" the earth and having dominion over it. God thus enables men to be intelligent and free causes in order to complete the work of creation, to perfect its harmony for their own good and that of their neighbors. Though often unconscious collaborators with God's will, they can also enter deliberately into the divine plan by their actions, their prayers and their sufferings. They then fully become "God's fellow workers" and co-workers for his kingdom.
308 The truth that God is at work in all the actions of his creatures is inseparable from faith in God the Creator. God is the first cause who operates in and through secondary causes: "For God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure." Far from diminishing the creature's dignity, this truth enhances it. Drawn from nothingness by God's power, wisdom and goodness, it can do nothing if it is cut off from its origin, for "without a Creator the creature vanishes." Still less can a creature attain its ultimate end without the help of God's grace.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar