Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Kamis, 18 April 2013

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 185

KGK ke 185


ARTIKEL 7 : SAKRAMEN PERKAWINAN

1601. "Perjanjian Perkawinan, dengan mana pria dan wanita membentuk antar mereka kebersamaan seluruh hidup, dari sifat kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-isteri serta pada kelahiran dan pendidikan anak; oleh Kristus Tuhan Perkawinan antara orang-orang yang dibaptis diangkat ke martabat Sakramen" (CIC can. 1055 §1).

I. * Perkawinan dalam rencana Allah

1602. Kitab Suci mulai dengan penciptaan pria dan wanita menurut citra Allah1 dan berakhir dengan visiun "perjamuan kawin Anak Domba" (Why 19:7.9). Dari halaman pertama sampai halaman terakhir Kitab Suci berbicara tentang Perkawinan dan "misterinya", tentang penetapan dan artinya, yang Allah berikan kepadanya, tentang asal dan tujuannya, tentang pelaksanaannya yang berbeda-beda dalam seluruh proses sejarah keselamatan, tentang kesulitan yang timbul dari dosa, dan pembaharuan "dalam Tuhan"- (1 Kor 7:39) dalam Perjanjian Baru Kristus dan Gereja.2

Perkawinan dalam tata ciptaan

1603. "Persekutuan hidup dan kasih suami isteri yang mesra... diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukum-Nya. ... Allah sendirilah Pencipta Perkawinan" (GS 48, 1). Panggilan untuk Perkawinan sudah terletak dalam kodrat pria dan wanita, sebagaimana mereka muncul dari tangan Pencipta. Perkawinan bukanlah satu institusi manusiawi semata-mata, walaupun dalam peredaran sejarah ia sudah mengalami berbagai macam perubahan sesuai dengan kebudayaan, struktur masyarakat, dan sikap mental yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan ini tidak boleh membuat kita melupa-kan ciri-ciri yang tetap dan umum. Walaupun martabat institusi ini tidak tampil sama di mana-mana, namun di semua kebudayaan ada satu pengertian tertentu tentang keagungan persatuan Perkawinan, karena "keselamatan pribadi maupun masyarakat manusiawi dan kristiani erat berhubungan dengan kesejahteraan rukun Perkawinan dan keluarga" (GS 47, 1).

1604. Tuhan yang telah menciptakan manusia karena cinta, juga memanggil dia untuk mencinta, satu panggilan kodrati dan mendasar setiap manusia. Manusia telah diciptakan menurut citra Allah,3 yang sendiri adalah cinta.4 Oleh karena Allah telah menciptakannya sebagai pria dan wanita, maka cinta di antara mereka menjadi gambar dari cinta yang tak tergoyangkan dan absolut, yang dengannya Allah mencintai manusia. Cinta ini di mata
1 Bdk. Kej 1:26-27.
2 Bdk. Ef 5:31-32.
3 Bdk. Kej 1:27.
4 Bdk. 1 Yoh 4:8.16.

Pencipta adalah baik, malahan sangat baik.1 Cinta Perkawinan diberkati oleh Allah dan ditentukan supaya menjadi subur dan terlaksana dalam karya bersama demi tanggung jawab untuk ciptaan: "Allah memberkati mereka dan berkata kepada mereka: Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi" (Kej 1:28).

1605. Kitab Suci berkata, bahwa pria dan wanita diciptakan satu untuk yang lain: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja" (Kej 2:18). Wanita adalah "daging dari dagingnya",2 artinya: ia adalah partner sederajat dan sangat dekat. Ia diberikan oleh Allah kepadanya sebagai penolong3 dan dengan demikian mewakili Allah, pada-Nya kita beroleh pertolongan.4 "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kej 2:24). Bahwa ini berarti kesatuan hidup mereka berdua yang tidak dapat diceraikan, ditegaskan oleh Yesus sendiri, karena Ia mengingatkan bahwa "sejak awal" adalah rencana Allah bahwa "mereka bukan lagi dua, melainkan satu" (Mat 19:6).

Perkawinan di bawah kekuasaan dosa

1606. Tiap manusia mengalami yang jahat dalam lingkungannya dan dalam dirinya sendiri. Pengalaman ini juga terlihat dalam hubungan antara pria dan wanita. Persatuan mereka selalu diancam oleh perselisihan, nafsu berkuasa, ketidaksetiaan, kecemburuan, dan konflik, yang dapat mengakibatkan kebencian dan perceraian. Keadaan yang tidak teratur ini dapat tampak dengan lebih kuat atau kurang kuat; ia lebih atau kurang dapat diatasi dalam kebudayaan, zaman, dan pribadi tertentu, tetapi rasanya ia merupakan gejala umum.

1607. Menurut iman kita, keadaan yang tidak teratur ini, yang harus kita saksikan dengan sedih hati, bukan berasal dari kodrat pria dan wanita dan juga bukan dari kodrat hubungan antara mereka, melainkan dari dosa. Setelah merusakkan hubungan dengan Allah, sebagai akibat pertama, dosa asal merusakkan persekutuan asli antara pria dan wanita. Hubungan mereka diganggu oleh dakwaan timbal balik; 5 kecondongan timbal balik6 yang diberi Pencipta secara khusus, berubah menjadi nafsu berkuasa dan nafsu seks; 7 panggilan yang indah bagi pria dan wanita supaya menjadi subur, beranak cucu, dan menaklukkan muka bumi,8 dibebani oleh sakit melahirkan dan oleh keringat untuk mencari nafkah.9

1608. Tetapi tata ciptaan tetap bertahan, walaupun sudah sangat terguncang. Untuk menyem-buhkan luka-luka yang diakibatkan dosa, pria dan wanita membutuhkan pertolongan rahmat, yang Allah selalu berikan dalam kerahiman-Nya yang tidak terbatas.10 Tanpa
1 Bdk. Kej 1:31.
2 Bdk. Kej 2:23.
3 Bdk. Kej 2:18.20.
4 Bdk. Mzm 121:2.
5 Bdk. Kej 3:12.
6 Bdk. Kej 2:22.
7 Bdk. Kej 3:16b.
8 Bdk. Kej 1:28.
9 Bdk. Kej 3:16-19.
10 Bdk. Kej 3:21.

bantuan ini pria dan wanita tidak pernah berhasil menciptakan kesatuan hidup yang Allah telah maksudkan "sejak awal".

Perkawinan di bawah bimbingan hukum

1609. Dalam kerahiman-Nya Allah tidak meninggalkan manusia berdosa. Siksa-siksa yang diakibatkan oleh dosa itu, sakit waktu melahirkan,1 pekerjaan "dengan berpeluh" (Kej 3:19), adalah juga obat yang membatasi akibat-akibat buruk dari dosa. Sesudah jatuh dalam dosa, Perkawinan membantu untuk mengalahkan isolasi diri, egoisme, pencarian kenikmatan sendiri, dan untuk menjadi terbuka bagi orang lain, siap untuk membantu, dan mendampingi dia.

1610. Kesadaran susila yang mengerti ketunggalan dan ketakterceraian Perkawinan telah berkembang di bawah bimbingan hukum Perjanjian Lama. Memang poligami para bapa bangsa dan raja belum lagi ditolak dengan jelas. Tetapi peraturan yang diberi kepada Musa bertujuan melindungi wanita dari kesewenang-wenangan pria. Namun seperti Yesus katakan, hukum masih memiliki bekas-bekas "ketegaran hati" pria, sehingga Musa mengizinkan perceraian wanita.2

1611. Para nabi melukiskan perjanjian Allah dengan Israel dengan gambar cinta Perkawinan yang eksklusif dan setia,3 dan dengan demikian membawa keyakinan umat terpilih ke suatu pengertian yang lebih dalam mengenai ketunggalan dan ketakterceraian Perkawinan.4 Kitab Rut dan Tobit menampilkan contoh yang mengharukan mengenai pandangan mulia tentang Perkawinan, tentang persatuan yang setia dan mesra antara suami isteri. Tradisi selalu melihat di dalam Kidung Agting satu pernyataan bagus mengenai cinta manusiawi sebagai pancaran murni cinta Allah, satu cinta yang "kuat seperti maut" dan "juga air yang banyak... tidak dapat memadamkannya" (Kid 8:6-7).

Perkawinan dalam Tuhan

1612. Perjanjian perkawinan antara Allah dan umat-Nya Israel telah mempersiapkan perjanjian yang baru dan abadi. Dalam Perjanjian ini Putera Allah dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia dan dalam penyerahan hidup-Nya boleh dikatakan mempersatukan diri dengan seluruh umat manusia yang diselamatkan-Nya5 dan dengan demikian mempersiapkan "Perkawinan Anak Domba" (Why 19:7.9).

1613. Pada awal hidup-Nya di muka umum Yesus melakukan - atas permohonan ibu-Nya - mukjizat-Nya yang pertama pada suatu pesta perkawinan.6 Gereja menganggap kehadiran Yesus pada pesta perkawinan di Kana itu suatu hal penting. Ia melihat di dalamnya suatu penegasan bahwa Perkawinan adalah sesuatu yang baik, dan pernyataan bahwa mulai sekarang Perkawinan adalah suatu tanda tentang kehadiran Kristus yang berdaya guna.
1 Bdk. Kej 3:16.
2 Bdk. Mat 19:8; Ul 24:1.
3 Bdk. Hos 1-3; Yes 54; 62; Yer 2-3; 31; Yeh 16; 23.
4 Bdk. Mal 2:13-17.
5 Bdk. GS 22.
6 Bdk. Yoh 2:1-11.
1614. Dalam pewartaan-Nya, Yesus mengajarkan dengan jelas arti asli dari persatuan pria dan wanita, seperti yang dikehendaki Pencipta sejak permulaan; izin yang diberikan oleh Musa untuk menceraikan isteri adalah suatu penyesuaian terhadap ketegaran hati; 1 kesatuan perkawinan antara pria dan wanita tidak tercerai - Allah sendiri telah mempersatukan mereka; "Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Mat 19:6).

1615. Penegasan-Nya bahwa tali Perkawinan tidak dapat diputuskan, menimbulkan kebingung-an dan dianggap satu tuntutan yang tidak dapat dipenuhi. Tetapi Yesus tidak meletakkan kepada suami isteri beban yang tidak terpikulkan,2 yang lebih berat lagi daripada peraturan Musa. Dengan memperbaiki tata ciptaan awal yang telah diguncangkan oleh dosa, Ia sendiri memberi kekuatan dan rahmat, untuk dapat menghidupkan Perkawinan dalam sikap baru Kerajaan Allah. Kalau suami isteri mengikuti Kristus, menyangkali diri sendiri dan memikul salibnya3 mereka akan "mengerti" arti asli dari Perkawinan4 dan akan dapat hidup menurutnya dengan pertolongan Kristus. Rahmat Perkawinan Kristen ini adalah buah dari salib Kristus, sumber setiap penghayatan Kristen.

1616. Santo Paulus memberi pengertian, apabila ia berkata: "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk, menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman" (Ef 5:25-26). Ia langsung menambahkan: "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat" (Ef 5:31-32).

1617. Seluruh kehidupan Kristen diwarnai cinta mempelai antara Kristus dan Gereja. Pembaptisan, langkah masuk ke dalam Umat Allah, sudah merupakan satu misteri mempelai; ia boleh dikatakan "permandian perkawinan",5 yang mendahului perjamuan perkawinan, Ekaristi. Perkawinan Kristen menjadi tanda yang berdaya guna, Sakramen perjanjian antara Kristus dan Gereja. Karena ia menandakan dan membagikan rahmat-Nya, maka Perkawinan antara mereka yang dibaptis adalah Sakramen Perjanjian Baru yang sebenarnya.6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar