Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Sabtu, 04 September 2021

Sekilas Predestinasi versi katolik

 

Sekilas Predestinasi

Tiga jenis predestinasi. Predestinasi kepada rahmat, predestinasi kepada kemulian, predestinasi rahmat-kemuliaan. Dua yang pertama disebut incomplete predestination, sedang yang terakhir disebut complete predestination. Mengapa complete dan incomplete? Nanti akan menjadi jelas.

1. Predestinasi kepada rahmat
Yang dimaksud disini adalah predestinasi manusia kepada rahmat pengudusan (atau rahmat justifikasi, atau rahmat pembenaran). Rahmat pengudusan adalah rahmat yang menjadikan manusia kudus dan layak masuk surga. Di Perjanjian Baru, rahmat ini diberikan pada saat baptisan. Bila seseorang yang telah mendapat rahmat pengudusan ini berdosa dia akan kehilangan rahmat tersebut. Bila dia bertobat dia akan mendapatkan kembali rahmat pengudusan tersebut.

Nah, adalah dogma bahwa justifikasi/pengudusan diberikan Allah tanpa melihat perbuatan apapun yang dilakukan manusia. Jadi berkenaan dengan predestinasi kepada rahmat sifatnya adalah ante praevisa merita.


2. Predestinasi kepada kemuliaan
Ini berarti predestinasi seseorang YANG SUDAH DIPREDESTINASIKAN KEPADA RAHMAT (ie. telah/pernah mendapat rahmat pengudusan) kepada kemuliaan surgawi. Jadi, apakah orang yang sudah dipredestinasikan kepada rahmat tersebut akan terus mencapai kemuliaan? Karena bisa saja seseorang yang di-predestinasikan kepada rahmat ternyata tidak mulia. Misalnya seseorang Katolik yang telah terbaptis (berarti dia telah mendapat rahmat pengudusan) tapi kemudian karena satu dan lain hal mati karena dosa berat sehingga masuk neraka.

Pada point ini ada perbedaan antara berbagai aliran. Ada beberapa aliran yang diijinkan Gereja, tapi yang terpenting adalah Molinist dan Thomist.

Molinist mengajarkan bahwa predestinasi kepada kemuliaan terjadi post praevisa merita. Jadi disini Allah melihat melalui scientia media-Nya apa yang akan dilakukan manusia kalau diberi macam-macam rahmat. Bila ternyata manusia bekerja sama dengan rahmat tersebut maka Tuhan akan memperhitungkan manusia tersebut untuk dipredestinasikan kepada kemuliaan surgawi. Sementara kalau ternyata si manusia tidak menanggapi rahmat secara positif, maka dia akan ke neraka.

Nah, sebelum membahas Thomist, patut dijelaskan apa itu "scientia media." Scientia media atau pengetahuan tengah, adalah pengetahuan Allah akan apa yang akan terjadi kalau ada perbagai alternatif skenario. Misalnya, bila hujan diturunkan apakah si A akan tetap berangkat? Bagaimana kalau hujan tidak turun? Bagaimana kalau si A tiba-tiba di serang penyakit? Bagaimana kalau ada barengan yang kebetulan punya mobil pribadi? Dan seterusnya. Jadi Allah mengambil kesimpulan dari berbagai skenario yang mungkin terjadi ini lalu kemudian memutuskan apakah seseorang layak masuk surga.

Sekarang aliran Thomist. Thomist mengajarkan bahwa predestinasi ke kemulian sifatnya juga ante praevisa merita. Berarti predestinasi kepada kemuliaan surgawi tidak tergantung dari perbuatan apapun yang dilakukan manusia

Kedua sistem ini punya kelebihan dan kelemahan dan masing-masing juga punya dasar Kitab Suci (mungkin lain kali akan di bahas). Sepanjang pengetahuanku sendiri lebih banyak penganut Thomist daripada Molinist. Ini karena sistem Thomist lebih masuk akal secara logika mengingat Allah sebagai causa prima. Ini perlu aku beritahu karena aku khawatir kalian yang membaca ini langsung berkesimpulan bahwa Thomist jelas keliru dan Molinist jelas benar (kalau kalian berkesimpulan se-sederhana itu, maka pada hakekatnya masih banyak sekali yang harus kalian pelajari).


3. Predestinasi kepada rahmat dan kemulian
Ini merupakan predestinasi yang lengkap. Sementara yang dua diatas adalah predestinasi yang tidak lengkap (sepotong-sepotong), maka ini adalah predestinasi yang mencakup sejak seseorang mendapat rahmat pengudusan sampai dia mulia di surga.

Ini karena proses keselamatan seseorang itu adalah "dikuduskan --> diselamatkan." Kadang ada orang yang hanya sampai dikuduskan saja (berarti dia tidak sampai finish ke kemuliaan surga), seperti orang Katolik yang terbaptis tapi kemudian mati dalam dosa berat sehingga masuk neraka. Jadi orang ini hanya akan di-predestinasikan ke rahmat, tapi tidak di-predestinasikan ke kemuliaan. Ini juga berarti bahwa semua orang yang di-predestinasikan ke kemuliaan PASTI JUGA di-predestinasikan kepada rahmat.

Nah, karena predestinasi kepada rahmatnya sendiri bersifat ante praevisa merita maka suatu predestinasi komplit yang mencakup rahmat serta kemulian sekaligus akan bersifat ante praevisa merita. Soalnya, rahmat pengudusan, yang nantinya akan membuat seseorang mulia di surga, tidak didapatkan karena perbuatan apapun yang dilakukan manusia.


Ini bisa membingungkan, makanya dibaca pelan-pelan dan berkali-kali.


Tapi ada satu hal yang sangat perlu aku ulangi sekali lagi. Dalam "predestinasi kepada kemuliaan" dimana ada perbedaan antara Molinist dan Thomist (dua jenis yang lainnya tidak), yang dimaksud adalah predestinasi bagi orang yang sudah berahmat alias bagi orang yang sudah dibaptis (krena untuk berada dalam kondisi berahmat, seseorang harus mendapat baptisan [air, darah, keinginan]). Bagi seseorang yang sudah berahmat maka dia dapat melakukan "supernatural merit" alias perbuatan baik adikodrati. Hanya seseorang dalam kondisi berahmat (ie. telah dibaptis dan tidak berada dalam dosa berat) yang bis melakukan perbuatan baik adikodrati. Dan perbuatan baik adikodrati inilah yang nantinya, menurut Molinist, di-foreseen Allah untuk dijadikan pertimbangan dalam mempredestinasikan seseorang yang telah berahmat kepada kemuliaan surgawi.

Jadi predestinasi kemuliaan tidak berbicara mengenai seseorang yang BELUM berada dalam kondisi berahmat (misalnya, moslem, Mormon atau bahkan Protestant yang sekalipun dibaptis tapi tidak pernah mendapatkan efek bapitsan itu [efek terpenting bapitsan adalah pengudusan/justifikasi])

katolik mengajarkan predestinasi berdasarkan 'foreknown Allah' dan calvinist mengunakan ayat2 tsb utk mendasarkan Allah menetapkan sejak Awal……. pernyataan ini benar kalau dipandang dari aliran Molinist. Dan ini pun hanya berlaku bagi orang yang sebelumnya telah/pernah berada dalam kondisi berahmat

Yang predestinasi kepada rahmat? Predestinasi kepada kemuliaan? Atau Predestinasi kepada rahmat-kemuliaan?

Bahkan untuk predestinasi kepada kemuliaan dimana ada aliran Molinist, pernyataan (
"Kemahatahuan Allah mengetahui freewill tidak akan menolak Keselamatan maka Allah mempredestinasikan utk selamat." ???) berbeda dari pemahamannya Molinist.

"predestinasi komplit" alias "predestinasi kepada rahmat dan kemuliaan." dalam mempredestinasikan kepada rahmat dan kemulian, Allah tidak menggunakan foreknowledge-nya dengan mem-foresee apa yang akan dilakukan orang. Tanpa melihat apa yang akan dilakukan orang itu, Allah akan menetapkannya untuk kemuliaan surgawi.

Perbedaan antara predestinasi tidak komplit dan predestinasi komplit.

Sebagaimana kita ketahui, untuk masuk surga ada beberapa tahapan yang harus dilalui seorang manusia. Sebagaimana orang yang ingin berangkat Dari Los Angeles ke San Francisco harus melalui Solveng dulu (ya, sebenarnya bisa pakai jalan lain yang lebih jauh, tapi di Solveng menarik).

Katakanlah si Budi adalah seseorang yang nantinya masuk surga. Maka tahapan yang harus dilalui Budi adalah dikuduskan dulu (dimana di Perjanjian Baru, pengudusan terjadi pada saat seseorang menerima baptisan [air, darah, keinginan]). Jadi Solveng bagi Budi adalah baptisan [air, darah, keinginan].

Nah, berhasil dikuduskan tidak otomatis menjadikan Budi pasti selamat. Karena siapa tahu setelah dikuduskan Budi jatuh dalam dosa berat dan mati sebelum bertobat dari dosanya itu. Bila ini terjadi, maka Budi akan masuk neraka. Jadi seperti orang yang setelah tiba di Solvang bukannya terus ke Utara untuk sampai ke San Francisco, tapi malahan belok ke Timur dan teruuussss sampai Albuquerque.

Tapi kalau si Budi terus berjuang dalam pengudusannya dan mati dalam kondisi kudus, maka dia akan masuk surga. Sebagaimana kalau seseorang warga LA terus menuju Utara setelah tiba di Solvang, maka dia akan sampai ke San Francisco.

Nah, salah satu pemilahan dalam pembicaraan mengenai predestinasi adalah pemilhan predestinasi menjadi predestinasi komplit dan predestinasi tidak komplit.

 

Predestinasi komplit menjawab pertanyaan: "bagaimana si warga LA bisa sampai ke San Francisco."

Predestinasi tidak komplit menjawab pertanyaan:

1) "bagaimana si warga LA bisa sampai ke Solvang,"

2) "bagaimana si warga LA yang sudah berada di Solvang bisa sampai ke San Francisco."


Jadi

Predestinasi komplit menjawab pertanyaan: "bagaimana seseorang pada akhirnya bisa ke surga."

Predestinasi tidak komplit menjawab pertanyaan:

1) "bagaimana seseorang bisa mendapatkan rahmat pengudusan,"

2) "bagamana seseorang yang sudah mendapatkan rahmat pengudusan bisa sampai pada keselamatan."



Nah, sekarang kita pertama-tama akan menjelaskan mengenai predestinasi yang tidak komplit dahulu.

Predestinasi tidak komplit jenis yang pertama adalah predestinasi kepada rahmat (ie. bagaimana si warga LA bisa sampai ke Solvang). Lalu bagaimanakah Budi bisa mendapatkan rahmat pengudusan? Menurut dogma Gereja yang tidak bisa salah yang telah didefinisikan terutama di Konsili Trent, rahmat pengudusan TIDAK BISA DIDAPATKAN dengan perbuatan baik apapun yang dilakukan manusia. Dengan kata lain, Allah mem-predestinasikan Budi agar nantinya dia memperoleh rahmat pengudusan TANPA MEMPERHITUNGKAN PERBUATAN APAPUN, TANPA MELIHAT APAKAH DI MASA DEPAN ORANG INI AKAN BERBUAT BAIK ATAU TIDAK.


Sekarang kita menuju ke predestinasi tidak komplit yang kedua.

Predestinasi tidak komplit jenis yang kedua adalah predestinasi kepada kemuliaan bagi orang yang sebelumnya sudah dipredestinasikan kepada rahmat (jadi apakah si warga LA yang sudah tiba di Solvang akan terus sampai ke San Francisco bukannya malasahan kesasar ke Albuquerque). Ini karena TIDAK SEMUA orang yang di-predestinasikan kepada kekudusan pasti akan masuk surga. Dalam arti bahwa tidak semua orang yang dibaptis (baptisan adalah saat dimana seseorang dikuduskan) akan masuk ke surga.

Lalu apakah Budi yang telah dipredestinasikan kepada rahmat akan terus dipredestinasikan kepada kemuliaan sehingga dia akan masuk surga? Disini ada dua aliran yaitu Molinist dan Thomist. Molinist menjawab dengan mengatakan bahwa apakah Budi itu akan juga di-predestinasi-kan kepada kemuliaan bergantung dari berbagai skenario perbuatannya yang akan diamati Allah melalui Scientia Media sang Allah sendiri. Penjelasan mengenai Scientia Media sudah aku berikan 
di post-ku sebelumnya. Sementara itu Thomist menjawab bahwa apakah Budi nantinya juga akan terus dipredestinasikan kepada kemulian TIDAK BERGANTUNG KEPADA PERBUATAN APAPUN YANG AKAN DILAKUKANNYA. Budi dipredestinasikan murni karena kehendak Allah, bukan karena apapun yang dilakukan Budi.

Sekarang berkenaan dengan predestinasi komplit.

Predestinasi komplit berarti predestinasi kepada rahmat dan sekaligus kepada kemuliaan, tidak sepotong-sepotong. Jadi disini kita tidak memikirkan apakah seorang warga LA akan sampai di Solvang, dan juga tidak memikirkan apakah si orang LA ini setelah di Solvang akan sampai ke San Francisco. Tapi kita mencari jawaban atas pertanyaan bagaimanakah Budi itu pada akhirnya nanti masuk surga (ie. bagaimana si warga LA akan sampai di San Francisco)

Nah, bila pertanyaannya demikian maka jawabannya adalah, masuknya Budi ke surga HANYA bergantung kepada kehendak Allah semata TANPA MEMPERHITUNGKAN perbuatan baik apapun yang akan dilakukan si Budi. Sekali lagi patut ditekankan bahwa kehendak Allah untuk mempredestinasikan Budi sampai ke surga tidak diakibatkan, dipicu, disebabkan atas perbuatan baik apapun yang akan dilakukan Budi nantinya.

Ada alasan mengapa jawabannya seperti itu. Alasannya adalah karena predestinasi kepada rahmat (ie. jenis pertama dari predestinasi yang tidak komplit) sifatnya tidak memperhitungkan perbuatan baik. Jadi sebuah predestinasi komplit yang mencakup predestinasi kepada rahmat DAN predestinasi kepada kemuliaan akan bersifat "tidak memperhitungkan perbuatan baik."

Sebagai tambahan Ilustrasi:

Kita ingin tahu apakah seorang warga LA pada akhirnya bisa sampai ke San Francisco.

Kita BUKANNYA ingin tahu apakah si warga LA bisa sampai ke Solvang dan kita juga BUKANNYA ingin tahu apakah si warga LA yang sudah sampai di Sovang bisa terus sampai ke San Francisco. Yang kita ingin ketahui adalah apakah si warga LA nanti pada akhirnya bisa sampai ke San Francisco.

Nah, meskipun kita tidak peduli dengan Solvang, TAPI SAYANGNYA SATU-SATUNYA jalan ke San Francisco adalah melalui Solvang (ie. untuk mencapai pada kemuliaan surgawi seseorang harus dikuduskan dahulu). Sehingga kalau syarat sampai ke Solvang adalah harus ABC, maka otomatis syarat sampai ke San Francisco juga harus ABC (karena tidak bisa ke San Francisco tanpa melewati Solvang).

Begitu pula dengan prredestinasi komplit ("predestinasi komplit" = "predestinasi kepada rahmat" + "predestinasi kepada kemuliaan"). Karena dalam predestinasi komplit harus ada tahap dipredestinasikan kepada rahmat, MAKA aturan untuk predestinasi komplit mau tidak mau mencakup aturan predestinasi kepada rahmat. DAN aturan predestinasi kepada rahmat adalah, "seseorang dipredestinasikan kepada rahmat tanpa melihat perbuatan baik apapun yang akan dilakukan seseorang." Oleh karena itu, secara otomatis predestinasi komplit juga terjadi tanpa melihat perbuatan baik apapun ayng akan dilakukan seseorang.

 

Kita bisa mengatakan bahwa predestinasi bergantung kepada perbuatan baik ADIKODRATI/SUPERNATURAL (bukan yang kodrati/natural) yang telah di-foreseen Allah KALAU BERKENAAN DENGAN ORANG YANG SUDAH DIKUDUSKAN.

Karena hanya orang yang dikuduskan-lah yang bsia melakukan perbuatan baik adikodrati.

Sementara orang yang belum dikuduskan tidak bisa melakukan perbuatan baik adikodrati (tapi perbuatan baik kodrati bisa).



Jadi, bahwa predestinasi kepada kemuliaan bergantung kepada perbuatan baik [adikodrati] HANYA BERLAKU bagi orang yang kudus (ie. orang terbaptis [air, darah, keinginan]).

Sementara bagi orang yang tidak berada dalam pengudusan, mereka hanya bisa melakukan perbuatan baik yang kodrati sehingga perbuatan baik ini tidak mungkin bisa berpengaruh terhadap predestinasi mereka.



JANGAN LUPA, ini semua menurut Molinist. Kalau menurut Thomist, lain lagi.


Menurut Thomist yang menganut ante praevisa merita untuk semua jenis predestinasi, maka, kebalikan dari yang aku tulis:

"Kita TIDAK bisa mengatakan bahwa predestinasi bergantung kepada perbuatan baik ADIKODRATI/SUPERNATURAL (bukan yang kodrati/natural) yang telah di-foreseen Allah KALAU BERKENAAN DENGAN ORANG YANG SUDAH DIKUDUSKAN."


Molinist masih mengijinkan bahwa perbuatan adikodrati orang yang sudah dipredestinasikan kepada rahmat bisa punya pengaruh terhadap predestinasi kepada kemuliaan. Sementara Thomist, sama sekali tidak mengijinkan.

Kita tidak akan bisa menemukan definisi Gereja tentang predestinasi sebagaimana kita bisa menemukan definisi Gereja tentang infallibilitas Paus.

Definisi tentang infallibilitas Paus bisa didapatkan secara rinci dan eksplisit di satu dokumen, yaitu Pastor Aeternus, salah satu dokumen Konsili Vatikan pertama (meskipun ada dokumen lain tentang itu).


Sedangkan ajaran Gereja tentang predestinasi tersebar di berbagai tempat. Di Trent ada, di Konsili Orange ada, ada juga di tempat lain. Masing-masing membahas beberapa aspek dari ajaran ini.

Ajaran tentang justifikasi di Konsili Trent merupakan bulding blocks dalam ajaran predestinasi. Ini karena orang yang di-predestinasi berarti dia at some point harus terjustifikasi.

Justru ajaran bahwa predestinasi yang tidak komplit kepada kemuliaan (incomplete predestination to glory), sebagaimana aku tuliskan sebelumnya, terjadi ante praevisa merita (sebelum terjadinya perbuatan baik [adikodrati]), di-definisikan pada sessi mengenai justifikasi. Pada pembahasan mengenai justifikasi di Trent dikatakan bahwa "
we are therefore said to be justified gratuitously, because none of those things that precede justification, whether faith or works, merit the grace of justification" (Sessi 6, chapter VIII). Dan ini direfleksikan dalam beberapa kanon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar