Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Sabtu, 04 September 2021

Catatan Iman dan Ajaran Katolik

 COPAS dari ekaristi.org

Catatan Iman dan Ajaran Katolik

Pertama-tama, marilah kita perhatikan menurut Alkitab sendiri apa yang menjadi sumber iman? Marilah kita lihat kebenaran anggapan itu dari alkitab sendiri

2Tesalonika 2:15 

Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kamibaik secara lisan, maupun secara tertulis. 


2 Thessalonians 2:15 (King James Version) 

Therefore, brethren, stand fast, and hold the traditions which ye have been taught, whether by word, or our epistle


Dalam ayat ini jelas ada perintah untuk mematuhi tradisi yang tertulis ("epistles" = "surat") DAN JUGA tradisi lisan (tradisi yang tidak tertulis)! 

2Tesalonika 3:6 

Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. 


2 Thessalonians 3:6 (King James Version) 

Now we command you, brethren, in the name of our Lord Jesus Christ, that ye withdraw yourselves from every brother that walketh disorderly, and not after the tradition which he received of us.


Di ayat ini, Paulus menyarankan agar jemaat menghindar dari anggota yang sudah tidak mengindahkan lagi tradisi yang mereka terima dari Paulus. 

Dalam versi Ingrisnya bisa terlihat kata "tradisi" yang ada di alkitab. Versi Inggris lebih sesuai dengan manuskrip Yunani yang menggunakan kata "paradosis" yang berarti "tradisi" bukan "ajaran." 

Yang diatas ini memang benar-benar ajaran Gereja Katolik. Bahkan sebutan Bunda Allah adalah sebutan yang didogmakan oleh Uskup-Uskup Katolik dalam kesatuan dengan Paus Celestine di konsili Ephesus pada 431AD.

Ketika itu seorang Uskup bernama Nestorius (Nashthuriyah) menyatakan bahwa Maria adalah Christokos (pengandung Kristus) dan bukan Theotokos (pengandung Allah) karena Allah tidak dapat dikandung.

Namun iman yang Katolik dan Apostolik mengajarkan bahwa karena Yesus adalah satu pribadi maka keilahianNya tidak dapat dipisahkan dari kemanusiaanNya, karena itulah Maria secara tepat disebut Theotokos (pengandung Allah, ie. Bunda Allah). 

Untuk menjelaskan konsep diatas marilah kita jawab pertanyaan ini. 

 

Apakah orang Kristen yang taat kepada Tuhan akan mati? Tentu saja tidak. Mereka akan bahagia di surga. Terlebih orang seperti Bunda Maria yang memang lain dari yang lain. Karena Bunda Maria masih hidup di surga, mengapa kita tidak meminta doa kepada dia? Lagipula, kita harus ingat ayat berikut: 

 

Yakobus 5:16 

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.


Doa orang yang benar sangat berkuasa. Kalau Bunda Maria tidak bisa dianggap benar lalu siapa lagi? 

Bagian lain dari injil yang mengatakan kalau yang sudah meninggal dunia bisa menjadi bantuan untuk mendoakan umat di dunia: 

 

Yeremia 15:1 

TUHAN berfirman kepadaku: "Sekalipun Musa dan Samuel berdiri di hadapan-Ku, hati-Ku tidak akan berbalik kepada bangsa ini. Usirlah mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi!"


Disini kita lihat kalau Musa dan Samuel, yang hidup di jaman yang berbeda dan sudah meninggal di saat jaman Yeremia, bisa berdiri bersamaan dihadapan Allah. 

Mungkin ada yang berkata, "Kata 'sekalipun' di ayat tersebut menunjukkan kalau ayat diatas itu hanya pengandaian dan tidak terjadi," meskipun hal tersebut tidak terjadi kita masih bisa menarik kesimpulan bahwa hal tersebut mungkin. 

Hampir semua kitab Perjanjian Baru ditulis ketika Maria masih hidup (kecuali Injil Yohanes dan Wahyu). Karena itu wajar saja tidak ada doa kepada Maria karena sang perawan abadi masih hidup. Namun paling tidak, seperti ditunjukkan diatas, dari Kitab Suci kita mempelajari bahwa 1) doa orang baik bermanfat, dan 2) Allah adalah Allah yang hidup sehingga para umat beriman yang selamat tidak mati tapi hidup. Inilah landasan bagi doa kepada Maria atau para kudus lainnya. 

Lagipula, Kitab Suci juga tidak pernah menyebut istilah Trinitas, tapi toh hampir semua umat Kristen (kecuali sekte tertentu) mengimani Trinitas. Para umat Kristen Protestant, yang patokannya hanya Kitab Suci, akan beralasan bahwa meskipun Trinitas tidak ada di Kitab Suci tapi Trinitas sesuai dengan Kitab Suci, karena itu penggunaan istilah Trinitas dianggap sah. Nah, dengan argumen yang mirip umat Katolik pun bisa menjawab keberatan Protestant diatas. Umat Katolik bisa berkata bahwa meskipun di Kitab Suci tidak secara eksplisit ada kisah tentang doa kepada Maria namun berdoa kepada Maria tidak bertentangan dengan ajaran Kitab Suci. Justru malahan sangat dianjurkan untuk berdoa kepada orang benar (Yak 5:16), dan Maria adalah orang yang sangat benar dan dia ada di Surga, hidup, mau dan mampu mendoakan kita

Pertama: Maria sudah disurga. Di surga tidak ada batasan ruang dan waktu. Logika manusia tidak bisa dipakai di Surga. Dan Allah bisa membuat para Kudus mendengar doa jemaat di Bumi. 

Ketidak mungkinan makhluk surgawi untuk dapat mendengar doa disanggah dalam kitab Wahyu 

Wahyu 8:3-4 

Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah. 


Wahyu 5:8 

Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.


Kita lihat bagaimana "kedua puluh empat tua-tua" membantu memegang doa orang Kudus untuk dihadapkan ke hadirat Allah. 

Kedua: Pengabul doa adalah Allah. Kalau kita minta doa kepada orang tua, pendeta kemudian doa kita terkabul, apakah itu berarti kalau pendeta dan orang tua adalah pengabul doa kita? Itu salah sama sekali. Pengabul doa cuma Allah. Lihatlah rumusan doa Salam Maria diatas kamu akan bisa mendapatkan, "Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ..." Kita minta Maria untuk mendoakan. Doa dikabulkan oleh Tuhan. 

 Kalaupun ada doa kepada Maria yang dikabulkan, pengabulan doa itu pasti datang dari setan. Setan bisa mengabulkan doa yang salah, supaya manusia terus berdoa dengan cara yang salah itu. Jangan lupa bahwa juga ada banyak orang berdoa kepada patung berhala dan mendapatkan pengabulan doa! Jadi, ada pengabulan doa, tidak berarti bahwa doa itu benar!



Patut ditanyakan kepada si Protestant, apakah setan bisa mengabulkan doa yang benar? Padahal faktanya hampir semua doa kepada Maria adalah doa yang benar. Dan banyak dari doa tersebut telah terkabul. 

Si Protestant sendiri telah mendaftar beberapa doa kepada Maria diatas. Apakah doa-doa tersebut adalah doa yang salah? Doa yang mirip dengan doa pemuja berhala? Tidak dan tidak.

Sanggahan Kristen: 


a. 1Tim 2:5 dan 1Yoh 2:1-2, menunjukkan bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya perantara antara Allah dan manusia. Karena itu jelas bahwa Maria bukanlah perantara! Kalau Maria adalah perantara, maka kedua ayat tersebut adalah salah! 


b. Hanya Yesus yang bisa menjadi perantara antara Allah dan manusia, karena Dialah satu-satunya Pribadi yang adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sunggguh manusia. 

c. Seorang pengantara harus mempunyai kurban. Yesus mengurbankan nyawa-Nya, sehingga Ia bisa menjadi perantara / Imam Besar (Ibr 9:11-15). Sebaliknya, Maria tidak punya kurban apapun. 

d. Kalau karena Yesus datang kepada kita melalui Maria, maka kita harus datang kepada Yesus melalui Maria, maka argumentasi ini bisa dilanjutkan sebagai berikut: karena Maria datang kepada kita melalui orang tuanya, kita pun harus datang kepada Maria melalui orang tua Maria. Dan karena orang tua Maria datang kepada kita melalui kakek dan nenek Maria, kita pun harus datang kepada orang tua Maria melalui kakek dan nenek Maria. Kalau ini diteruskan maka akhirnya untuk datang kepada Yesus kita harus melalui Adam dan Hawa! Ini adalah suatu konsekwensi yang pasti tidak akan diterima oleh orang Katolik sekalipun!


Sanggahan Protestant bagian "a" sudah terjelaskan oleh paragraph 970 dari Katekismus diatas. Gereja Katolik mengimani dan mengajarkan bahwa keperantaraan Maria berbeda dengan Kristus. Keperantaraan Maria tidak melewati Kristus tapi bergantung kepada kepengantaraan unik Kristus. Dan pada faktanya sesama umat Kristen sendiri sering saling minta didoakan. Dan sering, karena berkat doa orang lain, apa yang didoakan terkabul. Fungsi perantaraan Maria tidak jauh berbeda dengan perantaraan doa sesama umat Kristen terhadap umat Kristen yang lain. 

Sanggahan Protestant bagian "b" juga salah alamat. Karena Gereja Katolik juga mengimani dan mengajarkan bahwa Yesus-lah satu-satunya pengantara eksklusif antara manusia dengan Allah. 

Sedangkan untuk bagian "c" umat Katolik bisa menjawab bahwa memang perantaraan Yesus bersifat eksklusif karena korban yang Dia lakukan. Karena itu tidak ada yang bisa menyamai perantaraan dan korban Yesus. Namun perantaraan Maria maupun perantaraan antar umat Kristen (dimana kita saling mendoakan) adalah perantaraan yang lain. Karena itu pula korban yang bisa diberikan Maria dan umat Kristen lain tentunya juga tidak sama dengan korban Yesus. Korban yang diberikan oleh Maria dan umat Kristen lain adalah "persembahan rohani" (1Pet 2:5), "persembahan tubuh" (Rom 12:1), bisa juga berupa dana atau kolekte seperti yang tertulis di Fil 4:18 yang ditulis Paulus sebagai suatu "persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah." Bahkan di Ibr 13:15-16 kita diajak untuk mempersembahkan korban syukur kepada Allah yaitu ucapan bibr yang memuliakan namaNya dan juga perbuatan baik dan bantuan-bantuan. Semuanya adalah korban yang berkenan kepada Allah yang kita satukan bersama dengan persembahan Kristus. 

Terakhir untuk sanggahan bagian "d" umat Katolik bisa menjawab bahwa kita tidak berdoa kepada Maria KARENA Yesus datang melaui sang Bunda, tapi kita berdoa melalui Maria KARENA Maria adalah orang yang penuh rahmat (Luk 1:28 seharusnya berbunyi "Salam hai penuh rahmat." Terjemahan "Salam hai engkau yang dikaruniai" di Alkitab Indonesia adalah terjemahan yang kurang cocok dengan kata aslinya Yunani-nya yaitu "kecharitomene." Kata ini jauh lebih istimewa daripada kata Yunani di Kis 6:8 yang diterjemahkan "penuh rahmat." St. Hieronimus dengan tepat menerjemahkan "kecharitomene" menjadi "gratia plena" alias "penuh rahmat" di kitab Vulgata [Kitab suci bahasa Latin] yang beliau kerjakan pada 382 sampai 390 masehi. Kitab Vulgata dipakai umat Kristen kuno sejak saat itu sampai puluhan abad, terutama umat Kristen Barat dimana bahasa sehari-hari adalah bahasa Latin). Kepenuhan rahmat ini menjadikan sang Bunda sebagai orang yang benar sehingga doanya sangat bermanfaat, karena semakin benar orang, maka semakin berkenan dia dihadapan Allah sehingga doanya makin didengar (Yak 5:16)

Akan dibahas kutipan dari buku Glories of Mary karangan St. Alphonsus Ligouri tersebut satu persatu berdasarkan penjelasan dari Dave Armstrong di link yang telah ditulis sebelumnya. 

 

Kutipan yang pertama berasal dari tulisan St. Bonaventura. Di bukunya, St. Alphonsus Liguori mengutip secara utuh dan tidak mencomot tulisan St. Bonaventura keluar konteks. Sebelum dan sesudah kalimat pertama yang dicomot diluar konteks tersebut tertuliskan: 

 

St. Bonaventura: "Bagaimana Bulan, yang berdiri diantara Matahari dan Bumi, memancarkan ulang apapun yang diterimanya [Bulan] dari yang sebelumnya [Matahari], begitu pula Maria menumpahkan kepada kita yang ada di dunia ini rahmat-rahmat ilahi yang dia terima dari Matahari Keadilan Ilahi" . . . adalah Tuhan kita, sebagai kepala, darimana kekuatan spiritual yang vital (yaitu, pertolongan ilahi untuk memperoleh keselamatan abadi) mengalir kedalam kita, yang adalah anggota-anggot tubuh mistik . . . (pp. 159-160)


Dari konteksnya kita tahu pandangan St. Bonaventura dan St. Alphonsus Liguori. Bagi mereka Maria itu bagaikan Bulan yang hanya meyalurkan apa yang dia terima dari matahari kepada Bumi. Sang Matahari sendiri adalah Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus sebagai pencipta segala rahmat. Maria tidak bisa menciptakan rahmat sebagaimana Allah (Bapa, Putra, Roh Kudus). Dia hanya menyalurkan semua rahmat yang diberikan Allah (Bapa, Putra, Roh Kudus) kepada manusia. Sementara itu manusia perlu rahmat untuk bisa selamat. Maka, mengingat bahwa: 1) semua rahmat dari Allah tersalurkan ke Maria yang kemudian terberikan ke manusia, 2) rahmat perlu untuk keselamatan; MAKA bisa dikatakan secara spesifik bahwa tanpa Maria manusia tidak bisa selamat karena rahmat tidak terberikan kepadanya


Inilah ajaran Gereja yang mengatakan bahwa MARIA ADALAH PENGANTARA (MEDIATRIX) SEMUA RAHMAT. Ajaran ini berangkat dari refleksi bahwa melalui kerja sama Maria (yang tentunya dimampukan oleh Allah sendiri) Kristus lahir di dunia. Dan karena Kristus adalah sumber dari rahmat keselamatan maka peran keperantaraan Maria tidak berhenti dengan kepasrahannya kepada Allah untuk ikut serta dalam rencana penyelamatan dengan melahirkan Kristus (Luk 1:38, "terjadilah kepadaku menurut perkataanmu"), tapi juga berlanjut sebagai penyalur dari segala rahmat Allah. Maria dibuat Allah (Bapa, Putra Roh Kudus) menjadi penyalur semua rahmatNya dan sang perawan melanjutkan kepasrahannya kepada rencana Allah. 


Patut dicatat bahwa peran Maria sebagai perantara rahmat disini bukan sebagai pengendali utama. Jadi tidak mungkin ada orang yang ingin Allah beri rahmat, tapi karena tidak disetujui Maria maka orang tersebut tidak jadi diberi rahmat. Sebagai seorang hamba tuhan (Luk 1:38) yang paling sempurna, keinginan Maria yang sudah mulia disurga (begitu juga para kudus lainnya) terarah sejajar dengan Allah. Keperantaraan Maria disini harus dilihat sebagai kepasrahan dan kesediaan Maria, yang dimulai sejak fiat-nya di Luk 1:38 ("fiat mihi secundum verbum tuum" atau "terjadilah padaku menurut perkataanmu"), untuk ikut dalam rencana Allah. 


Ludwig Ott dalam Fundamentals of Catholic Dogma mengatakan bahwa tradisi tertua akan ajaran bahwa Maria adalah pengantara semua rahmat ada sejak tahun 700-an dan mulai terlihat banyak pada abad pertengahan. St. Germanus dari Constantinople (+ 733AD) mengatakan, "
tidak seorangpun yang mencapai keselamatan tanpa melalui engkau [Maria] ... Oh yang terkudus ... tidak ada yang dapat mendapatkan karunia rahmat kecuali melalui engkau ... Oh yang paling terpilih" (Or 9, 5. Lesson of the Office of the Feast). St. Bernard dari Clairvaux (+ 1153AD) mengatakan mengenai Maria: "Allah menghendaki bahwa kita tidak mempunyai apapun, kecuali oleh tangan-tangan Maria" (In Vig. Nativit. Domini serm. 3, 10) Ps-Albert Agung menyebut Maria: "penyebar universal akan semua kekayaan" (omnium bonitatum universaliter distributiva: Super Missus est q. 29). 


Yang patut dicatat dari paragraph diatas adalah bahwa ajaran Maria sebagai perantara semua rahmat merupakan ajaran yang sudah ada sebelum ada skisma Timur (yang menyebabkan keluarnya bebrapa keuskupan dari kesatuan dengan Paus Roma dan kemudian menyebut diri mereka sendiri Gereja Orthodox) dan jauh sebelum timbulnya Protestantism. Sehingga anggapan bahwa Gereja Katolik membuat ajaran sesat yang lagi-lagi mengagung-agungkan Maria untuk menarik simpati umat merupakan anggapan yang jelas keliru. Ajaran Maria sebagai perantara semua rahmat merupakan ajaran Gereja sejak dahulu yang benihnya ada di Kitab Suci dan tertajamkan oleh refleksi Tradisi Suci. 

Sekarang berkenaan dengan kutipan kedua. Dibaca tanpa konteks memang terlihat seakan-akan Maria punya peran yang setara dengan Yesus. Namun harus dilihat konteks yang lebih luas. Berikut adalah kutipan-kutipan disekitar kutipan Lisenbee diatas yang dapat memberi kita pandangan yang lebih jelas akan Mariologi dari St. Alphonsus Liguori: 

 

Sang Doktor Malaikat St. Thomas [Aquinas] mengatakan [Summa Theologica 2. 2. q. 25, a.1, ad. 3], bahwa kita dapat meletakkan harapan kita pada seorang pribadi dalam dua cara: sebagai sebab utama, dan sebagai sebab perantara. Mereka yang mengharapkan satu bantuan kepada seorang raja, mengharap dari [sang raja] sebagai seorang tuan; mereka [juga bisa] mengharapkannya dari menteri-menterinya atau orang lain yang disukai raja sebagai wakil bicara. Jika bantuan diberikan, [maka bantuan tersebut] utamanya berasal dari sang raja, namun [bantuan itu] datang melalui sarana (instrumentality) dari orang-orang yang disukai raja; dan dalam kasus ini, dia yang mencari bantuan sudah tepat dalam menyebut si wakil pembicaranya sebagai harapannya. Sang Raja Surgawi, yang kebaikannya tak terbatas, menginginkan dalam tingkat yang paling tinggi untuk memperkaya kita dengan rahmat-rahmatNya; tapi karena keyakinan diperlukan dari pihak kita, dan untuk meningkatkannya dalam kita, Dia telah memberi kita IbuNya sendiri untuk menjadi ibu kita dan pembicara [bagi] kita, dan kepada [sang ibu] Dia telah memberikan semua kuasa untuk membantu kita; dan karenanya Dia berkehendak agar kita mempercayakan harapan keselamatan dan semua berkat dalam dia (sang ibu). Mereka yang meletakkan harapan hanya mahkluk-mahkluk ciptaan saja, terlepas dari Allah, seperti para pendosa, dan untuk mendapatkan persahabatan dan bantuan dari seorang manusia, [dengan] tidak takut untuk menyinggung Kemulian IlahiNya, tentunya pasti dikutuk Allah, seperti yang dikatakan nabi Yeremia (pp. 109-110; cf. p. 220) 

. . . putramu Yesus Kristus . . . telah menghendaki agar engkau seharusnya mempedulikan dirimu padaNya, untuk mendapatkan kerahiman ilahi bagi kami. Dia telah men-dekrit-kanbahwa doa-doamu harus membantu keselamatan kami, dan telah membuat [doa-doa] tersebut begitu efektif sehingga [doa-doa tersebut] mendapatkan apa yang diminta. Kepada engkau karenanya, yang adalah harapan bagi yang putus asa, aku, seorang pendosa, memalingkan mata. Aku yakin, Oh Nona, pada pertama-tama melalui jasa-jasa Yesus Kristus, dan kemudian melalui perwakilanmu (intercession), aku akan diselamatkan . . . "Yesus adalah satu-satunya harapanku, dan setelah Yesus perawan Maria yang Paling Terberkati." (pp. 117-118)


Disini terlihat, sekali-lagi, bahwa peran Maria yang memang sangat penting tersebut hanya mendapat daya gunanya dari Yesus. Maria bisa menyelamatkan karena dia didorong rahmat Yesus untuk menyelamatkan. Mengatakan bahwa si A selamat karena si B bukanlah sesuatu yang sesat asalkan dipahami dengan benar. Kita bisa ambil contoh dari Kitab Suci sendiri. Di 1Kor 9:22 Paulus berkata bahwa dia menjadi lemah bagi yang lemah agar dia bisa menyelamatkan beberapa. Apakah ayat ini mengajarkan bahwa penyelamat itu adalah Paulus dan bukan Yesus? Tentu tidak. Pemahaman yang benar atas ayat tersebut adalah peran Paulus dalam keselamatan mendapatkan dayanya dari sang penyelamat sejati yaitu Yesus Kristus Tuhan kita. 

Kutipan dari buku Glories of Mary sekali lagi kurang tepat dan diluar konteks. Kalimat pertama sebenarnya berakhir di kata "Bumi." Kata "sehingga" tidak ada dan ditambahkan oleh Lisenbee. Dan frase selanjutnya baru ada setelah lebih dari setengah halaman (frase "terhadap perintah Maria semua taat ... dst"). Untuk mengetahui konteks dari tulisan St. Alphunsus Liguori diatas berikut adalah kutipan lebih lanjut dari buku Glories of Mary: 

. . . meskipun Maria, yang sekarang di Surga, tidak dapat lagi memerintah Anaknya, namun doa-doanya adalah selalu doa-doa dari seorang ibu, dan karenanya sangat berkuasa untuk mendapatkan apa yang dimintanya . . . "Karena perlindunganmu adalah maha kuasa, O Maria," kata Cosmas dari Yerusalem . . . Richard dari St. Laurence; . . . " . . . seorang ibu dibuat maha kuasa oleh putra yang maha kuasa." . . . Karena sang Ibu, karenanya, harus mempunyai kuasa yang sama dengan sang Putra, yang merupakan hak Yesus, yang maha kuasa, dibuatNya Maria juga maha kuasa;meskipun tentunya, selalu benar bahwa dimana sang Putra karena kodratNya maka [Dia] maha kuasa, sang ibu hanya begitu karena melalui rahmat . . . Maria, karenanya, dipanggil maha kuasa dalam arti yang bisa dimengerti sebagai seorang mahkluk yang tidak mampu mendapatkan atribut keilahian [ie. ke-maha-kuasa-an]. Dia [Maria] adalah maha kuasa, karena oleh doanya dia mendapatkan apapun yang dia inginkan. (pp. 180-182)


Telah jelas bahwa kemaha kuasaan Maria itu semata-mata karena dibelakang Maria ada PutraNya yang pada kodratnya sendiri adalah maha kuasa (sementara kodrat Maria sama sekali tidak maha kuasa). 

5. Maria dijadikan obyek penyembahan. 

"Bunda Maria berjanji mau membantu kita berdoa, tetapi ia juga mengharapkan supaya kita memohon kepadanya. Bunda Maria akan lebih mudah dalam membantu kita menjadi murid Yesus yang baik, bila kita sungguh-sungguh berniat mau menjadi baik" (Fx. Wibowo Ardhi, Mari Berdoa Salam Maria, Kanisius, hal. 43).


Sebaiknya kita telaah dulu arti kata "menyembah" dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia sendiri kata "menyembah" tidak harus SELALU ditujukan kepada yang ilahi. Salah satu dari banyak contoh yang ada di Kitab Suci adalah 2Sam 9:6. Di ayat tersebut dikatakan bahwa Mefiboset menyembah Daud. Contoh lain ada di ayat 1 Sam 25:23; 2Sam 14:4 dan Rut 2:10. 

Mengingat kaidah bahasa Indoensia diatas maka tentunya tidak salah bila Maria dikatakan patut disembah, ASALKAN yang dimaksudkan adalah penyembahan yang dihaturkan pada mahkluk dan bukan kepada yang ilahi. 

Lagipula kutipan yang disajikan si Protestant sendiri tidak menunjukkan bahwa Maria dijadikan obyek penyembahan. Kutipan dari buku Mari Berdoa salam Maria hanya mengajak agar kita berdoa dan memohon kepada Maria. Dan tentunya praktek minta doa dan mohon doa kepada seseorang adalah praktek yang juga dilakukan oleh banyak Protestant. Jadi apakah seorang Protestant menyembah pendetanya ketika dia minta doa dan mohon doa dari sang pendeta? Tentu tidak. 

Sanggahan Kristen: 

a. Kitab Suci tidak pernah mengajarkan adanya 3 macam penyembahan seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik itu. Jadi disini lagi-lagi terlihat adanya ajaran Katolik Roma yang sama sekali tidak punya dasar Kitab Suci!


Dasar Kitab Suci Latria tentunya adalah perintah Allah no: 1. Dasar Kitab Suci Hyper-Dulia tentunya adalah Luk 1:48 ("For behold, henceforth all generations will call me blessed" aku pakai Alkitab Revised Standard Version karena terjemahan Indonesia kurang memadai makna yang dikandung Luk 1:48). Dan dasar Kitab Suci untuk Dulia adalah fakta Alkitabiah bahwa Allah adalah Allah yang hidup (sehingga semua orang kudus tidak mati tapi hidup bersama Allah) dan fakta bahwa doa orang yang benar sangat bermanfaat (Yak 5:16). 

Sekalipun mereka tidak menamakan 'penyembahan', tetapi mereka berdoa kepada Maria, berlutut di bawah patung Maria, menyanyi memuji Maria. Semua itu jelas tidak bisa disebut sebagai penghormatan, tetapi harus dianggap sebagai penyembahan.


Mengenai berlutut, sujud, menyanyi, berdoa. Apakah kesemua tindakan itu hanya boleh dilakukan untuk Allah? Apakah kesemua tindakan itu hanya boleh dilakukan dalam konteks penyembahan kepada yang ilahi? Tidak dan tidak. 

Bawahan sering berlutut dan bersujud dihadapan atasannya. Praktek ini juga berlaku dalam keluarga dimana yang muda berlutut/bersujud kepada yang tua. Di Cina dan Jepang seorang murid sering berlutut kepada gurunya. Di upacara pengantin beberapa adat pun ada acara dimana si pengantin wanita berlutut dan bersujud kepada suami. Apakah ini berarti si bawahan, yang muda-muda, murid-murid dan pengantin wanita menyembah (dalam konteks keilahian) dan menganggap atasan, yang tua-tua dan pengantin pria sebagai Allah? Omong kosong. 

Lalu mengenai menyanyi. Ingat lagu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa? Memangnya apakah kalau kita menyanyikan lagu itu berarti kita menyembah (dalam konteks keilahian) dan menganggap guru-guru sebagai Allah? Bagaimana dengan lagu Gugur Bunga? Apakah kita menganggap para pejuang sebagai Allah yang patut disembah? Tentunya tidak dan tidak. 

Kesalahan si Protestant disini adalah mengidentikkan berlutut, menyanyi dan berdoa dengan menyembah dalam konteks keilahian. Padahal ketiganya itu bisa dilakukan diluar konteks penyembahan terhadap yang Ilahi. 

c. Kitab Suci jelas melarang penyembahan pada manusia maupun malaikat (Mat 4:10 Kis 10:25,26 Kis 12:20-23, Kis. 14:14,15 Why. 19:10 Why. 22:8,9). Perhatikan bahwa dalam Kis 10:25-26, Kornelius jelas bukan menyembah Petrus karena menganggapnya sebagai Allah! Ia menyembah Petrus sebagai penghormatan kepada Petrus sebagai rasul Tuhan. Tetapi, Petrus tetap menolak sembah itu, karena sebagai manusia biasa ia tidak layak menerima sembah, dan sembah hanya boleh diberikan kepada Allah! Demikian juga dalam Why. 19:10 dan Why. 22:8-9, pada waktu rasul Yohanes menyembah malaikat, rasanya tidak mungkin ia menyembah malaikat itu karena menganggapnya sebagai Allah. Mungkin ia menyembahnya hanya sebagai pernghormatan, atau sekedar karena takutnya melihat malaikat, tetapi malaikat menolak sembah dan mengalihkannya kepada Allah!


Pertama-tama harus dijelaskan bahwa Gereja Katolik juga melarang menyembah manusia dalam konteks keilahian berdasarkan ayat-ayat yang sama diatas. 

Kedua, mengingat bahwa di bagian lain Kitab Suci terlihat bahwa penyembahan juga bisa dilakukan kepada manusia (1 Sam 25:23; 2Sam 9:6; 2Sam 14:4; Rut 2:10) maka bisa disimpulkan bahwa penyembahan di Kis 10:25-26; Why 19:10 dan Why 22:8-9 dilarang karena Kornelius dan Yohanes melakukannya dalam konteks keilahian. 

Kitab Suci melarang kita yang masih hidup untuk mengadakan kontak dengan orang yang sudah mati (Ul 18:9-12 Im 20:6 Yes 8:19-20). Sekalipun Maria adalah ibu Yesus, tetapi ia tetap sudah mati, sehingga kita tidak boleh berdoa ataupun mengadakan kontak dengan dia. Ini tidak berbeda dengan orang-orang yang mengadakan kontak dengan orang yang sudah mati dengan menggunakan jai-langkung, permainan cucing, dsb.


Yang dikecam di Ulangan 18:9-12, Im 20:6, Yes 8:19-20 adalah praktek klenik seperti yang dilakukan oleh dukun-dukun di Indonesia 

Praktek berdoa kepada orang mati, tidak bisa disamakan dengan praktek yang dikecam dalam ulangan. Di Ulangan praktek tersebut adalah sama dengan praktek klenik dimana dukun berhubungan dengan orang mati untuk mendapatkan ramalan akan masa depan seperti nomor lotere, perjodohan, rejeki etc etc. Hal ini dikecam oleh ulangan. Terlebih dari itu, hal tersebut juga dikecam oleh Gereja Katolik dan ini terlihat dari Katekismus Gereja Katolik: 

Ramalan dan Magi 

2115 Allah dapat mewahyukan masa depan kepada para nabi dan orang-orang kudus yang lain. Tapi sikap Kristen ialah menyerahkan masa depan dengan penuh kepercayaan kepada penyelenggaraan ilahi dan menjauhkan diri dari tiap rasa ingin tahu yang tidak sehat. Siapa yang kurang waspada dalam hal ini bertindak tanpa tanggung jawab. 

2116 Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan seakan-akan mereka dapat "membuka tabir" masa depan (Bdk. Ul 18:10; Yer 29:8). Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah. 

2117 Semua praktek magi dan sihir, yang dengannya orang ingin menaklukkan kekuatan gaib, supaya kekuatan itu melayaninya dan supaya mendapatkan suatu kekuatan adikodrati atas orang lain – biarpun hanya untuk memberi kesehatan kepada mereka – sangat melanggar keutamaan penyembahan kepada Allah. Tindakan semacam itu harus dikecam dengan lebih sungguh-sungguh lagi, kalau dibarengi dengan maksud untuk mencelakakan orang lain, atau kalau mereka coba untuk meminta bantuan roh jahat. Juga penggunaan jimat harus ditolak. Spiritisme sering dihubungakan dengan ramalan atau magi. Karena itu Gereja memperingatkan umat beriman untuk tidak ikut kebiasaan itu. Penerapan apa yang dinamakan daya penyembuhan alami tidak membenarkan seruan kepada kekuatan-kekuatan jahat maupun eksploitasi orang-orang lain yang gampang percaya.


Nah, sekarang marilah kita lihat, apakah SEMUA hubungan kita dengan yang sudah meninggalkan dunia itu adalah hal yang tabu? Silahkan baca ayat berikut: 

Matius 17:3 Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.


Apakah kita akan mengutuk Yesus karena dia berbicara dengan Musa dan Elia yang sudah mati? Tentu saja tidak 

Sungguh tidak masuk akal untuk menyamakan praktek klenik dengan praktek meminta doa kepada Orang Kudus yang punya dasar Alkitab kuat. 

Sanggahan Kristen: 

a. Dalam Mat 1:24-25 dikatakan bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir. Sekarang pikirkan sendiri bagaimana saudara menggunakan kata 'sampai'. Kalau misalnya dikatakan bahwa kita libur sampai tanggal 1 Januari, maka bukankah itu berarti bahwa setelah itu kita tidak lagi libur? Jadi, kalau dikatakan bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir, ini berarti bahwa sesudah kelahiran Yesus mereka hidup sebagai suami istri biasa / bersetubuh.


Bahasa asli Alkitab adalah Yunani. Kata bermasalah disini adalah 'Heos hou' yang diterjemahkan menjadi 'sampai'. 

Apakah 'heous hou' selalu berarti perubahan dari keadaan lama (maria tidak bersetubuh) menjadi keadaan yang baru (SAMPAI dia melahirkan Yesus) dan lain dari yang lama (Maria bersetubuh sesudah dia melahirkan Yesus)? Marilah kita lihat ayat lain di Alkitab yang juga menggunakan 'heos hou' 

Kisah Para Rasul 25:21 

Tetapi Paulus naik banding. Ia minta, supaya ia tinggal dalam tahanan dan menunggu, sampai ['sampai' disini adalah kata Yunani 'eis', bukan ini yang dimaksud] perkaranya diputuskan oleh Kaisar. Karena itu aku menyuruh menahan dia sampai ['heos hou'. Kata 'sampai disini menggunakan 'heos hou'] aku dapat mengirim dia kepada Kaisar.



Ayat tersebut adalah ucapan Festus kepada raja Agrippa. Festus disini berkata bahwa dia menyuruh bawahannya untuk menahan Paulus SAMPAI (heos hou) dia dapat mengirim Paulus kepada kaisar. Nah, apakah Festus berpikiran untuk membebaskan Paulus setelah dia dapat mengirim Paulus kepada kaisar? Tentu tidak. Tentunya setelah sampai dihadapan Kaisar untuk meminta banding seorang tahanan tentunya tidak langsung dibebaskan dari tahanan. Si tahanan akan terus ditahan sampai kaisar memutuskan perkaranya dan ini bisa berlangsung lama. Kalau nanti si tahanan terbukti bersalah, maka dia akan tetap ditahan. Sedangkan kalau si tahanan terbukti tak bersalah, maka baru dia akan dibebaskan. 

Jadi di Kitab Suci pun terlihat bahwa penggunaan kata "sampai" (heos hou) tidak selalu berarti bahwa terjadi perubahan dari kondisi lama ke kondisi baru. 

Tidak ada perlunya / gunanya mempertahankan keperawanan Maria setelah Yesus lahir. Kristus memang harus lahir dari seorang perawan untuk menggenapi Yes 7:14 dan supaya Yesus bisa lahir tanpa dosa. Tetapi setelah Yesus lahir, keperawanan Maria itu tidak lagi perlu dipertahankan.


Perlu atau tidaknya keperawanan Maria tidak ada kaitannya dengan kenyataan bahwa Maria tetap perawan. 

Dan patut dicatat bahwa para pelopor Protestantisme sendiri merasa perlu untuk mempertahankan keperawanan Maria. 

Pendapat para pencetus Protestantisme: Martin Luther (Lutheran dan pencetus Protestantisme pertama), John Calvin (Baptis), Huldreich Zwingli, John Wesley (Methodis)- tentang Keperawanan Maria 

Martin Luther 

 

Kristus, penyelamat kita, adalah buah rahim yang nyata dan alami dari Maria... Ini adalah tanpa campur tangan lelaki, dan dia tetap perawan setelah itu 
{Luther's Works, eds. Jaroslav Pelikan (vols. 1-30) & Helmut T. Lehmann (vols. 31-55), St. Louis: Concordia Pub. House (vols. 1-30); Philadelphia: Fortress Press (vols. 31-55), 1955, v.22:23 / Sermons on John, chaps. 1-4 (1539) } 

 

Kristus... adalah satu2nya anak dari Maria, dan Perawan Maria tidak mempunyai anak lain selain Dia.... Aku merasa setuju dengan pernyataan bahawa "saudara" berarti "sepupu" disini, karena tulisan suci dan orang Yahudi selalu memanggil sepupu dengan saudara 
{Pelikan, ibid., v.22:214-15 / Sermons on John, chaps. 1-4 (1539) } 

 

Kebohongan baru dituduhkan kepadaku. Aku dituduh mengkhotbahkan dan menulis bahwa Maria, Bunda Allah, tidak perawan baik sebelum kelahiran maupun sedudah kelahairan Kristus... 
{Pelikan, ibid.,v.45:199 / That Jesus Christ was Born a Jew (1523) } 

 

Kitab suci tidak mengatakan atau mengindikasikan kalau Maria setelah [kelahiran Kristus]... kehilangan keperawanan... Di Matius 1:25 dikatakan bahwa Joseph tidak mengenal Maria secara badaniah sampai Maria melahirkan anak, tidaklah dapat disimpulkan kalo Joseph mengenal Maria secara badaniah sesudahnya; Sebaliknya, ini berarti bahwa Joseph tidak pernah sama sekali mengenal Maria secara badaniah..... Omong kosong ini [bahwa Maria tidak perawan sebelum dan setelah Kristus lahir] adalah tanpa pembenaran.... [Orang yang menganggap kalo Maria tidak tetap perawan] tidak pernah tahu atau memperhatikan kitab suci atau idiom umum. 
{Pelikan, ibid.,v.45:206,212-3 / That Jesus Christ was Born a Jew (1523) } 


John Calvin 

 

Helvidius mempertunjukkan ketidaktahuan berlebihan dalam menyimpulkan bahwa Maria harus mempunyai putra-putra, hanya karena saudara Kristus kadang2 disebutkan. 
{Harmony of Matthew, Mark & Luke, sec. 39 (Geneva, 1562), vol. 2 / From Calvin's Commentaries, tr. William Pringle, Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1949, p.215; on Matthew 13:55} 

 

[Mengenai Matius 1:25] Kesimpulan yang diambil Heldivius bahwa tetap perawan hanya sampai kelahiran pertama Maria, dan setelah itu dia punya anak lain dari suaminya.... Tidak ada kesimpulan bulat yang dapat ditarik dari kata2 dalam Matius 1:25... mengenai apa yang terjadi setelah Yesus lahir. Yesus dipanggil 'Anak Pertama'; tapi satu satunya tujuan sebutan tersebut adalah untuk memberi informasi bahwa Yesus dilahirkan dari Perawan.... Apa yang terjadi sesudahnya tidak diinformasikan oleh sejarahwan..... Tidak ada orang yang secara keras kepala meneruskan argumen [bahwa Maria tidak perawan setelah melaahirkan Kristus], kecuali kalau dia senang akan pertikaian {Pringle, ibid., vol. I, p. 107} 

 

Didalam kata 'saudara' orang Ibrani memasukkan juga sepupu dan relasi yang lain, apapun tingkat kedekatannya{Pringle, ibid., vol. I, p. 283 / Commentary on John, (7:3)

Huldreich Zwingli 

 

Dia [Zwingli], di tahun 1522, mempertahankan keperawanan abadi Ibu Yesus.... Untuk menyangkal bahwa Maria tetap tak ternodai sebelum, selama, dan sesudah kelahiran Kristus, adalah sama dengan menyangkal keMaha Kuasaan Tuhan.... dan karena itu sangat benar dan berguna untuk mengulangi salam malaikat Gabriel - bukan doa- 'Ave Maria'.... Tuhan mengangkat Maria diatas semua mahkluk, termasuk orang suci dan malaikat - kemurnian, keluguan dan iman Maria yang tak terkalahkanlah yang harus diikuti manusia. 
{G. R. Potter, Zwingli, London: Cambridge Univ. Press, 1976, pp.88-9,395 / The Perpetual Virginity of Mary . . ., Sep. 17, 1522} 

 

Aku tidak pernah berpikir, ataupun mengajarkan, atau menyatakan kepada umum, apapun mengenai Maria yang tetap perawan, Ibu keselamatan kita, yang bisa dipandang tidak hormat, tidak saleh, tidak menghargai ataupun jahat.... Aku percaya dengan seluruh hatiku sesuai dengan kata2 di Injil suci bahwa sang perawan murni melahirkan bagi kita Anak Allah dan dia (Maria) tetap, saat kelahiran dan sesudahnya, perawan yang murni dan tak ternodai, untuk selama-lamanya. {Thurian, ibid., p.76 / same sermon} 

 

John Wesley (Pendiri Methodisme) 


Aku percaya... Dia [Yesus Kristus] dilahirkan dari sang perawan terberkati yang baik setelah kelahiran Yesus tetap murni dan perawan tak ternodai. {"Letter to a Roman Catholic," quoted in A. C. Coulter, John Wesley, New York: Oxford University Press, 1964, 495}


Cukuplah dari kutipan diatas untuk menunjukkan bahwa kecenderungan umat Protestant sekarang untuk menjelekkan dan mengecam kepercayaan bahwa Maria tetap perawan dan tidak mempunyai anak selain Yesus adalah ajaran yang timbul baru-baru ini dialiran Protestan. Ajaran yang timbul karena kebencian dan ketidak mau-tahuan terhadap sejarah. Para pelopor Protestantisme sendiri mengakui keperawanan abadi Maria dan mengecam orang yang berkata sebaliknya. Sifat Protestant sekarang yang tidak menghormati ajaran ini sangat melenceng dari semangat Gereja sejak dari dulu dan dari pelopor Protestantism sendiri. 

 Immaculate Conception / Lahir dan hidup tanpa dosa (1854): 

 

Doktrin Immaculate Conception ini artinya: 

Maria dikandung dan lahir tanpa dosa asal. 

Maria juga tidak berbuat dosa dalam sepanjang hidupnya. 

Maria bahkan dianggap sebagai 'tidak bisa berbuat dosa' (NON POSSE PECCARE (= not possible to sin). 

 

Doktrin ini dikeluarkan oleh Paus Pius IX tanggal 8 Desember 1854.


Ajaran Maria tak terkandung dosa asal memang adalah ajaran Gereja. Ajaran ini memang didefinisikan oleh Paus Pius IX pada 8 Desember 1854. Namun patut dicatat bahwa hanya karena ajaran ini didefinisikan pada 8 Desember 1854 tidak berarti bahwa ini adalah ajaran yang relatif baru. Sebagai contoh Trinitas sendiri baru didefinisikan sebagai ajaran Gereja secara formal pada 325 AD di Konsili Nicea I. Tapi toh itu tidak berarti bahwa sebelum itu ajaran Trinitas tidak ada. 

Pendefinisian formal biasanya dilakukan karena pada suatu ketika timbul ketidakjelasan sehingga diperlukan ketegasan Gereja untuk menyatakan mana yang benar dan mana yang salah. Dlam membuat pernyataan Gereja akan menggali dari Kitab Suci dan Tradisi dan menentukan mana iman yang terus menerus diajarkan Gereja. 

Nah, ajaran Maria tak terkandung tanpa noda dosa asal sebenarnya adalah ajaran yang sudah amat kuno. Berikut adalah kesaksian beberapa Bapa Gereja Awal atas ke-tak-bernoda-an Maria (diterjemahkan dari http://www.cin.org/users/jgallegos/immac.htm), perhatikan tanggal-tanggalnya

 

"Dia [Yesus] adalah tabut yang dibuat dari kayu yang tak bisa lapuk. Karenanya dari ini ditandakan bahwa tabernakelNya [Yesus] dibebaskan dari ketidakbaikan dan dari korupsi." 

Hippolytus,Orat. Inillud, Dominus pascit me(ante A.D. 235),in ULL,94 

 

"Bunda Perawan ini dari Yang Terlahir oleh Allah, disebut Maria, layak bagi Allah, tak bernoda dari tak bernoda, satu dari satu." 

Origen,Homily 1(A.D. 244),in ULL,94 


"Biarlah wanita memujinya, Maria yang murni." 

Ephraim,Hymns on the Nativity,15:23(A.D. 370),in NPNF2,XIII:254 


"Engkau sendiri dan bundaMu dalam segala hal patut, tidak ada cacat dalam Engkai dan tidak ada noda dalam bundaMu." 

Ephraem,Nisibene Hymns,27:8(A.D. 370),in THEO,132 


"Maria, seorang Perawan tidak hanya tak terkotorkan tapi seorang Perawan yang mana rahmat telah [membuatnya] tak terlecehkan, bebas dari semua noda dosa." 

Ambrose,Sermon 22:30(A.D. 388),in JUR,II:166 


"Kita harus menerima bahwa Perawan Kudus Maria, yang mengenai dia aku tidak ingin mengajukan pertanyaan yang berkenaan dengan masalah dosa, atas hormat kepada Tuhan; karena dari Dia kita tahu sebagaimana melimpahnya rahmat untuk mengatasi dosa dalam segala hal telah diberikan kepada dia [Maria] yang berjasa [karena telah] meng-konsepsi dan mengandung Dia [Yesus] yang tak teragukan lagi tidak punya dosa." 

Augustine,Nature and Grace,42[36](A.D.415),in NPNF1,V:135 


"Seorang perawan, tak bersalah, tak terkotori, bebas dari semua kecacatan, tak tersentuh, tak terkotorkan, kudus di jiwa dan tubuh, bagaikan bunga Lili yang mekar diantara duri." 

Theodotus of Ancrya,Homily VI:11(ante A.D. 446),in THEO,339 


"Sang malaikat tidak mengambil sang Perawan dari Yosef, tapi memberikannya [perawan] kepada Kristus, yang kepada Yosef dia [si perawan] dijanjikan, tapi [sang malaikat] memberikannya kepada Kristus, yang kepada Kristus dia [si perawan] telah dijanjikan di rahim ketika dia [si perawan] sedang dibuat [dalam rahim ibu dari si perawan]." 

Peter Chrysologus,Sermon 140(A.D. 449),in ULL,97 


"Fakta bahwa Allah telah memilihnya [Maria] membuktikan bahwa tidak seorangpun yang pernah lebih kudus dari Maria, jika satu noda pun mengotori jiwanya [Maria], jika ada perawan lain yang lebih murni dan lebih kudus, Allah akan memilihnya dan menolak Maria." 

Jacob of Sarug(ante A.D. 521),in Catholic Encyclopedia 


"Dia [Maria] dilahirkan seperti kerub, dia [Maria] yang dari tanah liat yang murni dan tak bernoda" 
Theotoknos of Livias,Panegyric for the feast of the Assumption, 5:6(ante A.D. 650),in THEO,180 

"Hari ini kemanusiaan, dalam pancaran kemuliaan ketak bernodaannya [Maria], menerima kecantikan purbanya. Rasa malu atas dosa telah menggelapkan kilauan dan kemenarikan kodrat manusia; tapi ketika sang Bunda dari Dia [Yesus] yang baik dan cemerlang dilahirkan, kodrat [manusia] ini mendapatkan kembali dalam dirinya [Maria] keutamaan purbanya dan dibuat menurut satu model sempurna yang benar-benar layak dihadapan Allah.... Perubahan kembali kodrat kita dimulai hari ini dan dunia yang tua, yang menjadi subyek transformasi ilahi yang menyeluruh, menerima buah-buah awal dari ciptaan kedua" 

Andrew of Crete,Sermon I,On the Birth of Mary(A.D. 733),in THEO,180


Sudah tertunjukkanlah diatas bagaimana iman akan Maria dikandung tanpa noda dosa adalah iman purba umat Kristen. Gereja Katolik hanya menegaskan kembali apa yang telah diimani jemaat Kristen awal (jemaat Kristen awal sendiri adalah Katolik bukan Protestant karena Protestant baru ada abad ke 16). 

PS 
Hampir lupa, Maria bukannya tidak dapat berdosa. Hanya Yesuslah yang tidak bisa berdosa. Maria bisa berdosa, tapi dia tidak berdosa. Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa Maria tidak dapat berdosa. 

Sanggahan Kristen: 


1. Alkitab berkata bahwa sejak kejatuhan Adam ke dalam dosa semua manusia dikandung dan lahir dalam dosa dan bahkan berbuat dosa (Ayb 25:4 Mzm 51:7 Mzm 58:4 Pkh 7:20 Rm 3:10-12,23 Rm 5:12,19). Yang dikecualikan hanyalah Tuhan Yesus sendiri (2Kor 5:21 Ibr 4:15). Karena itu haruslah disimpulkan bahwa Maria adalah manusia berdosa seperti kita.


Si Protestant dengan gampangnya mengecualikan Yesus dari ayat-ayat tersebut, namun dia menolak kalau Katolik mengecualikan Maria dari ayat-ayat tersebut. Itu sangat tidak jujur. Sebagaimana ayat-ayat tersebut tidak bersifat mutlak kepada Yesus maka begitupula ayat-ayat tersebut bisa tidak bersifat mutlak kepada Maria karena memang dia adalah manusia yang sangat spesial. Dia adalah putri Bapa, Bunda sang putra dan mempelai Roh Kudus. Alah tidak membiarkan putriNya, bundaNya dan mempelaiNya terkena noda dosa. Dan memang inilah iman Gereja sejak dahulu seperti yang ditunjukkan lewat berbagai tulisan Bapa Gereja Awal diatas. 

Dalam Luk 1:46-47, Maria menyebut Allah sebagai Juruselamatnya. Mengapa Maria membutuhkan Juruselamat kalau ia memang sama sekali tidak berdosa?


Sanggahan ini bisa dijawab dengan mengatakan bahwa bebasnya Maria dari dosa adalah buah dari rencana keselamatan Kristus sendiri. Jadi tanpa Kristus, sengsara dan salibNya, Maria tidak akan bisa terkandung tanpa noda dosa. Itulah apa yang diajarkan Gereja Katolik. Kesempurnaan penerimaan rahmat keselamatan Yesus ada dalam diri Maria. 

Dalam Luk 2:22-24, Maria mempersembahkan korban penghapus dosa (bdk. Im 12:1-8). Sekalipun kenajisan / ketidak-tahiran karena melahirkan anak itu bukanlah suatu dosa moral, tetapi bagaimanapun tidak tahir / najis sangat kontras dengan suci / tidak berdosa!


Ini adalah tuduhan yang sangat gegabah dan lancang! Apakah kelahiran Kristus merupakan dosa? 

Maria melakukan itu karena patuh terhadap hukum Taurat. Bukan karena Maria menjadi najis setelah melahirkan Kristus (suatu ungkapan yang penuh hujat! Menganggap bahwa kelahiran Yesus adalah najis!) 

Kita dapat lihat bandingkan ketaatan Maria dengan peristiwa pembaptisan Kristus. Mengapa Kristus minta dibaptis kepada Yohanes? Padahal baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan (Mat 3:11). Apakah Yesus perlu pertobatan? Tidak. Tapi toh Kristus minta dibaptis. Kristus minta untuk dibaptis untuk menggenapkan kehendak Allah (Mat 3:15). Begitu juga Maria. Sang perawan hanya mengenapi apa yang diperintahkan Taurat. 

Mengapa Maria harus mati (catatan: orang Katolik Roma pun percaya bahwa Maria mengalami kematian) kalau ia tidak berdosa? Kematian adalah upah dosa (Kej 2:16-17 Kej 3:19 Rm 5:12 Rm 6:23). Kristus memang juga mati meskipun Ia tidak berdosa, tetapi Ia mati untuk menebus dosa umat manusia. Bagaimana dengan Maria?


Kalau Kristuspun mati meskipun dia tidak berdosa, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Maria harus hidup. Dan secara tekhnis, Kristus Mati karena dia disiksa dan disalib. Tubuh lama Yesus yang adalah Manusia tidak dapat menanggung siksaan yang diluar batas sehingga dia menyerahkan rohNya kepada Allah (Yoh 19:30). Tubuh manusia yang tidak berdosapun ada batasan. Karena itu tentu saja Maria yang juga bertubuh akan dibatasi oleh kematian. Sama seperti Yesus. 

Kematian Maria tentu lebih patut mengingat Putranya sendiri juga mati dan Maria pun merasakan apa yang dilalui sang Putra supaya semakin menjadi satu dengan sang Putra yang juga Allahnya.

Tuhan Yesus suci karena Maria mengandung dari Roh Kudus, tetapi Maria dikandung oleh seorang perempuan yang mengandung dari laki-laki biasa. Bagaimana mungkin ia dikandung tanpa dosa dan dilahirkan tanpa dosa pula? Bandingkan dengan ayat-ayat Ayub 25:4, Ro 3:23, Ro 5:12, Ro 5:19a. Kalau Maria dikandung dan lahir tanpa dosa, maka semua ayat-ayat di atas ini adalah salah!


Kristus tidak suci karena dia dikandung dari Roh Kudus. Kristus suci karena dia Allah. Sekalipun Maria berdosa itu tidak akan mampu membuat Kristus dalam kandungan menjadi tidak suci. 

Beralasan bahwa karena Maria dikandung dari laki-laki biasa maka dia pasti berdosa merupakan alasan yang dibuat-buat. Allah sendiri membuat Adam dan Hawa dari tanah liat dan mereka pada awalnya tidak berdosa. Jadi kenapa fakta bahwa Maria dikandung dari laki-laki biasa membuat Allah kehilangan kemampuannya untuk membuat Maria bebas dari dosa sejak dia dikonsepsi? 

Orang Katolik Roma menekankan kesucian Maria karena mereka berpendapat bahwa kalau Yesus itu suci, maka Maria, yang melahirkan-Nya, juga harus suci. Tetapi doktrin ini mempunyai konsekwensi logis sebagai berikut: kalau karena Yesus itu suci maka Maria harus suci, maka karena Maria suci kedua orang tua Maria harus suci. Dan kalau kedua orang tua Maria suci, maka keempat kakek nenek Maria harus suci. Kalau ini diteruskan maka akan menunjukkan bahwa Adam dan Hawa pun harus suci! Ini adalah konsekwensi logis yang orang Katolik Roma pun tidak akan mau menerimanya!


Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa Maria harus suci (ie. bebas dari segala dosa) karena yang dikandung adalah Yesus. Gereja Katolik mengajarkan bahwa adalah PANTAS bagi Maria untuk dibuat tidak berdosa karena yang dia kandung adalah Allah. Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa Maria HARUS dibuat tidak berdosa agar dia bisa mengandung Yesus. 

Dan konsekuensi logis diatas adalah sama sekali keliru karena Maria bukan Yesus (yang adalah Allah). Karena itu tidaklah perlu ataupun pantas bagi ibu Maria juga dibuat bebas dari dosa sejak dikonsepsikan. 

Doktrin Immaculate Conception ini baru muncul pada tanggal 8 Desember 1854. Mengapa dibutuhkan 18 abad untuk menemukan doktrin ini? Jelas karena memang tidak pernah ada dalam Kitab Suci!


Penjelasannya sudah tertulis diatas. Hanya karena sesuatu didefinisikan pada tanggal tertentu tidak berarti bahwa apa yang didefinisikan itu adalah iman yang sama sekali baru. Contohnya adalah doktrin Trinitas yang didefinisikan pada 325 AD. 

Diatas juga sudah dihadirkan kutipan-kutipan dari para Bapa Gereja Awal (Romo-Romo dan Uskup-Uskup Gereja Katolik purba) yang menunjukkan bagaimana iman akan Immaculate Conception adalah iman jemaat Gereja kuno. 

Assumption of Mary (1950) 

 

Doktrin tentang The Assumption of Mary (= Kenaikan Maria ke surga secara jasmani) dikeluarkan oleh Paus Pius XII dengan embel-embel 'EX CATHEDRA' (=dari kursinya) pada tanggal 1 Nopember 1950. Di surga Maria menduduki tempat yang lebih tinggi dari para orang suci atau penghulu malaikat. Ia dinobatkan sebagai Ratu Surga oleh Allah Bapa sendiri dan ia diberi tahta di sebelah kanan Anaknya. 

 

"Bunda Maria diangkat ke surga dengan seluruh jiwa raganya oleh Allah" (Fx. Wibowo Ardhi, Mari Berdoa Salam Maria, Kanisius, hal. 39).


Sungguh suatu penghinaan dan menunjukkan motivasi yang kurang baik dengan menggunakan kata "embel-embel." Namun itu adalah benar dogma Gereja Katolik yang dikeluarkan Ex Cathedra. 

Penobatan Maria sebagai Ratu Surga tentunya merupakan konsekuensi logis dari fakta bahwa Yesus, sang Putra, adalah seorang raja. Karena Yesus adalah raja, maka ibuNya adalah ratu. Raja-raja jaman dahulu, termasuk di Israel, memiliki banyak istri dan selir karena itu akan susah sekali kalau semuanya dijadikan ratu (bdk Kid 6:8). Maka dibuat posisi "gebirah" atau "bunda ratu." Posisi ini berbeda dengan posisi ibu suri sayangnya di Alkitab indonesia kata tersebut diterjemahkan dengan "ibu suri." Pentingnya peran "gebirah" terlihat pada beberapa kisah dari Kitab Suci. 

Di 1Raj 2:13-25 dikisahkan bagaimana Adonia, saudara Salomo lain ibu (ayah kedaunya adalah Daud) memohon kepada Batsyeba, ibu dari Solomo, agar Batsyeba minta kepada Solomo supaya Abisag gadis Sunem bisa menjadi istrinya. Batsyeba kemudian menjumpai anaknya dan Solomo dengan segala hormat menjemput sang ibu (1Raj 2:19) bahkan Solomo berkata bahwa apa yang diminta ibunya akan dia turuti (1Raj 2:20). Solomo menolak permintaan Adonia dan bahkan memerintahkan orang untuk membunuh Adonia karena permintaannya yang lancang itu (Abisag gadis Sunem yang diminta Adonia untuk menjadi istri sebenarnya adalah salah satu kekasih raja Daud, dengan mengawini bekas kekasih ayahnya Adonia ingin memperbesar pengaruh sehingga bisa menurunkan Solomo dari takhta dan mengusai kerajaan Israel). Dari kisah ini ada tiga hal yang patut dicatat: 1) Adonia yang memohon Betsyeba untuk menyampaikan permintaan lancangnya menunjukkan bahwa Adonia tahu bahwa Solomo menghormati ibunya, 2) Di 1Raj 2:19 Solomo dengan penuh hormat bangun, menjemput ibunya, kemudian menciumnya dan menyuruh pengawal untuk membawakan kursi agar sang ibu bisa duduk disampingnya, 3) Solomo berkata bahwa dia tidak akan menolak permintaan ibunya di 1Raj 2:20. Untuk point no:3, memang Solomo pada akhirnya menolak permintaan sang ibu, tapi bisa jadi ini karena sang ibu tidak paham konsekuensi dari yang dimintanya. Dari fakta ini kita juga tahu bahwa keputusan akhir selalu ada ditangan sang Raja. Ini sungguh cocok dengan hubungan Maria dan Putranya. Tentunya Maria sangat bisa dimintai bantuan karena sang Putra menghormati dia sebagai ibu. Namun keputusan terakhir ada ditangan sang Putra yang adalah raja. Ini dikarenakan Maria, dengan segala kemuliaan dan rahmat yang diterimanya di Surga, masih tetap manusia yang punya keterbatasan kebijaksanaan dibanding Allah sendiri. 

Di kitab Yeremia bab 13 Allah sekali lagi memperingatkan Israel agar tidak jatuh dalam dosa. Yang menarik disini adalah ayat Yer 13:18. Pada ayat ini Allah memberi peringatan kepada Raja DAN KEPADA sang "gebirah." 

Di 1Raj 15:13 kita melihat Raja Asa memecat sang "gebirah," Maakha karena Maakha membuat berhala. Ini menunjukkan bahwa posisi tersebut nyata dan tidak sepatutnya ditempati oleh orang yang bertindak bertentangan dengan perintah Allah. (catatan: Di beberapa Alkitab, termasuk Alkitab Indonesia, disebutkan bahwa Maakha adalah nenek dari Raja Asa, tapi ada juga Alkitab yang menyebut bahwa Maakha adalah ibu dari Asa [ex. Revised Standard Version]). 

Sementara itu di kitab Raja-Raja baik yang pertama maupun yang kedua, nama Raja Israel dipasangkan dengan ibu mereka dan bukannya dengan istri mereka (kecuali dua raja, Yoram dan Ahas, yang sama sekali tidak dipasangkan dengan ibu maupun istri mereka). Berikut daftarnya: 

- Raja Naama dan ibu Rehabeam (1Raj 14:21 Bdk. 14:31 dan 2Taw 12:13) 

- Raja Abijah dan ibu Maakha. Ibunya adalah putri dari Abisalom (1Raj 15:2) atau Absalom (2Taw 11:20). 

- Raja Asa dan ibu/nenek adalah Maakha, juga putri dari Abisalom (1 Raj 15:10 Bd. 2Taw 15:16). 

- Raja Yosafat dan ibu adalah Azuba (1Raj 22:42 Bdk. 2Taw 20:31)

- Raja Ahazia dan ibu adalah Atalya (2Raj 8:26 Bdk. 2Taw 22:2) 

- Raja Yoas dan ibu adalah Zibya (2Raj 12:1 Bdk. 2Taw 24:1) 

- Raja Amazia dan ibu adalah Yoadan (2Raj 14:2 Bdk. 2Taw 25:1) 

- Raja Azarya dan ibu adalah Yekholya (2Raj 15:1-2). Raja Azarza disebut juga Raja Uzia (Bdk. 2 Ch 26:3) 

- Raja Yotam dan ibu adalah Yerusa Jerusha (2 Ki 15:33 Bdk.2Taw 27:1) 

- Raja Hizkia dan ibu adalah Abi atau Abia (2Taj 18:2 Bdk. 2Taw 29:1) 

- Raja Manasye dan ibu adalah Hefzibah (2Raj 21:1) 

- Raja Amon dan ibu adalah Mesulemet (2Raj 21:19)

- Raja Yosia dan ibu adalah Yedida (2Raj 22:1) 

- Raja Yoahas dan ibu adalah Hamutal (2Raj 23:31) 

- Raja Yoyakim dan ibu adalah Zebuda (2Raj 23:36) 

- Raja Yoyakhin dan ibu adalah Nehusta (2Raj 24:8)

- Raja Zedekia dan ibu adalah Hamutal (2Raj 24:18)


Cukup sudah bukti akan pentingnya posisi ibu raja dalam tradisi dan kebudayaan Israel. Karena itulah Maria memang layak disebut Ratu Surga KARENA Yesus adalah Raja Surga. 

Sekarang kita lihat sanggahan lain dari si Protestant. 

Sanggahan Kristen: 

 

1. Doktrin ini baru muncul tanggal 1 Nopember 1950. Mengapa dibutuhkan waktu 19 abad untuk menemukan doktrin ini? Jelas karena tidak pernah ada dalam Kitab Suci!


Sekali lagi, yang terjadi pada 1 November 1950 adalah pendefinisian resmi suatu doktrin yang sebelumnya memang sudah dipegang. Trinitas sendiri didefinisikan resmi pada 325 AD namun tentunya ini tidak berarti bahwa sebelum pendefinisian resmi tersebut Trinitas tidak ada. 

Lagipula, bila Maria memang mati dikubur, mengapa tidak ada data sejarah tentang persemayanan Bunda kita? Atas bantuan ilmu sejarah dan arkeologi dan cerita tradisi kita bisa mengetahui: 

1. Kandang domba tempat Yesus lahir (sekarang menjadi gereja Nativity) 

2. Persemayanan Santo Petrus (di Basilika Petrus Vatikan) 

3. Persemayanan Santo Paulus (di Basilika Petrus Vatikan) 

Namun tidak ada data tentang persemayanan Bunda Yesus yang kematiannya mestinya menjadi bahan pembicaraan sehingga orang akan berziarah ke persemayanannya sekedar untuk memberi hormat dan merenung. Tapi tidak ada data historis yang reliable terhadap persemayanan Bunda Maria. 

Disi lain sejak abad ke 7 (600 AD), baik umat gereja di Barat maupun di Timur sama-sama merayakan pesta Asumption (pengangkatan Maria). Paus Sergius (687-707) memerintahkan prosesi yang khidmat di hari tersebut( Liber. Pontif., P. L., t. CXXVIII, c.898 ). Di Timur, St Modestus, Patriarch Yerusalem(d. 634) dalam "Encomium in dormitionem Deiparae (P. G., t. LXXXVI, col. 3288ff) bersaksi atas kepercayaan [terhadap Assumption] tersebut (RGL, p. 162). 

Semua ini membuktikan bahwa Maria memang diangkat ke Surga seperti Enokh (Kej 5:24; Ib 11:5) dan Elia (2Raj 2:11) dan bahwa iman tersebut adalah iman yang purba, jauh sebelum skisma timur dan berabad-abad sebelum adanya Protestantism. 

Perlu dipertanyakan pertanyaan ini: dengan tubuh apa Maria bangkit dan masuk ke surga? Sampai saat ini hanya Kristus yang mempunyai tubuh kebangkitan. Semua manusia akan menggunakan tubuh ke-bangkitan pada saat Kristus datang kali kedua (Yoh 5:28-29 1Kor 15:20-23,50-55 1Tes 4:13-17)!


Semua orang yang bangkit dan masuk surga bangkit dengan tubuh mulia mereka seperti Kristus. 

Dari ajaran-ajaran mengenai Maria tersebut di atas tradisi makin lama semakin berkembang, sehingga makin sukar membedakan mana ajaran Alkitab dan mana ajaran tradisi gereja.


Bisa kita tanyakan kepada si Protestant kenapa ajaran Alkitab dan ajaran Tradisi Gereja harus dibedakan? Alasan si Protestant tentunya adalah sumber iman mereka hanyalah Alkitab saja. Padahal Alkitab sendiri tidak pernah mengatakan demikian (bdk 2Tes 2:15; 2Tes 3:6 dan 1Kor 11:2 [kata "ajaran" di ayat 2Tes 3:6 dan 1Kor 11:2 semestinya diterjemahkan "tradisi" karena yang digunakan adalah kata Yunani "paradosis"]). 

Bagi umat Katolik sendiri tidaklah masalah apakah ajaran itu berasal dari Kitab Suci atau Tradisi. Kedua-duanya sama-sama harus diimani dengan taat. Jadi sekalipun ada satu ajaran yang hanya tersirat di Kitab Suci tapi tersurat di Tradisi, maka ajaran itu tetap harus diimani. Sikap umat Katolik ini sudah sesuai dengan Alkitab sendiri seperti yang ditunjukkan oleh ayat-ayat yang disebutkan di paragraph atas. 

Pesan Penutup: 

 

Kalau Katolik Roma mengambil pandangan extrim kiri dengan memuliakan Maria lebih dari seharusnya, janganlah orang Kristen Protestan lalu mengambil pandangan yang extrim kanan dengan menghina atau merendahkan Maria. Maria tetap adalah orang beriman yang saleh, yang rela dipakai Tuhan sebagai alat-Nya untuk melahirkan Kristus!


Sebenarnya, dengan tidak menempatkan Maria kepada posisi yang tinggi yang memang telah diberikan Allah dan memang telah diakui oleh semua umat Kristen sejak jaman kuno, maka pada hakikatnya si Protestant telah sedikit banyak merendahkan Maria. Dia bahkan telah menghina Maria dan Yesus ketika dia mengatakan bahwa Luk 2:22-24 menunjukkan bahwa Maria berdosa karena menurut Im 12:1-8 orang yang melahirkan anak adalah najis. Jadi karena Maria melahirkan Yesus maka Maria telah najis dan dia harus menghapus kenajisan tersebut. 

Sebaiknya si Protestant lebih banyak membaca Kitab Suci dan iman jemaat awal Gereja (dimana semuanya adalah umat katolik karena Protestant baru ada di abad ke 16). 

Kalau ada mujizat-mujizat yang berhubungan dengan Maria dan mendukung pandangan Katolik Roma tentang Maria (misalnya Maria menampakkan diri dan mengaku sebagai Perawan tanpa dosa), maka sadarilah bahwa mujizat yang bertentangan dengan Kitab Suci itu pasti datang dari setan! Kitab Suci mengatakan bahwa Iblis bisa menyamar sebagai malaikat terang (2Kor 11:14), dan karena itu tidak terlalu mengherankan kalau ia bisa menyamar sebagai Maria atau bahkan Yesus sendiri. 

Oleh: Budi Asali 

 

http://www.geocities.com/reformed_movement/


Pertama-tama harus dijelaskan bahwa Gereja tidak gegabah dalam menilai suatu penampakan atau mukjijat. Sering dibutuhkan waktu bertahun-tahun (bahkan kadang-kadang puluhan tahun setelah semua yang bersangkutan meninggal) dan banyak penelitian baru suatu mukjijat atau penampakan diakui sebagai otentik. 

Kedua, pandangan Gereja Katolik akan Maria tidak bertentangan dengan Kitab Suci, karena itulah mukjijatnya juga tidak bertentangan dengan Kitab Suci. 

Ketiga, sebenarnya patut dipertanyakan mukjijat bagaimana yang bertentangan dengan Kitab Suci. Silahkan si Protestant melihat catatan mukjijat yang diakui Gereja dan menilai mana yang bertentangan dengan Kitab Suci. Ambil contoh saja mukjijat ketidakbusukan mayat St. Bernadette Soubirus. Mukjijat ini adalah salah satu mukjijat terhebat yang masih bisa dilihat oleh mata kepala sendiri. Nah, sebenarnya bagian mana dari mukjijat ini yang bertentangan dengan Kitab Suci? 

Pada akhirnya ajaran Gereja Katolik tentang Maria memang sudah sesuai Kitab Suci dan Tradisi. Iman Gereja Katolik akan Maria merupakan iman Gereja kuno. Sedangkan penolakan Protestant akan mariologi Katolik justru adalah ajaran baru karena Protestant sendiri baru muncul di abad 16, seribu lima ratus tahun setelah Yesus wafat dan bangkit.

Api Penyucian 

Apakah yang dimaksud dengan Api Penyucian? 
Suatu keadaan atau kondisi hukuman sementara setelah kematian. Sebagai kontrasnya, neraka adalah keadaan atau kondisi hukuman abadi.” Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.” (Dan 12 : 2 ) Ini merujuk pada pemurnian, penyucian. Api Penyucian adalah "tempat" dimana jiwa-jiwa dibersihkan dari akibat-akibat dosa.” Sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sunguh-sngguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.” (Luk 16 ; 26 ) 

Bagaimana kita tahu bahwa Api Penyucian itu ada? 
Alkitab, Tradisi, dan ajaran serta praktek Gereja Katolik, dan bahkan akal sehat sekalipun, membuktikan adanya Api Penyucian 
Bagaimana akal sehat bisa menunjukkan keberadaan Api Penyucian? 
Hanya orang-orang yang menanggung dosa maut yang masuk ke neraka. Di lain pihak, tak seorangpun bisa masuk ke surga meski hanya dengan dosa yang terkecil sekalipun. Pasti ada tempat penebusan dan pemurnian bagi dosa-dosa ringan dan kekurangan-kekurangan kita lainnya. Akan tetapi,saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa dihadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari, ( II Petrus 3 : 8 ) 

Siapa yang masuk ke Api Penyucian? 
Mereka yang telah memelihara karunia rahmat tetapi: 
a. meninggal dengan masih memiliki dosa-dosa ringan yang belum dimaafkan. 
b. meninggal tanpa melakukan penitensi yang mencukupi untuk membayar hutang hukuman sementara yang diakibatkan oleh dosa-dosa mereka di masa lalu. 
Apakah yang dimaksud dengan: "hukuman sementara sebagai akibat dosa" ? 
Meskipun Allah mengampuni dosa-dosamu, Dia tetap menuntut penitensi atau hukuman dalam hidup ini atau hidup yang berikutnya. “Tetapi Abraham berkata : Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat penghiburan dan engkau sangat menderita.” (Luk 16 : 25 ) 

Apakah ada penderitaan di Api Penyucian bagi mereka yang masuk kesana? 
Ya, selain disebabkan karena untuk sementara tertunda dari persatuan dengan Allah di surga, mereka yang di api penyucian juga harus menderita sengsara proses pemurnian.Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti manusia dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah. (1 Petrus 4:6) 

Berapa lama seseorang harus menderita di Api Penyucian? 
Tergantung dari jumlah dan besar dosa-dosa mereka yang harus ditebus.” Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati, melindungi aku, sampai murkaMu surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula! (Ayub 14 : 13 ) 

Setelah dilepaskan dari Api Penyucian, kemanakah kita? 
Ke surga untuk berada bersama-sama dengan Allah dalam sukacita sempurna yang abadi. “Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus telah meninggal bangkit, Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.” (Luk 27 : 51 – 53 ) “ Jangan heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya.”(Yoh 5 : 28 ) “ Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku sampai tiba giliranku: maka Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada buatan tanganMu.”(Ayub 14 :14 ) 

Bagaimana kamu bisa menolong jiwa-jiwa di Api Penyucian? 
Kamu bisa memperpendek penderitaan mereka dengan merayakan Misa Kudus bagi mereka, berdoa bagi mereka dan melakukan perbuatan-perbuatan amal bagi mereka. 

Apakah Alkitab mengajarkan kita untuk berdoa bagi orang-orang yang sudah meninggal? 
Ya, kita mengetahui bahwa Yudas Makabeus mengirim 12000 keping perak ke Yerusalem untuk mempersembahkan kurban bagi dosa-dosa mereka yang sudah meninggal. (2 Makabe 12:43) 

Bagaimana kamu bisa terhindar dari Api Penyucian? 
Dengan berusaha untuk menghindari segala dosa-dosa, bahkan yang terkecil sekalipun, dan dengan melakukan penitensi bagi dosa-dosa yang telah dimaafkan. 

Bahan Renungan 
Hari Raya seluruh jiwa adalah hari yang disediakan oleh Gereja bagi doa-doa dan Misa-Misa khusus bagi jiwa-jiwa yang menderita di Api Penyucian. Hari ini dirayakan setiap tanggal 2 November. 
Mereka yang berada di Api Penyucian tidak dapat menolong diri mereka sendiri. Kita harus membantu mereka dengan doa-doa kita dan pengurbanan kita. Yang kita tahu, mereka pada gilirannya juga bisa dan dapat berdoa bagi kita.” Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.”(Pengkotbah 9 : 5 ) “Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali.” Tetapi bila manusia mati, maka tidak berdayalah ia,bila orang binasa, dimanakah ia? Seperti air menguap dari dalam tasik, dan sungai surut dan menjadi kering, demikian juga manusia berbaring dan tidak bangkit lagi, sampai langit hilang lenyap, mereka tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya.” (Ayub 7 : 9, 14 : 10 - 12 ) 

Pertanyaannya: dimanakah belas kasihanmu?……………… 
Dimanakah arwah Lazarus, ketika dibangkit oleh Yesus?….. 
Bukan Lazarus saja yang dibangkitkan……baca secara keseluruhan Alkitab…..Petrus juga membangkitkan orang mati……

Ajaran Katolik adalah begini: 

Sesudah mati maka arwah akan terpisah dengan tubuh. Arwah tersebut akan menerima pengadilan pribadi yang akan menetapkan apakah arwah ini masuk neraka atau masuk surga. Bila arwah layak masuk neraka, maka akan dimasukkan ke neraka. Bila arwah layak masuk surga, maka akan dimasukkan surga (bagi arwah yang perlu penyucian maka akan dimasukkan ke Api Penyucian dulu sebelum masuk surga). Pada saat akhir jaman baik arwah di neraka ataupun di surga akan disatukan dengan tubuh mereka. Kemudian akan ada pengadilan umum dan terakhir dimana semua perbuatan individu terbeberkan. Pengadilan akhir tidak akan merubah status penghuni neraka ataupun penghuni surga. Hasil dari pengadilan umum dan terakhir ini akan menambah hadiah bagi yang di surga dan akan menambah siksaan bagi yang di neraka. Setelah itu semua kembali ke tempat masing-masing. 


Diatas terjadi setelah Yesus bangkit. Bila orang mati sebelum Yesus bangkit maka ada sedikit perbedaan. Setelah mati maka mereka yang masuk neraka, dimasukkan ke neraka. sementara mereka yang layak surga akan ditaruh di Sheol dan akan masuk ke surga sampai Yesus membuka pintu surga

SEKARANG BACA dan CEK DI ALKITAB 
Perjanjian lama: 
1. Abraham berdoa untuk penduduk kota Sodom dan Gomora (Kej 18:16-33). 
2. Musa sering berdoa untuk kepentingan umat Israel, antara lain untuk memintakan ampun setelah bangsa itu berdosa dan akan dipunahkan oleh Tuhan ( Kel 32:11-14). 
3. Bangsa Israel minta kepada Samuel, "Berdoalah untuk hamba-hambamu ini kepada TUHAN,Allahmu,supaya kami jangan mati.... (1Sam 12:19). 
4.dsb 

Perjanjian Baru: 
1. Yesus berdoa untuk para muridNya dan untuk dunia (Yoh 17) 
2. Paulus senantiasa berdoa bagi umatNya (Roma 1:10;Efesus 1:16,dsb) 
sebaliknya, Paulus juga sadar bahwa keselamatannya tergantung juga pada doa-doa umatnya (Fil 1:19); oleh karena itu ia pun minta supaya umatnya berdoa baginya (1Tes 5:25;2Tes 3:1 dsb) 
3. Yakobus 5:14-16 berbunyi: "KALAU ADA SEORANG DIANTARA KAMU YANG SAKIT, BAIKLAH IA MEMANGGIL PARA PENATUA JEMAAT, SUPAYA MEREKA MENDOAKAN DIA SERTA MENGOLESKANNYA DENGAN MINYAK DALAM NAMA TUHAN.... KARENA ITU HENDAKLAH KAMU....SALING MENDOAKAN, SUPAYA KAMU SEMBUH. DOA ORANG YANG BENAR, BILA DENGAN YAKIN DIDOAKAN,SANGAT BESAR KUASANYA" 
4. 1Tim 2:1 berbunyi "NAIKKANLAH PERMOHONAN, DOA SYAFAAT DAN UCAPAN SYUKUR SEMUA ORANG" 
5. Dsb 

Perlu dibaca sampai selesai! 
Ayat diatas menyimpulkan: 
A. Bahwa doa seseorang bisa berguna bagi orang lain. Paham ini diterima sepenuhnya dan dipraktekkan oleh setiap orang KRISTEN dan dikenal dengan doa syafaat. 
B. Bahwa kita pun dapat minta KEPADA ORANG LAIN SUPAYA BERDOA KEPADA KITA. Jadi kita TIDAK HARUS SELALU MINTA SESUATU LANGSUNG KEPADA ALLAH. 
C. Bahwa doa orang yang benar sangat besar kuasanya (Yak 5:16) 

Dengan 3 paham inilah maka praktek BERDOA orang KATOLIK kepada orang kudus (Maria,Santo/Santa) dapat DIBENARKAN. 
MENGAPA? 
Sebab Maria dan para kudus adalah anggota-anggota Gereja juga. Setelah mereka meninggal dunia dan bersatu dengan Kristus di Surga, mereka tetap saudara saudari kita, anggota satu keluarga Allah. Mereka tidak terpisah jauh dari kita, MELAINKAN malah lebih dekat dengan kita . Maka dari itu, jika kita bisa mohon (atau BERDOA dlm arti luas) kepada sesama manusia yang hidup di dunia, mengapa kita tidak boleh BERDOA atau lebih tepat MINTA DIDOAKAN kepada Maria dan para kudus di Surga? Malah kita sbg orang Katolik yakin sekali bahwa doa doa mereka sangat besar kuasanya. Dan sejarah membuktikan betapa besar kuasa doa Bunda Maria bagi putera puterinya. PERLU DICATAT DAN DIRENUNGKAN bahwa hakekatnya doa kepada Maria dan para kudus sebenarnya berupa PERMOHONAN supaya mereka memintakan rahmat tertentu bagi kita. Jadi Maria maupun Para kudus hanya PERANTARA kepada KRISTUS atau ALLAH BAPA. Untuk Kristen Protestan sekarang Yesus Kristus sendiri apa tidak PERANTARA kita dengan ALLAH BAPA? Apa dengan langsung berdoa kepada Allah bapa mereka mau mengurangi peranan Kristus sebagai PENGANTARA? JAWAB SENDIRI! 

Berdoa bagi orang Katolik dalam arti tegas dan sempit hanya DITUJUKAN ke ALLAH BAPA. 

Kita sebagai Orang Katolik TIDAK PERNAH menyembah ORANG KUDUS/MARIA. Hanya menghormati ORANG KUDUS/MARIA. ORANG KUDUS/MARIA hanya perantara. 
Untuk anda yang menghina MARIA, bila anda sebagai Yesus bagaimana dengan anda apabila ibu anda dihujat semacam itu? 
Cara menghujat, tidak menghargai sama dengan melukai Yesus sendiri. 

Jadi kalau bicara harus dipikir berulang jangan MENGANDAI-ANDAI. 
Toh Katolik yang pertama dan jelas strukturnya . 
Protestan banyak amat alirannya.... sampai aliran sesat

Maruko, orang Katolik awam baru diperbolehkan membahas Injil kurang lebih thn 1960/70 kalau gak salah. Tanya sama romo/pastormu biar lebih jelas.


Bahwa Umat Katolik hanya baru-baru ini diperbolehkan untuk membahas injil adalah suatu mitos salah kaprah yang dipercayai Protestant dimana tidak ada bukti sama sekali. Tahun 1960/1970 paling-paling diungkapkan oleh pendeta/penginjil kamu karena dia merasa (tanpa bukti sama sekali dan hanya prasangka) hanya setelah konsili Vatikan II umat Katolik baru diperbolehkan membahas Kitab Suci. 


Para protestant, menganggap mereka adalah satria berkilau yang membebaskan umat Kristen (yang dulunya semua adalah Katolik) dari kungkungan hierarkhi Gereja yang melarang umatnya sendiri untuk mempelajari Kitab Suci. Baru setelah Gereja Katolik ketakutan terhadap umat yang semakin pintar membaca Alkitab berkat “satria-satria Protestantâ€
 maka Gereja Katolik kemudian mengijinkan umatnya untuk membaca Kitab Suci pada Konsili Vatikan II. Bahkan “cerita fiksi” ini dibumbui asumsi keliru bahwa Gereja menulis Kitab Suci hanya adalam bahasa Latin sehingga orang awam tidak bisa mengerti bahasa mati tersebut. 


Tentu saja semua itu adalah khayalan yang tidak mempunyai dasar dalam sejarah Gereja sama sekali. Sayangnya banyak yang menganggap ini fakta karena ketidak mampuan atau ketidak mauan mereka untuk mengerti sejarah. 


Gereja Katolik tidak pernah lalai dalam tugasnya untuk mewartakan sabda Allah. Tapi patut diingat bahwa jaman dahulu banyak sekali keterbatasan-keterbatasan tekhnis yang membuat Alkitab begitu sedikit tersebar. Diantaranya adalah: 

1. Bahan tulis cukup mahal dan jauh dari jangkauan kebanyakan rakyat (sedang kebanyakan bangsawan memiliki Kitab Suci) 

2. Tidak ada mesin cetak. Sehingga penggandaan Kitab Suci harus dilakukan dengan cara menyalin. Dan Para biarawan Katolilah yang paling berjasa dalam upaya memperbanyak tulisan ini (cf: Where We Got the Bible - Henry G. Graham) 

3. Kebanyakan umat TIDAK BISA MEMBACA. 


Untuk point ke 3 perlu lebih ditekankan. Ini karena Protestant berpikiran seakan-akan kalau Kitab Suci disodorkan pada umat jelata maka mereka pasti langsung bisa terbebas dari “kungkunganâ€
 Gereja Katolik. Sebaliknya, Gereja Katolik sangat sadar akan keterbatasan umat ini, karenanya Gereja didalam Misa ataupun Liturgi Ilahi (Misa versi Gereja Timur) selalu ada Liturgi Sabda dimana Kitab Suci dibacakan. Di dalam Liturgi yang paling kuno pun selalu ada porsi tertentu untuk Liturgi Sabda. 



Tidak hanya itu, Gereja juga menerjemahkan bahasa Kitab Suci dari bahasa Ibrani (Perjanjian Lama) dan bahasa Yunani Koine (Perjanjian Baru) menjadi bahasa Latin. Apakah ini berarti Gereja mencoba untuk menjauhkan Kitab Suci dari umat dengan menggunakan bahasa Latin? Tentu saja tidak. Bahasa Latin pada waktu itu digunakan oleh banyak orang. Di sekolah-sekolah, dimana pelajaran membaca diajarkan, bahasa yang diajarkan adalah bahasa Latin. Sehingga bagi mereka yang bisa membaca mereka bisa membaca Latin. 


Tidak cukup dengan bahasa Latin Gereja juga menerjemahkan Kitab Suci dalam berbagai bahasa. Berikut adalah kutipan sebagai konfirmasi (
diambil dari biblicalcatholic.com: 


Nor is it at all true that the Catholic Church was opposed to the printing and distribution of Bible translations in vernacular languages (it did oppose some Protestant translations which it felt were inaccurate). For instance (utterly contrary to the myths in this regard which are pathetically promulgated by the movie Luther), between 1466 and the onset of Protestantism in 1517 at least sixteen editions of the Bible appeared in German, with the full approval of the Catholic Church: 

High German: 

Strasburg: 1466, 1470, 1485 

Basel, Switzerland: 1474 

Augsburg: 1473 (2), 1477 (2), 1480, 1487, 1490, 1507 [also in 1518] 

Nuremburg: 1483 

 

Low German: 

Cologne: 1480 (2) 

Lubeck: 1494 

Halberstadt: [1522] 

Delf: [before 1522] 


(From Johannes Janssen, History of the German People From the Close of the Middle Ages, 16 vols., translated by A.M. Christie, St. Louis: B. Herder, 1910 [orig. 1891], vol. 1, 56-57, vol. 14, 388)


Was the Bible unknown in German before 1466 and the printing press? Hardly. Raban Maur (c. 776-856), had translated the Bible into the Teutonic, or old German, language. Valafrid Strabon (c. 809-849) did the same, as did Huges of Fleury. Ottfried of Wissemburg rendered it in verse. So we see that the "conspiracy" of the Catholic Church to eliminate the Bible from the common man by banning the vernacular was singularly unsuccessful. Protestant scholar Philip Schaff, wrote in his History of the Christian Church: 

During the fourteenth century some unknown scholars prepared a new translation of the whole Bible into the Middle High German dialect. It slavishly follows the Latin Vulgate. It may be compared to Wiclif's English Version (1380), which was likewise made from the Vulgate, the original languages being then almost unknown in Europe. A copy of the New Testament of this version has been recently published, from a manuscript in the Premonstratensian convent of Tepl in Bohemia. Another copy is preserved in the college library at Freiberg in Saxony. Both are from the fourteenth century, and agree almost word for word with the first printed German Bible, . . . 

After the invention of the printing-press, and before the Reformation, this mediaeval German Bible was more frequently printed than any other except the Latin Vulgate. No less than seventeen or eighteen editions appeared between 1462 and 1522, at Strassburg, Augsburg, Nürnberg, Cöln, Lübeck, and Halberstadt (fourteen in the High, three or four in the Low German dialect). Most of them are in large folio, in two volumes, and illustrated by wood-cuts. Besides the whole Bible, there were numerous German editions of the Gospels and Epistles (Plenaria), and the Psalter, all made from the Vulgate. 

Luther could not be ignorant of this mediaeval version. He made judicious use of it, as he did also of old German and Latin hymns. Without such aid he could hardly have finished his New Testament in the short space of three months. But this fact does not diminish his merit in the least; for his version was made from the original Hebrew and Greek, and was so far superior in every respect that the older version entirely disappeared. It is to all intents a new work . . . 


NOTE: The Pre-Lutheran German Bible 

According to the latest investigations, fourteen printed editions of the whole Bible in the Middle High German dialect, and three in the Low German, have been identified. Panzer already knew fourteen; see his Gesch. der nürnbergischen Ausgaben der Bibel, Nürnberg, 1778, p. 74. 

The first four, in large folio, appeared without date and place of publication, but were probably printed: 1, at Strassburg, by Heinrich Eggestein, about or before 1466 (the falsely so-called Mainzer Bibel of 1462); 2, at Strassburg, by Johann Mentelin, 1466 (?); 3, at Augsburg, by Jodocus Pflanzmann, or Tyner, 1470 (?); 4, at Nürnberg, by Sensenschmidt and Frissner, in 2 vols., 408 and 104 leaves, 1470-73 (?). The others are located, and from the seventh on also dated, viz.: 5, Augsburg, by Günther Zainer, 2 vols., probably between 1473-1475. 6, Augsburg, by the same, dated 1477 (Stevens says, 1475?). 7, The third Augsburg edition, by Günther Zainer, or Anton Sorg, 1477, 2 vols., 321 and 332 leaves, fol., printed in double columns; the first German Bible with a date. 8, The fourth Augsburg edition, by A. Sorg, 1480, folio. 9, Nürnberg, by Anton Koburger (also spelled Koberger), 1483. 10, Strassburg, by Johann Gruninger, 1485. 11 and 12, The fifth and sixth Augsburg editions, in small fol., by Hans Schönsperger, 1487 and 1490. 13, The seventh Augsburg edition, by Hans Otmar, 1507, small folio. 14, The eighth Augsburg edition, by Silvan Otmar, 1518, small folio. 

Several of these Bibles, including the Koburger and those of Cologne and Halberstadt, are in the possession of the Union Theol. Seminary, New York. I examined them . . . Dr. Krafft illustrates the dependence of Luther on the earlier version by several examples . . .



"
Saved sinner," a Catholic poster on the CARM Catholic board, noted: 

. . . the earliest Germanic version of the Bible was done by Ulfilas in 381. That's more than 1100 years before Luther. And more than 20 years before the publication of the Jerome's Latin Vulgate. Charlemagne had the Bible translated into the vernacular in the 9th century. That was more that 600 years before Luther. The Augsburger Bible of 1350 was a complete translation of the New Testament into German. The Wenzel Bible of 1389 had a complete translation of the Old Testament into German.

( link )


Myths die hard, though (unfortunately). Thus, the oft-heard claim that Martin Luther "rescued the Bible [in German] from the ashes" or from oblivion and cynical, diabolical Catholic oppression (and the repeated strong implication in Luther of the same), is not only false, but outrageously so. 

The situation was no different in other European countries. From 1450 to 1550, for example, there appeared (with express permission from Rome) more than forty Italian editions or translations of the Bible (from 1471 to 1520) and eighteen French editions (ten appearing before 1520), as well as others in Bohemian (two), Belgian, Russian, Danish, Norwegian, Polish, and Hungarian. Spain published editions starting in 1478 with the full approval of the Spanish Inquisition. A total of 626 editions appeared, of which 198 were in the vernacular languages, with the sanction of the Catholic Church, before any Protestant version saw the light of day. 

(See: Janssen, ibid.; Henry G. Graham, Where We Got the Bible, St. Louis: B. Herder, 3rd ed., 1939, 98, 105-108, 120) Graham asks: 

What, then, becomes of the pathetic delusion of 'Evangelical' Christians that an acquaintance with the open Bible in our own tongue must necessarily prove fatal to Catholicism? . . . 

Many senseless charges are laid at the door of the Catholic Church; but surely the accusation that, during the centuries preceding the 16th, she was the enemy of the Bible and of Bible reading must, to any one who does not wilfully shut his eyes to facts, appear of all accusations the most ludicrous . . . 

(Graham, ibid., 106, 108)


Furthermore, Latin was not a "dead language" When St. Jerome first produced the Latin Vulgate (itself meaning "vulgar" or "common" tongue), but the universal language of Europe, much like English is today. Whoever could read, read Latin. 

The state of affairs in England and for English-speaking peoples was no different. The famous preface of the translators of the King James Bible (1611) tells of the history of English translations, most of which predated Protestantism: 

To have the Scriptures in the mother tongue is not a quaint conceit lately taken up . . . but hath been . . . put in practice of old, even from the first times of the conversion of any nation.


Thus, John Wycliffe was not the first person to give English people the Bible in their own tongue in the 14th century, as a popular misguided myth would have it. We have copies of the work of Caedmon from the 7th century, and that of the Venerable Bede, Eadhelm, Guthlac, and Egbert from the 8th (all in Saxon, the prevalent language at that time). From the 9th and 10th centuries come the translations of King Alfred the Great and Aelfric, Archbishop of Canterbury. Early English versions include that of Orm around 1150, the Salus Animae (1250), and the translations of William Shoreham, Richard Rolle (d. 1349), and John Trevisa (c. 1360) (see Graham, ibid.). 

Prominent Protestant Bible scholar F.F. Bruce mentions these translations and others in his book, History of the Bible in English (New York: Oxford University Press, 3rd edition, 1978) in his chapter, "The Beginnings of the English Bible," pages 1-11. He didn't make up these vernacular Bibles. They existed. This is historical fact. Henry Graham writes: 

. . . we shall . . . refute once more the common fallacy that John Wycliff was the first to place an English translation of the Scriptures in the hands of the English people in 1382. To anyone that has investigated the real facts of the case, this fondly-cherished notion must seem truly ridiculous; it is not only absolutely false, but stupidly so, inasmuch as it admits of such easy disproof; one wonders that nowadays any lecturer or writer should have the temerity to advance it . . . 
(Graham, ibid., 98)

Bisa dilihat bahwa sumber Protestant pun mengkonfirmasi bahawa Gereja selalu berusaha memabuat umat lebih dekat dengan Kitab Suci dengan menerjemahakn kitab suci ke pelbagai bahasa. Hanya Protestant yang ignorant terhadap sejarah (tanya pendeta/penginjil kamu) yang masih mempercayai mitos khayalan bahwa Gereja melarang umatnya untuk membahas Kitab Suci.

Di Forum Apologist aku pernah tulis kalau aku pernah ngobrol dengan orang Komisi Kerasulan Kitab Suci di Keuskupan aku domisili dan kita semua sama-sama jengkel dengan TB-LAI dan terjemahan-terjemahan turunannya karena banyak yang bertendensi ngawur (Gereja dijadiin Jemaat, dst). 

Yang paling kacau balau adalah Galatia 2: 16...Mereka nekad menambahkan "hanya" untuk membenarkan dogma kosong mereka "Sola Fide". 

Gal 2:16 Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi 
hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat. 

Gal 2:16 scientes autem quod non iustificatur homo ex operibus legis nisi 
per fidem Iesu Christi et nos in Christo Iesu credidimus ut iustificemur ex fide Christi et non ex operibus legis propter quod ex operibus legis non iustificabitur omnis caro 

Gal 2:16 Knowing that a man is not justified by the works of the law, but 
by the faith of Jesus Christ, even we have believed in Jesus Christ, that we might be justified by the faith of Christ, and not by the works of the law: for by the works of the law shall no flesh be justified. ( ini dari KJV-KS nya Protestan) 

Gak ada hanya kan?? 

JP2 pro pembaharuan? Huh..baca tuh Dominus Iesus yang bikin JP dicap fanatik abis..Btw, justru gara-gara Ensiklik itu aku makin cinta dia.. 

Mengenai mencium Al-Qur'an aku rasa itu tidak mengapa..karena itu hanya sekedar untuk menunjukkan rasa hormat kepada umat Muslim tanpa membenarkan isi Al-Qur'an

Kamu mencoba berargumen bahwa yang dikatakan di Kej 3:3 adalah mengenai kematian rohani dan bukan kematian fisik. Dengan argumen ini kamu mencoba menyanggah penggunaan contoh Elia dan Henokh, yang meskipun tidak mati fisik pastilah mati rohani (karena memang Henokh dan Elia sebagai manusia pastilah mati rohani karena dosa asal). 

Kamu seakan-akan berkata bahwa Kej 3:3 pastilah HANYA berbicara mengenai kematian rohani dengan beralasan bahwa pada saat memakan Adam tidak langsung mati, sedangkan Allah berkata, menurut kamu , "pada waktu engkau memakannya, engkau akan mati." Karena Adam tidak mati, berarti kematian yang dimaksudkan hanyalah kematian Rohani. 

Berikut akan dibuktikan betapa gagalnya argumen kamu itu. Dan akan ditunjukkan bahwa yang dimaksud Allah adalah memang kematian fisik (meskipun kematian kematian fisik ini juga disebabkan oleh kematian Rohani). 

Gen 3:3 (KJV Strong) 
But of the fruit of the tree which is in the midst of the garden, God hath said, Ye shall not eat of it, neither shall ye touch it, lest ye die.'" 

Menurut KJV Strong kata "lest" berarti: 

1. lest, not, beware lest adv 
2. lest 

Menurut Oxford Advanced Learner's Dicttionary: 

1. for fear that ; in order that ... not: He disguissed himself lest he be recognizedLest anyone should think my story strange, let me assure you that it is all quite true. 

2. (used after fearbe afraidbe anxious, etc) because of the possibility of something happening: in case: She was afraid lest he might drown 

Dari alkitab BHS Indonesia ekaristi.org sendiri: 
Kej 3:3 
tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati." 


Kesimpulan: 
1. KAMU TELAH SALAH MENGUTIP ALKITAB (atau mungkin alkitab kamu terjemahanya parah). TIDAK ADA KATA "Pada waktu kamu memakannya" baik di KJV Strong ataupun RSV ataupun NAB ATAUPUN ALKITAB INDONESIA. Jadi tidak bisa disimpulkan bahwa karena Adam tidak mati saat itu juga maka apa yang dimaksudkan Allah dengan kata "mati" hanyalah "mati rohani". Karena Allah memang tidak mensyaratkan Adam untuk mati saat itu juga, tapi "nanti" (lihat terjemahan Indonesia). 

2. Menurut KJV Strong, dalam BHS Ibrani-nya, penggunaan kata "lest" yang merupakan kata Ibrani "pen" sama sekali tidak mengandung arti "pada waktu memakan." 

3. Menurut Oxford Dictionary Advenaced Learner's, kata "lest" yang digunakan untuk menerjemahkan kata Ibrani tersebut juga smaa sekali tidak mengandung arti "pada waktu memakan." 

Runtuh sudah argumen kamu dan masih terbukti bahwa gaya bahasa 1Kor 15:22 adalah gaya bahasa hiperbola karena memang ada manusia yang tidak mati (fisik). 

Ini ada ayat lagi yang lebih jelas. Dan saya rasa kutipan ayat ini lebih tepat utk mendukung argumen saya. 

Ayat nya ada di : Kejadian 2:16-17, khususnya di ayat 17. 

 

Kejadian 2:16. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 

 

Kejadian 2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." 


Perhatikan yg ditebalkan. 

 

Kita tau, bahwa setelah Adam dan Hawa memakannya, hari itu mereka Tidak mati. Apakah berarti perkataan Allah meleset ? Sekali lagi tidak. Mati yg dimaksud Allah, jika Adam dan Hawa memakan buah, bukanlah mati fisik. Tetapi mati secara rohani.


Kalaupun benar bahwa Kej 2:16-17 menunjukkan bahwa Allah menyatakan Adam mengalami kematian Rohani, dan bukan duniawi namun aku rasa Paulus di 1Kor 15:22 tidak membicarakan mengenai kematian rohani. 

1Cor 15: 

12 Now if Christ is preached as raised from the dead, how can some of you say that there is no resurrection of the dead? 13 But if there is no resurrection of the dead, then Christ has not been raised; 14* if Christ has not been raised, then our preaching is in vain and your faith is in vain. ... 20 But in fact 
Christ has been raised from the dead, the first fruits of those who have fallen asleep. 21 For as by a man came death, by a man has come also the resurrection of the dead. 22 For as in Adam all die, so also in Christ shall all be made alive. 23 But each in his own order: Christ the first fruits, then at his coming those who belong to Christ. 

Kematian yang dimasukkan Paulus tidak lain adalah kematian fisik. Bila yang dimaksudkan Paulus adalah kematian Rohani maka bagaimana Paulus bisa berkata bahwa "Kristus telah dibangkitkan dari kematian?" Apakah Kristus pernah mati Rohani? Tidak

Sekali lagi Gereja Orthodox telah berkhianat terhadap iman para Bapa Suci mereka, sampai kapan mereka mau bertobat. Tuhan sudah menunjukkan hukuman mereka dengan emnyerahkan wailayah mereka kepada Islam, tapi mereka belum masih mau bertobat. 


MARIA TERKANDUNG TANPA NODA DOSA 

Let woman praise Her, the pure Mary." 
Ephraim,Hymns on the Nativity,15:23(A.D. 370),in NPNF2,XIII:254 

"Thou alone and thy Mother are in all things fair, there is no flaw in thee and no stain in thy Mother." 
"Ephraem,Nisibene Hymns,27:8(A.D. 370),in THEO,132 

"As he formed her without my stain of her own,so He proceeded from her contracting no stain." 
Proclus of Constantinople,Homily 1(ante A.D. 446),in ULL,97 

"The angel took not the Virgin from Joseph, but gave her to Christ, to whom she was pledged from Joseph, but gave her to Christ, to whom she was pledged in the womb, when she was made." 
Peter Chrysologus,Sermon 140(A.D. 449),in ULL,97 

"[T]he very fact that God has elected her proves that none was ever holier than Mary, if any stain had disfigured her soul, if any other virgin had been purer and holier, God would have selected her and rejected Mary." 
Jacob of Sarug(ante A.D. 521),in CE 

"[T]ruly elect, and superior to all, not by the altitude of lofty structures, but as ecelling all in the greatness and purity of sublime and divine virtues, and having no affinity with sin whatever." 
Germanus of Constantinople,Marracci in S. Germani Mariali(ante A.D. 733),in ULL,98
 


MARIA DINAGKAT JIWA DAN RAGA KE SURGA 


"If the Holy Virgin had died and was buried, her falling asleep would have been surrounded with honour, death would have found her pure, and her crown would have been a virginal one... Had she been martyred according to what is written: 'Thine own soul a sword shall pierce', then she would shine gloriously among the martyrs, and her holy body would have been declared blessed; for by her, did light come to the world." - Epiphanius,Panarion,78:23(A.D. 377),in PG 42:737 

As the most glorious Mother of Christ,our Savior and God and the giver of life and immortality, has been endowed with life by him, she has received an eternal incorruptibility of the body together with him who has raised her up from the tomb and has taken her up to himself in a way known only to him." - Modestus of Jerusalem,Encomium in dormitionnem Sanctissimae Dominae nostrae Deiparae semperque Virginis Mariae(PG 86-II,3306),(ante A.D. 634) from Munificentis simus Deus 

"It was fitting ... that the most holy-body of Mary, God-bearing body, receptacle of God, divinised, incorruptible, illuminated by divine grace and full glory ... should be entrusted to the earth for a little while and raised up to heaven in glory, with her soul pleasing to God." 
Theoteknos of Livias,Homily on the Assumption(ante A.D. 650),in THEO,57 

"You are she who, as it is written, appears in beauty, and your virginal body is all holy, all chaste, entirely the dewlling place of God, so that it is henceforth completely exempt from dissoultion into dust. Though still human, it is changed into the heavenly life of incorruptibility, truly living and glorious, undamaged and sharing in perfect life." 
Germanus of Constantinople,Sermon I(PG 98,346),(ante A.D. 733),from Munificentis simus Deus 

"[T]he virgin is up to now immortal, as He who lived, translated her into the place of reception" 
Timotheus of Jerusalem(6th-8th century),in OTT,208
 

YAng dikutip diatas hanyalah dari para Bapa Gereja Awal yang menurutku adalah dari Timur (kalau ada koreksi dan ternyata ada yang dari Barat, tolong dikoreksi). Di dua link yang aku berikan juga tertulis iman dari Bapa Gereja Awal Barat. dan tentunya seorang Orthodox semestinya mengimani iman para Bapa Gereja Awal baik Timur maupun Barat. Namun aku hanya menunjukkan yang Timur diatas supaya terlihat bagimana bertentangannya iman Gereja Orthodox sekarang dengan iman para Bapa Gereja Awal mereka.

Perawan Maria Sang Theotokos “dikandung tanpa dosa asal” 

 

Meskipun Gereja Orthodox menyebut Maria sebagai TANPA CACAT, MURNI & TERSUCI, namun Gereja Orthodox tidak mengajarkan bahwa Maria terkandung tanpa dosa asal [yang dirumuskan sebagai sesuatu yang berasal dari “kepenuhan iman” oleh Paus Pius IX, tgl 8 Desember 1854. ini adalah doktrin yang diwahyukan Allah, dan oleh karenanya harus secara kokoh dan teguh dipercayai oleh semua orang. [dari Bulla Ineffabilis Deus]] .


Dosa asal adalah cacat. 

Dosa asal adalah kedtidak murnian 

Dosa asal adalah pencegah seseorang menjadi benar-benar suci. 

Jadi apa yang diiimani Bapa Gereja Awal dari Timur adalah SAMA dengan apa yang didogmakan oleh Gereja Katolik. 

Yang paling jelas adalah tulisan dari Germanus dari COnstantinople yang sudah ditulis diatas

"[T]ruly elect, and superior to all, not by the altitude of lofty structures, but as ecelling all in the greatness and purity of sublime and divine virtues, and having no affinity with sin whatever." 
Germanus of Constantinople,Marracci in S. Germani Mariali(ante A.D. 733),in ULL,98 


Tidak punya "affinity" dengan dosa. "Affinity" sendiri berarti "keterkaitan dekat." 

Jelasnya dalam Gereja Orthodox tidak ada dogma tentang maria [terlebih Patriarkh/ Paus] yang ada hanya tentang Allah [Tritunggal] & tentang Kristus [Inkarnasi. Satu Hypostasis dalam Dua Kodrat] saja.


Dogma tentang Maria sudah ada sejak Konsili Ephesus dimana Maria diberi gelar Bunda Allah. Ataukah Orthodox mau menolak Ephesus? 

Dan keutamaan Paus juga ditunjukkan di Konsili Epehesus dan Chalcedon: 


"There is no doubt, and in fact it has been known in all ages, that the holy and most blessed Peter, prince and head of the Apostles, pillar of faith, and foundation of the Catholic Church, received the keys of the kingdom from our Lord Jesus Christ, the Savior and Redeemer of the human race, and that to him was given the power of loosing and binding sins: who down even to today and forever, lives and judges in his successors. The holy and most blessed Pope Celestine,according to due order, is his successor and holds his place..." 
(Philip, Council of Ephesus, Session III [A.D. 431]) 

"Wherefore the most holy and blessed Leo, archbishop of the great and elder Rome, through us, and through this present most holy synod together with the thrice blessed and all-glorious Peter the Apostle, who is the rock and foundation of the Catholic Church, and the foundation of the orthodox faith..." 
Council of Chalcedon, Session III (A.D. 451) 

Pada saat itulah Roh Kudus turun ke atas Maria secara istimewa dan menaungi Maria sehingga ia disucikan secara sempurna oleh Roh Kudus, agar layak menjadi sarana penjelamaan Firman Allah yang Maha Kudus itu di dalam Rahimnya. Disitulah Maria dijadikan Tanpa Cacat, Murni & Tersuci.


Apakah seseorang yang mempunyai dosa yang membuat dia masuk neraka (mereka yang mempunyai dosa asal akan masuk neraka) bisa disebut Tanpa Cacat, Murni dan Tersuci? 

Atauakah kamu berpikiran bahwa Maria baru dibersihkan dari segala dosa HANYA setelah dia dinaungi Roh Kudus? 

Perawan Maria Sang Theotokos “naik ke sorga” 

 

Gereja Orthodox sejak jaman yang sangat purba sekali meyakini bahwa Maria memang sudah dibangkitkan oleh Tuhannya yang oleh Penjelmaan-Nya juga telah menjadi Anaknya, sesudah dia meninggal. Namun tak pernah Gereja Purba mencanangkan itu sebagai “Dogma”, dan tak pernah ingin melakukannya.


Karena Orthodox memang tidak mempunyai kuasa sama sekali untuk mendogmakan sesuatu setelah memecahkan diri dari Gereja Kristus sejati, ie: Gereja Katolik. 

Coba sebutkan dogma yang diyakini oleh semua Orthodox sesudah mereka memecahkan diri dari Gereja Kristus? 

Cuma ada satu, yaitu, "Katolik salah." Inilah satu-satunya persamaan semua Orthodox. Penolakan mereka terhadap satu-satunya Gereja sejati.
_________________

Mat 1:25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.



contohnya begini .. si Erwin tidak makan kue sampai basi.. Apakah ini berarti si Erwin menunggu kue itu basi, baru dimakan ? atau, si Erwin tidak makan kue itu hingga menjadi basi ? 

mengenai kata "Saudara YEsus " sering juga dijadikan alasan bahwa Maria memiliki anak selain Yesus.. namun mereka lupa, bahwa di Kis 1:14-15 juga dikatakan saudara Yesus. Apakah mereka berpikir Maria memiliki lebih dari 100 anak ? Kata Saudara di dalam Kitab suci biasa digunakan untuk kerabat dekat atau sepupu. 

Menanyakan mengapa Maria mendapat pengecualian tidak berdosa ? hahaha.. ini tentu saja kehendak Ilahi seperti yang dikatakan DV, dan hal ini tidak aneh, Maria mengandung Yesus, yang adalah Allah sendiri. 

Dan tentu saja hal itu terjadi karena rencana karya keselamatan Allah. Jika tanpa hal tersebut, mungkin Maria adalah seorang wanita/ibu biasa, dan tentu saja semua manusia akan masuk neraka. 

Menanyakan Allah tidak menciptakan manusia tidak berdosa dari awal ? wah wah wah.. mengapa tidak ditanya sekalian mengapa Allah tidak mencegah malaikat-Nya memberontak dan menjadi Iblis. bukankah dengan demikian ia tidak akan menggoda hawa berbuat dosa ? Smile Lupa bahwa Tuhan menghargai kehendak bebas yang ia berikan kepada manusia dan malaikat ciptaan-Nya. Tentu saja Tuhan mampu melakukan apa pun yang Ia kehendaki..Apakah Erwin juga berpikir Tuhan tidak mampu menciptakan manusia tanpa kehendak bebas ? Smile 

erwin a.k.a Lukman menanyakan alasan Tuhan ??? luar biasa bukan ? bSmile lupa bahwa berbeda dengan kehendak bebas manusia yang selalu disertai alasan dan sebab yang subyektif, kehendak dan keputusan Allah tidak perlu ada alasan dan sebab, dan kehendak dan keputusan-Nya itu tetap mutlak benar dan tidak mengurangi kesempurnaan-Nya, meskipun hal itu tidak logis dalam pikiran manusia seperti erwin a.k.a Lukman, yang berpikir Allah harus memiliki alasan untuk melakukan sesuatu. Akhirnya terlihat Erwin a.k.a Lukman jatuh kepada pemahaman yang membatasi kuasa dan kehendak Allah.. mudah mengenal jati diri iman si erwin a.k.a Lukman ini

Fundamentals of Catholic Dogma, Ludwig Ott 

CHAPTER 3 

Mary’s Co-operation in the Work of Redemption 

§7. The Mediatorship of Mary


Although Christ is the Sole Mediator between God and man (1 Tim 2, 5), since He alone, by His death on the Cross, fully reconciled mankind with God, this does not exclude a secondary mediatorship, subordinated to Christ m(Cf. S. th. III 26, 1). “To unite men to God perfectively (perfective) appertains to Christ according to 2 Cor. V. 19. Therefore Christ alone is the perfect mediator between God and man, inasmuch as He reconciled mankind with God by His death … But there is nothing to prevent others in a certain way (secundum quid) from being called mediators between God and man, in so far as they, by preparing or serving (dispositive vel ministeraliter), co-operate in uniting men to God.” 

 

The Fathers called ary the “Go-between” (<greek text not included>, mediatrix). A prayer ascribed to St. Ephrem says of her: “After the Mediator thou art the mediatrix of the whole world” (post mediatorem mediatrix totius mundi: Oratio IV ad Deiparam. 4th Lesson of the Office of the Feast). The title Mediatrix is attached to Mary in official Church documents also, for example, in the Bull “ineffabilis” of Pope Pius IX (1854) ; in the Rosary Encyclicals “Audiutricem” and “Fidentem” (D 1940 a) of Pope Leo XIII. (1895 and 1896) ; in the Encyclical “Ad Diem Illum” of Pope Pius X (1904). It has also been received into the Liturgy of the Church through the introduction of the Feast of M. 

 

Mary is designated mediatrix of all graces in a double sense: 

 

1. Mary gave the Redeemer, the Source of all graces, to the world, and in this way she is the channel of all graces (sent. certa.). 

 

2. Since Mary’s Assumption into Heaven no grace is conferred on man without her actual intercessory co-operation (sent pia et probalbilis).



Pendapat yang pertama mendapat kategori "Sent. certa" yang maksudnya theologically certain. Yang mendapat kategori ini adalah ajaran yang tak bisa salah. Namun ajaran ini belum didogmakan, didefinisikan (ingat, tidak semua ajaran yang tidak bisa salah terdefinisikan atau terdogmakan, contohnya banyak dan aku gak keingat satupun saat ini). Dan pemahaman mediatrix atau co-redemptrix dalam arti ini rasanya tidak akan dipungkiri Protestant sekalipun. 

Yang menjadi masalah tentunya adalah pemahaman yang kedua dan yang kamu permasalahkan. Ajaran ini mendapat ketegori "sent pia et probabilis" yang maksudnya pendapat saleh yang mungkin. Jadi seorang Katolik bisa menerima ini atau tidak menerimanya. Bisa jadi, nanti suatu saat ajaran ini akan berubah dari sekedar pendapat saleh yang mungkin menjadi sesuatu yang pasti setelah Magisterium mengkaji secara lebih dalam dari Kitab Suci dan Tradisi. Bisa juga tidak.

yg pasti jemaat mula2 tidak pernah berdoa kpd st.Stefanus yg mati martir. dan tidak pernah berdoa kpd orng2 kudus yg sebelum mereka . hanya ada catatan bible LAI spt ini: mereka berdoa kpd Allah. titik...dan juga catatan bible LAI spt: contohlah iman mereka, akhir hidup mereka. titik...bukannya doa sepakat ama orang2 yg udah di awan2 jadi saksi tsb.


Darimana kamu tahu bahwa jemaat mula-mula tidak pernah berdoa kepada orang Kudus? 

Apakah kamu pikir sumber pengetahuan sejarah tentang jemaat mula-mula hanya ada di Alkitab? 

Apakah kamu tidak tahu bahwa jaman jemaat mula-mula (100AD-700AD) sudah termasuk jaman sejarah? Maksudnya apa? Maksudnya sudah ada catatan-catatan sejarah tertulis mengenai kisah hidup jemaat pertama yang ditulis oleh meerka sendiri (bandingkan dengan jaman pra-sejarah dimana yang kita ketahui cuma dari fosil, patung, ukiran dll). 

Apakah kamu pernah membaca tulisan dari jemaat mula-mula mengeai apa yang terjadi DILUAR dan SETELAH Alkitab? 

In short, you don't know what in the world you're talking about.

Coba kalian baca Matius 15:3 
Matius 15:3 
Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? 

Mungkin ini belum begitu kelihatan kata "tradisi", coba baca dari versi Duoay-Rheims. 

Matthew 15:3 
But he answering, said to them: Why do you also transgress the commandment of God for your tradition? For God said: 

Menarik bukan? Tampaknya Katolik salah karena kita mengikutkan "tradisi" dan bahkan memandang Tradisi Suci setingkat dengan Kitab Suci. Apakah Katolik juga akan dikecam Yesus? 

Smile Silahkan baca lebih lanjut 



Inilah ayat yang lebih lengkap dari Matius 15:3-9: 
Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri. Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu:Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." 


Di perjanjian lama selalu ditekankan perintah perlunya menghormati ayah dan ibu dan ini adalah satu dari 10 perintah allah yang ditulis Tuhan sendiri. Terlebih lagi, menghormati ayah ibu adalah PERINTAH PERTAMA di loh batu kedua. Seperti kita ketahui loh batu pertama berisi perintah yang berkaitan antara Tuhan dan manusia, dan loh batu ke dua berisi perintah yang berkaitan antara hubungan sesama manusia. 


Namun apa yang dilakukan para ahli Farisi yang munafik? Mereka mengajarkan suatu konsep yang disebut "kurban" (sama seperti akar kata bahasa Indo "korban"). Dengan konsep "kurban" ini para umat Yahudi bisa mempersembahkan semua miliknya (rumah, ternak etc) kepada Kuil NAMUN si orang tesebut masih dapat memakainya. Dan "kurban" yang dipersembahkan ini dianggap sebagai milik kuil meskipun masih dipake orang yang menyumbangkannya. Implikasi dari praktek ini adalah

1. Dengan di "kurban"kannya milik kepada kuil maka seseorang jadi menghilangkan kewajibannya untuk menjaga orang tua mereka yang sudah lanjut usia dengan miliknya. dia bisa mengatakan kalo dia sebenarnya tidak memiliki apa-apa untuk diberikan pada orang tua yang sudah renta, semua milik dia sudah di"kurban"kan ke kuil, meskipun dia sendiri sebenarnya masih menggunakan dan menikmati hasil dari milik dia sendiri 

2. Kuil semakin kaya. Dan tentu saja para Imam Farisi semakin kaya 


Kombinasi kedua implikasi tersebut sangat tidak sesuai dengan perintah Taurat, terutama perintah untuk menghormati ayah ibu. Dan juga sikap Farisi yang mencari untung sendiri dengan praktek korup sangat munafik. Inilah tradisi korup yang bertentangan dengan Taurat dan dikutuk Yesus. 


Bandingkan dengan ayat2 lain di Alkitab dimana Yesus menyuruh untuk mengikuti Tradisi yang benar (Matius 23:2-3) dan juga berbagai surat dari Paulus yang menyuruh Umat Kristus untuk mengikuti Tradisi Suci yang benar (2Tes 2:15, 2Tes 3:6, 1Kor 11:2). 




Yudaisme di jaman Yesus juga ada berbagai sekte. Dua yang paling berpengaruh yaitu Farisi dan Saduki. Farisi adalah sekte yang mengacu pada Tradisi sementara Saduki itu bagaikan Sola Scripturist di jaman perjanjian lama. Saduki cuma mengakui Pentateukh dan tidak lain. Karena inilah Saduki tidak percaya kebangkitan orang mati. 


Tapi siapakah yang ajarannya dipuji Yesus? FARISI! 


Matius 23:1-3 
Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:"Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." 

Perlu diketahui "kursi Musa" itu adalah kursi dimana ahli Taurat mengajarkan taurat kepada Umat Yahudi. Ini tidak ada dalam perjanjian lama karena ini adalah hasil dari tradisi. Dan Yesus merasa tidak ada masalah dengan tradisi ini. 



Dan, bagaimana kamu bisa bilang kalo Alkitab menyuruh untuk merendahkan Tradisi sedangkan jelas ditulis: 

2 Thessalonians 2:15 (KJV) 
Therefore, brethren, stand fast, and hold the traditions which ye have been taught, whether by word, or our epistle 

2 Tesalonika 2:15 
Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.
 


Lisan maupun tertulis 





Beberapa ayat yang mendukung Tradisi Suci 

2 Thessalonians 3:6 (KJV) 
Now we command you, brethren, in the name of our Lord Jesus Christ, that ye withdraw yourselves from every brother that walketh disorderly, and not after the tradition which he received of us. 

2 Tesalonika 3:6 
Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami.
 

Disini ditunjukkan bagaimana Paulus menyuruh orang umat untuk menjauhkan diri dari umat lain yang tidak menuruti tradisi/ajaran yang telah diterima dari Rasul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar