Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Kamis, 22 November 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 043

KGK hari ke 43

Versi Bahasa Indonesia


PASAL 4. ALLAH PENCIPTA

279. "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" (Kej 1:1). Kitab Suci dibuka dengan kata-kata yang meriah ini. Pengakuan iman mengambil alih kata-kata ini, dengan mengakui Allah, Bapa yang maha kuasa itu, sebagai "Pencipta langit dan bumi", yang menciptakan "segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan". Pertama sekali kita akan berbicara tentang Pencipta, lalu tentang penciptaan, dan akhirnya tentang kejatuhan dalam dosa dan bagaimana Yesus Kristus Putera Allah mengangkat kita lagi dari dosa oleh kedatangan-Nya.

280. Penciptaan adalah "awal tata keselamatan", "awal sejarah keselamatan" (DCG 51) [288] yang berpuncak pada Kristus. Sebaliknya misteri Kristus adalah terang misteri penciptaan yang menentukan; ia menyingkap tujuan, untuk apa Allah menciptakan "pada mulanya... langit dan bumi" (Kej 1:1). [1043] Sejak awal Allah telah memikirkan kemuliaan ciptaan baru di dalam Kristus.2


281. Karena itu mulailah bacaan-bacaan pada malam Paskah, perayaan penciptaan baru di dalam Kristus, dengan kisah penciptaan. [1095] Demikian juga dalam liturgi Bisantin kisah penciptaan selalu merupakan bacaan pertama dari vigili hari-hari raya Tuhan. Seturut kesaksian umat Kristen bahari, pengajaran bagi para katekumen mengenai Pembaptisan mengikuti jalan yang sama dari penciptaan menuju penciptaan baru 1

I. Katekese mengenai penciptaan

282. Katekese tentang penciptaan sangat penting. Karena ia menyangkut dasar-dasar kehidupan manusia dan kehidupan Kristen, karena ia merupakan jawaban iman Kristen atas pertanyaan-pertanyaan dasar yang dihadapi manusia segala zaman: "dari mana kita datang?", "ke mana kita pergi?", "dari mana kita berasal?", "untuk apa kita hidup?", "dari mana asal segala sesuatu yang ada, dan ke mana arahnya?". Kedua pertanyaan yang menyangkut asal dan tujuan, tidak boleh dipisahkan satu dari yang lain. Mereka sangat menentukan arti dan orientasi kehidupan dan perbuatan kita. [1730]

283. Pertanyaan mengenai asal bumi dan manusia adalah bahan banyak penelitian ilmiah, yang secara luar biasa memperkaya pengetahuan kita mengenai usia dan luasnya semesta alam, mengenai jadinya bentuk-bentuk kehidupan dan munculnya manusia. [159] Penemuan-penemuan itu harus mendorong kita untuk lebih lagi mengagumi kebesaran pencipta, berterima kasih kepada-Nya untuk segala karya-Nya dan untuk pengeta-huan dan kebijaksanaan, yang Ia berikan kepada para ilmuwan dan peneliti. [341] Bersama Salomo mereka dapat berkata: "Ia sendiri telah memberi aku pengetahuan yang tidak menipu, tentang segala-gala yang ada supaya kukenal susunan alam semesta dan daya anasirnya... oleh karena seniwati segala sesuatu, yaitu kebijaksanaan mengajar aku" (Keb 7:17-21).

284. Minat besar untuk penelitian-penelitian ini dipacu dengan kuat oleh pertanyaan lain, yang melampaui bidang ilmu pengetahuan alam yang sebenarnya. Pertanyaan itu tidak hanya menyangkut soal, bilamana dan bagaimana kosmos ini secara material terjadi den bagaimana manusia muncul, tetapi menyangkut arti kejadian ini: apakah secara kebetulan, karena takdir buta, satu keharusan yang tidak dikenal atau oleh satu wujud yang inteligen dan baik, yang kita namakan Allah. Dan apabila bumi berasal dari kebijaksanaan dan kebaikan Allah, lalu mengapa ada kejahatan? Dari mana ia datang? Siapakah yang bertanggung jawab untuk itu? Dan apakah ada pembebasan darinya?

285. Sejak dari dulu iman Kristen berhadapan dengan jawaban-jawaban menyangkut pertanyaan mengenai asal mula, yang bunyinya lain daripada jawaban Kristen. Dalam agama dan kebudayaan kuno terdapat banyak mitos mengenai asal usul bumi. Filsuf-filsuf tertentu mengatakan, segala-galanya adalah Allah; bumi ini adalah Allah atau jadinya bumi ini adalah jadinya Allah (Panteisme). Yang lain mengatakan, bumi ini secara mutlak mengalir keluar dari Allah; ia mengalir dari-Nya dan bermuara lagi pada-Nya. [295] Yang lain lagi menegaskan, ada dua prinsip abadi, yang baik dan yang jahat, cahaya dan kegelapan; kedua prinsip ini selalu bergumul satu dengan yang lain (Dualisme, Manikheisme). Menurut pendapat-pendapat tertentu dunia ini (paling tidak dunia material) adalah jahat, satu gejala kemerosotan, dan dengan demikian harus ditolak atau ditinggalkan (Gnosis). Yang lain lagi mengakui bahwa bumi diciptakan Allah, tetapi bagaikan oleh seorang, tukang arloji yang setelah membuatnya lalu menyerahkannya kepada dirinya sendiri (Deisme). Akhirnya ada yang lain yang mengakui asal bumi yang lebih tinggi, tetapi hanya melihat di dalamnya suatu permainan materi, yang sudah selalu ada (Materialisme). Semua percobaan penyelesaian itu membuktikan bahwa awal mula segala sesuatu selalu dan di mana-mana dipertanyakan. Mencari-cari adalah sifat khas manusia. [28]

286. Memang akal budi manusia dapat menemukan jawaban atas pertanyan mengenai asal segala sesuatu. [32] Adanya seorang pencipta dapat diketahui dengan pasti dari karya-karya-Nya berkat cahaya akal budi manusiawi,2 walaupun pengetahuan ini sering digelapkan dan dinodai oleh kekhilafan. Oleh karena itu, iman memperkuat dan menerangi akal budi supaya ia mengerti kebenaran ini dengan tepat: [37] "Karena imankita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat" (Ibr 11:3).

287. Kebenaran mengenai penciptaan adalah sekian penting bagi seluruh kehidupan manusia, sehingga Allah dalam kebaikan-Nya hendak mewahyukan kepada bangsa-Nya segala sesuatu, yang perlu diketahui tentang hal-hal ini demi keselamatan. [107] Selain pengetahuan kodrati tentang adanya pencipta yang dapat diperoleh setiap manusia,1 lama-kelamaan Allah mewahyukan kepada bangsa Israel misteri penciptaan. Ia, yang memanggil para bapa bangsa, yang mengantar bangsa pilihan-Nya keluar dari Mesir, menciptakan dan membentuknya,2 Ia mewahyukan Diri sebagai Dia, yang memiliki segala bangsa di bumi dan seluruh dunia, sebagai Dia, yang "menciptakan langit dan bumi" (Mzm 115:15; 124:8; 134:3) seorang Diri.

288. Dengan demikian wahyu mengenai penciptaan tidak dapat dipisahkan dari wahyu dan pelaksanaan perjanjian, yang diadakan Allah yang Esa dengan bangsa-Nya. [280] Penciptaan diwahyukan sebagai langkah pertama menuju perjanjian ini, sebagai bukti pertama dan universal dari cinta Allah yang maha kuasa.3 Kebenaran penciptaan juga muncul semakin jelas dalam pesan para nabi4, dalam doa mazmur5 dan dalam liturgi serta amsal6 bangsa terpilih. [2569]

289. Dari semua pernyataan Kitab Suci mengenai penciptaan, tiga bab pertama dari buku Kejadian mendapat tempat yang khusus. Dilihat dari sudut sastra, teks-teks ini dapat mempunyai sumber yang berbeda. [390] Pengarang-pengarang yang diilhami menempat-kannya pada awal Kitab Suci. Dalam bahasa yang meriah mereka dengan demikian mengungkapkan kebenaran mengenai penciptaan, asal dan tujuannya dalam Allah, peraturan dan kebaikannya, mengenai panggilan manusia dan akhirnya mengenai drama dosa dan harapan akan keselamatan. [111] Kalau dibaca dalam cahaya Kristus, dalam kesatuan Kitab Suci dan dalam tradisi Gereja yang hidup, ungkapan-ungkapan ini merupakan sumber utama untuk katekese mengenai misteri-misteri "awal": penciptaan, jatuhnya ke dalam dosa, janji keselamatan.



Versi Bahasa Inggris


Read the Catechism: Day 43

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph4:The Creator (279 - 324)
279     "In the beginning God created the heavens and the earth." Holy Scripture begins with these solemn words. The profession of faith takes them up when it confesses that God the Father almighty is "Creator of heaven and earth" (Apostles' Creed), "of all that is, seen and unseen" (Nicene Creed). We shall speak first of the Creator, then of creation and finally of the fall into sin from which Jesus Christ, the Son of God, came to raise us up again.
280     Creation is the foundation of "all God's saving plans," the "beginning of the history of salvation" that culminates in Christ. Conversely, the mystery of Christ casts conclusive light on the mystery of creation and reveals the end for which "in the beginning God created the heavens and the earth": from the beginning, God envisaged the glory of the new creation in Christ.
281     And so the readings of the Easter Vigil, the celebration of the new creation in Christ, begin with the creation account; likewise in the Byzantine liturgy, the account of creation always constitutes the first reading at the vigils of the great feasts of the Lord. According to ancient witnesses the instruction of catechumens for Baptism followed the same itinerary.
I. CATECHESIS ON CREATION
282     Catechesis on creation is of major importance. It concerns the very foundations of human and Christian life: for it makes explicit the response of the Christian faith to the basic question that men of all times have asked themselves: "Where do we come from?" "Where are we going?" "What is our origin?" "What is our end?" "Where does everything that exists come from and where is it going?" The two questions, the first about the origin and the second about the end, are inseparable. They are decisive for the meaning and orientation of our life and actions.
283     The question about the origins of the world and of man has been the object of many scientific studies which have splendidly enriched our knowledge of the age and dimensions of the cosmos, the development of life-forms and the appearance of man. These discoveries invite us to even greater admiration for the greatness of the Creator, prompting us to give him thanks for all his works and for the understanding and wisdom he gives to scholars and researchers. With Solomon they can say: "It is he who gave me unerring knowledge of what exists, to know the structure of the world and the activity of the elements... for wisdom, the fashioner of all things, taught me."
284     The great interest accorded to these studies is strongly stimulated by a question of another order, which goes beyond the proper domain of the natural sciences. It is not only a question of knowing when and how the universe arose physically, or when man appeared, but rather of discovering the meaning of such an origin: is the universe governed by chance, blind fate, anonymous necessity, or by a transcendent, intelligent and good Being called "God"? And if the world does come from God's wisdom and goodness, why is there evil? Where does it come from? Who is responsible for it? Is there any liberation from it?
285     Since the beginning the Christian faith has been challenged by responses to the question of origins that differ from its own. Ancient religions and cultures produced many myths concerning origins. Some philosophers have said that everything is God, that the world is God, or that the development of the world is the development of God (Pantheism). Others have said that the world is a necessary emanation arising from God and returning to him. Still others have affirmed the existence of two eternal principles, Good and Evil, Light and Darkness, locked, in permanent conflict (Dualism, Manichaeism). According to some of these conceptions, the world (at least the physical world) is evil, the product of a fall, and is thus to be rejected or left behind (Gnosticism). Some admit that the world was made by God, but as by a watch-maker who, once he has made a watch, abandons it to itself (Deism). Finally, others reject any transcendent origin for the world, but see it as merely the interplay of matter that has always existed (Materialism). All these attempts bear witness to the permanence and universality of the question of origins. This inquiry is distinctively human.
286     Human intelligence is surely already capable of finding a response to the question of origins. The existence of God the Creator can be known with certainty through his works, by the light of human reason, even if this knowledge is often obscured and disfigured by error. This is why faith comes to confirm and enlighten reason in the correct understanding of this truth: "By faith we understand that the world was created by the word of God, so that what is seen was made out of things which do not appear."
287     The truth about creation is so important for all of human life that God in his tenderness wanted to reveal to his People everything that is salutary to know on the subject. Beyond the natural knowledge that every man can have of the Creator, God progressively revealed to Israel the mystery of creation. He who chose the patriarchs, who brought Israel out of Egypt, and who by choosing Israel created and formed it, this same God reveals himself as the One to whom belong all the peoples of the earth, and the whole earth itself; he is the One who alone "made heaven and earth".
288     Thus the revelation of creation is inseparable from the revelation and forging of the covenant of the one God with his People. Creation is revealed as the first step towards this covenant, the first and universal witness to God's all-powerful love. And so, the truth of creation is also expressed with growing vigor in the message of the prophets, the prayer of the psalms and the liturgy, and in the wisdom sayings of the Chosen People.
289     Among all the Scriptural texts about creation, the first three chapters of Genesis occupy a unique place. From a literary standpoint these texts may have had diverse sources. The inspired authors have placed them at the beginning of Scripture to express in their solemn language the truths of creation — its origin and its end in God, its order and goodness, the vocation of man, and finally the drama of sin and the hope of salvation. Read in the light of Christ, within the unity of Sacred Scripture and in the living Tradition of the Church, these texts remain the principal source for catechesis on the mysteries of the "beginning": creation, fall, and promise of salvation.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar