Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Minggu, 24 Maret 2013

Katekismus Gereja Katolik Dalam Setahun - 160

KGK ke 160



ARTIKEL 4 : KEANEKARAGAMAN LITURGI - KESATUAN MISTERI

Tradisi-tradisi liturgi dan katolisitas Gereja 1200. Mulai dari jemaat perdana di Yerusalem sampai kepada kedatangan Kristus kembali, Gereja-gereja Allah yang Setia kepada iman apostolik, merayakan di mana-mana misteri Paska yang sama. Misteri yang dirayakan dalam liturgi, tetap satu saja; hanya bentuk perayaannya yang berlainan.

1201. Misteri Kristus itu kaya tak terbatas, sehingga tidak ada satu liturgi yang dapat menyatakannya secara sempurna dan penuh. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan ritus-ritus memberi kesaksian mengenai keanekaragaman yang mengherankan dan saling melengkapi. Selama Gereja-gereja yang mempraktikkan tradisi-tradisi liturgi yang berbeda ini, hidup dalam persekutuan iman dan Sakramen-Sakramen iman, mereka saling memperkaya dan menjadi lebih kuat dalam kesetiaan kepada tradisi dan kepada perutusan bersama seluruh Gereja.1

1202. Tradisi liturgi yang berbeda-beda tumbuh dari perutusan Gereja. Gereja-gereja yang berasal dari wilayah geografis dan kebudayaan yang satu dan sama, secara perlahan-lahan mulai merayakan misteri Kristus dalam bentuk perwujudan yang khusus dan sesuai dengan kebudayaan tertentu. Perbedaan bentuk terdapat dalam gaya dan cara penyampaian ajaran iman,2 dalam lambang liturgi, dalam struktur persekutuan persaudaraan, dalam pemahaman teologis mengenai misteri dan dalam bentuk kekudusan. Dengan demikian melalui kehidupan liturgi satu Gereja tertentu, Kristus, Terang dan Keselamatan semua bangsa, disampaikan kepada bangsa dan kebudayaan, kepada siapa Gereja ini diutus dan di dalam siapa ia berakar. Gereja mencakup segala sesuatu: ia dapat memurnikan segala kekayaan kebudayaan yang benar dan dengan demikian mengintegrasikannya ke dalam kesatuannya sendiri.3

1203. Tradisi-tradisi liturgi atau ritus-ritus yang dewasa ini digunakan di dalam Gereja, adalah ritus Latin (terutama ritus Roma, tetapi juga ritus Gereja lokal tertentu seperti ritus Ambrosius atau ritus ordo tertentu), ritus Bisantin, ritus Aleksandria atau Koptis, ritus Siria, Armenia, Maronit dan Kaidea.
"Akhirnya, setia mengikuti tradisi, Konsili suci menyatakan pandangan Bunda Gereja yang kudus, bahwa semua ritus yang diakui secara sah mempunyai hak dan martabat yang sama. Gereja menghendaki agar ritus-ritus itu di masa mendatang dilestarikan dan dikembangkan dengan segala upaya" (SC 4).

Liturgi dan aneka kebudayaan

1204. Perayaan liturgi harus sesuai dengan jiwa dan kebudayaan bangsa yang berbeda-beda.4
1 Bdk. EN 63-64.
2 Bdk. 2 Tim 1:14.
3 Bdk. LG 23; UR 4.
4 Bdk. SC 37-40.

Supaya misteri Kristus diwartakan kepada semua bangsa, "untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman" (Rm 16:26), haruslah ia diwartakan, dirayakan dan dihidupkan dalam semua kebudayaan. Sementara itu kebudayaan tidak dihapus oleh misteri, tetapi dibebaskan dan disempurnakan.1 Oleh kebudayaan manusiawi yang mereka miliki yang diterima dan diubah Kristus, anak-anak Allah dapat masuk kepada Bapa dan memuliakan Dia dalam satu Roh.

1205. "Penyesuaian harus memperhatikan kenyataan bahwa di dalam liturgi, dan terutama dalam liturgi Sakramen-Sakramen, terdapat satu bagian yang tidak berubah, karena ia berasal dari Allah, sehingga Gereja harus melindunginya. Di samping itu ada bagian-bagian yang dapat diubah dan kadang-kadang harus disesuaikan Gereja dengan kebudayaan bangsa-bangsa yang baru menerima Injil"2 (Yohanes Paulus II, Sur. Ap. "Vicesimus quintus annus" 16).

1206. "Keanekaragaman liturgi dapat memperkaya, tetapi dapat juga menimbulkan ketegangan, salah paham, dan malahan perpecahan. Memang perbedaan dalam bidang ini tidak boleh merugikan kesatuan. Ia hanya dapat mengungkapkan diri sambil memegang teguh iman bersama, tanda-tanda sakramental yang Gereja telah terima dari Kristus, dan persekutuan hierarki. Penyesuaian kepada kebudayaan menuntut pertobatan hati dan, kalau perlu, kerelaan melepaskan kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak dapat disatupadukan dengan iman Katolik" (ibid.).

TEKS-TEKS SINGKAT

1207. Sungguh tepat bahwa perayaan liturgi mencari jalan untuk mengungkapkan diri dengan bantuan kebudayaan bangsa, di mana Gereja berada, tanpa menggantungkan diri kepadanya. Tetapi liturgi sendiri juga mampu menghasilkan dan membentuk kebudaya-an.

1208. Tradisi liturgi yang berbeda-beda tetapi yang diakui secara resmi, memberi kesaksian mengenai katolisitas Gereja karena melalui tanda mereka menyatakan misteri Kristus yang satu dan sama dan menyampaikannya. 1209. Kriterium yang menjamin kesatuan dalam keanekaragaman tradisi-tradisi liturgi, adalah kesetiaan kepada tradisi apostolik, artinya kepada persekutuan dalam iman dan dalam Sakramen-Sakramen, yang Gereja terima dari para Rasul. Persekutuan ini nyata dalam suksesi apostolik dan dijamin olehnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar