Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Senin, 21 Januari 2013

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 103

KGK hari ke 103

Versi Bahasa Indonesia


BAB TIGA

AKU PERCAYA AKAN ROH KUDUS

683. "Tidak ada seorang pun yang dapat mengaku: Yesus adalah Tuhan, selain oleh Roh Kudus" (1 Kor 12:3). Allah mengirim "Roh Putera-Nya dalam hati kita, Roh, yang berseru: Abba, Bapa" (Gal 4:6). Pengertian iman ini hanya mungkin dalam Roh Kudus. Supaya bisa berhubungan dengan Kristus, lebih dahulu orang harus disentuh oleh Roh Kudus. Ia datang menemui kita dan membangkitkan iman dalam kita. Oleh Sakramen iman pertama, yakni Pembaptisan, kehidupan yang berasal dari Bapa dan yang dianugerahkan kepada kita dalam Putera, dilanjutkan kepada kita, atas cara yang sangat mendalam dan pribadi, di dalam Gereja melalui Roh Kudus:
"Pembaptisan memberi rahmat kepada kita, supaya kita dilahirkan kembali dalam Allah Bapa oleh Putera dan dalam Roh Kudus. Mereka yang memiliki Roh Allah, dibawa kepada Sabda, artinya kepada Putera; tetapi Putera memperkenalkan mereka kepada Bapa, dan Bapa menganugerahkan kepada mereka kebakaan. Jadi, tidak mungkin melihat Putera Allah tanpa Roh, dan mendekati Bapa tanpa Putera, karena pengetahuan tentang Bapa adalah Putera, dan pengetahuan tentang Allah Putera terjadi dalam Roh Kudus" (Ireneus, dem. 7).

684. Melalui rahmat-Nya, Roh Kuduslah yang pertama membangkitkan iman kita dan mengkomunikasikan kehidupan baru. Kehidupan ini berarti "mengakui Bapa dan Yesus Kristus" yang Ia utus (Yoh 17:3). Tetapi Roh Kuduslah yang diwahyukan terakhir dari Pribadi-pribadi Tritunggal Maha Kudus. Santo Gregorius dari Nasiansa, "sang teolog", menjelaskan urutan ini sebagai hasil pedagogi ilahi yang penuh cinta:
"Perjanjian Lama mewahyukan Bapa secara terbuka, Putera samar-samar. Perjanjian Baru mewahyukan Putera dan memberi kepada kita tanda-tanda awal mengenai ke-Allah-an Roh. Sekarang Roh tinggal di antara kita dan memberi kepada kita satu pandangan yang jelas mengenai diri-Nya. Ketika orang belum mengakui ke-Allah-an Bapa, rasanya tidak bijaksana untuk mengumumkan Putera secara terbuka, dan ketika ke-Allah-an Putera belum diterima, maka tidak bijaksana pula menambahkan lagi Roh Kudus sebagai beban baru, untuk sekedar menggunakan ungkapan yang agak berani... Setelah maju dan berkembang dari satu kemuliaan kepada kemuliaan yang lain, cahaya Tritunggal akan bersinar bagi mereka yang sudah lebih matang" (or. theol. 5, 26).

685. Percaya akan Roh Kudus berarti mengakui bahwa Roh Kudus adalah satu Pribadi dalam Tritunggal Maha Kudus, sehakikat dengan Bapa dan Putera, dan bahwa Ia "bersama dengan Bapa dan Putera disembah dan dimuliakan" (Syahadat Nisea-Konstantinopel). Oleh karena itu, rahasia ilahi Roh Kudus sudah kita bicarakan dalam "teologi" Tritunggal. Di sini dibicarakan tentang tempat Roh Kudus dalam karya keselamatan.

686. Bersama Bapa dan Putera, Roh Kudus melaksanakan dari awal sampai pada kepenuhan-nya, keputusan demi keselamatan kita. Tetapi baru sekarang, dalam "waktu terakhir ini", yang dibuka oleh inkarnasi Putera yang menebuskan, Ia diwahyukan dan dikenal, diberikan dan diterima sebagai Pribadi. Sekarang keputusan ilahi itu - yang Kristus laksanakan sebagai "Anak sulung" dan Kepala ciptaan baru melalui Roh yang dicurahkan itu - di dalam umat manusia memperoleh bentuknya sebagai Gereja, persekutuan para kudus, sebagai pengampunan dosa, kebangkitan badan, dan kehidupan kekal.

ARTIKEL 8: "AKU PERCAYA AKAN ROH KUDUS"

687. "Tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah" (1 Kor 2:11). Roh yang mewahyukan Allah itu, membuat kita mengenal Kristus, Sabda-Nya yang hidup; tetapi ia tidak berbicara tentang diri-Nya sendiri. la, yang "bersabda melalui para nabi", membuat kita mendengarkan Sabda Bapa. Tetapi kita tidak mendengarkan Dia sendiri. Kita hanya mendengarkan Dia secara tidak langsung, bila ia mewahyukan Sabda kepada kita dan mempersiapkan kita, menerima-Nya dalam iman. Roh kebenaran, yang "mengungkapkan" Kristus bagi kita, tidak berbicara "dari diri-Nya sendiri" (Yoh 16:13). Sikap rendah hati yang ilahi ini menjelaskan, mengapa "dunia tidak dapat menerima-Nya, karena ia tidak melihat-Nya dan tidak mengenal-Nya", sedangkan mereka yang percaya kepada Kristus mengenal-Nya, karena Ia menyertai mereka (Yoh 14:17).

688. Sebagai persekutuan iman yang hidup, yang meneruskan iman para Rasul, Gereja adalah tempat kita mengenal Roh Kudus:
- dalam Kitab-Kitab yang diilhami oleh-Nya;
- dalam tradisi, dengan para bapa Gereja sebagai saksi-saksi yang tetap aktual;
- dalam Wewenang Mengajar Gereja, yang Ia dampingi;
- dalam liturgi sakramental: oleh perkataan dan lambang-lambang yang dengannya Roh menghubungkan kita dengan Kristus;
- dalam doa, di mana Ia membela kita;
- dalam karisma dan tugas-tugas pelayanan, yang olehnya Gereja dibangun;
- dalam kehidupan apostolik dan misionaris;
- dalam kesaksian para kudus, di mana Ia menyatakan kekudusan-Nya dan melanjutkan karya keselamatan.

I. Perutusan bersama Putera dan Roh Kudus

689. Roh Putera,1 yang Bapa utus ke dalam hati kita, adalah sungguh-sungguh Allah. Sehakikat dengan Bapa dan Putera, Ia tidak dapat dipisahkan dari mereka, baik dalam kehidupan batin Tritunggal, maupun sebagai anugerah cinta untuk dunia. Gereja menyembah Tritunggal Maha Kudus yang menghidupkan, yang sehakikat dan yang tidak terpisahkan; tetapi imannya juga mengakui bahwa Pribadi pribadi itu berbeda satu dari yang lain. Kalau Bapa mengutus Sabda-Nya, maka Ia selalu juga mengutus Napas-Nya, karena itu adalah perutusan bersama, di mana Putera dan Roh Kudus berbeda satu dari yang lain, tetapi tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Kristus nampak sebagai rupa yang kelihatan dari Allah yang tidak kelihatan, tetapi Roh Kuduslah yang mewahyukan-Nya.

690. Yesus adalah Kristus, "yang terurapi", karena Roh adalah urapan-Nya, dan karena segala sesuatu yang terjadi sejak penjelmaan menjadi manusia, mengalir dari kepenuhan ini.2 Dan kalau pada akhirnya Kristus dimuliakan,3 Ia akan mengirim Roh Kudus dari Bapa kepada mereka yang percaya kepada-Nya: Putera menyampaikan kemuliaan-Nya kepada mereka,4 artinya Ia memberikan Roh Kudus yang memuliakan Dia.5 Sejak waktu itu perutusan bersama dinyatakan dalam anak-anak, yang telah diangkat oleh Bapa dalam Tubuh Mistik Putera-Nya. Roh keputeraan bertugas untuk mempersatukan mereka dengan Kristus dan membuat mereka hidup di dalam Dia.

"Istilah "urapan" mengingatkan kita... bahwa antara Putera dan Roh, tidak ada jarak. Sama seperti akal budi maupun pancaindera tidak melihat sesuatu antara permukaan badan dan minyak yang dioles di atasnya, demikian pula kontak antara Putera dan Roh itu sifatnya langsung, sehingga siapa pun yang hendak berkontak dengan Putera melalui iman, lebih dahulu berkontak dengan minyak. Pada hakikatnya tidak ada satu bagian pun yang tidak ditutupi oleh Roh Kudus. Itulah sebabnya, mengapa pengakuan ke-Tuhan-an Putera dibuat di dalam Roh Kudus, karena bagaimanapun juga untuk menghampiri Putera dalam iman lebih dahulu harus bertemu dengan Roh" (Gregorius dari Nisa, Spir. 16).


Versi Bahasa Inggris


Read the Catechism: Day 103

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter3:I Believe in the Holy Spirit (683 - 1065)
683     "No one can say 'Jesus is Lord' except by the Holy Spirit." "God has sent the Spirit of his Son into our hearts, crying, 'Abba! Father!"' This knowledge of faith is possible only in the Holy Spirit: to be in touch with Christ, we must first have been touched by the Holy Spirit. He comes to meet us and kindles faith in us. By virtue of our Baptism, the first sacrament of the faith, the Holy Spirit in the Church communicates to us, intimately and personally, the life that originates in the Father and is offered to us in the Son.
Baptism gives us the grace of new birth in God the Father, through his Son, in the Holy Spirit. For those who bear God's Spirit are led to the Word, that is, to the Son, and the Son presents them to the Father, and the Father confers incorruptibility on them. And it is impossible to see God's Son without the Spirit, and no one can approach the Father without the Son, for the knowledge of the Father is the Son, and the knowledge of God's Son is obtained through the Holy Spirit.
684     Through his grace, the Holy Spirit is the first to awaken faith in us and to communicate to us the new life, which is to "know the Father and the one whom he has sent, Jesus Christ." But the Spirit is the last of the persons of the Holy Trinity to be revealed. St. Gregory of Nazianzus, the Theologian, explains this progression in terms of the pedagogy of divine "condescension":
The Old Testament proclaimed the Father clearly, but the Son more obscurely. The New Testament revealed the Son and gave us a glimpse of the divinity of the Spirit. Now the Spirit dwells among us and grants us a clearer vision of himself. It was not prudent, when the divinity of the Father had not yet been confessed, to proclaim the Son openly and, when the divinity of the Son was not yet admitted, to add the Holy Spirit as an extra burden, to speak somewhat daringly. ... By advancing and progressing "from glory to glory," the light of the Trinity will shine in ever more brilliant rays.
685     To believe in the Holy Spirit is to profess that the Holy Spirit is one of the persons of the Holy Trinity, consubstantial with the Father and the Son: "with the Father and the Son he is worshipped and glorified." For this reason, the divine mystery of the Holy Spirit was already treated in the context of Trinitarian "theology." Here, however, we have to do with the Holy Spirit only in the divine "economy."
686     The Holy Spirit is at work with the Father and the Son from the beginning to the completion of the plan for our salvation. But in these "end times," ushered in by the Son's redeeming Incarnation, the Spirit is revealed and given, recognized and welcomed as a person. Now can this divine plan, accomplished in Christ, the firstborn and head of the new creation, be embodied in mankind by the outpouring of the Spirit: as the Church, the communion of saints, the forgiveness of sins, the resurrection of the body, and the life everlasting.
Article8:"I believe in the Holy Spirit" (687 - 747)
687     "No one comprehends the thoughts of God except the Spirit of God." Now God's Spirit, who reveals God, makes known to us Christ, his Word, his living Utterance, but the Spirit does not speak of himself. The Spirit who "has spoken through the prophets" makes us hear the Father's Word, but we do not hear the Spirit himself. We know him only in the movement by which he reveals the Word to us and disposes us to welcome him in faith. The Spirit of truth who "unveils" Christ to us "will not speak on his own." Such properly divine self-effacement explains why "the world cannot receive [him], because it neither sees him nor knows him," while those who believe in Christ know the Spirit because he dwells with them.
688     The Church, a communion living in the faith of the apostles which she transmits, is the place where we know the Holy Spirit:
  • in the Scriptures he inspired;
  • in the Tradition, to which the Church Fathers are always timely witnesses;
  • in the Church's Magisterium, which he assists;
  • in the sacramental liturgy, through its words and symbols, in which the Holy Spirit puts us into communion with Christ;
  • in prayer, wherein he intercedes for us;
  • in the charisms and ministries by which the Church is built up;
  • in the signs of apostolic and missionary life;
  • in the witness of saints through whom he manifests his holiness and continues the work of salvation.
I. THE JOINT MISSION OF THE SON AND THE SPIRIT
689     The One whom the Father has sent into our hearts, the Spirit of his Son, is truly God. Consubstantial with the Father and the Son, the Spirit is inseparable from them, in both the inner life of the Trinity and his gift of love for the world. In adoring the Holy Trinity, life-giving, consubstantial, and indivisible, the Church's faith also professes the distinction of persons. When the Father sends his Word, he always sends his Breath. In their joint mission, the Son and the Holy Spirit are distinct but inseparable. To be sure, it is Christ who is seen, the visible image of the invisible God, but it is the Spirit who reveals him.
690     Jesus is Christ, "anointed," because the Spirit is his anointing, and everything that occurs from the Incarnation on derives from this fullness. When Christ is finally glorified, he can in turn send the Spirit from his place with the Father to those who believe in him: he communicates to them his glory, that is, the Holy Spirit who glorifies him. From that time on, this joint mission will be manifested in the children adopted by the Father in the Body of his Son: the mission of the Spirit of adoption is to unite them to Christ and make them live in him:
The notion of anointing suggests ... that there is no distance between the Son and the Spirit. Indeed, just as between the surface of the body and the anointing with oil neither reason nor sensation recognizes any intermediary, so the contact of the Son with the Spirit is immediate, so that anyone who would make contact with the Son by faith must first encounter the oil by contact. In fact there is no part that is not covered by the Holy Spirit. That is why the confession of the Son's Lordship is made in the Holy Spirit by those who receive him, the Spirit coming from all sides to those who approach the Son in faith.
Dig deeper: Scriptural and other references for today's section here.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar