Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Minggu, 06 Januari 2013

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 088

KGK Hari ke 88

Versi Bahasa Indonesia


III. Kristus telah Menyembahkan Diri kepada Bapa-Nya untuk dosa kita

Seluruh kehidupan Kristus adalah persembahan kepada Bapa

606. Putera Allah, yang "turun dari surga, bukan untuk melakukan kehendak[-Nya] sendiri, melainkan untuk melakukan kehendak [Bapa] yang telah mengutus[-Nya]" (Yoh 6:38), berkata, "ketika Ia masuk ke dunia:... Sesungguhnya, Aku datang; ... untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku... Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus" (Ibr 10:5-10). Sudah sejak saat pertama penjelmaan-Nya menjadi manusia, Putera menghayati rencana keselamatan ilahi mengenai perutusan-Nya sebagai Penebus: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya" (Yoh 4:34). Pengurbanan Diri Yesus "untuk dosa seluruh dunia" (1 Yoh 2:2) adalah pernyataan persekutuan-Nya yang penuh cinta dengan Bapa-Nya: "Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku" (Yoh 10:17). "Dunia [hendaknya] tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku" (Yoh 14:31).

607. Kerinduan untuk menghayati rencana kasih penebusan dari Bapa, menjiwai seluruh kehidupan Yesus,1 karena kesengsaraan-Nya yang menebuskan adalah alasan penjelma-an-Nya menjadi manusia: "Haruskah Kukatakan: Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini" (Yoh 12:27). "Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?" (Yoh 18:11). Dan waktu bergantung di salib, Ia mengatakan: "Aku haus" (Yoh 19:12) dan baru sesudah itu: "Sudah selesai" (Yoh 19:30).

"Anak domba, yang menghapus dosa dunia"

608. Yohanes Pembaptis setuju membaptis Yesus sama seperti para pendosa.2 "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia" (Yoh 1:29).3 Dengan demikian ia memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Hamba Allah, yang membiarkan Diri dihantar dengan diam ke tempat pembantaian4 dan menanggung dosa banyak orang,5 dan serentak pula domba Paskah, lambang penebusan Israel pada Paskah pertama.6 Seluruh kehidupan Kristus adalah ungkapan perutusan-Nya, "untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Mrk 10:45).



Yesus menghayati cinta Bapa yang menebus itu dengan sukarela

609. Karena Yesus menampung cinta Bapa-Nya terhadap manusia dalam hati manusiawi-Nya sendiri, "Ia menunjukkan cinta-Nya kepada mereka sampai kepada kesudahan-Nya" (Yoh 13:1), karena "tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yoh 15:13). Dengan demikian dalam kesengsaraan dan kematian-Nya kodrat manusiawi-Nya menjadi alat yang sukarela dan sempurna dari cinta ilahi-Nya, yang menghendaki keselamatan manusia.1 Karena cinta kepada Bapa-Nya dan kepada manusia, yang Bapa hendak selamatkan, Ia menerima kesengsaraan-Nya dan kematian-Nya dengan sukarela: "Tidak seorang pun mengambil-nya dari pada-Ku, tetapi Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri" (Yoh 10:18). Karena itu Putera Allah menyongsong kematian dengan kebebasan penuh.2

Dalam perjamuan akhir Yesus mengantisipasi penyerahan kehidupan-Nya secara sukarela

610. "Pada malam waktu Ia diserahkan" (1 Kor 11:23) Yesus mengungkapkan secara meriah dalam perjamuan dengan kedua belas Rasul 3penyerahan Diri secara sukarela. Pada malam sebelum sengsara-Nya, waktu Ia masih bebas, Yesus mengadakan perjamuan akhir dengan para murid-Nya sebagai peringatan akan penyerahan diri-Nya secara sukarela kepada Bapa-Nya4 demi keselamatan manusia: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu" (Luk 22:19); "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa" (Mat 26:28). 766

611. Ekaristi, yang ditetapkan Yesus pada saat ini, menjadi "peringatan" (1 Kor 11:25) kurban-Nya. Ia menerima para Rasul masuk ke dalam penyerahan diri-Nya sendiri dan menghimbau mereka, supaya melanjutkannya.5 Dengan demikian, Ia mengangkat para Rasul-Nya sebagai imam-imam Perjanjian Baru: "Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran" (Yoh 17:19).6

Sakratulmaut di Getsemani

612. Piala Perjanjian Baru, yang Yesus sampaikan lebih dahulu dalam persembahan-Nya waktu perjamuan malam,7 diterima-Nya dalam sakratul maut-Nya di Getsemani dari tangan Bapa-Nya,8 dengan menjadi "taat sampai mati" (Flp 2:8).9 Yesus berdoa: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari-Ku" (Mat 26:39). Ia menyatakan sikap menolak kematian, yang dialami kodrat manusiawi-Nya. Sebagaimana kodrat kita, kodrat-Nya pun ditentukan untuk kehidupan abadi; tetapi berbeda dengan kodrat kita, kodrat-Nya bebas seutuhnya dari dosa,10 penyebab kematian; 1 tetapiterutama ia diterima dalam Pribadi ilahi, "Pencetus kehidupan" (Kis 3:15), "Yang Hidup" (Why 1:18).2 Dengan kehendak manusiawi-Nya, Ia menyetujui bahwa kehendak Bapa terlaksana,3 dan dengan demikian menerima kematian sebagai kematian yang menebuskan, supaya "memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya pada kayu salib" (1 Ptr 2:24).


Versi Bahasa Inggris


Read the Catechism: Day 88

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter2:I Believe in Jesus Christ, the Only Son of God (422 - 682)
Article4:"Jesus Christ suffered under Pontius Pilate, was crucified, died and was buried" (571 - 630)
Paragraph2:Jesus Died Crucified (595 - 623)
III. CHRIST OFFERED HIMSELF TO HIS FATHER FOR OUR SINS
Christ's whole life is an offering to the Father
606     The Son of God, who came down "from heaven, not to do [his] own will, but the will of him who sent [him]", said on coming into the world, "Lo, I have come to do your will, O God." "And by that will we have been sanctified through the offering of the body of Jesus Christ once for all." From the first moment of his Incarnation the Son embraces the Father's plan of divine salvation in his redemptive mission: "My food is to do the will of him who sent me, and to accomplish his work." The sacrifice of Jesus "for the sins of the whole world" expresses his loving communion with the Father. "The Father loves me, because I lay down my life", said the Lord, "[for] I do as the Father has commanded me, so that the world may know that I love the Father."
607     The desire to embrace his Father's plan of redeeming love inspired Jesus' whole life, for his redemptive passion was the very reason for his Incarnation. And so he asked, "And what shall I say? 'Father, save me from this hour'? No, for this purpose I have come to this hour." And again, "Shall I not drink the cup which the Father has given me?" From the cross, just before "It is finished", he said, "I thirst."
"The Lamb who takes away the sin of the world"
608     After agreeing to baptize him along with the sinners, John the Baptist looked at Jesus and pointed him out as the "Lamb of God, who takes away the sin of the world". By doing so, he reveals that Jesus is at the same time the suffering Servant who silently allows himself to be led to the slaughter and who bears the sin of the multitudes, and also the Paschal Lamb, the symbol of Israel's redemption at the first Passover. Christ's whole life expresses his mission: "to serve, and to give his life as a ransom for many."
Jesus freely embraced the Father's redeeming love
609     By embracing in his human heart the Father's love for men, Jesus "loved them to the end", for "greater love has no man than this, that a man lay down his life for his friends." In suffering and death his humanity became the free and perfect instrument of his divine love which desires the salvation of men. Indeed, out of love for his Father and for men, whom the Father wants to save, Jesus freely accepted his Passion and death: "No one takes [my life] from me, but I lay it down of my own accord." Hence the sovereign freedom of God's Son as he went out to his death.
At the Last Supper Jesus anticipated the free offering of his life
610     Jesus gave the supreme expression of his free offering of himself at the meal shared with the twelve Apostles "on the night he was betrayed". On the eve of his Passion, while still free, Jesus transformed this Last Supper with the apostles into the memorial of his voluntary offering to the Father for the salvation of men: "This is my body which is given for you." "This is my blood of the covenant, which is poured out for many for the forgiveness of sins."
611     The Eucharist that Christ institutes at that moment will be the memorial of his sacrifice. Jesus includes the apostles in his own offering and bids them perpetuate it. By doing so, the Lord institutes his apostles as priests of the New Covenant: "For their sakes I sanctify myself, so that they also may be sanctified in truth."
The agony at Gethsemani
612     The cup of the New Covenant, which Jesus anticipated when he offered himself at the Last Supper, is afterwards accepted by him from his Father's hands in his agony in the garden at Gethsemani, making himself "obedient unto death". Jesus prays: "My Father, if it be possible, let this cup pass from me..." Thus he expresses the horror that death represented for his human nature. Like ours, his human nature is destined for eternal life; but unlike ours, it is perfectly exempt from sin, the cause of death. Above all, his human nature has been assumed by the divine person of the "Author of life", the "Living One". By accepting in his human will that the Father's will be done, he accepts his death as redemptive, for "he himself bore our sins in his body on the tree."
Dig deeper: Scriptural and other references for today's section here.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar