Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Minggu, 12 Mei 2013

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 209

KGK ke 209

SEKSI DUA          SEPULUH FIRMAN

"Guru, apa yang harus kuperbuat?"

2052. “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh kehidupan abadi?" Pada tempat pertama, Yesus menjelaskan kepada pemuda kaya yang mengajukan pertanyaan ini kepada-Nya bahwa Allah adalah "satu-satunya yang Baik", harus diakui sebagai hakikat dan sumber dari segala yang baik. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Tetapi jikalau engkau hendak memperoleh kehidupan, turutilah segala firman Allah". Lalu Ia menyampaikan kepada penanya itu perintah-perintah menyangkut kasih kepada sesama: "Jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu!" Akhirnya Yesus menyimpulkan perintah-perintah ini: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat 19:16-19).

2053. Pada jawaban yang pertama ini ditambahkan lagi yang kedua: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu, dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku!" (Mat 19:21). Ini tidak menghapus jawaban yang pertama. Termasuk dalam hal mengikuti Kristus bahwa orang melaksanakan perintah-perintah. Hukum tidak dihapus,1 tetapi warga Kristen diajak untuk menemukannya kembali dalam pribadi Gurunya, yang merupakan pemenuhannya yang sempurna. Ajakan Yesus kepada pemuda supaya mengikuti-Nya dalam kepatuhan seorang murid dan memperhatikan perintah-perintah, di dalam tiga Injil Sinoptik digabungkan dengan ajakan untuk kemiskinan dan kemurnian.2 Nasihat-nasihat Injil tidak dapat dipisahkan dari perintah-perintah itu.

2054. Yesus mengambil alih sepuluh firman; tetapi Ia juga mewahyukan kekuatan Roh yang bekerja di dalamnya. Ia mengkhotbahkan keadilan yang "lebih besar daripada yang dimiliki ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi" (Mat 5:20) Serta orang-orang kafir.3 Ia menjelaskan tuntutan firman-firman: "Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: jangan membunuh .... Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya, harus dihukum" (Mat 5:21-22).

2055. Ketika orang menanyakan kepada-Nya: "Guru hukum manakah yang terutama, dalam hukum Taurat?" (Mat 22:36), Yesus menjawab: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat 22:37-40).1 Dekalog harus dijelaskan dalam terang hukum kasih ganda dan sekaligus satu-satunya yang merupakan kegenapan hukum:
"Firman: jangan berzina, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain mana pun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat" (Rm 13:9-10).

1 Bdk. Mat 5:17.
2 Bdk. Mat 19:6-12.21.23-29.
3 Bdk. Mat 5:46-47.

Dekalog dalam Kitab Suci

2056. "Dekalog" secara harafiah berarti "sepuluh firman" (Kel 34:28; Ul 4:13; 10:4). Sepuluh firman ini Allah wahyukan kepada umat-Nya di gunung suci Sinai. Berbeda dengan perintah-perintah lain yang dicatat oleh Musa,2 mereka ditulis oleh "jari Allah" (Kel 31:18).3 Karena itu, mereka merupakan kata-kata Allah dalam arti khusus. Mereka diwahyukan kepada kita dalam buku Keluaran4 dan dalam buku Ulangan.5 Sudah dalam Perjanjian Lama buku-buku suci menunjuk kepada "sepuluh firman"6 itu. Tetapi baru dalam Perjanjian Baru, dalam Yesus Kristus, disingkapkanlah artinya yang paling dalam.

2057. Dekalog harus dimengerti dalam hubungan dengan keluaran dari Mesir, pembebasan Allah yang besar yang terdapat dalam pusat Perjanjian Lama. "sepuluh firman" ini, entah dirumuskan secara negatif sebagai larangan, atau secara positif sebagai perintah (seperti: "hormatilah ayah dan ibumu"), menunjukkan syarat-syarat untuk satu kehidupan yang dibebaskan dari perhambaan dosa. Dekalog adalah jalan kehidupan:
Kalau engkau "mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya dan berpegang pada firman, ketetapan dan peraturan-Nya, engkau akan hidup dan bertambah banyak" (Ul 30:16).
Kekuatan dekalog yang membebaskan ini kelihatan, umpamanya, dalam perintah mengenai istirahat pada hari Sabat, yang juga berlaku untuk orang asing dan budak:
"Sebab haruslah kau ingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh Tuhan, Allahmu, dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung" (Ul 5:15).

2058. Di dalam "sepuluh firman" disimpulkan dan diumumkan hukum Allah: "Firman itulah yang diucapkan Tuhan kepada seluruh jemaahmu dengan suara nyaring di gunung, dari tengah-tengah api, awan, dan kegelapan, dan tidak ditambahkannya apa-apa lagi. Ditulis-Nya semuanya pada dua loh batu, lalu diberikan-Nya kepadaku" (Ul 5:22). Karena itu kedua loh batu itu dinamakan "loh perjanjian". Mereka berisikan ketentuan-ketentuan perjanjian antara Allah dan umat-Nya. "Kedua loh perjanjian ini" (Kel 31:18; 32:15; 34:29) harus disimpan di dalam "tabut" (Kel 25:16; 40:3).

2059. "Sepuluh firman" itu diucapkan oleh Allah dalam rangka satu teofani "Tuhan telah berbicara berhadapan muka dengan kamu di gunung dan di tengah-tengah api" (Ul 5:4). Sepuluh firman itu termasuk dalam pewahyuan diri Allah dan kemuliaan-Nya. Di dalam firman-firman yang Ia berikan, Allah memberi Diri sendiri dan kehendak-Nya yang kudus. Dengan menyatakan kehendak-Nya, Allah mewahyukan Diri kepada umat-Nya. 707, 2823
1 Bdk. UL6:5; Im 19:18.
2 Bdk. Ul 31:9.24.
3 Bdk. Ul 5:22.
4 Bdk. Kel. 20:1-7.
5 Bdk. Ul 5:6-22.
6 Bdk. Misalnya: Hos 4:2; Yer 7:9; Yeh 18:5-9.

2060. Anugerah firman dan hukum adalah bagian dari perjanjian yang Allah adakan dengan orang-orang-Nya. Menurut buku Keluaran, wahyu dari "sepuluh firman itu" terjadi dalam jangka waktu antara penawaran perjanjian 1 dan pengikatan perdamaian 2, setelah umat itu mewajibkan diri untuk "melakukan" segala sesuatu yang dikatakan Tuhan, dan supaya "mematuhi" Dia (Kel 24:7). Dekalog baru disampaikan, kalau sebelumnya diperingatkan akan perjanjian itu ("Tuhan, Allah kita telah mengikat perjanjian dengan kita di Horeb": Ul 5:2). 62

2061. Firman-firman itu memperoleh artinya yang penuh dalam rangka perjanjian. Menurut Kitab Suci, tindakan moral manusia mendapat arti yang sebenarnya di dalam perjanjian dan oleh perjanjian. Yang pertama dari "sepuluh firman" itu mengingatkan bahwa Allah mengasihi umat-Nya lebih dahulu:
"Karena untuk menyiksa dosa telah terjadi perpindahan dari firdaus kebebasan ke perhambaan dunia ini, maka kalimat pertama dari dekalog, yang adalah kata pertama dari firman-firman Allah, menyangkut kebebasan: Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan (Kel 20:2; Ul 5:6)" (Origenes, hom. in Ex. 8, 1).

2062. Firman-firman itu sendiri baru menyusul di tempat kedua; mereka mengatakan, apa yang harus dilakukan berdasarkan hubungan dengan Allah yang diadakan melalui perjanjian. Pelaksanaan hidup kesusilaan adalah jawaban atas tindakan Tuhan yang penuh kasih. Ia adalah pengakuan, pemberian hormat, dan terima kasih kepada Allah. Ia adalah kerja sama dalam rencana yang Allah laksanakan dalam sejarah. 142, 2002

2063. Perjanjian dan dialog antara Allah dan manusia juga tampak dalam kenyataan bahwa Allah sebagai pembuat hukum selalu berbicara dalam orang pertama ("Akulah Tuhan ...") dan selalu menyapa orang per orang ("Engkau ..."). Di dalam semua firman Allah, orang disapa dengan kata ganti orang dalam bentuk tunggal. Sementara Allah meng-umumkan kehendak-Nya kepada seluruh umat, Ia juga menyampaikannya kepada setiap orang.
Tuhan "mewajibkan kasih kepada Allah dan menekankan keadilan terhadap sesama, supaya manusia itu benar dan layak bagi Allah, dan mempersiapkannya melalui dekalog untuk persahabatan-Nya dan untuk kerukunan dengan sesama .... Kata-kata dekalog ... berlaku juga untuk kita [orang Kristen], karena dengan kedatangan Tuhan, mereka dikembangkan dan diperluas, bukan dihapus" (Ireneus, haer. 4, 16, 3-4). 878

Dekalog dalam tradisi Gereja

2064. Setia kepada Kitab Suci dan dalam kesesuaian dengan contoh Yesus, tradisi Gereja selalu memberi kepada dekalog peranan utama.

2065. Sejak santo Agustinus "sepuluh firman" itu mendapat tempat penting dalam pengajaran untuk calon baptis dan umat beriman. Dalam abad ke-15 muncul pula kebiasaan untuk menyusun kembali firman-firman dekalog dalam rumusan positif dan dalam bentuk sajak yang mudah diingat. Kebiasaan itu untuk sebagian masih ada sampai sekarang. Katekismus Gereja sering kali menerangkan ajaran kesusilaan Kristen berdasarkan "sepuluh perintah".

2066. Dalam peredaran sejarah perintah-perintah dibagi dan diurutkan secara berlain-lainan. Katekis-mus ini mengikuti pembagian yang dibuat oleh santo Agustinus, dan telah menjadi tradisi dalam Gereja Katolik. Pembagian ini juga digunakan dalam pengakuan iman Luteran. Bapa-bapa Yunani memakai pembagian yang agak lain, yang terdapat di dalam Gereja Ortodoks dan persekutuan aliran Calvin.

2067. Kesepuluh perintah menyatakan kasih kepada Allah dan sesama. Tiga perintah yang pertama terutama berhubungan dengan kasih kepada Allah, tujuh yang lain berhubungan dengan kasih kepada sesama.
"Seperti kasih mencakup dua perintah dan pada keduanya itu Tuhan menggantungkan seluruh hukum Taurat dan Kitab para nabi ... demikianlah kesepuluh perintah dibagi atas dua loh batu. Tiga ditulis pada batu yang satu dan tujuh pada batu yang lain" (Agustinus, serm. 33, 2, 2).

2068. Konsili Trente mengajarkan bahwa kesepuluh perintah adalah wajib bagi orang Kristen dan bahwa manusia yang telah dibenarkan juga harus mengikutinya.1 Konsili Vatikan II menegaskan: "Para Uskup sebagai pengganti para Rasul menerima pengutusan untuk mengajar semua bangsa dan mewartakan Injil kepada segenap makhluk, supaya semua orang, karena iman, baptis, dan pelaksanaan perintah-perintah memperoleh keselamatan" (LG 24).

Kesatuan dekalog

2069. Dekalog merupakan satu keseluruhan yang tidak dapat dibagi. Tiap "firman"nya menunjuk kepada yang lain dan kepada seluruhnya: mereka bergantung satu sama lain. Kedua loh batu saling menerangkan; mereka membentuk satu kesatuan. Siapa melanggar satu perintah, melanggar seluruh hukum,2 Orang tidak dapat menghormati sesama, tanpa memuji Allah, Penciptanya. Orang tidak dapat menyembah Allah, tanpa mengasihi manusia, yang adalah makhlukNya. Dekalog mempersatukan kehidupan rohani dan kehidupan sosial manusia.

Dekalog dan hukum kodrat

2070. Sepuluh firman adalah bagian dari wahyu Allah. Serentak mereka mengajarkan kepada kita kodrat manusia yang sebenarnya. Mereka menampilkan kewajiban-kewajiban hakikinya dan dengan demikian juga secara tidak langsung hak-hak asasinya, yang ada di dalam kodrat manusia. Dekalog merupakan ungkapan yang baik sekali tentang hukum moral kodrati:
"Sejak awal Allah telah menanamkan firman-firman kodrati di dalam hati manusia. Pertama-tama Ia hanya mengingatkan mereka. Itulah dekalog" (Ireneus, haer. 4, 15, 1).

2071. Walaupun firman-firman dekalog dapat dimengerti oleh pikiran, namun mereka diwahyu-kan. Supaya sampai kepada pengetahuan yang lengkap dan pasti mengenai tuntutan hukum kodrati itu, manusia berdosa memerlukan wahyu itu.
"Dalam keadaan dosa sangat diperlukan satu penjelasan lengkap mengenai perintah-perintah dekalog, karena sinar akal budi telah digelapkan dan kehendak telah menyimpang dari jalan" (Bonaventura, sent. 4, 37, 1, 3). 1960
Kita mengenai perintah-perintah Allah melalui wahyu ilahi, yang dinyatakan kepada kita di dalam Gereja dan oleh suara hati nurani. 1777
1 Bdk. DS 1569-1570.
2 Bdk. Yak 2:10-11.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar