Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Senin, 26 November 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 047

KGK hari ke - 47

Versi Bahasa Indonesia


Penyelenggaraan dan skandal kejahatan

309. Tetapi apabila Allah, Bapa yang maha kuasa, Pencipta suatu dunia yang teratur, dan baik, memperhatikan semua makhluk-Nya, mengapa lalu ada yang jahat? Tiap jawaban yang terburu-buru atas pertanyaan yang mendesak dan tak terelakkan, yang menyakitkan dan yang penuh rahasia ini, akan tidak memuaskan. [164, 385] Iman Kristen secara menyeluruh adalah jawaban atas pertanyaan ini: keadaan baik ciptaan, drama dosa, cinta Allah yang sabar, yang mendekati manusia. Ia melakukan ini melalui perjanjian-perjanjian-Nya, melalui penjelmaan Putera-Nya menjadi manusia yang menyelamatkan dan melalui anugerah Roh; Ia melakukan ini dengan mengumpulkan Gereja dan melalui kekuatan Sakramen; akhirnya Ia melakukan itu melalui panggilan menuju kehidupan yang membahagiakan. Makhluk yang bebas sejak awal sudah diundang supaya menerima panggilan ini. Tetapi mereka juga dapat menolaknya sejak awal, dan itulah misteri yang mengerikan. Tidak ada satu unsur pewartaan Kristen, yang tidak merupakan jawaban atas masalah kejahatan. [2850]

310. Tetapi mengapa Allah tidak menciptakan satu dunia yang sedemikian sempurna, sehingga tidak mungkin ada unsur jahat di dalamnya. [412] Dalam kuasa-Nya yang tidak terbatas Allah dapat saja menciptakan sesuatu yang lebih baik.3 Tetapi dalam kebijaksanaan dan kebaikan-Nya yang tidak terbatas Allah, karena kehendak bebas-Nya, ingin menciptakan satu dunia yang berada "di jalan" menuju kesempurnaannya yang terakhir. [1042-1050] Menurut rencana Allah proses perkembangan ini membawa bersama dengan munculnya bentuk keberadaan tertentu juga hilangnya bentuk keberadaan yang lain, bersama dengan yang sempurna juga yang kurang sempurna, bersama dengan pembangunan juga pembongkaran dalam alam. Maka selama ciptaan belum sampai kepada penyelesaian, akan ada kebobrokan fisik di samping kebaikan fisik.4 [342]

311. Para malaikat dan manusia, ciptaan yang berakal budi dan bebas, harus menyongsong tujuannya terakhir dengan kehendak bebas dan mengutamakan tujuan itu karena cinta. [396] Karena itu mereka juga dapat menyimpang dari jalan dan dalam kenyataannya sudah berdosa. Demikianlah kejahatan moral, yang jauh lebih buruk daripada kebobrokan fisik, masuk ke dalam dunia. [1849] Bagaimanapun juga, baik langsung maupun tidak langsung, Allah bukanlah sebab kejahatan moral.5 Namun Iamembiarkannya terjadi karena Ia menghormati kebebasan makhluk-Nya, dan dengan cara yang penuh rahasia Ia tahu menghasilkan yang baik darinya:
"Allah yang maha kuasa... dalam kebaikan-Nya yang tak terbatas tidak mungkin membiarkan kejahatan apa pun berada dalam karya-Nya, kalau Ia tidak begitu maha kuasa dan baik, sehingga Ia juga mampu mengambil kebaikan dari kejahatan" (Agustinus, enchir. 11, 3).

312. Dengan demikian lama-kelamaan orang dapat menemukan bahwa Allah dalam penyelenggaraan-Nya yang maha kuasa malahan dapat mengambil kebaikan dari kejahatan moral yang disebabkan oleh makhluk-Nya. Yosef berkata kepada saudara-saudaranya: "Bukan kamulah yang menyuruh aku ke sini, melainkan Allah... Kalau kamu mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah mereka-rekakannya untuk kebaikan... dengan maksud memelihara hidup suatu bangsa yang besar" (Kej 45:8; 50:20)1. [598-600] Dari kejahatan moral paling buruk yang pernah dilakukan, yakni penolakan dan pembunuhan Putera Allah oleh dosa semua manusia, Tuhan dalam kelimpahan rahmat-Nya2 mengerjakan kebaikan yang paling besar: pemuliaan Kristus dan penebusan kita. Tetapi karena itu, sesuatu yang jahat tidak pernah akan menjadi sesuatu yang baik. [1994]

313. "Kita tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia" (Rm 8:28). Para kudus berulang kali memberikan kesaksian tentang itu: [227]
Santa Katarina dari Siena mengatakan "kepada mereka yang merasa terganggu oleh apa yang mereka alami dan memberontak terhadapnya": "Segala sesuatu timbul dari cinta, segala sesuatu diarahkan kepada keselamatan manusia. Allah tidak membuat apa pun di luar tujuan ini" (dial. 4, 138). Santo Tomas Morus menghibur puterinya beberapa saat sebelum mati syahidnya: "Tidak ada sesuatu yang dapat terjadi, yang tidak dikehendaki Allah. Tetapi apa pun yang Ia kehendaki, betapa pun juga pahitnya, hal itu merupakan yang terbaik untuk kita" (Surat dari Thomas More, Ed. Elizabeth F. Rogers, 206, baris 661-663). Dan Yuliana dari Norwikh mengatakan: "Dengan rahmat Allah aku menjadi sadar bahwa aku harus berpegang teguh kepada iman, dan paling sedikit dengan sama teguh harus melihat bahwa segala sesuatu, bagaimanapun keadaannya, akan menjadi baik... Dan engkau akan melihat bahwa segala sesuatu akan menjadi baik" (rev. 32).

314. Kita percaya dengan teguh bahwa Allah adalah Tuhan dunia dan sejarah. Namun jalan-jalan penyelenggaraan-Nya sering kali tidak kita ketahui. [1040] Baru pada saat akhir, apabila pengetahuan kita yang sepotong-sepotong sudah berakhir dan kita akan memandang Allah "dari muka ke muka" (1 Kor 13:12) kita akan mengerti sepenuhnya jalan-jalan yang ditempuh Allah, malahan melalui drama kejahatan dan dosa, guna menghantar ciptaan-Nya menuju perhentian Sabat3 yang definitif, untuknya Ia telah menciptakan langit dan bumi. [2550]


Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 47

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph4:The Creator (279 - 324)
V. GOD CARRIES OUT HIS PLAN: DIVINE PROVIDENCE
Providence and the scandal of evil.
309     If God the Father almighty, the Creator of the ordered and good world, cares for all his creatures, why does evil exist? To this question, as pressing as it is unavoidable and as painful as it is mysterious, no quick answer will suffice. Only Christian faith as a whole constitutes the answer to this question: the goodness of creation, the drama of sin and the patient love of God who comes to meet man by his covenants, the redemptive Incarnation of his Son, his gift of the Spirit, his gathering of the Church, the power of the sacraments and his call to a blessed life to which free creatures are invited to consent in advance, but from which, by a terrible mystery, they can also turn away in advance. There is not a single aspect of the Christian message that is not in part an answer to the question of evil.
310     But why did God not create a world so perfect that no evil could exist in it? With infinite power God could always create something better. But with infinite wisdom and goodness God freely willed to create a world "in a state of journeying" towards its ultimate perfection. In God's plan this process of becoming involves the appearance of certain beings and the disappearance of others, the existence of the more perfect alongside the less perfect, both constructive and destructive forces of nature. With physical good there exists also physical evil as long as creation has not reached perfection.
311     Angels and men, as intelligent and free creatures, have to journey toward their ultimate destinies by their free choice and preferential love. They can therefore go astray. Indeed, they have sinned. Thus has moral evil, incommensurably more harmful than physical evil, entered the world. God is in no way, directly or indirectly, the cause of moral evil. He permits it, however, because he respects the freedom of his creatures and, mysteriously, knows how to derive good from it:
For almighty God..., because he is supremely good, would never allow any evil whatsoever to exist in his works if he were not so all-powerful and good as to cause good to emerge from evil itself.
312     In time we can discover that God in his almighty providence can bring a good from the consequences of an evil, even a moral evil, caused by his creatures: "It was not you", said Joseph to his brothers, "who sent me here, but God... You meant evil against me; but God meant it for good, to bring it about that many people should be kept alive." From the greatest moral evil ever committed — the rejection and murder of God's only Son, caused by the sins of all men — God, by his grace that "abounded all the more", brought the greatest of goods: the glorification of Christ and our redemption. But for all that, evil never becomes a good.
313     "We know that in everything God works for good for those who love him." The constant witness of the saints confirms this truth:
St. Catherine of Siena said to "those who are scandalized and rebel against what happens to them": "Everything comes from love, all is ordained for the salvation of man, God does nothing without this goal in mind."
St. Thomas More, shortly before his martyrdom, consoled his daughter: "Nothing can come but that that God wills. And I make me very sure that whatsoever that be, seem it never so bad in sight, it shall indeed be the best."
Dame Julian of Norwich: "Here I was taught by the grace of God that I should steadfastly keep me in the faith... and that at the same time I should take my stand on and earnestly believe in what our Lord shewed in this time — that 'all manner [of] thing shall be well.'"
314     We firmly believe that God is master of the world and of its history. But the ways of his providence are often unknown to us. Only at the end, when our partial knowledge ceases, when we see God "face to face", will we fully know the ways by which — even through the dramas of evil and sin — God has guided his creation to that definitive sabbath rest for which he created heaven and earth.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar