Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Minggu, 28 April 2013

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 195

KGK ke 195

ARTIKEL 5 : MORALITAS KECENDERUNGAN

1762. Manusia mengarahkan diri kepada kebahagiaan melalui perbuatan yang dilakukannya dengan sadar. Kecenderungan atau perasaan yang ia alami, dapat mempersiapkannya dan membantu.

I. * Kecenderungan

1763. Ungkapan "kecenderungan" termasuk dalam khazanah bahasa Kristen. Kecenderungan atau perasaan adalah emosi atau gerakan dalam perasaan. Mereka mendesak supaya berbuat atau tidak berbuat, bergantung dari apakah sesuatu itu dirasakan atau digambarkan sebagai baik atau buruk.

1764. Kecenderungan adalah emosi kodrati jiwa manusia. Mereka merupakan tempat persam-bungan antara kehidupan inderawi dan rohani. Tuhan kita menyebut hati manusia sebagai sumber, dari mana kecenderungan itu timbul.1 368

1765. Kecenderungan itu banyak jumlahnya. Kecenderungan yang paling mendasar adalah cinta, diakibatkan oleh daya tarik dari yang baik. Cinta menyebabkan kerinduan kepada kebaikan yang sekarang belum ada dengan harapan akan memperolehnya. Perasaan itu berakhir dalam kepuasan dan kegembiraan terhadap kebaikan yang dimiliki. Melihat sesuatu yang buruk menimbulkan kebencian, keengganan, dan ketakutan terhadap kejahatan yang mengancam. Emosi itu berakhir dengan kesedihan akan kejahatan yang dihadapi atau dengan kemarahan yang memberontak terhadapnya.

1766. "Mencintai berarti menghendaki yang baik untuk seseorang" (Tomas Aqu., s.th. 1-2, 26, 4).
Semua kecenderungan yang lain bersumber pada gerakan pokok hati manusia kepada yang baik ini. Orang hanya dapat mencintai yang baik.2
"Perasaan itu buruk, kalau cinta itu buruk, baik, kalau cinta baik" (Agustinus civ. 14, 7).

1767. Kecenderungan-kecenderungan itu dengan sendirinya bukan baik, bukan juga buruk. Mereka hanya ditentukan secara moral sejauh dikendalikan oleh akal budi dan kehendak. Dikatakan, kecenderungan itu dikehendaki "sebab ia digerakkan oleh kehendak atau tidak dihalang-halangi oleh kehendak" (Tomas Aqu., s.th. 1-2, 24, 1). Termasuk dalam kesempurnaan dari sesuatu yang baik secara moral atau manusiawi, bahwa kecende-rungan itu diatur oleh akal budi.3

1768. Perasaan-perasaan yang kuat tidak menentukan, baik untuk sikap moral maupun untuk kekudusan manusia; tetapi merupakan persediaan yang tidak habis-habisnya dari gambaran dan dorongan perasaan, melaluinya kehidupan moral menyatakan diri. Kecenderungan itu baik secara moral, kalau ia menyumbang kepada sesuatu yang baik; buruk" kalau terjadi sebaliknya, Kehendak yang baik mengarahkan dorongan-dorongan inderawi, yang diangkatnya itu, kepada kebaikan dan kebahagiaan; kehendak yang buruk mengalah terhadap kecenderungan yang tidak teratur dan meningkatkannya. Emosi dan perasaan dapat diangkat ke dalam kebajikan atau dapat dirusakkan oleh kebiasaan buruk.

1769. Dalam kehidupan Kristen, Roh Kudus melaksanakan karya-Nya dengan mengikutserta-kan seluruh manusia dalam segala deritanya, perasaan takut, dan kesedihannya, seperti nyata kelihatan dalam sakratulmaut dan sengsara Tuhan. Di dalam Kristus, perasaan manusia dapat menemukan penyempurnaannya di dalam cinta Kristen dan kebahagiaan ilahi.

1770. Kesempurnaan moral berarti bahwa manusia tidak hanya digerakkan oleh kehendaknya ke arah sesuatu yang baik, tetapi juga oleh kerinduan inderawi sesuai dengan kata-kata mazmur: "Hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup" (Mzm 84:3).

1 Bdk. Mrk 7:21.
2 Bdk. Agustinus, Trin. 8, 3, 4.
3 Bdk. Tomas Aqu., s.th. 1-2, 24, 3.


TEKS-TEKS SINGKAT

1771. Ungkapan "kecenderungan" menandakan gerakan perasaan atau emosi. Oleh desakan perasaannya, manusia merasa bahwa sesuatu bersifat baik atau jahat.

1772. Kecenderungan yang mendasar adalah cinta dan kebencian, kerinduan dan ketakutan, kegembiraan dan kesedihan serta kemurkaan.

1773. Sebagai dorongan inderawi, kecenderungan itu bukan baik, bukan juga buruk menurut moral; tetapi sejauh mereka dikuasai akal budi dan kehendak atau tidak, mereka itu baik atau buruk secara moral.

1774. Emosi dan perasaan dapat diangkat ke dalam kebajikan atau dirusakkan oleh kebiasaan buruk.

1775. Kesempurnaan moral berarti bahwa manusia digerakkan kepada yang baik, tidak hanya oleh kehendaknya, tetapi juga oleh "hati"-nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar