Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Rabu, 08 Mei 2013

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 206

KGK ke 206

ARTIKEL 13 : RAHMAT DAN PEMBENARAN

I. * Pembenaran

1987. Rahmat Roh Kudus mempunyai kekuatan untuk membenarkan kita, artinya untuk membersihkan kita dari dosa dan untuk memberikan kepada kita "kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus" (Rm 3:22) dan karena Pembaptisan:1
"Jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maul tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus" (Rm 6:8-11).

1988. Dalam kuasa Roh Kudus kita mengambil bagian dalam sengsara dan kebangkitan Kristus dengan kita mati terhadap dosa, dan dilahirkan ke dalam hidup baru. Karena kita adalah anggota-anggota Tubuh-Nya, yaitu Gereja,2 dan ranting-ranting yang tinggal pada pokok anggur, yaitu Ia sendiri.3
"Oleh Roh kita mengambil bagian dalam Allah. Oleh karena kita mengambil bagian dalam Roh, maka kita mengambil bagian dalam kodrat ilahi ... Karena itu mereka di dalam siapa Roh tinggal, telah diilahikan" (Atanasius, ep. Serap. 1, 24).

1989. Karya pertama rahmat Roh Kudus adalah pertobatan yang menghasilkan pembenaran, sebagaimana Yesus telah nyatakan pada awal Injil-Nya. "Bertobatlah, Sebab Kerajaan surga sudah dekat" (Mat 4:17). Manusia digerakkan oleh rahmat supaya mengarahkan diri kepada Allah dan menjauhkan diri dari dosa. Dengan demikian ia menerima pengampunan dan pembenaran dari atas. Inilah unsur-unsur dari "pembenaran itu sendiri, yang bukan hanya pengampunan dosa, melainkan juga pengudusan dan pembaharuan manusia batin" (Konsili Trente: DS 1528).

1 Bdk. Rm 6:3-4.
2 Bdk. 1 Kor 12.
3 Bdk. Yoh 15:1-4.


1990. Pembenaran melepaskan manusia dari dosa, yang berlawanan dengan kasih kepada Allah dan memurnikan hatinya. Pembenaran terjadi karena prakarsa-prakarsa kerahiman Allah yang menawarkan pengampunan. Ia mendamaikan manusia dengan Allah, membebaskannya dari kuasa dosa dan menyembuhkannya.

1991. Pembenaran serentak berarti bahwa orang menerima kebenaran Allah melalui iman akan Yesus Kristus. "Kebenaran" di sini menyatakan keluhuran kasih ilahi. Waktu pembenar-an, dicurahkanlah harapan dan kasih ke dalam hati kita dan kita disanggupkan untuk mematuhi kehendak Allah.

1992. Pembenaran diperoleh bagi kita melalui sengsara Kristus, yang menyerahkan Diri di salib sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah dan yang darah-Nya telah menjadi alat pemulih bagi dosa semua manusia. Pembenaran diberi kepada kita melalui Pembaptisan, Sakramen iman. Ia menjadikan kita serupa dengan kebenaran Allah, yang membenarkan kita secara hatin melalui kekuasaan betas kasihan-Nya. Tujuan pembenaran ialah kemuliaan Allah dan Kristus demikian juga anugerah kehidupan abadi".1
Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-Kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksudnya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus" (Rm 3:21-26).

1993. Pembenaran mendasari satu kerja sama antara rahmat Allah dan kebebasan manusia. Ia terungkap dalam kenyataan bahwa manusia dengan percaya menerima Sabda Allah, yang mengajaknya untuk bertobat dan bahwa ia bekerja sama dalam kasih dengan dorongan Roh Kudus, yang mendahului persetujuan kita dan menopangnya.
"Kalau Allah menjamah hati manusia melalui terang Roh Kudus, maka manusia di satu pihak bukan tidak aktif sama sekali, karena ia menerima ilham yang dapat ia tolak juga; di lain pihak ia tidak dapat mengangkat diri dengan kehendak bebasnya tanpa rahmat Allah ke dalam keadilan di hadapan Allah" (Konsili Trente: DS 1525).

1994. Pembenaran adalah karya kasih Allah yang paling agung. Ia diwahyukan dalam Yesus Kristus dan diberikan oleh Roh Kudus. Santo Agustinus berangapan bahwa "pembenaran seorang yang hidup tanpa Allah adalah karya yang jauh lebih besar daripada penciptaan langit dan bumi", karena "langit dan bumi akan lenyap, sementara keselamatan dan pembenaran orang terpilih akan tetap tinggal" (ev. Jo. 72, 3). Malahan ia berpendapat, pembenaran orang berdosa melampaui penciptaan para malaikat dalam kebenaran, karena Ia memberi kesaksian mengenai kerahiman yang lebih besar lagi.
1995. Roh Kudus adalah guru batin. Pembenaran membangkitkan "manusia batin" (Rm 7:22; Ef 3:16) dan membawa serta pengudusan seluruh hakikat manusia.
1 Bdk. Konsili Trente: DS 1529.

"Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian halnya kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan... Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal" (Rm 6:19.22).

II. * Rahmat

1996. Kita memperoleh pembenaran berkat rahmat Allah. Rahmat adalah kemurahan hati, pertolongan sukarela. yang Allah berikan kepada kita, agar kita dapat menjawab panggilan-Nya. Sebab panggilan kita ialah menjadi anak-anak Allah,1 anak-anak angkat-Nya,2 mengambil bagian dalam kodrat ilahi,3 dan dalam kehidupan abadi.4

1997. Rahmat adalah keikutsertaan ada kehidupan Allah, ia mengantar kita masuk ke dalam kehidupan Tritunggal yang paling dalam: melalui Pembaptisan warga Kristen mengambil bagian dalam rahmat Kristus, yang adalah Kepala Tubuh-Nya. Sebagai "anak angkat", orang Kristen dapat menamakan Allah "Bapanya" hanya dalam persatuan dengan Putera yang tunggal. Ia menerima kehidupan Roh, yang mencurahkan kasih kepadanya dan yang membangun Gereja.

1998. Panggilan menuju kehidupan abadi ini bersifat adikodrati. Ia diterima hanya karena kebaikan Allah yang secara sukarela mendahului kita karena hanya Ia yang dapat mewahyukan Diri dan memberikan Diri. Panggilan itu melampaui kekuatan pikiran dan kehendak manusia dan segala makhluk.5

1999. Rahmat Allah berarti bahwa Allah memberi kehidupan-Nya secara cuma-cuma kepada kita. Ia mencurahkannya ke dalam hati kita melalui Roh Kudus, untuk menyembuhkan-nya dari dosa dan untuk menguduskannya. Itulah rahmat pengudusan atau rahmat pengilahian, yang telah kita terima di dalam Pembaptisan. Ia merupakan asal "karya keselamatan" di dalam kita.6
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya" (2 Kor 5:17-18).

2000. Rahmat pengudusan adalah satu anugerah yang tetap, satu kecondongan adikodrati yang tetap. Ia menyempurnakan jiwa, supaya memungkinkannya hidup bersama dengan Allah dan bertindak karena kasih-Nya. Orang membeda-bedakan apa yang dinamakan rahmat habitual, artinya satu kecondongan yang tetap, supaya hidup dan bertindak menurut panggilan ilahi, dari apa yang dinamakan rahmat pembantu, yakni campur tangan ilahi pada awal pertobatan atau dalam proses karya pengudusan.

2001. Persiapan manusia untuk menerima rahmat sudah merupakan karya rahmat. Rahmat itu perlu untuk menampilkan dan menopang kerja sama kita pada pembenaran melalui iman dan pada pengudusan melalui kasih. Allah menyelesaikan apa yang sudah dimulai-Nya
1 Bdk. Yoh 1:12-18.
2 Bdk. Rm 8:14-17.
3 Bdk. 2 Ptr 1:34.
4 Bdk. Yoh 17:3.
5 Bdk. 1 Kor 2:7-9.
6 Bdk. Yoh 4:14; 7:38-39.

di dalam kita, "karena Ia mulai dengan menyebabkan, bahwa kita mau; Ia menyelesaikan dengan bekerja sama dengan kehendak kita yang telah ditobatkan" (Agustinus, grat. 17).
"Memang kita juga bekerja, namun kita hanya bekerja sama dengan Allah yang bekerja. Karena kerahiman telah mendahului kita, supaya kita, setelah disembuhkan, dihidupkan; Ia mendahului kita, supaya kita dipanggil, dan Ia mengikuti kita, supaya kita dimuliakan; Ia mendahului kita, supaya kita hidup saleh, dan Ia mengikuti kita, supaya kita hidup bersama Allah untuk selama-lamanya, karena tanpa Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa" (Agustinus, nat.et grat. 31).

2002. Tindakan bebas Allah menuntut jawaban bebas dari manusia. Karena Allah telah menciptakan manusia menurut citra-Nya dan telah memberi kepadanya bersama dengan kebebasan kemungkinan, supaya mengenai Dia dan mengasihi Dia. Jiwa hanya dapat masuk secara sukarela ke dalam persatuan kasih. Allah langsung menjamah dan menggerakkan hati manusia. Ia telah menempatkan di dalam manusia kerinduan akan yang benar dan yang balk, yang hanya Ia yang dapat memenuhinya. Janji-janji akan "kehidupan abadi" menjawab kerinduan batin ini melampaui segala harapan.
"Kalau pada akhir karya-Mu yang sangat baik Engkau beristirahat pada hariketujuh, maka itu sekedar mengatakan kepada kami lebih dahulu melalui suara buku-Mu, bahwa kami juga pada akhir karya kami, - yang sangat baik, sebab Engkau telah menganugerahkannya kepada kami, - dapat beristirahat dalam Engkau pada sabat kehidupan abadi" (Agustinus, conf. 13, 36, 51).

2003. Rahmat pada tempat pertama adalah anugerah Roh Kudus yang membenarkan dan menguduskan kita. Tetapi di dalam rahmat termasuk juga anugerah-anugerah yang Roh berikan kepada kita, untuk membuat kita mengambil bagian dalam karya-Nya serta menyanggupkan kita untuk berkarya demi keselamatan orang lain dan pertumbuhan Tubuh Kristus, yaitu Gereja. Termasuk di dalamnya rahmat-rahmat sakramental, artinya anugerah-anugerah khusus dalam Sakramen yang berbeda-beda. Termasuk juga di dalamnya rahmat-rahmat khusus, yang dinamakan karisma, sesuai dengan ungkapan Yunani yang dipergunakan oleh santo Paulus, yang berarti kemurahan hati, anugerah bebas, dan perbuatan baik.1 Ada berbagai macam karisma, sering kali juga yang luar biasa seperti anugerah mukjizat atau anugerah bahasa. Semuanya itu diarahkan kepada rahmat pengudusan dan bertujuan pada kesejahteraan umum Gereja. Karisma itu harus mengabdi kasih, yang membangun Gereja.2

2004. Di antara rahmat-rahmat khusus perlu disebutkan rahmat status, yang menyertai pelaksanaan kewajiban kehidupan Kristen dan pelaksanaan pelbagai pelayanan di dalam Gereja.
"Kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita" (Rm 12:6-8).

2005. Karena rahmat itu adikodrati, maka ia berada di luar pengalaman kita dan hanya diketahui oleh iman. Jadi, kita tidak boleh percaya kepada perasaan atau pekerjaan kita, untuk menyimpulkan darinya bahwa kita telah dibenarkan dan diselamatkan.3 Tetapi menurut perkataan Tuhan: "Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka" (Mat 7:20), maka apabila kita ingat akan perbuatan baik Allah di dalam kehidupan kita dan di dalam kehidupan para kudus, kita dapat melihat di dalamnya suatu jaminan, bahwa rahmat sedang bekerja di dalam kita. Dan itu memberi kita semangat untuk suatu iman yang menjadi semakin kuat dan suatu sikap kemiskinan yang penuh kepercayaan.
Sikap ini terutama dijelaskan secara amat baik dalam jawaban santa Jeanne d’Arc atas sebuah pertanyaan hakim-hakim Gerejanya: Setelah ditanya, apakah ia tahu bahwa ia berada dalam rahmat Allah, ia menjawab: "kalau aku tidak ada di dalamnya, semoga Allah menempatkan aku di dalamnya; kalau aku ada di dalamnya, semoga Allah memelihara aku di dalamnya" (Jeanne d Am, proc.).

1 Bdk. LG 12.
2 Bdk. 1 Kor 12.
3 Bdk. Konsili Trente: DS 1533-1534.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar