Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Rabu, 01 Mei 2013

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 198

KGK ke 198


Harapan

1817. Harapan adalah kebajikan ilahi yang olehnya kita rindukan Kerajaan surga dan kehidupan abadi sebagai kebahagiaan kita, dengan berharap kepada janji-janji Kristus dan tidak mengandalkan kekuatan kita, tetapi bantuan rahmat Roh Kudus. "Marilah kita berpegang teguh kepada pengakuan tentang harapan kita, sebab Ia yang menjanjikannya, setia" (Ibr 10:23). Allah telah "melimpahkan Roh Kudus kepada kita melalui Yesus Kristus, Juru Selamat kita, supaya kita, sebagai oranng yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima kehidupan abadi, sesuai dengan pengharapan kita" (Tit 3:6-7).

1818. Kebajikan harapan itu sejalan dengan kerinduan akan kebahagiaan yang telah Allah letakkan di dalam hati setiap manusia. Ia merangkum harapan, yang menjiwai perbuatan manusia: ia memurnikannya, supaya mengarahkannya kepada Kerajaan surga; ia melindunginya terhadap kekecewaan; ia memberi kemantapan dalam kesepian; ia membuka hati lebar-lebar dalam menantikan kebahagiaan abadi. Semangat yang harapan berikan, membebaskan dari egoisme dan mengantar kepada kebahagiaan cinta kasih Kristen.

1819. Harapan Kristen mengambil alih dan memenuhi harapan umat terpilih, yang memiliki asal dan contohnya dalam harapan Abraham. Ia diberkati oleh Allah secara berlimpah melalui janji-janji yang terpenuhi dalam Ishak dan dibersihkan melalui ujian kurban.1 "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa" (Rm 4:18).

1820. Harapan Kristen dibentangkan langsung pada awal kotbah Yesus dalam sabda bahagia. Sabda bahagia mengarahkan harapan kita ke surga sebagai tanah terjanji yang baru; mereka menunjukkan jalan melalui percobaan-percobaan yang menantikan murid-murid Yesus. Tetapi oleh jasa Yesus Kristus dan sengsara-Nya, Allah mempertahankan kita dalam harapan; "tetapi harapan tidak mengecewakan" (Rm 5:5). "Di dalam dia kita memiliki sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita", yang sampai ke tempat, "di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita" (Ibr 6:19-20). Ia juga merupakan senjata yang membeIa kita dalam perjuangan demi keselamatan kita: "Baiklah kita sadar, berbaju-zirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan" (1 Tes 5:8). Harapan memberi kepada kita kegembiraan dalam percobaan sekalipun: "Bersuka-citalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan" (Rm 12:12). Ia mengungkapkan diri dalam dan dikuatkan oleh doa, terutama doa Bapa Kami, kesimpulan dari segala sesuatu yang kita rindukan dalam harapan.

1821. Jadi kita dapat mengharapkan kemuliaan surga, yang Allah telah janjikan kepada mereka yang mencintai Dia2 dan melakukan kehendak-Nya.3 Dalam tiap situasi kita harus berharap, agar dengan rahmat Allah kita "dapat bertahan sampai akhir"4 dan mendapat kegembiraan surga: ganjaran yang diberikan oleh Allah terhadap perbuatan baik yang dilaksanakan dengan rahmat Kristus. Dengan penuh harapan Gereja berdoa, supaya "semua orang diselamatkan" (1 Tim 2:4). Ia sangat merindukan, agar dipersatukan bersama Kristus, mempelai-Nya, dalam kemuliaan surga.
"Berharaplah, hai jiwaku, berharaplah! Engkau tidak mengetahui hari dan waktu. Berjaga- jagalah dengan penuh perhatian. Segala sesuatu berlalu dengan cepat, walaupun ketidaksabaranmu membuat hal yang pasti jadi diragukan dan membuat waktu yang singkat menjadi panjang. Ingatlah: semakin
1 Bdk. Kej 17:4-8; 22:1-18.
2 Bdk. Rm 8:28-30.
3 Bdk. Mat 7:21.
4 Bdk. Mat 10:22; Konsili Trente: DS 1541.

banyak engkau berjuang, semakin banyak engkau akan membuktikan cintamu kepada Allah dan pada suatu hari akan semakin banyak engkau bergembira dengan kekasihmu dalam satu kebahagiaan dan kegembiraan yang tidak pernah akan berakhir" (Teresia dari Yesus, excl. 15, 3).

Kasih

1822. Kasih adalah kebajikan ilahi, dengannya kita mengasihi Allah di atas segala-galanya demi diri-Nya sendiri dan karena kasih kepada Allah kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. 1723

1823. Yesus membuat kasih menjadi suatu perintah baru.1 Karena Ia mengasihi orang-orang-Nya "sampai pada kesudahannya" (Yoh 13:1), Ia menyatakan kasih yang Ia terima dari Bapa-Nya. Melalui kasih satu sama lain para murid mencontoh kasih Yesus, yang mereka terima dari Dia. Karena itu Yesus berkata: Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu" (Yoh 15:9). Dan juga: "Inilah perintah-Ku: yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh 15:12). 1970

1824. Sebagai buah roh dan penyempurnaan hukum, kasih mematuhi perintah-perintah Allah dan Kristus. "Tinggallah di dalam kasih-Ku! Jikalau kamu menurut perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku" (Yoh 15:9-10).2 735

1825. Kristus telah wafat karena kasih terhadap kita, ketika kita masih "musuh" (Rm 5:10). Tuhan menghendaki agar kita mengasihi musuh-musuh kita menurut teladan-Nya (Mat 5:44), menunjukkan diri kita sebagai sesama kepada orang yang terasing,3 dan mengasihi anak-anak4 dan kaum miskin.5
Santo Paulus melukiskan gambaran mengenai kasih yang tidak ada tandingannya: Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri: Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1 Kor 13:4-7). 604

1826. Rasul juga mengatakan: sekalipun aku memiliki segala sesuatu dan sanggup melaksana-kan segala sesuatu, "tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak bergu-na". Dan sekalipun aku mempunyai segala keistimewaan, pelayanan, dan juga kebajikan "tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku" (1 Kor 13:1-4). Kasih melebihi segala kebajikan. Ia adalah kebajikan ilahi yang paling utama: "Demikianlah tinggal ketiga hal ini yaitu iman, harapan, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih" (1 Kor 13:13).

1827. Pelaksanaan semua kebajikan ini dijiwai dan digerakkan oleh kasih. Inilah "pengikat yang menyatukan dan menyempumakan" (Kol 3:14); ia adalah pembentuk kebajikan; ia menentukan dan mengatur kebajikan-kebajikan; kasih Kristen mengamankan dan memurnikan kekuatan kasih manusiawi kita. Ia meninggikannya sampai kepada kesempurnaan adikodrati, kepada kasih ilahi. 815, 826
1 Bdk. Yoh 13:43.
2 Bdk. Mat 22:40; Rm 13:8-10.
3 Bdk. Luk 10:27-37.
4 Bdk. Mrk 9:37.
5 Bdk. Mat 25:40, 45.

1828. Kehidupan moral yang dijiwai oleh kasih memberi kepada orang Kristen kebebasan anak-anak Allah. Di depan Allah ia tidak lagi bersikap sebagai seorang hamba dengan ketakutan yang merendahkan dan juga bukan sebagai seorang buruh harian yang ingin dibayar, melainkan sebagai seorang anak, yang memberi jawaban kepada kasih dari Dia, yang "lebih dahulu mengasihi kita" (1 Yoh 4:19).
"Atau kita berpaling dari yang jahat, karena takut akan siksa, berarti kita bersikap sebagai seorang hamba. Atau kita ingat akan upah dan menjalankan perintah-perintah, karena keuntungan yang mengalir darinya; kita lalu menyerupai bunih harian. Atau kita taat demi kebaikan itu sendiri dan karena kasih kepada Dia, yang telah memberi hukum kepada kita... kita lalu bersikap sebagai putera-putera" (Basilius, reg. fus. prol. 3). 1972

1829. Buah kasih adalah kegembiraan, perdamaian, dan kerahiman; kasih menghendaki kemurahan hati dan teguran persaudaraan; ia adalah perhatian; ia ingin memberi dan menerima; ia tanpa pamrih dan murah hati; ia adalah persahabatan dan persekutuan.
"Penyempurnaan seluruh pekerjaan kita adalah kasih. Itulah tujuan yang karenanya kita berlari kepadanya, kita bergegas dan di dalamnya kita akan mengasoh, kalau kita telah mencapainya" (Agustinus, ep. Jo. 10, 4).

III.* Karunia dan buah-buah Roh Kudus

1830. Kehidupan moral orang-orang Kristen ditopang oleh karunia-karunia Roh Kudus. Karunia ini merupakan sikap yang tetap, yang mencondongkan manusia, supaya mengikuti dorongan Roh Kudus.

1831. Ketujuh karunia Roh Kudus adalah: kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, kesalehan, dan rasa takut kepada Allah. Dalam seluruh kepenuhannya mereka adalah milik Kristus, Putera Daud.1 Mereka melengkapkan dan menyempurna-kan kebajikan dari mereka yang menerimanya. Mereka membuat umat beriman siap mematuhi ilham ilahi dengan sukarela.
"Kiranya Roh-Mu yang baik menuntun aku di tanah yang rata" (Mzm 143:10).
"Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah ... Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris; kita adalah ahli waris Allah dan rekan ahli waris Kristus" (Rm 8:14.17).

1832. Buah-buah Roh adalah kesempumaan, yang Roh Kudus hasilkan di dalam kita sebagai buah-buah sulung kemuliaan abadi. Tradisi Gereja menyebutkan dua belas macam: "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri, kerendahan hati, kesederhanaan, dan kemumian" (Gal 5:22-23).

TEKS-TEKS SINGKAT

1833. Kebajikan adalah kecenderungan yang tetap dan teguh untuk melakukan yang baik.

1834. Kebajikan manusiawi adalah kecenderungan yang teguh dari akal budi dan kehendak, yang mengarahkan perbuatan kita, mengatur hawa nafsu kita, dan membimbing tingkah laku kita, supaya sesuai dengan akal budi. Mereka dapat dikelompokkan menurut empat kebajikan pokok: kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan penguasaan diri.
1 Bdk. Yes 1-2.

1835. Kebijaksanaan memungkinkan budi yang praktis. supaya dalam semua situasi mengerti kebaikan yang benar dan memilih sarana yang tepat untuk melaksanakannya.

1836. Keadilan terdiri dari kehendak yang tetap dan teguh untuk memberi kepada Allah dan sesama, apa yang menjadi hak mereka.

1837. Keberanian menyanggupkan untuk mengejar kebaikan dengan teguh dan tabah dalam kesulitan.

1838. Penguasaan diri mengekang kecenderungan kepada kenikmatan jasmani dan membuat kita mempertahankan ukuran yang wajar dalam penggunaan benda-benda yang diciptakan.

1839. Kebajikan moral tumbuh oleh pendidikan, latihan, dan usaha yang tabah. Rahmat ilahi memurnikannya dan meningkatkannya.

1840. Kebajikan ilahi memungkinkan seorang Kristen, hidup dalam persekutuan dengan Tritunggal Mahakudus. Allah adalah awal, sebab, dan obyeknya. Allah sendiri, yang dalam iman dikenal dan diharapkan dan demi diri-Nya sendiri dikasihi.

1841. Ada tiga kebajikan ilahi: iman, harapan, dan kasih.1 Mereka membentuk dan menjiwai semua kebajikan moral.

1842. Melalui iman kita percaya akan Allah dan mengimani segala sesuatu yang telah Ia wahyukan dan yang disampaikan Gereja kudus kepada kita supaya dipercaya.

1843. Melalui harapan kita merindukan dan menantikan dari Allah dengan harapan teguh kehidupan abadi dan rahmat, kepercayaan untuk memperolehnya.

1844. Melalui kasih kita mengasihi Allah di atas segala-galanya dan karena kasih kepada-Nya kita mengasihi sesama kita seperti diri sendiri. Ia adalah "pengikat kesempurnaan" (Kol 3:14) dan pembentuk segala kebajikan.

1845. Ketujuh karunia Roh Kudus yang diberi kepada orang Kristen adalah: kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, kesalehan, dan rasa takut kepada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar