Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Sabtu, 30 Maret 2013

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 166

KGK ke 166


ARTIKEL 2 : SAKRAMEN PENGUATAN

1285. Bersama dengan Pembaptisan dan Ekaristi, Sakramen Penguatan membentuk "Sakramen-Sakramen Inisiasi Kristen", yang kesatuannya harus dipertahankan. Jadi, perlu dijelaskan kepada umat beriman bahwa penerimaan Penguatan itu perlu untuk melengkapi rahmat Pembaptisan.3
1 Bdk. DS 1609 dan 1624.
2 Bdk. LG 16.
3 Bdk. Ocf praenotanda 1.

"Berkat Sakramen Penguatan mereka terikat pada Gereja secara lebih sempurna, dan diperkaya dengan daya kekuatan Roh Kudus yang istimewa; dengan demikian mereka semakin diwajibkan untuk menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati, dengan perkataan maupun perbuatan" (LG 11).1

I. * Penguatan dalam tata keselamatan

1286. Di dalam Perjanjian Lama, para nabi memaklumkan, bahwa atas dasar perutusan keselamatan-Nya,2 Roh Tuhan akan tinggal3 di atas Mesias yang dinantikan. Bahwa Roh Kudus turun ke atas Yesus ketika Ia dibaptis oleh Yohanes, adalah suatu tanda bahwa Dia itulah yang akan datang: Dialah Mesias, Putera Allah4. Karena Yesus dikandung melalui Roh Kudus, maka seluruh hidup dan perutusan-Nya berlangsung dalam persekutuan sempurna dengan Roh Kudus, yang diberikan kepada-Nya "dengan tidak terbatas" (Yoh 3:34). 702-716

1287. Tetapi kepenuhan Roh ini tidak hanya diberikan kepada Mesias, tetapi kepada seluruh umat mesianis.5 Berulang kali Kristus menjanjikan curahan Roh6 dan memenuhi janji-Nya itu untuk pertama kalinya pada hari Paska7 dan lebih nyata lagi pada hari Pentekosta.8 Dipenuhi oleh Roh Kudus, para Rasul mulai mewartakan "perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah" (Kis 2:11). Petrus menjelaskan bahwa curahan Roh ini adalah tanda untuk saat mesianis.9 Siapa yang percaya kepada khotbah para Rasul dan membiarkan diri dibaptis, menerima karunia Roh Kudus.10

1288. "Mulai dari saat ini para Rasul menyampaikan kepada mereka yang baru dibaptis, sesuai dengan kehendak Kristus, oleh peletakan tangan, karunia Roh demi penyempurnaan rahmat Pembaptisan.11 Dengan demikian, di dalam surat kepada umat Ibrani disebutkan di antara unsur-unsur pengajaran Kristen pertama adalah pengajaran mengenai Pembaptisan dan mengenai peletakan tangan.12 Peletakan tangan ini di dalam tradisi Katolik tepat sekali dipandang sebagai awal Sakramen Penguatan, yang melanjutkan rahmat Pentekosta di dalam Gereja atas satu cara tertentu" (Paulus VI, Konst. Ap. "Divinae consortium naturae"). 739

1289. Supaya menandai karunia Roh Kudus dengan lebih baik lagi, dengan cepat ditambahkan pada peletakan tangan pengurapan dengan minyak harum mewangi [krisma]. Pengurapan ini menjelaskan nama "Kristen" yang berarti "terurapi" dan disimpulkan dari Kristus sendiri, yang "Allah urapi dengan Roh Kudus" (Kis 10:38).
Ritus pengurapan itu ada sampai sekarang baik di Timur maupun di Barat.
1 Bdk. Ocf praenotanda 2.
2 Bdk. Luk 4:16-22; Yes 61:1.
3 Bdk. Yes 11:2.
4 Bdk Mat 3:13-17; Yoh 1:33-34 5 Bdk. Yeh 36:25-27; Yi 3:1-2.
6 Bdk. Luk 12:12; Yoh 3:5-8; 7:37-39; 16:7-15; Kis 1:8.
7 Bdk. Yoh 20:22.
8 Bdk. Kis 2:1-4.
9 Bdk. Kis 2:17-18.
10 Bdk. Kis 2:38.
11 Bdk. Kis 8:15-17;19:5-6.
12 Bdk. Ibr 6:2.

Karena itu, di Timur orang menamakan Sakramen ini Khrismasi, urapan dengan krisma, atau Myron, yang berarti "krisma".
Di Barat nama Penguatan pada satu pihak menunjuk kepada "peneguhan" Pembaptisan, yang dengannya inisiasi Kristen disempurnakan, dan di lain pihak kepada penguatan rahmat Pembaptisan - kedua-duanya adalah buah-buah Roh Kudus.

Dua tradisi: Timur dan Barat 

1290. Dalam abad-abad pertama pada umumnya Penguatan bersama dengan Pembaptisan hanya merupakan satu upacara saja, satu "Sakramen ganda" seperti yang dikatakan santo Siprianus. Pembaptisan anak-anak yang semakin sering dan malahan pada setiap waktu sepanjang tahun dan penambahan paroki-paroki, di samping alasan-alasan lain, tidak memungkinkan lagi bahwa Uskup hadir dalam semua upacara Pembap-tisan.
Karena orang menghendaki agar penyempurnaan Pembaptisan dikhususkan bagi Uskup, muncullah di dunia Barat kebiasaan bahwa waktu penerimaan kedua Sakramen itu dipisahkan satu dari yang lain. Dunia Timur mempertahankan kedua Sakramen itu dalam satu kesatuan; Penguatan diberikan oleh imam pembaptis. Namun ia hanya memberikannya dengan "Myron" yang telah diberkati oleh Uskup1 1233

1291. Satu kebiasaan Gereja Roma - satu pengurapan dengan krisma kudus sesudah Pembaptisan yang diberikan sebanyak dua kali - mendukung pengembangan praktik Barat. Pengurapan pertama untuk yang baru dibaptis dilakukan oleh imam langsung sesudah Pembaptisan dan kemudian dilengkapi dengan urapan kedua, pada waktu mana Uskup mengurapi dahi setiap orang yang baru dibaptis2. Pengurapan pertama dengan krisma yang dilakukan imam tetap dipertahankan dalam ritus Pembaptisan; itu menandakan keikutsertaan orang yang dibaptis dalam martabat Kristus sebagai nabi, imam, dan raja. Kalau Pembaptisan diberikan kepada seorang dewasa, maka sesudah Pembaptisan hanya ada satu urapan saja: Penguatan.

1292. Praktik Gereja Timur terutama menyatakan kesatuan inisiasi Kristen; sedangkan praktik Gereja Latin menyatakan persekutuan warga Kristen baru dengan Uskupnya, sebagai orang yang menjamin kesatuan Gerejanya, katolisitasnya dan apostolisitasnya, dan dengan demikian juga hubungan dengan asal-usul apostolik Gereja Kristus.

II. * Tanda-tanda dan ritus Penguatan 

1293. Dalam ritus Sakramen ini perlu diperhatikan dua hal: tanda pengurapan dan apa yang pengurapan itu tandakan dan ukirkan, ialah meterai rohani.
Pengurapan itu kaya arti, dalam bahasa biblis dan dalam gambar-gambar antik: minyak adalah tanda kelimpahan3 dan kegembiraan;4 ia membersihkan (pengurapan sebelum dan sesudah mandi) dan membuat lentur (pengurapan untuk para olahragawan dan para pegulat); ia juga tanda penyembuhan, karena ia mengurangi rasa sakit karena memar dan luka;5 ia juga membuat bersih dan kuat.

1294. Semua arti pengurapan dengan minyak ini ditemukan lagi dalam kehidupan sakramental. Pengurapan dengan minyak katekumen sebelum Pembaptisan berarti pembersihan dan penguatan; pengurapan orang sakit berarti penyembuhan dan penguatan. Pengurapan dengan krisma kudus sesudah Pembaptisan, pada waktu Penguatan dan Tahbisan adalah
1 Bdk. CCEO, cann. 695, 1;696, 1.
2 Bdk. Hipolit.trad.ap.21.
3 Bdk. Misalnya Ul 11:14.
4 Bdk. Mzm 23:5; 104:15.
5 Bdk. Yes 1:6; Luk 10:34.

tanda konsekrasi. Oleh Penguatan, orang-orang Kristen – artinya orang-orang yang diurapi – menambah keikutsertaan dalam perutusan Yesus Kristus dan mengambil bagian dalam kepenuhan Roh Kudus, sehingga seluruh kehidupannya mengalirkan "keharuman Kristus".1

1295. Oleh pengurapan ini, orang yang menerima Penguatan menerima tanda meterai Roh Kudus. Meterai adalah lambang pribadi,2 tanda otoritasnya, hak miliknya atas sesuatu benda3 - para serdadu misalnya ditandai dengan meterai komandannya dan para hamba dengan meterai tuannya. Meterai mengesahkan tindakan hukum atau satu dokumen4 dan dalam keadaan tertentu membuatnya menjadi rahasia.5

1296. Kristus sendiri menerangkan tentang diri-Nya bahwa Bapa telah mengesahkan-Nya dengan satu meterai.6 Juga warga Kristen ditandai oleh suatu meterai: Tuhanlah, yang "memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita" (2 Kor 1:22).7 Meterai Roh Kudus ini berarti bahwa orang sepenuhnya menjadi milik Kristus, di tempatkan dalam pelayanan-Nya untuk selamanya, tetapi juga bahwa perlindungan ilahi dijanjikan kepada seseorang dalam percobaan besar pada akhirat.8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar