Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Minggu, 18 November 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 038

KGK hari ke 38

Versi Bahasa Indonesia


III. Tritunggal Mahakudus dalam ajaran iman

Pembentukan Dogma tentang Trinitas

249. Kebenaran wahyu mengenai Tritunggal Maha Kudus, sejak awal adalah dasar pokok iman Gereja yang hidup, terutama karena Pembaptisan. Ia terungkap dalam syahadat Pembaptisan yang dirumuskan dalam khotbah, katekese, dan doa Gereja. [683, 189] Rumusan-rumusan yang demikian itu sudah ada dalam tulisan-tulisan para Rasul, seperti salam yang diambil alih ke dalam perayaan Ekaristi: "Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian" (2 Kor 13:13)2

250. Selama abad-abad pertama Gereja berusaha merumuskan iman Tritunggal dengan lebih rinci, untuk memperdalam pengertian iman dan untuk membelanya melawan ajaran yang menyesatkan. [94] Itulah karya konsili-konsili pertama yang ditopang oleh karya teologis dari para bapa Gereja dan didukung oleh kesadaran iman umat Kristen.

251. Untuk merumuskan dogma Tritunggal, Gereja harus mengembangkan terminologi yang tepat dengan bantuan istilah-istilah filsafat - "substansi", "pribadi" atau "hupostasis", "hubungan". Dengan demikian ia tidak menaklukkan iman kepada kebijaksanaan manusiawi, tetapi memberi kepada istilah-istilah itu satu arti baru yang belum diketahui sebelumnya, sehingga mereka mampu mengungkapkan misteri yang tak terucapkan itu, [170] yang "jauh melampaui segala sesuatu yang kita mengerti dengan cara manusiawi" (SPF 2).

252. Gereja mempergunakangagasan "substansi" (kadang-kadang diterjemahkan juga dengan "hakikat" atau "kodrat") untuk menyatakan kodrat ilahi dalam kesatuannya; gagasan "pribadi" atau "hupostasis" untuk menyatakan Bapa, Putera, dan Roh Kudus dalam perbedaan-Nya yang real satu dari yang lain; gagasan "hubungan" untuk mengatakan bahwa perbedaannya terletak dalam hubungan timbal balik antara ketiganya.
Dogma tentang Tritunggal Mahakudus

253. Tritunggal adalah satu. Kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi: "Tritunggal yang sehakikat" (Konsili Konstantinopel II 553: DS 421). [2789] Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa. Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah menurut kodrat" (Sinode Toledo XI 675: DS 530). [590] "Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, yakni substansi, hakikat, atau kodrat ilahi" (K. Lateran IV 1215: DS 804).

254. Ketiga Pribadi ilahi berbeda secara real satu dengan yang lain. Allah yang satu bukanlah "seakan-akan sendirian" (Fides Damasi: DS 71). "Bapa", "Putera", "Roh Kudus", bukanlah hanya nama-nama yang menyatakan cara-cara berada berbeda dari hakikat ilahi, karena, mereka secara real berbeda satu dengan yang lain: "Bapa tidak sama dengan Putera, Putera tidak sama dengan Bapa, Roh Kudus tidak sama dengan Bapa dan Putera"(Sin. Toledo XI 675: DS 530). [468, 689] Masing-masing berbeda satu dengan yang lain oleh hubungan asalnya: Adalah "Bapa yang melahirkan, dan Putera yang dilahirkan dan Roh Kudus yang dihembuskan" (K. Lateran IV 1215: DS 804). Kesatuan ilahi bersifat tritunggal.

255. Ketiga Pribadi ilahi berhubungan satu dengan yang lain. Karena perbedaan real antar Pribadi itu tidak membagi kesatuan ilahi, maka perbedaan itu hanya terdapat dalam hubungan timbal balik: "Dengan nama-nama pribadi, yang menyatakan satu hubungan, maka Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dihubungkan dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya: Walaupun mereka dinamakan tiga Pribadi seturut hubungan mereka, namun mereka adalah satu hakikat atau substansi, demikian iman kita" (Sin.Toledo XI 675: DS 528). [240] Dalam mereka "segala-galanya... satu, sejauh tidak ada perlawanan seturut hubungan" (K. Firenze 1442: DS 1330). "Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus seluruhnya ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Putera" (ibid., DS 1331).

256. Santo Gregorius dari Nasiansa, yang dinamakan juga "sang teolog", menyampaikan rumusan berikut tentang iman Tritunggal kepada para katekumen Konstantinopel: [236, 684]
"Peliharalah terutama warisan yang baik ini, untuknya aku hidup dan berjuang, dengannya aku mau mati dan yang menyanggupkan aku memikul segala kemalangan dan menolak segala hiburan: ialah pengakuan iman akan Bapa dan Putera dan Roh Kudus. [84] Aku mempercayakannya hari ini kepada kalian. Di dalam pengakuan itu aku akan mencelupkan kamu pada saat ini ke dalam air dan mengangkat kembali dari dalamnya. Aku memberikan pengakuan itu kepada kalian sebagai pendamping dan pengawal seluruh kehidupan kalian. Aku memberikan kepada kalian ke-Allah-an dan kekuasaan yang satu, yang sebagai satu berada dalam tiga dan mencakup Ketiga itu atas cara yang berbeda-beda. Satu ke-Allah-an tanpa ketidak-samaan menurut substansi atau hakikat, tanpa derajat lebih tinggi yang meninggikan atau derajat lebih rendah yang merendahkan... Itulah kesamaan hakikat yang tidak terbatas dari Ketiga yang tidak terbatas. Allah seluruhnya, tiap-tiapnya dilihat dalam diri sendiri... Allah sebagai yang tiga dilihat bersama-sama... Baru saja aku mulai memikirkan kesatuan, muncullah sudah Tritunggal dalam kemegahan-Nya. Baru saja aku mulai memikirkan Tritungggal, langsung saya disilaukan kesatuan" (or. 40, 41).


Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 38

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph2:The Father (232 - 267)
III. THE HOLY TRINITY IN THE TEACHING OF THE FAITH
The formation of the Trinitarian dogma
249     From the beginning, the revealed truth of the Holy Trinity has been at the very root of the Church's living faith, principally by means of Baptism. It finds its expression in the rule of baptismal faith, formulated in the preaching, catechesis and prayer of the Church. Such formulations are already found in the apostolic writings, such as this salutation taken up in the Eucharistic liturgy: "The grace of the Lord Jesus Christ and the love of God and the fellowship of the Holy Spirit be with you all."
250     During the first centuries the Church sought to clarify her Trinitarian faith, both to deepen her own understanding of the faith and to defend it against the errors that were deforming it. This clarification was the work of the early councils, aided by the theological work of the Church Fathers and sustained by the Christian people's sense of the faith.
251     In order to articulate the dogma of the Trinity, the Church had to develop her own terminology with the help of certain notions of philosophical origin: "substance", "person" or "hypostasis", "relation" and so on. In doing this, she did not submit the faith to human wisdom, but gave a new and unprecedented meaning to these terms, which from then on would be used to signify an ineffable mystery, "infinitely beyond all that we can humanly understand".
252     The Church uses (I) the term "substance" (rendered also at times by "essence" or "nature") to designate the divine being in its unity, (II) the term "person" or "hypostasis" to designate the Father, Son and Holy Spirit in the real distinction among them, and (III) the term "relation" to designate the fact that their distinction lies in the relationship of each to the others.
The dogma of the Holy Trinity
253     The Trinity is One. We do not confess three Gods, but one God in three persons, the "consubstantial Trinity". The divine persons do not share the one divinity among themselves but each of them is God whole and entire: "The Father is that which the Son is, the Son that which the Father is, the Father and the Son that which the Holy Spirit is, i.e. by nature one God." In the words of the Fourth Lateran Council (1215), "Each of the persons is that supreme reality, viz., the divine substance, essence or nature."
254     The divine persons are really distinct from one another. "God is one but not solitary." "Father", "Son", "Holy Spirit" are not simply names designating modalities of the divine being, for they are really distinct from one another: "He is not the Father who is the Son, nor is the Son he who is the Father, nor is the Holy Spirit he who is the Father or the Son." They are distinct from one another in their relations of origin: "It is the Father who generates, the Son who is begotten, and the Holy Spirit who proceeds." The divine Unity is Triune.
255     The divine persons are relative to one another. Because it does not divide the divine unity, the real distinction of the persons from one another resides solely in the relationships which relate them to one another: "In the relational names of the persons the Father is related to the Son, the Son to the Father, and the Holy Spirit to both. While they are called three persons in view of their relations, we believe in one nature or substance." Indeed "everything (in them) is one where there is no opposition of relationship." "Because of that unity the Father is wholly in the Son and wholly in the Holy Spirit; the Son is wholly in the Father and wholly in the Holy Spirit; the Holy Spirit is wholly in the Father and wholly in the Son."
256     St. Gregory of Nazianzus, also called "the Theologian", entrusts this summary of Trinitarian faith to the catechumens of Constantinople:
Above all guard for me this great deposit of faith for which I live and fight, which I want to take with me as a companion, and which makes me bear all evils and despise all pleasures: I mean the profession of faith in the Father and the Son and the Holy Spirit. I entrust it to you today. By it I am soon going to plunge you into water and raise you up from it. I give it to you as the companion and patron of your whole life. I give you but one divinity and power, existing one in three, and containing the three in a distinct way. Divinity without disparity of substance or nature, without superior degree that raises up or inferior degree that casts down... the infinite co-naturality of three infinites. Each person considered in himself is entirely God... the three considered together... I have not even begun to think of unity when the Trinity bathes me in its splendor. I have not even begun to think of the Trinity when unity grasps me...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar