Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Selasa, 07 Juni 2011

Bahan Kursus Kitab Suci-Scott Hahn Seri 04 oleh Yohanes Paulus Tjia Swan Tjay

Nah, kita sudah menuju ke yang ke 04. Selamat belajar ....

Pelajaran 4 : Anak sulung Allah
Tujuan :

1.Membaca kitab2 keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan dengan pengertian
2.Mengerti Covenant Allah dengan Israel di Sinai dan melihat bagaimana Covenant Ini melihat ke masa depan menjadi digenapi dalam Covenant baru dalam Yesus
3.Menghargai figur2 dan kejadian2 penting – Musa, Paskah , dan Israel sebagai Kerajaan imam – seperti yg diinterpretasikan dalam tradisi gereja.

I. Review.

a. Satu selesai, 72 menanti.

Ini yang kita telah kita peroleh selama 3 pelajaran – setengah dari kursus ini – membaca kitab awal kitab suci, satu selesai, 72 menanti

Ini saat yg baik untuk mengulang tujuan kita dalam kursus ini. Kita telah mengidentifikasi sejumlah Covenant yang dibuat Allah dalam Kitab Suci dan kunci master untuk membuka arti kitab suci. Ingat kitab suci menceritakan kisah tentang cinta Allah Bapa kepada anak2Nya dan rencanaNya membentuk sebuah keluarga kudus. Allah membuka rencana penyelamatan ini memlaui sejumlah Covenant yang telah kita identifikasi – Covenant penciptaan dengan Adam, air bah dan Covenant dengan Nuh, Covenant dengan Abraham, Covenant dengan Musa, Covenant dengan Daud, dan Covenant baru yang dibawa Yesus Kristus.

Jika kita mengerti dengan baik Covenant2 ini kita telah mempunyai pandangan yh luas ke dalam dunia alkitab. Yang pada gilirannya akan membantu kita melihat bagaimana semua kitab yg ber macam2 ini bergabung membentuk satu “kitab” tinggal. Itulah sebabnya mengapa kita menghabiskan banyak waktu pada kitab kejadian dan itupula sebabnya mengapa kita akan memfokuskan pelajaran ini ke dalam pengalaman bangsa Israel seperti yg diuraikan kembali dalam Keluaran. Imamat, Bilangan, dan Ulangan.

Namun jika kita kembali melihat 3 pelajaran sebelumnya – kita akan memperhatikan sesuatu yg mungkin tidak kita perhatikan pada saat pertamakali. Kita telah menjelajah seluruh kitab suci membantu kita untuk mengerti apa yg telah kita baca. Kitatelah ditunjukkan bagaimana bermacam-macam kisah di kitab kejadian telah dimengerti dan diinterpretasikan dalam paling sedikitnya selusin kitab2 lain dalam perjanjian lama, dalam masing2 injil , dalam surat2 pada perjanjian baru dan kitab Wahyu.

Yakinkan untuk melihat kutipan2 dan referensi2 yg kami buat pada kitab2 lain dalam kitab suci. Pertama ini akan membuat anda lebih mengenal dengan seluruh kitab suci. Kedua dan lebih penting, hal ini akan membuat anda lebih mendalami, dan membantu anda membaca perjanjian lama dalam terang perjanjian baru dan perjanjian baru dalam perjanjian lama.

Pada pelajaran ini juga, lihatlah macam2 hubungan atau keterkaitan, terutama pada kitab keluaran, di mana kita akan menemukan gambaran dan ide2 yg kembali lagi – kembali lagi dalam perjanjian lama dan baru. Tokoh Musa , ide tentang “Anak Domba Allah” , Paskah, dan lebih banyak lagi.

b. Kisah yg terjadi sejauh ini.

Baiklah kita rangkum kembali kisah yg sudah terjadi sejauh ini secara ringkas.

Allah menciptakan dunia dan menciptakan laki – laki dan perempuan “ yang serupa dan segambar denganNya” sebagai anaj-anakNya, untuk memerintah kerajaan kudusNYa di dunia. Allah membuat Covenant dengan mereka dan berjanji melimpahkan rahmatNYa ke atas mereka, dan melalui mereka duniapun akan terberkati.

Namun Adam dan Hawa memutuskan Covenant tsb dan menolak hak “kerajaan” sebagai anak sulung Allah. Kemudian berkembang dipengasingan dari taman Eden, keturunan mereka mengisi dunia dengan darah dan berbagai macam kejahatan.

Sehingga Allah menciptakan dunia kembali, dengan menghancurkan kejahatan, dan menyelamatkan orang benar melalui air bah. Allah mulai dengan keluarga manusiaNya lagi dengan keluarga Nuh. Namun Nuh jatuh ke dalam dosa juga, dan kesulian kembali mengisi bumi, yang disimbolkan dengan usaha segala bangsa untuk membangun menara Babil menuju surga untuk memuliakan nama mereka, bukan nama Allah.

Di Babel, Allah menceraiberaikan bangsa2 ke-4 penjuru bumi, memecah “satu keluarga” kedalam berbagai macam bahasa dan kebudayaan, sehingga membingungkan pembicaraan mereka sehingga tidak memungkinkan mereka untuk saling mengerti, bersatu dan bekerja sama.


Sekali lagi Allah mengangkat orang benar, melalui id Allah berharap membangun keluarga Allah seperti yang Allah inginkan dari awal mula. Dia membuat Covenant dengan Abraham dan berjanji kepada Abraham dan keturunannya untuk selamanya, dari garis keturunannya Allah akan melimpahkan berkatNYa kepada seluruh keluarga, bangasa, dan dunia.

Pada akhir kitab kejadian, pohon keluarga Abraham menjadi yg paling besar, terdiri atas 12 suku, masing2 dikepalai anak Yakub, yg merupakan anak kesayangan putra terkasih Abraham, yaitu Ishak. Melalui perjalanan berliku, bangsa pilihan Allah, anak Abraham, yg sekarang dikenal sebagai anak Israel ( Nama baru yg diberikan Allah kepada Yakub ) sampailah mereka di Mesir.

Pada pelajaran ini, kita akan melihat bagaimana keluarga Allah tumbuh, dari kumpulan suku-suku menjadi calon sebuah bangsa, dibawah kepemimpinan Musa, penyelamat kudus yang diangkat dan pencipta hukum.

II. Keluar dari Mesir, anakKu.

a. Musa dan Yesus.

Awal dari kitab keluaran kelihatannya sangat dikenal bagi anda. Tokoh lain dari kitab suci lahir di bawah ancaman kematian, berhadapan dengan pemerintahan tirani yg memerintahkan membunuh semua anak sulung laki-laki Yahudi.

Pada kisah Natal, kita melihat Herodes mengirim tentaranya ke Bethlehem untuk membunuh semua anak sulung laki2 yahudi ( Mat 2 : 16 ). Dalam kitab Keluaran Firaun merencanakan skenario yg lebih halus membunuh bayi – bayi orang yahudi melalui dukun beranak ( Kel 1 : 15 – 16 )

Musa, diselamatkan dengan cara ditempatkan dalam sebuah keranjang papirus yg diterjemahkan menjadi “ark” seperti dalam Kel 2 : 3, suatu kata yang sama yg digunakan untuk bahtera Nuh ( Kej 6 : 14 )

Masa kecil Musa dan Yesus adalah sama, yaitu diselamatkan anggota keluarga – Musa oleh ibu dan kakak perempuannya ( Kel 2 : 1 – 10 ) dan Yesus oleh Ibu dan AyahNya. ( Mat2 : 13 – 15; Kel 2 : 5 – 10 ) dan keduanya tetap tinggal dalam pengasingan sampai orang yang ingin membunuh mereka meninggal ( Mat 2 : 20; Kel 4 : 19 ).

Banyak kisah pararel yg bisa kita telusuri antara Musa dan Yesus – sebagai contoh , Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun, demikian juga Musa ( Mat 4 : 2; Kel 34 : 28 ) dan seperti Musa, Yesus pergi ke gunungdan memberikan sebuah hukum Covenant kepada umatNya ( Mat 5 – 7; UL 5 : 1 – 21 )

Musa adalah contah bagi semua manusia utusan Allah yg kita baca dalam sisa perjanjian lama dan menuju perjanjian baru. Penulis injil, terutama Matius, menggambarkan Yesus sebagai Musa baru, seorang pemimpin baru dan raja, penyelamat, utusan, guru, pembuat mujizat, dan Nabi yg menderita.

Dan kisah Musa – terutama Paskah, pada saat melalui laut merah, pengembaraan di padang gurun, roti harian dari surga Manna – sebagai simbol yg mempunayi arti yang mendalam bagi orang katolik yg membaca kitab suci.

b. Anak sulung Allah.

Musa dipanggila Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan mereka di Mesir.

Apa motivasi Allah untuk bertindak ? Allah sadar akan CovenantNya dengan Abraham. Ishak, dan Yakub ( Kel 2 : 24 ; Maz 105 : 8 – 11 ) Itulah sebabnya Allah memperkenalkan diriNya kepada Musa sebagai “ Akulah Allah Ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub …” ( Kel 3 : 6, 13, 15; 6 : 2 – 8 ).

Allah telah memperingatkan Abraham dalam suatu mimpi bahwa keturunannya akan menjadi budak dan mengalami penindasan selama ratusan tahun,, namun Allah akan membebaskan mereka ( Kej 15 : 13 – 15 ). Sekarang bangsa Israel sudah berada 430 th di Mesir – 30 th pertama sebagai tamu istimewa, sebagai keluarga dari perdana menteri Yusuf, dan 400 th terakhir sebagai budak ( Kel 12 : 40 ).

Ini saatnya bagi Allah untuk menggenapi janjiNya kepada Abraham – untuk membuat keturunannya menjadi sebuah bangsa yang besar dan memberikan mereka sebuah tanah perjanjian yang indah dan penuh rahmat menjadi milik mereka( Kej 28 : 13 – 15 )

Allah mengirim Musa kepada Firaun dan berkata “ Israel adalah anakKu, anak sulungKU “ ( Kel 4 : 22; Sir 36 : 11 ). Kita melihat sekali lagi Allah mencoba membangun keluarga kudusNya. Kita melihat hal ini pada saat Dia memperbaharui janjiNya kepada Musa “ Dan Aku akan membawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada Abraham, Ishak, Yakub, dan aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah Tuhan“(Kej 6 : 7). Ini adalah antisipasi terhadap Covenant dengan mereka di Sinai ( Kel 19 : 5 )

Perhatikan karakter Allah melalui kitab Keluaran – Apa yang Dia katakan dan lakukan. Dia tidak terpisah sebagai “ Pencipta”

Allah pada kitab Keluaran adalah benar – benar menyatakan DiriNya sebagai Bapa yang Kudus dari bangsa Israel ( Ul 32 : 6 ). Dia menyelamatkan anakNya (Kel 12 : 29 – 31 ) mendandani mereka ( Kel 12 : 35 – 36 ), menuntun mereka ( ( Kel 13 : 21 – 22 ), memberi makan mereka (Kel 16:1 – 17:7), melindungi mereka ( Kel 14 : 10 – 29 ); 17 : 8 – 16 ), mengajar mereka (Kel 20 : 1 – 17; 21 : 1 – 23 : 3 ) dan tinggal ,bersama mereka ( Kel 25 : 8 ; 40 : 34 – 38 ).

Singkatnya, Allah menjadi Bapa bagi mereka ( Hos 11 : 1 )

Ini tidak hanya Allah sebagai Bapa bagi bangsa Israel, bangsa israel adalah anak sulung Allah, bukan hanya anak Allah. Allah adalah Allah bagi semua bangsa – dan Ia ingin menjadi Bapa bagi semua bangsa lain juga. Namun Israel adalah anak sulungNYa, kebanggaan dan kegembiraanNya, Israel dipanggil ke luar dari Mesir untuk menunjukkan ke bangsa lain cara hidup sebagai anakNya.

Namun Israel – sebagai pemimpin - harus bersikap benar sebelum mereka mampu menyebarkan kebenaran kepada bangsa - bangsa lain. Itulah apa yang terjadi dalam kisah yg agak aneh sebelum kejatuhan Firaun – dimana Allah mencoba membunuh Musa ( Kel 4 : 24 – 26 ).

Allah serius terhadap CovenantNya, tidak ada seorangpun dapat dibebaskan dari ketetapannya. Musa melakukan pelanggaran terhadap Covenant Abraham. Anaknya Gershom, belum disunat seperti yang diperintahkan Allah ( Kej 17 : 9 – 14 ). Istri Musa, Zipora, melakukan penyunatan sendiri sehingga hidup Musa diselamatkan lagi.

c. Tulah Firaun.

Firaun dihukum, bangsanya dihakimi, karena gagal menghormati hak dari anak sulung Allah.

Firaun membuat kesalahan besar dengan menghina kekuasaan dari Allah Musa ( Kel 5 : 2 ). Dalam 10 tulah Allah mengunjungi Firaun, Allah menghukum Firaun dan melaksanakan hukuman pada banyak dewa2 mesir ( Kel 12 : 12 ; Ul 33 : 4 )

Dewa nil mesir, Hapi, dimarahi dengan tulah air sungi nil menjadi darah ( Kel 7 : 14 – 25 )

Heket, dewa katak, dihina melalui tulah katak ( Kel 8 : 1 – 15 )

Dewa kerbau, Apis, dan dewa sapi Hathor, dihina melalui tulah penyakit sampar ( Kel 9 : 1 – 7 )

Dan tulah kegelapan digunakan untuk menghina dewa matahari mesir, Ra ( Kel 10 : 21 – 23 )

Para ahli percaya tiap masing2 tulah dapat dihubungkan secara khusus dengan dewa- dewa mesir. Bahkan tulah terakhir yg menyerang anak sulung mesir dapat juga dilihat sebagai sebuah serangan pada dewa2 politik mesir, karena Firaun disembah sebagai kudus dan anaknya sudah dikuduskan dalam sebuah upacara istimewa.

Melalui hal ini, tindakan kudus bekerja melalui Musa, Allah telah menunjukkan kekuatanNya – Allah Israel lebih besar daro ,pada dewa – dewa lainnya ( Kel 18 : 11 ’ 9 : 16; 11 : 9 )

d. Paskah dan anak domba Paskah kita.

Anak sulung Israel dilewatkan pada tulah terakhir, sebagai pengganti takdir anak sulung Mesir.

Kita harus membaca kisah paskah secara hati – hati. Kisah ini mempunyai pengaruh yg besar terhadap bentuk dan arti dari seluruh sisa perjanjian lama. Hal ini sangat penting untuk memahami kepercayaan katolik tentang arti dari salib, keselamatan dimenangkan untuk kita memalui salib, dan peringatan penyelamatan kita yg kita rayakan pada misa.

Kisah Paskah satu diantara drama dalam perjanjian lama yang menentukan. Namun lebih dari itu peristiwa itu sendiri menunjukkan kepada kita di masa depan pada seluruh drama sejarah p- pengorbanan Yesus kristus di atas salib.

Sejak awal mula, Gereja telah mengerti peristiwa penyaliban dan kebangita Yesus sebagai ” Paskah Tuhan” ( Kat 557 – 559, 1174, 1337, 1364, 1402 ). Ekaristi pada gilirannya adalah peringatan Paskah Tuhan.

Itulah sebabnya selama misa, imam menghadirkan, mengkonsekrasikan hosti kepada kita, dan mengatakan : ” Inilah anak domba Allah .... berbahagialah kita yang diundang keperjamuaNya” Liturginya adalah kuk bersama 2 bagian perjanjian baru ( Yoh 1 : 29; Wah 19 : 9 )Namun apa yg membuat penulis kitab suci berbicara tentang Yesus dengan cara seperti ini sebagai yang paling penting ? jawabannya kisah Paskah.

Gereja perdana percaya berdasarkan interpretasi kisah kitab keluaran dimulai dengan Yesus dan para penulis perjanjian baru.

Mari kita baca uraian injil Yohanes tentang penyaliban ( Yoh 19 ) Pada saat Yesus dihukum, Yohanes mencatat bahwa saat itu adalah ” hari persiapan untuk Paskah, kira – kira jam 12. Mengapa hal ini begitu mendetail ? Karena saat itu merupakan saat imam – imam israel menyembelih anak domba untuk makan Paskah ( Yoh 19 : 14 )

Kemudian para serdadu mengejek Yesus dengan memberikan sebatang hisop yg telah dicelupkan ke dalam anggur asam. Mereka mengarahkannya kepada Yesus dengan jenis hisop yang sama dengan yang digunakan bangsa israel untuk mengoleskan darah anak domba Paskah pada tiang pintu. ( Yoh 19 : 29; Kel 12 : 22 )

Dan mengapa para serdadu tidak mematahkan kaki Yesus ( Yoh 19 : 33,36 ) ? Yohanes menerangkan hal tsb dengan mengutip dari kitab keluaran, menceritakan kepada kita karena kaki anak domba Paskah tidak boleh dipatahkan ( Kel 12 : 46; Bil 9 : 12; Maz 34 : 21 )

Banyak sekali kisah2 paralel yg dapat kita gambarkan dalam injil Yohanes dan dalam uraian injil2 lainnya. Penyaliban yang dihadirkan dalam perjanjian baru sebagai sebuah kuraban Paskah – yang mana Yesus sebagai Imam agung yg mempersembahkan kurban anak domba dan sekaligus sebagai anak domba Paskah yang tidak bernoda. Bagi para penulis perjanjian baru, apa yang kita baca dalam kitab keluaran sebagai tanda yang mengarahkan kita kepada Yesus.

Dalam Paskah, bangsa israel diganti dengan darah anak domba yang tidak bernoda yang dioleskan pada tiang pintu mereka. Bahkan kematian Anak domba disebabkan oleh anak sulung, Anak domba dikurbankan supaya manusia dapat hidup ( Kel 12 : 1 – 23, 27 ). Ini juga sama dengan Paskah Tuhan, penyaliban, dan kebangkitan. Anak domba Allah mati agar umat Allah beroleh kehidupan, diselamatkan oleh darah Anak domba ( Wah 7 : 14; 12 : 11; 5 : 12 )

Untuk domba Paskah kita, Kristus telah disalibkan, kata St Paulus ( 1 Kor 5 : 7 ). Dari ats salib, kata St Petrus kepada kita, Yesus adalah ”Anak Domba yang tidak bercacat dan bernoda” Melalui darahNya yang mulia, kita ditebus dari tawanan dosa dan kematian ( 1 Pet : 18 – 19 ).

Itulah yang terjadi dalam kitab Keluaran. Anak sulung, Putra dan Putri Allah telah ditebus – membeli kita dari tawanan dan perbudakan ( Kel 6 : 6; 15 : 13; 15 : 13, Maz 69 : 18; Yes 44 : 24; Kej 48 : 10 ).

Bangsa Israel diperintahkan untuk mengingat Paskah pertama ini setiap tahun dengan makan anak domba Paskah ” Daging yg dibakar dengan roti tidak beragi” . Dan pada perjamuan malam terakhir, selama makan Paskah, Yesus memerintahkan pengikutNya untuk memperingati PaskahNya dalam Ekaristi, di mana kita makan dagingNya dan minum darahNya ( Yoh 6 : 53 – 58 ).

III. Pembuatan dari Covenant lama.
a. Gambaran dari Keluaran baru

Tindakan Allah yg besar dengan membebaskan bangsa Israel dalam Keluaran membentuk identitas dan bayangan dari bangsa Israel. Kita akan menemukan referensi kepada kitab Keluaran bagi seluruh sisa perjanjian lama.

Kitab keluaran adalah satu tanda kudus di atas semua kitab lainnya yg menyakinkan bangsa Israel bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah. Bangsa mana lagi yg dapat menyombongkan diri bahwa Allah sendiri yg membebaskan mereka pada saat mereka menghadapi percobaan ?

Kita mendengar iman ini dalam lagu yg Musa nyanyikan pada saat mereka mencapai seberang laut merah ” Siapakah yang seperti Engkau , diantara para allahya Tuhan ? Dengan kasih setiaMu Engkau menuntun umat yang Kau tebus ..... bangsa2 lain mendengar dan gemetar ..... sampai bangsa kepunyaanMu menyeberang ( Kel 15 : 11,13, 14, 16 )

Ingatan akan perbuatan Allah yang perkasa di dalam kitab keluaran ini menjadi dasar dari identitas bangsa Israel sebagai suatu bangsa dan dasar dari seluruh harapan pada masa depan.

Kemudian di dalam perjanjian lama, pada saat Israel karena dosanya jatuh menjadi tawanan dan mengalami pembuangan, Nabi2 akan meramalkan terjadinya ” Keluaran baru ”, dipimpin oleh Mesias, seorang Musa baru, bahkan akan membawa penebusan dan pembebasan umat Allah yg lebih besar lagi. ( Yes 10 : 25 – 27; 11 : 15 – 16; 43 : 2, 16 – 19; 51 : 9 – 11 ). Inilah Exodus baru, yang diramalakn Nabi Yeremia yang menjadi tanda mulainya Covenant baru ( Yer 23 : 7 – 8;31 : 31 – 35 )

Dalam perjanjian baru, Yesus adalah Musa baru, pemimpin Exodus baru.Membebaskan umat Allah dari musuh terakhir – dosa dan kematian. Kita akan melihat semua ini pada pelajaran terakhir kita, pada saat kita melihat perjanjian baru secara terperinci.

Seperti yg kita baca kisah penyebrangan laut merah dan ujian bangsa Israel di padang gurun, kita harus tetap mengingat hal ini bagaimana peristiwa ini dimengerti dalam perjanjian baru. Disini dan diseluruh tradisi Gereja, kejadian bersejarah ini digambarkan sebagai simbol sakramen pembaptisan dan Ekaristi.

Seperti bangsa Israel melalui laut merah masuk ke dalam kemerdekaan dan identitas baru sebagai bangsa pilihan Allah, demikian juga orang kristen dalam pembaptisan dibebaskan dari dosa dan membuatnya menjadi Anak Allah. Dan seperti bangsa Israel menerima manna dari surga dan air dari batu karang, orang kristen diberi roti surgawi dan minuman spiritual pada Ekaristi.

” Nenek moyang kita ..... telah dibaptis Musa dalam awan dan dalam laut,” Paulus menulis.” Semua makan makanan spiritual yang sama, karena mereka minum dari batu karang yang sama, dan batu karang itu adalah Kristus. ( 1 Kor 10 : 1 – 3 )

b. Ujian di padang Gurun.
Paulus juga berkata kita harus membaca uraian tentang ujian bangsa Israel di padang gurun ” sebagai contoh ... sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita, yg hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba”. ( 1 Kor 10 : 11 )
Meskipun, semua tanda dan keajaiban telah dikerjakan Allah, kisah perjalanan bangsa Israel ke Sinai setelah ke luar dari Mesir adalah sebuah kisah kekeraskepalaan dan pandangan dangkal dari sebuah bangsa ya tidak punya kemampuan untuk percaya bahwa Allah bersama mereka, bahwa Alllah yg membebaskan mereka akan tetap menjaga mereka sepanjang perjalanan mereka.

Dengan segera merke menggerutu di Mara bahwa rasa air terlalu pahit untuk diminum dan Allah menjawabnya dengan memberi Musa kekuasaan untuk membuat air jadi manis. ( Kel 15 : 22, 25 )

Satu bulan kemudian, mereka menggerutu mengenai makanan di padang gurun Sin. Allah memberi makan mereka dengan manna dari surga, memberi mereka roti harian setiap hari selama 40 th ( Kel 16 ) Ini adalah manna yang dikatakan Yesus sebagai simbol Ekaristi. ( Yoh 6 : 30 – 59)

Namun semua ini bukti yang tidak cukup bagi mereka. Pada saat merka haus di Meribah dan Masa dan menguji Allah ; ” adakah Allah ditengah-tengah kita ? ( Kel 17 : 2,7 ). Sehingga Musa memukul batu, seperti yang Allah perintahkan, dan air keluar sehingga bangsa Israel dapat minum.

40 th kemudian, dalam kitab Ulangan, Musa menerangkan kepada bangsa Israel bahwa Allah melakukan hal ini ” untuk menguji mu dengan penderitaan dan menemukan apakah menjaga perintahNya menjadi perhatian bangsa Israel atau tidak ?... Kamu harus menyadari bahwa Tuhan Allah mu, mendisiplinkanmu, seperti seseorang yg mendisiplinkan anaknya ( Ul 8 : 2 – 5 )

Mengapa Allah menguji Israel jika Allah sudah tahu segala sesuatu ? Kuncinya ditemukan pada ucapan Musa - UjianNya adalah suatu bentuk dari kedisiplinan seorang Ayah, yang membuat anakNya semakin kuat.

Allah tidak menguji bangsa Israel untuk belajar sesuatu yang Allah sendiri belum tahu. Dia menguji agar bangsa Israel semakin kuat, untuk mengajar mererka apa yg tidak diketahui mereka – seberapa jauh mereka membutuhkan Allah, tanpa Allah mereka bukan apa-apa.

Musa berkata, Allah menguji mereka, agar mereka tidak menganggap kebebasan dan kemakmuran mereka sebagai hasil kerja berdasarkan kekuatan mereka.

Kemudian ingatlah, kata Musa kepada mereka ” Adalah Tuhan Allah mu, yang memberimu kekuatan untuk mendapatkan kekayaan, sebagai pemenuhan, seperti sekarang yang telah Allah lakukan, pemenuhan terhadap Covenant yang Dia telah bersumpah kepada nenek moyang kita. ( Ul 8 : 17 – 18 )

c. Sebuah Kerajaan Imam, sebuah bangsa yang kudus.

Di Sinai, Allah menyatakan seluruh tujuanNya untuk bangsa terpilih, mengapa Ia membawa bangsa Israel ke luar dari Mesir di atas sayap rajawali dan membawa mereka pada DiriNya ( Kel 19 : 4 ). Allah ingin Anak sulungNya, bangsa pilihanNya menjadi sebuah Kerajaan Imam, sebuah bangsa yang kudus ( Kel 19 : 6 ).

Pada Covenant di Sinai ,kita mencapai titik balik dalam sejarak penyelamatan. Ingat apa yang telah kita katakan sejauh ini : Pada saat Allah membuat sebuah Covenant, Dia membuat sebuah keluarga, Dia membuat manusia menjadi sanak familiNya, Putra dan PutriNya.

Ingat juga, perumpamaan dalam Perjanjian Lama berakar dalam gambaran kuno sebuah keluarga. Dalam keluarga awal, Bapa adalah”Raja”, pengatur, pemberi hukum, dan pelindung keluarga mereka, Bapa juga ”Imam” , memimpin keluarga dalam memuja dan memberikan kurban. ”Anak sulung” adalah keturunan dari sifat ”Raja” dan ”Imam” peran seorang Bapa.

Sejak Adam, Allah telah mencari seorang anak sulung yg menghargai panggilanNya – untuk menjaga dan memelihara ciptaan, menawarkan Allah persembahan kurban dan memuji serta bersyukur, menjadi terang bagi semua bangsa, untuk tinggal dengan mesra bersamaNya.

Adam adalah bapa pendiri, menjadi tuan bagi ciptaan dan memberikan sifat keimaman yang berfungsi menjaga dan memlihara ciptaan Allah ( Kej 1 : 26; 2 : 15 ). Nuh juga, adalah seorang bapa keluarga, dan keluarganya menjadi ”anak sulung” yang akan mendiami bumi baru setelah air bah. Allah kemudian memilih Abram, yang namanya berarti ”bapa perkasa” dan menjadikannya Abraham – sebuah nama yang berarti ”bapa bagi semua orang”.

Namun, melalui seluruh sejarah ini, kita melihat bahwa Allah terpaksa mengabaikan anak sulungnya dalam banyak hal karena mereka terlalu sombong, terlalu tidak adil, terlalu jahat. Kita lihat hal ini pada kasus Kain,Ismail, Esau. Sungguh di antara anak sulung dalam kitab Kejadian, hanya garis keturunan Shem yang beriman.

Namun Allah tetap setia pada rencanaNya – dan janjiNya dengan Israel, anak sulungNya. Dia sekali lagi memulai yang baru. Mereka akan menjadi keluargaNya, keturunan kerajaanNya. Musa telah diperintahkan bahwa bangsa Israel akan ditahbiskan kepada Allah, didedikasikan kepada pelayanan keimamanNya ( Kel 13 : 2, 15; 24 : 5 )

Di sini di Sinai, Allah menyatakan bahwa Dia menginginkan Israel menjadi keluarga bangsa seperti dalam sistem keluarga kuno, Imam dan Raja.

Dia membuat keluargaNya menjadi sebuah bangsa – namun bukan sebuah bangsa seperti bangsa-bangsa lain. Israel akan menjadi ”sebuah bangsa yang kudus”, terpisah dari bangsa – bangsa lain, menjadi sebuah contoh kekudusan dan kehidupan yang benar, menjadi sebuah alat bagi Allah untuk memperluas penyelamatanNya kepada seluruh Bangsa.

CovenantNya di Sinai, seperti yang kita lihat, dimaksudkan untuk memenuhi janjiNya melalui keturunan Abraham, Allah akan memberkati seluruh bangsa dan dunia. Jadi bangsa Israel ditahbiskan disini di Sinai sebagai ”sebuah cahaya bagi bangsa – bangsa” dan memimpin mereka dalam perjalanan menuju kekekudusan ( Yes 42 : 6; 49 : 6).

Namun jangan melupakan kata ”jika” di dalam semua sabda Allah di Sinai : ” Jika kamu sungguh – sungguh mendengarkan firmanKu dan berpegang pada CovenantKu, maka kamu akan menjadi harta kesayanganKu sendiri di antara para bangsa ..... sebuah kerajaan Imam ” ( Kel 19 : 5 )

Covenant Allah mempunyai persyaratan. Agar mengalami berkatNya Israel harus berpegang pada CovenantNya, menuruti isi Covenant ( yang dinyatakan dalam Kel 20 – 23 ).Jika mereka tidak memegang CovenantNya, mereka juga bukan bangsa pilihan lagi, jumlah mereka akan ditelan dari permukaan bumi ( Ul 32 : 21; Hos 1 : 9; 1 Pet 2 : 10 )

Bacalah 10 perintah Allah sebagai sebuah hukum Covenant keluarga, sebuah aturan rummah tangga. Hukum – hukum ini terutama diberikan untuk mengatur hubungan dalam rumah tangga bangsa Israel.

Mereka mengatur bagaimana menyelesaikan sebuah perselisihan, bagaimana mengadakan perjanjian dengan budak, bagaimana menghukum kejahatan, bagaimana mengatur ganti rugi atas kehilangan atau kerusakan harta miliknya, dan bagaimana berrelasi dengan Allah dan otoritas atas manusia.

Setelah mendengar sabda Allah, Israel bersumpah untuk berpegang pada Covenant ( Kel 19 : 8, 24 : 3,7 ). Dan Musa membangun sebuah altar dengan 12 tiang, yg melambangkan seluruh suku Israel yang telah menyetujui Covenant ( Kel 24 : 4 )

Kemudian Musa mengambil darah dari binatang yang dikurbankan dan memercikinya kepada bangsa Israel, dan berkata ” Inilah darah perjanjian yang diadakan Tuhan dengan kamu ” ( Kel 24 : 8 ). Darah adalah simbol dari hubungan manusia. Itulah Covenant yang terjadi yang menjadikan Israel sebagai putra dan putri Allah.

Yesus menggunakan kata – kata yang sama pada saat perjamuan terakhir, namun menambahkan kata ”baru” – yang mengatakan kepada kita bahwa malaui DarahNya yang dicurahkan dari atas Salib untuk semua orang, Allah sedang membuat sebuah Covenant baru ( Mark 14 : 24; Mat 26 : 28 )

Ini adalah sebuah tanda bagi kita bahwa apa yang telah kita baca dalam kitab Keluaran ini merupakan ramalan / gambaran masa depan Perjanjian Baru – ini adalah sebagian penggenapan dari rencana Allah. Puncak penggenapan akan datang bersama Yesus.

Covenant baru ini untuk semua orang. Di dalam Covenant baru ini Yesus berjanji, 12 Rasulnya akan duduk dan menghakimi 12 suku Israel ( Luk 22 : 30 ) dan seperti sebuah altar di Sinai yang dibangun di atas tiang – tiang 12 suku Israel, Gereja Yesus akan dibangun di atas ”12 Rasul anak domba” ( Wah 21 : 12, 14 ). Semua Covenant disegel dengan sebuah ritual ”makan” , itulah mengapa Musa dan 70 orang para tua – tua Israel duduk untuk makan dalam hadirat Allah ( Kel 24 : 9 – 11 )

Kemudian, pada saat Israel dalam pengungsian sebagain akibat mematahkan Covenant, para Nabi akan mengingat keakraban dengan Allah – makan dan minum dalam kehadiranNya – dan mengajar bangsa Israel untuk tetap berharap akan hari perjamuan baru, pada saat itulah mereka sekali lagi makan dalam hadirat Allah dan di atas gunung kudusNya. ( Yes 55 : 1 – 3 ; Ams 9 : 1 – 6 )

Harapan ini juga digenapi dalam kedatangan Yesus, yang berbicara tentang Bapa yang mngundang pesta perjamuan pernikahan AnakNya ( Mat 22 : 1 – 14 ) dan menggambarkan Kerajaan Allah sebagai sebuah pesta yang besar ( Luk 14 : 12 – 24 )

d. Skandal anak sapi emas.

Tidak lama setelah Israel meratifikasi Covenant dengan Allah, bangsa Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala. Musa naik ke atas gunung untuk menerima petunjuk lebih terperinci tentang bentuk bangun tabut perjanjian dan alat perlengkapannya, sebagai tempat tinggal Allah ( Kel 25 – 31 )dan bangsa Israel di bawah menciptakan anak lembu mas dan mulai menyembahnya.

Para rabi jaman dulu biasa mengatakan buah terlarang adalah untuk Adam, anak lembu emas adalah untuk Israel. Ini adalah kejatuhan dari rahmat Allah untuk ke-2 kali. Anak lembu emas adalah gambaran Apis, dewa kesuburan Mesir dan Israel menyembahnya ini merupakan ejekan terhadap Covenant di Sinai. Seperti yang Musa lakukan, mereka membangun sebuah altar mempersembahkan kurban, makan dan minum dalam sebuah ritual makan. Seperti Kitab suci katakan, mereka juga ” bangkit dan bersuka ria ” yang dengan cara yg sopan mengatakan bahwa mereka ikut serta dalam pesta pora gila-gilaan bergabung dengan memuja Apis. ( Kel 32 : 1 – 6 )

Allah tidak mengakui Israel. Perhatikan dalam perubahan bahasa. Tidak lama sesudah allah berbicara bahwa Israel sebagai umat istimewaNya ( Kel 3 : 10, 5 : 1, 6 : 7 ). Dia berkata kepada Musa bahwa Israel ”bangsamu, yang kau bawa ke luar dari tanah Mesir telah rusak tingkah lakunya” ( Kel 32 : 7 ). Musa menengahi untuk bangsanya, bahkan menawarkan untuk memikul kutukan yang akan diterima bangsa Israel – yaitu dihapuskan dari kitab yang ditulis Allah ( Kel 32 : 31 – 32 )

Meskipun mereka pantas mati untuk kejahatan melanggar Covenant – dan 3000 orang telah dibunuh oleh kaum Lewi – bangsa ini menomorduakan dan mengabaikan Covenant Allah. Namun kondisi Israel telah berubah selamanya. Dalam perjanjian lama tidak pernah lagi Israel dikatakan sebagai ”Kerajaan imam dan bangsa yang kudus” . Sampai rencana Allah kedatangan gereja sebagai kerajaan Imam terwujud. ( 1 Pet 2 : 5,9 ; Wah 1 : 6 )

4 bab pertama dari kitab bilangan menceritakan kepada kita apa yang terjadi segera setelah skandal anak lembu emas Musa menghitung secara terperinci ( yang mana bukunya diberi nama Kitab bilangan ) dan membangun otoritas kaum Lewi.


Suku Lewi, adalah satu-satunya suku yang tidak menyembah anak lembu emas dan hanya satu – satunya yang menjawab panggilan Musa ( Kel 32 : 36 ) yang mengabdi atau ditahbiskan sebagai imam bangsa Israel ( Kel 32 : 26 – 29 ). Tidak akan ada lagi anak sulung dalam setiap keluarga yg mewarisi peran bapa sebagai imam. Suku Lewi dipilih dan ditempatkan sebagai anak sulung ( Ul 3 : 11 – 13; 45 )

Untuk pertama kali, sebuah perbedaan dibuat antara Imam dan umat kebanyakan, dimana dengan segera setiap anak sulung adalah seorang Imam ( Kel 13 : 2, 15 : 24 : 5 ) Sekarang banyak yang bukan suku Lewi yg menjalankan fungsi keimaman ” ( akan mati ). Bil 3 : 10.

IV. Setelah anak sapi emas.

a. Membaca kitab Imamat.

Seluruh karakter dari hubungan Allah dengan umat pilihanNya telah berubah. Allah tidak dapat tinggal ditengah umatNya. Kaum Lewi harus berdiri di antara Allah dan umatNya. Hal ini membawa kita kepada bagian akhir dari Kitab Keluaran dan masuk ke kitab Imamat.

Kaum Lewi adalah bagian dari Covenant yang diperbaharui yang perlu dibuat setelah pemberontakan anak sapi emas. Dosa bangsa Israel sangat berat sehingga dibutuhkan sejumlah peraturan kedua.

10 perintah Allah telah menjadi hukum moral, namun hukum ke-2 ini adalah pengadilan dan upacara, yang berisi hukuman bagi para kriminal dan aturan untuk menyiapkan binatang kurban. Peraturan ke-2 diberlakukan kepada bangsa Israel yang dalam kondisi terpuruk setelah skandal anak sapi emas. Hal ini yg menghabiskan sisa kitab Keluaran ( pasal 33 – 40 ),seluruh kitab Imamat dan 10 pasal pertama kitab Bilangan dalam membahanya.

Kita harus selalu ingat pada saat membaca pasal – pasal kitab Imamat. Ini merupakan buku pegangan bagi para imam Lewi, sebelum skandal anak sapi emas kaum Lewi tidak dibutuhkan. Setelah skandal tsb kaum Lewi menjadi dibutuhkan. Seperti yang kita baca pada kitab Imamat, jangan berhenti pada gambaran seluruh ritual dan menolak buku ini karena, sebagai orang katolik, kita tidak akan memerinci aturan – aturan tsb. Ingat juga, kitab Imamat merupakan kelanjutan dari kisah dari keluarnya keluarga Allah dari Mesir.

Ingat pada saat kita membaca tentang ginjal dan bagian dalam isi perut serta semua detil yg mengerikan pada persiapan kurban – Allah sebenarnya tidak menginginkan hewan kurban. Dia tidak membutuhkan jutaan sapi dan domba untuk disembelih. Malahan Allah menginginkan jiwa yang penuh penyesalan dan rendah hati, dan berjalan dalam jalanNya ( Maz 50 : 8 – 14, Maz 51 : 18 – 19 )

Sistem pengurbanan diadakan sebagai jenis dari cara penebusan dosa atas seluruh bangsa. Tiga hewan yang dikurbankan bangsa israel kepada Allah – sapi, domba,dan kambing – merupakan hewan yang dimuliakan oleh bangsa Mesir.

Allah telah berjanji dengan bangsa Israel jika bangsa Israel ketagihan penyembahan berhala. Seperti yang kita telah lihat. Lebih mudah mengeluarkan bangsa Israel keluar dari Mesir dari pada mengeluarkan budaya Mesir keluar dari bangsa Israel.

Pengurbanan hewan kurban diminta perhari sebagai pengingat kemurtadan mereka dengan anak sapi emas. Setiap hari mereka dipaksa untuk mengingat dosa mereka dan melakukan penebusan, upacara penyembelihan ”dewa - dewa” yang pernah disembah mereka. Dengan cara ini, Allah berharap membebaskan hati bangsa Israel dari perbudakan penyembahan berhala. ( Yos 24 : 14; Yeh 20 : 7 – 8; Kis 7 : 39 – 41 ).

b. Menghitung generasi kedua.

Kaum Lewi bertujuan membantu bangsa Israel generasi ke-2, mengajar mereka hidup kudus, agar generasi ini tidak jatuh seperti generasi pertama. Namun generasi kedua tidak belajar. Kita melihat hal tsb dalam kisah yang diuraikan pada kitab Bilangan, dimulai dengan keberangkatan bangsa Israel dari Sinai ( Bil 10 : 11 )

Kitab Bilangan mengisahkan kisah generasi ke-2 Israel dalam perjalanan menuju tanah perjanjian. Pada saat keluar dari Mesir merekan yang masih anak – anak sekarang lebih beriman dari pada orang tua mereka. Akhirnya mereka dihukum untuk mengembara selama 40 tahun , ” penderitaan karena ketidak berimanan mereka ” ( Bil 14 : 33 – 34 )

Bahkan ditengah perjalanan mereka melakukan kesalahan yang sama, Allah telah memberi tanda penebusan kepada kita,suatu hari Dia memerintahkan Musa untuk mengangkat ular perunggu untuk menyembuhkan ketidak berimanan bangsa Israel, yang merupakan tanda dari Salib (Bil 21:4–9,Yoh 3:14)

Nabi bayaran, Bileamdikirim untuk menipu bangsa Israel, digunakan Allah untuk memberikan sebuah ramalan bahwa sebuah bintang akan naik atas Yakub dan tongkat kerajaan akan muncul dari Israel. Kita ingat ramalan ini dalam liturgi selama masa Natal, seperti asosiasi kita bintang Bileam diikuti oleh orang Majus ( Mat 2 : 1 – 12 )

Ketidakberimanan generasi kedua mencapai puncaknya di perbatasan Timur tanah perjanjian, di dataran Moab. Bangsa Israel tergoda, dan menyembah Baal Peor, dewa bangsa Moab. ( Bil 25 )

Catat persamaan antara kisah ini dengan kisah anak sapi emas ( Kel 34 ). Pemujaan terhadap dewa yang salah melalui ritual yang tidak bermoral dan ini dihukum dengan membunuh sejumlah besar orang Israel. Pada skandal anak sapi emas, Kaum Lewi membedakan diri mereka dengan pedang dan zeal. Disini seorang Lewi, Pinehas, juga mengambil pedangdai zealnya, menyembelih pasangan yang menyembah berhala. Dia adalah garis keturunan imam tinggi – Harun – ” Sebuah janji keimaman selama-lamanya ” (Bil 25 : 13)

c. Kitab Ulangan.

Skandal anak sapi emas terjadi pada generasi pertama, dan skandal Baal Peor terjadi pada generasi kedua di dataran Moab.

Kitab Bilangan menggambarkan mengapa Kitab Ulangan diperlukan. Ditulis 40 th setelah Kitab Keluaran, Kitab ulangan secara harafiah berarti ” Hukum kedua ” – bermaksud untuk memerintah 12 suku. Kitab ini ditulis segera setelah pemurtadan dan dosa penyembahan berhala Baal Peor.

Perhatikan hukum ini diberikan Musa, bukan Allah. Ini merupakan perbedaan besar antara hukum yang diberikan di Sinai yang dihadirkan berdasarkan Kata-kata Allah sendiri, diberikan Allah secara langsung. Kitab Ulangan adalah Hukum Musa, dan seperti yang Yesus akan jelaskan, hukum ini diberikan kepada bangsa yang berhati kerasx ( Mat 19 : 8 )

Berdasarkan jajak rekam nereka sejak keluar dari Mesir, Musa mengetahui bangsa ini tidak mungkin diharapkan hidup berdasarkan hukum Sinai, dan membiarkan kaum Lewi menyusun standar kekudusan. Kitab Ulangan adalah hukum untuk anak yang suka melawan. Ini yang menjelaskan mengapa pada kitab Ulangan, Musa memberi ijin yang dapat ditemukan pada bagian lain alkitab.

Diantaranya, Musa memberi ijin perceraian dan menikah lagi ( Ul 24 : 1 – 4 ); mengambil budak sebagai istri ( Ul 21 : 10 – 14 ) dan pemusnahan secara teratur dalam perang melawan keturunan Kanaan ( Ul 20:16 – 17). Dalam setiap kasus kelonggaran ini adalah ” kurang jahat ”. Sebagai contoh bangsa Israel diinstuksikan untuk tinggal di daerah Kanaan karena jika tidak mereka akan jatuh kembali menyembah dewa – dewa orang Kanaan.

Ini bukan hukum Allah yang kudus, ini adalah aturan kelonggaran dari Musa, komprominya dengan bangsa yang keras hati. Seperti Allah akan menjelaskan melalui Nabi Yehezkiel, ” Aku memberikan mereka ketetapan – ketetapan yang tidak baik dan peraturan – peraturan yang karenanya mereka tidak dapat hidup ” (Yeh 20 : 25 ).

Hal ini bukan berarti Allah telah melepaskan ide bahwa bangsa ini tidak akan pernah kudus. Melalui permintaan kepada Israel untuk mengurbankan segala yang sulung jantan dari ternak mereka bagi Allah (Ul 15 : 19 – 20). Musa berharap untuk mengingatkan bangsa Israel akan panggilan kepada kekudusan. Namun standar untuk bangsa Israel jauh dibawah dari pada yang diminta kepada Kaum Lewi.

Para ahli memberi catatan sementara Covenant pada Kitab Keluaran mirip dengan ”Covenant keluarga” pada jaman dulu, kitab Ulangan mirip dengan jenis Covenant bahwa kerajaan akan mempunyai pengikut setelah menaklukan dan memperbudak mereka. Dan Kitab Ulangan adalah kuk yang berat yang diletakkan di atas pundak bangsa Israel, yang bertujuan mematahkan hati bangsa yang keras. Namun Musa meramalkan hukum ini tidak akan menyelamatkan mereka dari godaan dan gagal menghargai Covenant.

Pada kenyataanya, ia meramalkan bahwa semua kutukan terhadap Covenant suatu hari akan menjatuhkan bangsa Israel ( Ul 30 : 1 – 10; 31 : 16 – 29 )

Pertama, Musa menasihatkan bahwa kutukan – kutukan merupakan suatu syarat : ” Jika kamu tidak mendengar firman Tuhan” (Ul 28 :15) dan menggambarkan dengan seram dan mendetail hukuman yg diberikan pada pengasingan. ( Ul 28 : 18 – 68 )

Namun 2 pasal kemudian Musa memberi jaminan bahwa semua kutukan ini akan jatuh di atas bangsa Israel. Namun jika mereka berbalik kepada Tuhan, Musa berjanji Allah akan seakli lagi menyelamatkan mereka, sekali lagi memberikan pengampunan ” Jika kamu dan anak-anakmu berbalik kepada Tuhan Allahmu, dan mendengarkan suaraNya, sesuai dengan segala yg Kuperintahkan ” ( Ul 30 : 1 – 2 )

Kutukan pada bangsa Israel akan terjadi, seperti yang diramalkan Musa, yang akhirnya akan memnawa mereka kepada penyesalan. Dan pada titik tsb, Musa meramalkan ” Tuhan, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati dari keturunanmu, sehingga engkau mengasihi Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup. ( Ul 30 : 6 )

Perhatikan ! sebelumnya, Musa telah memerintahkan bangsa Israel untuk menyunat hati mereka(Ul 10:1) Namun sekarang, pada akhir Kitab Ulangan ia tahu bangsa Israel tidak mampu melakukan hal tsb – hanya rahmat dari Allah yg dapat mengubah hati bangsa tsb.

Inilah janji yang diajarkan para Nabi kepada Israel untuk berharap selama tahun – tahun pengucilan dan perbudakan.

Yehezkiel berjanji bahwa Allah akan memberikan bangsa Israel hati yang baru, dan menjauhkan hati mereka yang keras ( Yeh 36 : 22 – 28 ). Yeremia, dalam ayat – ayat perjanjian lama berbicara secara khusus tentang ” Covenant baru ”, berkata bahwa Allah akan menulis hukumNya dalam hati dari bangsa Israel ( Yer 31 : 31 – 33 )

Janji – janji ini dinanti sampai kedatangan Yesus sebagai penggenapan janji – janji tsb. Musa telah meramalkan kedatangan Nabi seperti dirinya ( Ul 18 : 15 ). Yesuslah yang akan menjadi Nabi tsb ( Yoh 6 : 14; 7 : 40; Kis 3 : 22; 7 : 37 )

Namun kitab Ulangan ditutup dengan Musa yang meningggal pada usia 120 th di puncak gunung Nebo. Tanah yang dijanjikan kepada Abraham, Isak, dan Yakub ada di depan matanya, namun tidak dapat dimasukinya.

V. Pertanyaan – pertanyaan.

1.Apa yang menjadi persamaan antara kehidupan Musa dengan kehidupan Kristus ?
2.Covenant apa yang diingat Allah pada saat membebaskan Israel dari perbudakan di Mesir ?
3.Bagaimana Allah digambarkan pada Kitab Keluaran sebagai Bapa yg mencintai anak sulungNya, israel ?
4.Mengapa penyaliban dan kebangkitan Yesus disebut ” Paskah Tuhan” ?Mengapa Paskah Tuhan seperti paskah Israel dan Kitab Keluaran?

Untuk doa dan renungan : Baca percakapan Yesus tentang roti yang hidup ( Yoh 6 : 27 - 59 ) dan baca kembali kitab Keluaran kisah tentang Manna ( Kel 16 : 1 – 5; 9 – 15 ). Mintalah dalam doamu untuk lebih mengerti tentang kata – kata Yesus : ”Tidak seperti nenek moyang muyang makan dan tetap mati, siapa yang makan roti ini akan tetap hidup selamanya”