Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Minggu, 16 Juni 2013

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 243

KGK ke 243

ARTIKEL 2 : "BAPA KAMI YANG ADA DI SURGA"
I. * "Kita berani mendekat dengan penuh kepercayaan"

2777. Di dalam liturgi Ekaristi Romawi umat diundang, mendoakan Bapa Kami dengan keberanian seorang anak. Liturgi-liturgi Timur menggunakan ungkapan-ungkapan yang serupa dengan itu: "berani dengan penuh kepercayaan" dan "jadikanlah kami layak". Dari semak duri yang menyala disampaikan kepada Musa: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu" (Kel 3:5). Hanya Yesus dapat melewati ambang pintu kekudusan ilahi. Setelah Ia "selesai mengadakan penyucian dosa" (Ibr. 1:3), Ia membimbing kita ke depan hadirat Bapa: "Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku" (Ibr 2:13).
"Sebenarnya kita harus menyembunyikan diri dalam kesadaran bahwa kita hanyalah hamba belaka, makhluk dari tanah yang harus menjadi debu, apabila bukan perintah kekuasaan Bapa, apabila bukan Roh Putera-Nya sendiri mengajak kita untuk berseru: Ya Abba, ya Bapa (Rm 8:15)... Bilamanakah satu makhluk yang fana berani menamakan Allah itu Bapa, kalau bukan kekuatan-kekuatan surga menghidupkan batin manusia?" (Petrus Krisologus, serm. 71).

2778. Kekuasaan Roh, yang menghantar kita kepada doa Tuhan, diuraikan dalam liturgi Timur dan Barat dalam istilah yang indah dan benar-benar Kristen, parrhesia, yang sama artinya dengan kejujuran yang terus-terang, kepercayaan seorang anak, keyakinan yang gembira, keberanian yang rendah hati, dan kepastian bahwa dicintai.1
II. * "Bapa"
2779. Sebelum kita menjadikan seruan doa Tuhan yang pertama ini milik kita, haruslah dengan rendah hati kita bersihkan hati kita dari gambaran-gambaran palsu "dunia ini". Kerendahan hati itu membuat kita mengakui: "Tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya", yakni "orang-orang kecil" (Mat 11:25-27). Pembersihan hati menyangkut gambaran mengenai bapa dan ibu, yang berasal dari perkembangan pribadi kita dan kebudayaan kita dan mempengaruhi hubungan kita dengan Allah. Allah Bapa kita berada di atas gagasan-gagasan dunia tercipta ini. Siapa yang di bidang ini memindahkan gagasannya sendiri kepada Allah, ia menciptakan untuk dirinya berhala-berhala, yang akan ia sembah atau tolak. Berdoa kepada Bapa berarti masuk ke dalam misteri-Nya sebagaimana ada-Nya dan seperti Putera menyatakan-Nya kepada kita.
"Ungkapan Allah Bapa tidak pemah diwahyukan kepada seorang pun. Ketika Musa sendiri bertanya kepada Allah, siapa nama-Nya, ia mendengar satu nama yang lain. Kepada kita nama itu dinyatakan dalam Putera, karena dalam nama Putera sudah tercakup nama baru Bapa (Tertulianus, or. 3).    
1 Bdk. Ef 3:12; Ibr 3:6; 4:16; 10: 19; 1 Yoh 2:29;3:21;5:14.

2780. Kita dapat menyapa Allah sebagai "Bapa", karena Putera-Nya yang menjadi manusia telah mewahyukan-Nya kepada kita dan karena Roh-Nya memperkenalkan-Nya kepada kita. Kita percaya, bahwa Yesus adalah Kristus dan bahwa kita dilahirkan dari Allah.1 Dengan demikian Roh Putera mengikutsertakan kita dalam hubungan pribadi Putera dengan Bapa-Nya.2 Manusia tidak dapat membayangkan itu, malaikat tidak dapat menduganya.

2781. Kalau kita berdoa kepada Bapa, kita berada dalam persekutuan dengan Dia dan dengan Putera-Nya Yesus Kristus.3 Sementara itu kita mengenal dan mengakui-Nya dengan keheranan yang selalu baru. Perkataan pertama dalam doa Tuhan adalah sembah puji, sebelum ia menjadi seruan permohonan. Karena demi kehormatan Allah, kita mengakui-Nya sebagai "Bapa" dan sebagai Allah yang benar. Kita berterima kasih kepada-Nya, bahwa Ia telah menganugerahkan kepada kita, percaya kepada-Nya, dan menjadi tempat tinggal kehadiran-Nya.

2782. Kita dapat menyembah Bapa, karena dengan menjadikan kita anak angkat-Nya dalam Putera-Nya yang tunggal Ia telah menganugerahkan kepada kita kelahiran kembali ke dalam kehidupan-Nya. Melalui Pembaptisan Ia memasukkan kita ke dalam Tubuh Kristus, yang Terurapi, dan melalui pengurapan dengan Roh-Nya, yang mengalir dari Kepala ke anggota-anggota, Ia membuat kita juga menjadi "terurapi".
"Karena Tuhan telah menentukan bahwa kita menjadi anak angkat-Nya, Ia telah membuat kita serupa dengan Tubuh Kristus yang dimuliakan. Dan setelah kamu mengambil bagian pada yang Terurapi, maka dengan alasan kuat kamu dinamakan terurapi" (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst.3.1).
"Manusia baru yang dilahirkan kembali dan diberikan kembali kepada Allahnya oleh rahmat-Nya berkata pertama-tama "Bapa", karena ia telah menjadi anak-Nya" (Siprianus, Dom. orat. 9).

2783. Di dalam doa Tuhan kita diwahyukan kepada diri kita sendiri,4 karena serentak Bapa diwahyukan kepada kita.
"O manusia, engkau tidak berani mengangkat wajah ke langit, engkau menundukkan pandangan ke bumi, dan dengan tiba-tiba engkau menerima rahmat Kristus: semua dosamu telah diampuni. Dari seorang hamba yang jahat engkau telah menjadi seorang putera yang baik ... Jadi, angkatlah pandanganmu kepada Bapa... yang telah menebus engkau melalui Putera-Nya, dan berkatalah: Bapa kami... Jangan sekali-kali mengandalkan hak istimewa. Ia hanyalah Bapa yang sebenarnya dalam hubungan dengan Kristus, sedangkan kita diciptakan oleh-Nya. Karena itu berkatalah karena rahmat: Bapa kami supaya layak menjadi anak-Nya" (Ambrosius, sacr. 5, 19).
1 Bdk. 1 Yoh 5:1.
2 Bdk. Yoh 1:1.
3 Bdk. 1 Yoh 1:3.
4 Bdk. GS 22, 1.

2784. Anugerah rahmat ini, yakni pengangkatan sebagai anak, menuntut dari kita satu pertobatan yang terus-menerus dan satu kehidupan baru. Doa Bapa Kami harus mengembangkan dua sikap dasar di dalam kita.
Kerinduan dan kehendak, supaya menjadi serupa dengan Dia. Karena kita sudah diciptakan menurut citra-Nya, maka karena rahmat, keserupaan dengan Dia itu diberikan lagi kepada kita. Kita harus menyesuaikan diri dengan citra itu.
"Kalau kita menamakan Allah itu Bapa, kita juga harus bersikap sebagai putera-putera Allah" (Siprianus, Dom. orat. 11).
"Kamu tidak dapat menamakan Bapamu itu Allah dari segala yang baik, kalau kamu mempunyai hati yang tidak manusiawi dan kejam. Karena dalam hal itu kamu tidak lagi memiliki tanda kebaikan dari Bapa surgawi di dalam kainu" (Yohanes Krisostomus, hom. in Mat 7:14).
"Kita harus tanpa henti-hentinya memandang keindahan Bapa dan membiarkan jiwa kita diresapi oleh-Nya" (Gregorius dari Nisa, or. dom.2).

2785. Hati yang merendahkan diri dan penuh kepercayaan. Hati macam ini membuat kita menjadi "seperti anak kecil" (Mat 18:3), karena Bapa menyatakan diri kepada "orang kecil" (Mat 11:25).
"[Doa Bapa Kami adalah satu penengadahan kepada Allah sendiri, satu api cinta yang besar. Jiwa lebur, tenggelam di dalam cinta yang kudus dan berbicara dengan Allah seperti dengan Bapanya sendiri, sangat mesra, dalam cinta seorang anak yang sangat khusus, lemah lembut." (Yohanes Kasianus, coll. 9, 18).
"Bapa Kami: sambil kita berdoa, nama ini menimbulkan di dalam kita sekaligus cinta, simpati ... dan juga harapan, bahwa menerima apa yang kita minta ... Bagaimana Ia dapat menolak doa anak-anak-Nya, kalau sebelumnya Ia sudah mengizinkan mereka menjadi anak-anak-Nya?" (Agustinus, serm. Dom. 2, 4, 16).

III. * Bapa "kami"

2786. Sapaan Bapa "kami" diarahkan kepada Allah. Dari pihak kita kata ganti ini bukan menyatakan suatu pemilikan, melainkan satu hubungan yang baru sama sekali dengan Allah.

2787. Kalau kita mengatakan Bapa "kami", kita mengakui lebih dahulu bahwa semua janji cinta-Nya, yang diumumkan para nabi, telah dipenuhi dalam Kristus dalam perjanjian baru dan kekal: sekarang kita menjadi umat-"Nya" dan Ia Allah "kita". Hubungan baru ini adalah satu anugerah keanggotaan. Dalam cinta dan kesetiaan1 kita sekarang harus menjawab "kasih karunia dan kebenaran" (Yoh 1:17), yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Yesus Kristus.

2788. Karena doa Tuhan adalah doa umat-Nya dalam "zaman-zaman terakhir" maka kata "kami" ini juga menyatakan kepastian harapan kita atas janji Allah yang terakhir. Di dalam Yerusalem baru Ia mengatakan kepada pemenang: "Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku" (Why 21:7).

2789. Kalau kita berdoa Bapa "kami", secara pribadi kita berpaling kepada Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Kita tidak membagi ke-Allah-an, karena Bapa adalah "sumber dan asalnya". Sebaliknya dengan itu kita mengakui bahwa dari kekal Putera telah dilahirkan oleh-Nya dan Roh Kudus keluar dari Dia. Kita juga tidak mencampur adukkan Pribadi-pribadi karena kita mengakui bahwa kita mempunyai persekutuan dengan Bapa dan Putera-Nya Yesus Kristus dalam Roh Kudus-Nya yang satu-satunya. Tritunggal Mahakudus itu sehakikat dan tidak terbagi. Kalau kita berdoa kepada Bapa, kita menyembah Dia dan memuliakan Dia bersama dengan Putera dan Roh Kudus.  
1 Bdk. Hos 2:21-22; 6:1-6.

2790. Kata "kami" menandakan sesuatu yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang. Ada hanya satu Allah, dan Ia diakui sebagai Bapa oleh mereka yang, karena iman kepada Putera tunggal-Nya, dilahirkan kembali dari air dan dari Roh Kudus.1 Gereja adalah persekutuan baru antara Allah dan manusia ini. Bersatu dengan Putera tunggal-Nya, "yang menjadi yang sulung di antara banyak saudara" (Rm 8:29) ia terikat dalam persekutuan dengan Bapa yang satu dan sama, dalam Roh Kudus yang satu dan sama.2 Setiap orang beriman, yang berdoa Bapa "kami", berdoa di dalam persekutuan ini: "Kumpulan orang beriman itu sehati dan sejiwa" (Kis 4:32).

2791. Karena itu, kendati perpecahan di antara orang Kristen, doa kepada Bapa "kita" tetap menjadi milik bersama semua yang telah dibaptis dan merupakan satu ajakan yang mendesak bagi mereka. Diikat oleh iman bersama kepada Kristus dan oleh Pembaptisan, mereka harus berdoa bersama Yesus untuk kesatuan murid-murid-Nya.3

2792. Kalau dengan jujur kita berdoa "Bapa kami", kita menyingkirkan individualisme, karena cinta yang kita terima, membebaskan kita darinya. "Kami" pada awal doa Tuhan sebagaimana "kami" dalam empat permohonan terakhir, tidak mengucilkan seorang pun. Supaya dapat didoakan dengan jujur,4 semua perpecahan dan pertentangan harus diatasi.

2793. Yang sudah dibaptis tidak dapat berdoa kepada Bapa "kami", tanpa membawa semua orang, untuk siapa Putera-Nya yang terkasih telah menyerahkan Diri, ke hadirat Allah. Cinta Allah itu tanpa batas, dan doa kita pun harus demikian pula.5 Bapa kami membuka bagi kita seluruh keluasan cinta Bapa yang telah menjadi tampak dalam Kristus. Kita berdoa bersama semua orang dan untuk semua manusia yang belum mengenal Bapa, supaya "mengumpulkan dan mempersatukan lagi anak-anak Allah yang tercerai-berai" (Yoh 11:52). Keprihatinan ilahi ini bagi semua manusia dan bagi seluruh ciptaan ini menjiwai semua pendoa yang besar; ia harus menghantar doa kita kepada satu cinta dengan hati terbuka lebar, apabila kita beraniberkata: Bapa "kami".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar