Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Minggu, 09 Desember 2012

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 060

KGK Ke 60

Versi Bahasa Indonesia


III. Dosa asal

Percobaan kebebasan

396. Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya dan menerimanya dalam persahabatan-Nya. [1730] Sebagai makhluk yang dijiwai roh, manusia hanya dapat menghayati persahabatan ini dalam kepatuhan bebas kepada Allah. Itu dinyatakan dalam larangan bagi manusia untuk makan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat "sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (Kej 2:17). [311] "Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat" ini mengingatkan secara simbolis akan batas-batas yang tidak boleh dilewati, yang manusia sebagai makhluk harus akui dengan bebas dan perhatikan dengan penuh kepercayaan. Manusia bergantung dari Pencipta, ia berada di bawah hukum-hukum ciptaan dan norma-norma kesusilaan yang mengatur penggunaan kebebasannya. [301]
Dosa pertama manusia

397. Digoda oleh setan, manusia membiarkan kepercayaan akan Penciptanya mati1 di dalam hatinya, [1707, 2541] menyalah-gunakan kebebasannya dan tidak mematuhi perintah Allah. [1850] Di situlah terletak dosa pertama manusia.2 Sesudah itu tiap dosa merupakan ketidak-taatan kepada Allah dan kekurangan kepercayaan akan kebaikan-Nya. [215]

398. Dalam dosa manusia mendahulukan dirinya sendiri daripada Allah dan dengan demikian mengabaikan Allah: ia memilih dirinya sendiri melawan Allah, melawan kebutuhan-kebutuhan keberadaannya sendiri sebagai makhluk dan dengan demikian juga melawan kesejahteraannya sendiri. [2084] Diciptakan dalam keadaan kekudusan, manusia ditentukan supaya "di-ilahi-kan" sepenuhnya oleh Allah dalam kemuliaan. Digoda oleh setan, ia hendak "menjadi seperti Allah",3 tetapi "tanpa Allah dan sebelum Allah dan tidak sesuai dengan Allah" (Maksimus Pengaku iman, ambig.). [2113][29]

399. Kitab Suci menunjukkan akibat-akibat dari ketidak-taatan pertama yang membawa malapetaka. Adam dan Hawa langsung kehilangan rahmat kekudusan asli.4 Mereka takut kepada Allah,5 tentang Siapa mereka telah membuat karikatur seorang Allah, yang terutama mencari kepentingan-kepentingan-Nya sendiri.6

400. Keselarasan yang mereka miliki berkat keadilan asli, sudah rusak; kekuasaan kemam-puan-kemampuan rohani dari jiwa atas badan, sudah dipatahkan;1 [1607] kesatuan antara pria dan wanita mengalami ketegangan;2 hubungan mereka ditandai dengan keinginan dan nafsu untuk berkuasa. [2514] Juga keselarasan dengan ciptaan rusak: ciptaan kelihatan menjadi asing dan bermusuhan dengan manusia.3 Karena manusia, seluruh makhluk "telah ditaklukkan kepada kesia-siaan" (Rm 8:20). Akhirnya akan jadilah akibatnya, yang telah diramalkan dengan jelas sebelum dosa ketidak-taatan: "manusia adalah debu, dan akan kembali menjadi debu" (Kej 3:19). Maut memasuki sejarah umat manusia.4 [602,1008]

401. Sejak dosa pertama ini, dosa benar-benar membanjiri dunia: Kain membunuh saudaranya Abel;5 [1865] sebagai akibat dosa, manusia pada umumnya menjadi rusak sama sekali;6 [2259] dalam sejarah Israel dosa ini sering menampakkan diri - terutama sebagai ketidaksetiaan kepada perjanjian dengan Allah dan sebagai pelanggaran hukum Musa; dan juga sesudah penebusan oleh Kristus orang Kristen masih juga berdosa dengan berbagai macam cara.7 Kitab Suci dan Tradisi Gereja selalu mengingatkan lagi bahwa ada dosa dan bahwa ia tersebar luas dalam seluruh sejarah manusia. [1739]
"Apa yang kita ketahui berkat pewahyuan itu memang cocok dengan pengalaman sendiri. Sebab bila memeriksa batinnya sendiri manusia memang menemukan juga, bahwa ia cenderung untuk berbuat jahat, dan tenggelam dalam banyak hal yang buruk, yang tidak mungkin berasal dari Penciptanya yang baik. Sering ia menolak mengakui Allah sebagai dasar hidupnya. Dengan demikian ia merusak keterarahannya yang sejati kepada tujuannya terakhir, begitu pula seluruh hubungannya yang sesungguhnya dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan segenap ciptaan" (GS 13, 1).
Akibat Dosa Adam untuk umat manusia

402. Semua manusia terlibat dalam dosa Adam. Santo Paulus mengatakan: "Oleh ketidak-taatan satu orang, semua orang telah menjadi orang berdosa" (Rm 5: 191. "Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa" (Rm 5:12). Rasul mempertentangkan universalitas dosa dan kematian dengan universalitas keselamatan dalam Kristus: "Sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang mendapat penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang mendapat pembenaran untuk hidup" (Rm 5:18). [430, 605]

403. Sehubungan dengan santo Paulus Gereja selalu mengajar bahwa penderitaan yang sangat banyak membebani manusia, dan kecondongannya kepada yang jahat dan kepada kematian tidak dapat dimengerti tanpa hubungan dengan dosa Adam dan dengan kenyataan bahwa ia meneruskan kepada kita suatu dosa, yang kita semua sudah terima pada saat kelahiran dan yang "merupakan kematian jiwa".8[2606] Karena keyakinan imanini Gereja memberi Pembaptisan untuk pengampunan dosa juga kepada anak-anak kecil yang belum melakukan dosa pribadi.1 [1250]

404. Mengapa dosa Adam menjadi dosa bagi semua turun-temurunnya? Dalam Adam seluruh umat manusia bersatu "bagaikan tubuh yang satu dari seorang manusia individual" (Tomas Aqu., mal. 4, 1). Karena "kesatuan umat manusia ini", semua manusia terjerat dalam dosa Adam, sebagaimana semua terlibat dalam keadilan Kristus. [360] Tetapi penerusan dosa asal adalah satu rahasia, yang tidak dapat kita mengerti sepenuhnya. [50] Namun melalui wahyu kita tahu bahwa Adam tidak menerima kekudusan dan keadilan asli untuk diri sendiri, tetapi untuk seluruh kodrat manusia. Dengan menyerah kepada penggoda, Adam dan Hawa melakukan dosa pribadi, tetapi dosa ini menimpa kodrat manusia, yang selanjutnya diwariskan dalam keadaan dosa.2 Dosa itu diteruskan kepada seluruh umat manusia melalui pembiakan, yaitu melalui penerusan kodrat manusia, yang kehilangan kekudusan dan keadilan asli. Dengan demikian dosa asal adalah "dosa" dalam arti analog: ia adalah dosa, yang orang "menerimanya", tetapi bukan melakukannya, satu keadaan, bukan perbuatan.

405. Walaupun "berada pada setiap orang secara pribadi",3 namun dosa asal tidak mempunyai sifat kesalahan pribadi pada keturunan Adam. Manusia kehilangan kekudusan asli, namun kodrat manusiawi tidak rusak sama sekali, tetapi hanya dilukai dalam kekuatan alaminya. Ia takluk kepada kelemahan pikiran, kesengsaraan dan kekuasaan maut dan condong kepada dosa; kecondongan kepada yang jahat ini dinamakan "concupiscentia". [2515] Karena Pembaptisan memberikan kehidupan rahmat Kristus, ia menghapus dosa asal dan mengarahkan manusia kepada Allah lagi, tetapi akibat-akibat untuk kodrat, yang sudah diperlemah tinggal dalam manusia dan mengharuskan dia untuk berjuang secara rohani. [1264]

406. Ajaran Gereja mengenai penerusan dosa asal dijernihkan terutama dalam abad ke-5, teristimewa di bawah dorongan pikiran anti-pelagian dari santo Agustinus, dan dalam abad ke-16 dalam perlawanan menentang reformasi. Pelagius berpendapat bahwa manusia sendiri berkat daya alaminya dan berkat kehendak bebasnya dapat menghayati kehidupan susila yang baik, tanpa memerlukan bantuan rahmat Allah, dan dengan demikian membatasi pengaruh dosa Adam menjadi suatu contoh kehidupan yang buruk saja. Sebaliknya para reformator pertama mengajarkan bahwa manusia sudah rusak sama sekali oleh dosa asal dan bahwa kebebasan sudah ditiadakan. Mereka mengidentifikasi-kan dosa yang diwarisi oleh setiap orang dengan kecondongan kepada yang jahat, yaitu concupiscentia, yang dianggap sebagai tidak terkalahkan. Terutama pada tahun 529 dalam Sinode kedua Orange4 dan pada tahun 1546 dalam Konsili Trente5 Gereja menyatakan pendiriannya mengenai makna wahyu tentang dosa asal.


Versi Bahasa Inggris

Read the Catechism: Day 60

Part1:The Profession of Faith (26 - 1065)
Section2:The Profession of the Christian Faith (185 - 1065)
Chapter1:I Believe in God the Father (198 - 421)
Article1:"I believe in God the Father almighty, Creator of heaven and earth" (199 - 421)
Paragraph7:The Fall (385 - 421)
III. ORIGINAL SIN
Freedom put to the test
396     God created man in his image and established him in his friendship. A spiritual creature, man can live this friendship only in free submission to God. The prohibition against eating "of the tree of the knowledge of good and evil" spells this out: "for in the day that you eat of it, you shall die." The "tree of the knowledge of good and evil" symbolically evokes the insurmountable limits that man, being a creature, must freely recognize and respect with trust. Man is dependent on his Creator, and subject to the laws of creation and to the moral norms that govern the use of freedom.
Man's first sin
397     Man, tempted by the devil, let his trust in his Creator die in his heart and, abusing his freedom, disobeyed God's command. This is what man's first sin consisted of. All subsequent sin would be disobedience toward God and lack of trust in his goodness.
398     In that sin man preferred himself to God and by that very act scorned him. He chose himself over and against God, against the requirements of his creaturely status and therefore against his own good. Constituted in a state of holiness, man was destined to be fully "divinized" by God in glory. Seduced by the devil, he wanted to "be like God", but "without God, before God, and not in accordance with God".
399     Scripture portrays the tragic consequences of this first disobedience. Adam and Eve immediately lose the grace of original holiness. They become afraid of the God of whom they have conceived a distorted image — that of a God jealous of his prerogatives.
400     The harmony in which they had found themselves, thanks to original justice, is now destroyed: the control of the soul's spiritual faculties over the body is shattered; the union of man and woman becomes subject to tensions, their relations henceforth marked by lust and domination. Harmony with creation is broken: visible creation has become alien and hostile to man. Because of man, creation is now subject "to its bondage to decay". Finally, the consequence explicitly foretold for this disobedience will come true: man will "return to the ground", for out of it he was taken. Death makes its entrance into human history.
401     After that first sin, the world is virtually inundated by sin There is Cain's murder of his brother Abel and the universal corruption which follows in the wake of sin. Likewise, sin frequently manifests itself in the history of Israel, especially as infidelity to the God of the Covenant and as transgression of the Law of Moses. And even after Christ's atonement, sin raises its head in countless ways among Christians. Scripture and the Church's Tradition continually recall the presence and universality of sin in man's history:
What Revelation makes known to us is confirmed by our own experience. For when man looks into his own heart he finds that he is drawn towards what is wrong and sunk in many evils which cannot come from his good creator. Often refusing to acknowledge God as his source, man has also upset the relationship which should link him to his last end, and at the same time he has broken the right order that should reign within himself as well as between himself and other men and all creatures.
The consequences of Adam's sin for humanity
402     All men are implicated in Adam's sin, as St. Paul affirms: "By one man's disobedience many (that is, all men) were made sinners": "sin came into the world through one man and death through sin, and so death spread to all men because all men sinned." The Apostle contrasts the universality of sin and death with the universality of salvation in Christ. "Then as one man's trespass led to condemnation for all men, so one man's act of righteousness leads to acquittal and life for all men."
403     Following St. Paul, the Church has always taught that the overwhelming misery which oppresses men and their inclination towards evil and death cannot be understood apart from their connection with Adam's sin and the fact that he has transmitted to us a sin with which we are all born afflicted, a sin which is the "death of the soul". Because of this certainty of faith, the Church baptizes for the remission of sins even tiny infants who have not committed personal sin.
404     How did the sin of Adam become the sin of all his descendants? The whole human race is in Adam "as one body of one man". By this "unity of the human race" all men are implicated in Adam's sin, as all are implicated in Christ's justice. Still, the transmission of original sin is a mystery that we cannot fully understand. But we do know by Revelation that Adam had received original holiness and justice not for himself alone, but for all human nature. By yielding to the tempter, Adam and Eve committed a personal sin, but this sin affected the human nature that they would then transmit in a fallen state. It is a sin which will be transmitted by propagation to all mankind, that is, by the transmission of a human nature deprived of original holiness and justice. And that is why original sin is called "sin" only in an analogical sense: it is a sin "contracted" and not "committed" — a state and not an act.
405     Although it is proper to each individual, original sin does not have the character of a personal fault in any of Adam's descendants. It is a deprivation of original holiness and justice, but human nature has not been totally corrupted: it is wounded in the natural powers proper to it, subject to ignorance, suffering and the dominion of death, and inclined to sin — an inclination to evil that is called concupiscence". Baptism, by imparting the life of Christ's grace, erases original sin and turns a man back towards God, but the consequences for nature, weakened and inclined to evil, persist in man and summon him to spiritual battle.
406     The Church's teaching on the transmission of original sin was articulated more precisely in the fifth century, especially under the impulse of St. Augustine's reflections against Pelagianism, and in the sixteenth century, in opposition to the Protestant Reformation. Pelagius held that man could, by the natural power of free will and without the necessary help of God's grace, lead a morally good life; he thus reduced the influence of Adam's fault to bad example. The first Protestant reformers, on the contrary, taught that original sin has radically perverted man and destroyed his freedom; they identified the sin inherited by each man with the tendency to evil (concupiscentia), which would be insurmountable. The Church pronounced on the meaning of the data of Revelation on original sin especially at the second Council of Orange (529) and at the Council of Trent (1546).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar