Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Jumat, 12 April 2013

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 180

KGK ke 180


ARTIKEL 5 : URAPAN ORANG SAKIT

1499. "Melalui perminyakan suci orang sakit dan doa para imam, seluruh Gereja menyerahkan mereka yang sakit kepada Tuhan yang bersengsara dan telah dimuliakan, supaya Ia menyembuhkan dan menyelamatkan mereka; bahkan Gereja mendorong mereka untuk secara bebas menggabungkan diri dengan sengsara dan wafat Kristus, dan dengan demikian memberi sumbangan bagi kesejahteraan Umat Allah" (LG 11).

I. * Dasar-dasarnya dalam tata keselamatan


Penyakit dalam kehidupan manusia


1500. Penyakit dan sengsara sejak dahulu kala termasuk percobaan yang paling berat dalam kehidupan manusia. Di dalam penyakit manusia mengalami ketidak-mampuan, keterbatasan, dan kefanaannya. Setiap penyakit dapat mengingatkan kita akan kematian. 1006

1501. Penyakit dapat menyebabkan rasa takut, sikap menutup diri malahan kadang-kadang rasa putus asa dan pemberontakan terhadap Allah. Tetapi ia juga dapat membuat manusia menjadi lebih matang, dapat membuka matanya untuk apa yang tidak penting dalam kehidupannya, sehingga ia berpaling kepada hal-hal yang penting. Sering kali penyakit membuat orang mencari Allah dan kembali lagi kepada-Nya.

Orang sakit di depan Allah

1502. Manusia Perjanjian Lama menanggung penyakit dengan memandang kepada Allah. Ia mengeluh kepada Allah mengenai penyakitnya,1 ia memohon penyembuhan2 dari-Nya, Tuhan atas hidup dan mati. Penyakit menjadi jalan menuju pertobatan,3 dan karena pengampunan oleh Allah, terjadilah penyembuhan.4 Bangsa Israel mengalami bahwa penyakit, atas cara penuh rahasia, berhubungan dengan dosa dan dengan yang jahat, dan bahwa kesetiaan kepada Allah, sesuai dengan hukum-Nya, mengembalikan hidup: "sebab Aku Tuhanlah, yang menyembuhkan engkau" (Kel 15:26). Nabi Yesaya mengerti bahwa sengsara juga dapat mempunyai arti penyilihan bagi orang-orang lain.5 Ia mengumumkan bahwa Allah akan mendatangkan bagi Sion suatu waktu, di mana Ia akan mengampuni setiap kesalahan dan akan menyembuhkan setiap penyakit.6

Kristus sebagai dokter

1503. Belas kasihan Kristus kepada orang sakit dan penyembuhan segala macam penyakit7 yang dilakukan-Nya, adalah tanda-tanda nyata bahwa "Allah... telah melawat umat-Nya" (Luk 7:16) dan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat sekali. Yesus mempunyai kuasa, tidak hanya untuk menyembuhkan, tetapi juga untuk mengampuni dosa.8 Ia telah datang untuk menyembuhkan manusia seutuhnya - jiwa dan badan. Ia adalah dokter, yang orang-orang sakit butuhkan.9 Belas kasihan-Nya kepada orang yang menderita sekian dalam, sampai Ia menyamakan diri-Nya dengan mereka: "Ketika Aku sakit, kamu melawat Aku" (Mat 25:36). Cinta-Nya yang khusus kepada orang sakit menggerakkan warga Kristen sepanjang sejarah agar memperhatikan mereka yang menderita, baik badan maupun jiwa. Cinta itu mengajak supaya berusaha tanpa kenal lelah untuk meringankan nasib mereka.

1504. Sering kali Yesus menginginkan dari penderita sakit supaya mereka percaya.10 Ia mempergunakan tanda-tanda untuk menyembuhkan: ludah dan peletakan tangan,11 adonan dari tanah dan pembasuhan.12 Penderita sakit mencoba untuk menjamah-Nya,13 "karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya" (Luk 6:19). Di dalam Sakramen-Sakramen, Yesus masih tetap "menjamah" dan menyem-buhkan kita.

1505. Terharu oleh sekian banyak penderitaan, Yesus tidak hanya membiarkan diri-Nya dijamah oleh para penderita, Ia malahan menjadikan sengsara mereka itu sebagai sengsara-Nya sendiri: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit
1 Bdk. Mzm 38.
2 Bdk. Mzm 6:3; Yes 38.
3 Bdk. Mzm 38:5; 39:9.12.
4 Bdk. Mzm 32:5; 107:20; Mrk 2:5-12.
5 Bdk. Yes 53:11.
6 Bdk. Yes 33:24.
7 Bdk. Mat 4:24.
8 Bdk. Mrk 2:5-12.
9 Bdk. Mrk 2:17.
10 Bdk. Mrk 5:34.36; 9:23.
11 Bdk. Mrk 7:32-36; 8:22-25.
12 Bdk. Yoh 9:6-7.
13 Bdk. Mrk 1:41; 3:10; 6:56.

kita" (Mat 8:17).1 Tetapi Ia tidak menyembuhkan semua orang sakit. Penyembuhan-Nya adalah tanda-tanda untuk kedatangan Kerajaan Allah. Mereka memaklumkan satu penyembuhan yang jauh lebih dalam maknanya: kemenangan atas dosa dan kematian melalui Paska-Nya. Di kayu salib Kristus menanggung seluruh beban kejahatan.2 Ia "menghapus dosa dunia" (Yoh 1:29), yang adalah sebab bagi penyakit. Oleh sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, Kristus memberi arti baru kepada penderitaan: Ia dapat membuat kita menyerupai-Nya dan dapat menyatukan kita dengan sengsara-Nya yang menyelamatkan.

"Sembuhkanlah orang sakit ...!"

1506. Kristus mengajak murid-murid-Nya, supaya mengikuti-Nya dan memikul salib mereka.3 Dalam mengikuti Dia mereka mendapat satu pandangan baru mengenai penyakit dan penderita sakit. Yesus mengikut-sertakan mereka di dalam hidup-Nya sendiri yang miskin dan siap melayani. Ia membiarkan mereka mengambil bagian dalam pelayanan belas kasihan dan keselamatan-Nya. "Mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka" (Mrk 6:12-13).

1507. Tuhan yang bangkit mengulangi perutusan ini ("[Atas nama-Ku] mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh": Mrk 16:18) dan meneguhkannya dengan tanda-tanda yang Gereja lakukan, apabila ia menyerukan nama-Nya.4 Tanda-tanda ini menyatakan dengan cara yang khusus, bahwa Yesus adalah benar-benar "Allah yang menyelamatkan".5 430

1508. Kudus memberi kepada orang tertentu karunia khusus untuk menyembuhkan , guna menunjukkan betapa berdaya guna rahmat dari Dia yang telah bangkit itu. Namun doa-doa yang paling intensif pun tidak mendatangkan penyembuhan segala penyakit. Dengan demikian Santo Paulus harus mendengar dari Tuhan sendiri: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (2 Kor 12:9). Penderitaan yang harus ditanggung dapat mempunyai arti yang berikut ini: "untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat, aku menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus" (Kol 1:24). 798, 618

1509. "Sembuhkanlah orang sakit" (Mat 10:8). Gereja menerima tugas ini dari Tuhan dan berusaha melaksanakannya, dengan merawat orang sakit dan menyertainya dengan doa syafaatnya. Ia percaya akan kehadiran yang menghidupkan dari Kristus, Penyembuh penyakit jiwa dan badan. Kehadiran ini bekerja terutama melalui Sakramen-Sakramen, dan sangat khusus melalui Ekaristi, roti yang memberi hidup abadi.6 Santo Paulus menunjukkan bahwa Ekaristi mempunyai hubungan juga dengan kesehatan badan.7
1510. Gereja apostolik mengenal ritus tersendiri untuk orang sakit. Ini disaksikan oleh santo Yakobus: "Kalau ada orang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para
1 Bdk. Yes 53:4.
2 Bdk. Yes 53:4-6.
3 Bdk. Mat 10:38.
4 Bdk. Kis 9:34; 14:3.
5 Bdk. Mat 1:21; Kis 4:12.
6 Bdk. Yoh 6:54.58.
7 Bdk. 1 Kor 11:30.

penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni" (Yak 5:14-15). Tradisi telah melihat dalam ritus ini satu dari ketujuh Sakramen Gereja. 1 1117

Sebuah Sakramen untuk orang sakit

1511. Gereja percaya dan mengakui bahwa di antara tujuh Sakramen ada satu yang sangat khusus ditentukan untuk menguatkan orang-orang yang dicobai oleh penyakit: Urapan Orang Sakit.
"Urapan Orang Sakit yang kudus ini ditetapkan oleh Kristus Tuhan kita, sebagai Sakramen Perjanjian Baru yang sebenamya dan sesungguhnya, disinggung oleh Markus,2 tetapi dianjurkan kepada orang beriman dan diumumkan oleh Yakobus, Rasul dan saudara Tuhan"3 (Konsili Trente: DS 16.95).

1512. Dalam tradisi liturgi baik di Timur maupun di Barat terdapat kesaksian-kesaksian sejak dahulu kala mengenai Urapan Orang Sakit dengan minyak yang diberkati. Lama-kelamaan Urapan Orang Sakit ini diberikan hanya kepada orang dalam sakratul maut, sehingga ia dinamakan sebagai "perminyakan terakhir". Meskipun terjadi perkembangan macam ini, namun Gereja tidak pernah berhenti berdoa kepada Tuhan, supaya orang sakit sembuh kembali, seandainya itu berguna bagi keselamatannya.4

1513. Konstitusi Apostolik "Sacram unctionem infirmorum" 30 Nopember 1972 menentukan seturut Konsili Vatikan II,5 bahwa mulai sekarang dalam ritus Roma berlaku yang berikut ini:
"Sakramen Urapan Orang Sakit diberikan kepada mereka, yang keadaan kesehatannya sangat terancam, dengan mengurapi mereka di dahi dan di tangan dengan minyak zaitun yang telah diberkati sesuai dengan peraturan atau, sesuai dengan keadaan, dengan minyak nabati lain yang diberkati sesuai dengan peraturan, sambil mengucapkan satu kali kata-kata yang berikut ini "Semoga karena pengurapan suci ini Allah yang Maharahim menolong Saudara dengan rahmat Roh Kudus. Semoga Tuhan membebaskan Saudara dari dosa dan membangunkan Saudara di dalam rahmat-Nya".6

II. * Siapa menerima dan siapa memberi Urapan Orang Sakit?


Dalam keadaan sakit berat...


1514. Urapan orang sakit "bukanlah Sakramen bagi mereka yang berada di ambang kematian saja. Maka saat yang baik untuk menerimanya pasti sudah tiba, bila orang beriman mulai ada dalam bahaya maut karena menderita sakit atau sudah lanjut usia" (SC 73).7

1515. Kalau seorang sakit yang telah menerima urapan ini sehat kembali, maka ia dapat menerima lagi Sakramen ini, apabila ia sakit berat lagi. Dalam menderita penyakit yang sama, Sakramen ini dapat diulangi, kalau keadaan makin buruk. Dianjurkan agar seorang
1 Bdk. DS 216; 1324-1325; 1695-1696; 1716-1717.
2 Bdk. Mrk 6:13.
3 Bdk. Yak 5:14-15.
4 Bdk. DS 1696.
5 Bdk. SC 73.
6 Bdk. CIC, can. 847 §1.
7 Bdk. CIC, cann. 1004 §1; 1005; 1007; CCEO, can. 738.

yang menghadapi operasi besar, menerima Urapan Orang Sakit. Demikian juga berlaku untuk orang tua renta, yang kekuatannya mulai melemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar