Full text dari pengalaman pribadi Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Semoga dapat berguna.
Pengalaman tak terlupakan
Saudara-Saudari terkasih, dan para imam yang terhormat. Rasa hati saya masih
menggelegak, bergetar, tremendum-fascinoscum oleh pengalaman pertama saya
melakukan eksorsisme. Pertama-tema saya mengucapkan terima kasih kepada Bruder
Yohanes FC yang telah pernah memposting teks resmi mengenai doa exorcism dari
Vatikan ke milist komunikasi KAS. Saya sempat membacanya sambil lalu waktu itu,
namun puji Tuhan, saya dapat ingat akan apa yang tertulis di postingan bruder
ketika harus menghadapinya sendiri. Melalui pengalaman saya melakukan
eksorsisme, sayapun semakin bersyukur atas rahmat Sakramen Imamat kepada Gereja,
yang ternyata memang menjadi sasaran tembak utama setan namun sekaligus juga
alasan ketakutan setan.
Panggilan menjelang tengah malam
Kisahnya demikian: Pada hari Sabtu, tanggal 27 November 2010, saya mendampingi
rekoleksi OMK (Orang Muda Katolik) Stasi Tambun paroki Bekasi di Cipanas. Dewan
Stasi dan Paroki turut mendampingi. Acara berlangsung dengan baik dan inspiratif
sampai malam hari. Setelah acara api unggun, semua peserta dan penyelenggara
bersiap untuk tidur. Sayapun masuk ke kamar saya. Baru saja saya jatuh tertidur,
pintu kamar saya diketuk. Saudari Marta dan Anton serta beberapa orang yang lain
memberitahu saya, bahwa di Cibulan di daerah bawah Cisarua, ada sekelompok
Mahasiswa KAJ dekenat Timur yang sedang rekoleksi, dan mereka membutuhkan
bantuan imam untuk menghadapi empat orang mahasiswi yang sedang kesurupan. Satu
orang di antara mereka bahkan telah menghilang dan tidak ada di villa. Romo
pendamping yakni Rm. Hari Sulistyo sudah pulang dan tidak akan kembali lagi ke
sana.
Saya terhenyak. Pikiran saya langsung bekerja: jarak antara Cipanas hingga
Cibulan adalah sekitar 15 Km. Cukup jauh. Menjelang pukul sebelas malam begini
pula…. Namun hati saya tergerak untuk menolong. Akhirnya saya memutuskan untuk
berangkat ke sana disertai oleh Martha dan Anton. Sambil mengemudikan mobil,
saya mengingat kembali postingan bruder Yohanes dalam milist, apakah ciri-ciri
orang kerasukan setan dan perbedaannya dengan orang yang mengalami stress
berat/depresi. Lalu saya berpikir, ah, jangan-jangan mereka hanya depresi saja.
Biasanya perempuanlah yang suka kesurupan, dan benar juga, perempuanlah yang
dikatakan kesurupan malam ini. Jujur saja, sebenarnya saya termasuk golongan
orang yang skeptis dalam urusan semacam ini. Maksud saya datang hanyalah sekedar
menenangkan anak-anak itu saja. Kehadiran pastoral sajalah, demikian pikir saya.
Namun demikian, saya tetap mencoba mengingat- ingat kembali teks itu. Kebetulan
handphone BB saya hang setelah tersiram air teh di gerbong kereta api saat saya
kembali dari Jogja ke Jakarta hari Jumat dinihari kemarin. Karena itu, saya
tidak dapat membuka kembali teks dari milist itu. Saat itu saya tak punya
pilihan lain, selain berusaha mengingat- ingat sendiri saja, sambil
berbincang-bincang dengan Anton dan Martha.
Villa tua, tempat si jahat beraksi
Sesampainya kami di villa tua itu, terlihat para “pasien” sudah terlentang dan
tengkurap tidur. Mereka dipisahkan di tiga tempat. ’Pasien’ yang hilang sudah
ditemukan. Menurut berita, ia kini berada di kamar atas. Dari keempat anak itu,
ada satu orang yang kata mereka paling kuat. Karena villa itu tidak dikelola
Gereja dan bukan tempat khusus retret, maka reaksi spontan orang sekitar villa
adalah memanggil Pak Kiyai/dukun setempat. Mbah dukun itu sudah dipanggil sejak
pukul tujuh malam tadi dan gagal, lalu pulang. Kata mbah dukun, jenis ini bukan
yang dia ketahui. Mereka memanggil pula pak Pendeta Protestan dari gereja
terdekat. Namun kata mereka, Pak pendeta juga menyatakan tak sanggup pula, lalu
pulang. Terlihat para mahasiswa masih menggenggam rosario dan berdoa bersama.
Ada salib besi tergeletak di sofa. Pasien terparah itu adalah seorang perempuan
berperawakan kecil saja. Ia tergolek tengkurap di sofa, ditunggui oleh
teman-temannya. ”Ia sudah tidur”, demikian kata mereka. Karena kondisi sudah
tenang, saya spontan memutuskan: ”Ya sudah saya kembali saja, kan anaknya sudah
tidur… ” Tetapi beberapa mahasiswa meminta saya melihat dulu kondisi gadis yang
terparah itu. Kata mereka, tadi dia kuat sekali. Delapan orang mahasiswa lelaki
yang kuat pun dia hempaskan. Rosario yang mereka kalungkan di lehernya ia
putuskan, dan ia lemparkan ke halaman. Anehnya, rosario itu kemudian mereka
temukan berada di WC villa. Salib besi itu juga telah ia ludahi. Kata mereka,
suaranya pun berubah seperti bukan suara gadis itu. Hhmm… Masih dengan agak
skeptis, saya mendekatinya.
Kuncinya: jangan berkompromi dengan setan
Terlihat badan gadis itu tengkurap, mata terpejam separuh. Dari situ terlihat
manik matanya…. melihat ke arah mata saya… Aneh… Saya agak tersinggung. Lha kok
dia melirik ke saya terus. Kepalan tangannya menggenggam erat. Saya duduk di
sofa yang sama, dekat punggungnya. Ia mengais punggung bawah sambil keluar bunyi
desis dari mulutnya, sampai bajunya terlihat sobek sedikit. Desisnya berbunyi
”panasss” …..Lalu, saya nekad… Saya pegang tangannya. Ia memberontak. Saya buka
genggaman tangannya, dia melawan dengan sebaliknya. Posisinya masih menelungkup.
Saya ingat postingan teks dari bruder Yohanes. Ciri kerasukan setan yang
membedakannya dari depresi antara lain adalah, jika disebut nama Malaikat Agung
Santo Mikael, atau nama Para Kudus, juga Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus,
maka ia tentu akan bereaksi dengan keras. Agak skeptis, namun tetap dengan
memegang erat jari-jari kaku yang mencekam dari anak itu, saya katakan dengan
suara wajar namun jelas terdengar, ”Keluarlah dari badan anak ini! Dalam nama
Yesus Kristus Tuhanmu, serta Malaikat Agung Santo Mikael yang kepadanya kamu
membangkang, keluarlah”.
Namun reaksi anak itu begitu mengejutkan kami semua, termasuk saya sendiri.
Dengan gerakan cepat dan tak terpahami dari sudut mekanika badan manusia, ia
berkelit langsung menatap wajahku, face to face, eyes to eyes….Ia mendesis
menatap lurus ke mata saya, matanya penuh kebencian… Lalu dia berkata: ”Jangan
sebut nama itu! Itu musuh kami!”. Dia bertanya : ”Apakah kamu takut, Bapa?” Saya
menjawab, ”Kamulah yang takut!” Kemudian, dengan tatapannya yang tajam dia
bertanya, ”Mengapa Bapa mengusir saya? Saya juga anak Tuhan. Kalau tidak, tentu
saya tidak ada!” Segera kujawab, ”Kamu anak Tuhan yang tidak taat, sombong.
Mengapa kamu memasuki anak ini?” Namun setan itu menjawab enteng saja, ”Tempat
ini nyaman. Saya mau pergi asalkan anak ini kubawa. Saya telah menambah penyakit
pada dirinya, meremas alat cernanya, dan membunuhnya. Itu salah Bapa kalau Bapa
memaksakan kehendak”. Saya tidak mau diajak tawar menawar dengan setan. Maka
saya menjawab: ”Tidak ada kompromi. Kamu tidak bisa membunuh anak ini dan tidak
akan mampu membawa nyawanya”. Setan inipun menantang saya dengan mengatakan
bahwa ia tidak takut pada imamNya, tidak takut pada Sakramen dan tidak takut
pada Yesus, karena dia juga mengaku sebagai anakNya.
Pergumulan dari tengah malam sampai dini hari
Maka sejak pukul 23.45 hingga memasuki hari Minggu dini hari, saya dan para
mahasiswa Katolik di sana bergumul untuk mengusir setan dari anak itu. Ia yang
kesurupan itupun berubah dari waktu ke waktu. Kadang-kadang suaranya berubah
menjadi lembut bak wanita cantik, namun kemudian menjadi ganas. Kadang ia
tertawa ngikik, kadang menantang, kadang merunduk sok kalah. Kadangkala ia
merajuk minta dikasihani. Anak itu muntah-muntah berkali-kali. Kadang setan
melepaskan anak itu, lalu masuk lagi. Ketika anak itu dilepas, si anak mengeluh,
”Romo, saya tak kuat, badan saya dan usus serta lambung sakit semua. Saya mau
mati saja, dan takut”. Kami menguatkan agar ia berani melawan. Ternyata si anak
ini juga diberitahu oleh setan bahwa Romo akan dibunuhnya jika anak itu tidak
taat padanya. Maka si anak merasa lemah, karena tak mau Romo diapa-apakan oleh
setan.
Namun, yang paling mengejutkan ialah, walaupun setan itu dapat keluar
meninggalkan anak itu tetapi selang beberapa menit, namun kemudian setan kembali
memasuki anak itu dengan jumlah yang makin banyak. ”Kami ini Legion”, katanya
jelas sekali. Ia fasih berbahasa Inggris dan Jawa. Hal ini terjadi ketika saya
mengajak dia berdialog dalam bahasa Inggris dan Jawa, sekedar mengetes apakah
itu benar-benar setan ataukah hanya ’acting’ anak itu. Saya tetap mengingat teks
postingan bruder di milist itu, dan makin yakin akan kebenaran isinya. Saya
katakan padanya, ”Kekuatanmu hanya seperempat. Masih ada Malaikat Agung Santo
Mikael, serta Gabriel dan Rafael.” Mendengar ini, ia mundur dan melepaskan anak
itu. Tiba-tiba ia masuk lagi dan berkata, ”You are stupid, Father”, lalu
menghantam saya. Suatu saat ia terjatuh tepat di salib, dan kontan ia menjerit
kepanasan. Maka para mahasiswa menempelkan salib-salib mereka. Ia berteriak
kepanasan dan tersiksa. Begitulah, si setan itu pergi lagi. Namun dengan cepat
ia kembali lagi, dengan membawa lebih banyak lagi setan bersamanya. Ia mau
menguras kekuatan saya. ”Sampai kapan Bapa bisa bertahan? Akan kukuras tenagamu,
Bapa!”. Saya menjawab sambil teringat Mzm 121:2, ”Kekuatanku datang dari Allah,
yang menjadikan langit dan bumi”. Kami bertempur lagi. Si setan menjerit-jerit,
dan kemudian ia lari lagi… Lalu saya mendengar berita bahwa ketiga mahasiswi
lain sudah dilepaskan. Semua setan kemudian berpindah merasuki mahasiswi yang
satu ini.
”Aku, Lucifer”
Ketika masuk lagi yang terakhir kali ke dalam anak itu, dia memeluk saya. Dengan
seolah suara si mahasiswi, dia mengendus tengkuk saya sambil berbisik, ”Aku
Lucifer”. Saya merinding. Terasa bulu kuduk saya berdiri dan ketakutan mendera.
”Kamu takut, Romo?” katanya dengan lembut di telinga saya. ”Aku akan mengincarmu
terus sampai kapanpun”. Tiba- tiba bangkitlah keberanian saya. Saya berteriak
kepada para mahasiswa: ”Kita mendapat kehormatan, sampai Lucifer sendiri, si
penghulu Setan, datang!” Para mahasiswa terbawa emosi, mereka berdoa makin
keras. Ada pula yang berteriak, ”Hancurkan saja… Sikat dia, Romo!”. Setan itu
berkata, ”Paus Yohanes Paulus II memarahiku”. Kujawab, ”Tak hanya Paus Yohanes
Paulus II, semua paus dan uskup, dan imam memarahimu, bahkan Tuhanmu Yesus dan
Malaikat Agung Mikael atasan langsungmu! Taatlah kepadaNya!” ”Sayalah tuhan”,
jawabnya sinis. Saya membanting dia, dan kami berpegangan tangan sambil saling
melawan. Saya mulai berkeringat dan tenaga saya terkuras, tetapi tetap saja saya
melawannya. Saya mengatakan, ”Kamulah yang ketakutan, melihat kami semua dan
Tuhanmu! Lepaskan badan anak ini, karena dia sudah menerima Sakramen Ekaristi! ”
Lucifer menjawab: ”Aih, itu hanya roti biasa! Dan kalian imam-imam semua bodoh!”
Mendengar perkataannya, saya marah sekali. ”Kamu sudah melawan kuasa imamat
rajawi Tuhan Yesus Kristus! Kamu mau melawan imamatNya?” Lalu ia menjawab dengan
nada meremehkan, ”Aku tak takut, Romo, pada imamatmu!”
Ke kapel Lembah Karmel kami membawanya
Ketika Lucifer menantang imamat saya, saya marah. Saya minta tas saya kepada
para mahasiswa. Saya melepaskan dia dulu untuk mengambil peralatan aspergil dan
stola serta minyak suci, sementara dia ditahan oleh para mahasiswa yang
”menimbunnya”: dengan doa-doa Salam Maria, Bapa Kami, Aku Percaya, serta
menindihnya dengan tubuh-tubuh kuat mereka. Ketika saya datang lagi, saya
percikkan dia dengan air suci. Ia menjerit kepanasan, dan lari. Saat itu, saya
berpikir, ini sudah dini hari, semua akan kacau jika tak diakhiri. Oleh karena
itu, saya memerintahkan agar tubuh mahasiswi ini digotong dan dievakuasi. Mereka
menggotongnya masuk ke mobil saya, lalu saya tancap gas dengan tujuan ke Lembah
Karmel. Saya menelpon Mbak Sari dan Suster Lisa P Karm. Mbak Sari dengan sigap
telah meminta Satpam membuka gerbang dan pintu kapel.
Si mahasiswi dipegangi oleh Martha, Anton dan Asrul. Ia berteriak, ”Cepat Romo,
cepat… dia mengejar…” katanya panik. Kami tetap berdoa Aku Percaya, Bapa Kami,
dan Salam Maria. Tiba-tiba suara mahasiswi berubah lagi, ”Haaa. Mau dibawa ke
mana anak ini, Bapa? Aku telah menambah lagi penyakitnya. Aku meremas
jerohannya… Anak ini hanya sampai dini hari ini, Bapa. Bapalah yang harus
tanggungjawab atas kematiannya!” Kemudian, anak itu muntah-muntah di mobil.
Anton, Asrul dan Marta tetap berdoa dengan memeganginya yang berontak ke sana
kemari. Saya mengatakan kepada Setan itu, ”Kamulah yang harus bertanggungjawab.
Jangan memutarbalik fakta, dasar setan! Kamu telah melecehkan Sakramen
Mahakudus. Kamu akan kubawa ke hadapan Yesus, supaya tahu rasa kamu nanti. Mau
lepaskan dia sekarang, atau nanti kamu makin sengsara di hadapan Raja Semesta
Alam!” Lalu dia mulai merayu lagi, ”Sia-sia semua ini Bapa… Bapa besok banyak
acara kan? Ditunggu banyak umat.. sudahlah Bapa kembali saja istirahat”. Saya
jawab: “Acara satu-satunya imam Tuhan ialah mengenyahkan kamu ke neraka!” Di
situlah selama perjalanan ia menawari saya apapun akan diberikan asalkan saya
tunduk pada keinginannya. Namun, saya tak mau berkompromi. Saya katakan dengan
tegas bahwa dia yang harus tunduk pada Kristus! Mendengar ini ia berkata,
”Sayalah tuhan, I am the Lord”. Saya tertawakan dia. Lalu ia mengancam akan
menggulingkan mobil. Saya menjawab, ”Ini mobil para uskup Indonesia. Tak bakalan
kau berhasil menggulingkannya!” Saya mengingatkannya akan Santo Yohanes Maria
Vianney yang dia bakar tempat tidurnya gara-gara tak mampu mengalahkan imam
kudus itu. Di hatiku aku berharap, Santo Yohanes Maria Vianney, kumohon agar
engkau mendoakan aku untuk mengalahkan Setan ini…
Lalu si Setan lalu merajuk lagi, ”Ah kenapa tenagaku melemah, tak sekuat tadi”.
Anak-anak mahasiswa ikut menjawab, ”Rasain lu.” Dia mendamprat : ”Apa lo, bocah
kemarin sore!” Saya menjawabnya, ”Mereka bukan bocah kemarin sore. Mereka
anak-anak Tuhan semesta alam”. Sepanjang jalan kami berdebat dengan bahasa
Inggris, Jawa, dan Indonesia. Mobil bagaikan terbang… dalam setengah jam kami
mendekati Lembah Karmel, dan semakin mendekati Sakramen Mahakudus. Lagi- lagi,
Setan itu mulai menendang dan berontak. Kukatakan padanya, ”No place for evil,
you know!” Kutantang dia, ”Kenapa kau kuasai anak ini. Apa salahnya?” Dia
menjawab, “Bukan salah anak ini, tetapi ayahnya”. Kujawab: “Ya, aku tahu,
berarti ayahnya mengikat perjanjian kegelapan denganmu. Nanti acara kita di
rumah Tuhan hanya satu, ialah memutus perjanjian leluhur anak ini dengan Lucifer
keparat ini!” Kemudian dia mengikik mirip nenek Lampir dalam film Misteri Gunung
Merapi, atau mirip kuntilanak. Dia katakan: “Bukan, bukan begitu imam bodoh.
Kamu memang imam munafik dan pendosa!” Aku menjawab, “Aku memang pendosa, namun
tidak memberontak kepada Tuhan seperti kamu!”. Dia menjawab lagi, “Ayahnyalah
yang mempersembahkan diri kepadaku, Bodooh!” Kupancing dia, “Jadi, ayahnya
mengikat perjanjian denganmu bukan?” Dia jawab: “Bukan, bodoh! Kamu keliru, imam
bodoh. Ayahnya mempersembahkan diri kepada Kristus. Leluhurnyalah yang
mempersembahkan diri kepadaku”. Dia tertawa ngekek lagi. Saya juga,
mentertawakan kekeliruan saya. Jadinya kami terkekeh bersama. Namun dengan tegas
kukatakan: “Kamu setan bodoh. Gampang dipancing ya hahaha… Maka acara kita
satu-satunya di depan Sakramen Mahakudus nanti hanyalah memutuskan perjanjian
itu dan kamu akan mengalami sengsara kekal. Go to hell! Kalau kamu ingin
bahagia, ajaklah anak buahmu dan dirimu sendiri bertobat, kembali menyembah
Allah yang benar! Jangan iri lagi karena Putra-Allah menjadi Manusia”… Mendengar
perkataan ini, dia meradang, ”I hate you.. I hate all priests of Christ…!!!”
Namun, setelah mendengar betapa ia membenci para imam, saya merasa mendapatkan
kekuatan dan keharuan. Sebab itu artinya kami berada di pihak yang benar,
sehingga kerenanya, Setan membenci kami. Saya membayangkan jajaran imam Tuhan
dan uskup yang berada di pihak saya. Sungguh itu menguatkan batin saya.
Setan kalah di hadapan Kristus dalam Sakramen Mahakudus
Sementara itu pohon-pohon bambu Lembah Karmel sudah mulai tampak… Si Setan
berteriak lagi, ”Rumah jelek! Mosok Tuhan mau tinggal di rumah jelek! Akulah
tuhan.” Aku menjawabnya, ”Itulah bedanya Kristus dengamu, Jelek! Dia mau
merendahkan diri, sedangkan kamu malah menyombongkan diri! Rasakan akibatnya,
kebencian abadi bersamamu sajalah!’ Lalu kudengar ia merajuk lagi, ”Romo, ini
saya, saya sudah sadar… saya mau pulang ke Bekasi, ke Jatibening, ini mau dibawa
ke mana?” Tak terpengaruh atas rajukannya, saya menjawab, ”Sadar gundulmu kuwi!
Kami mau membawamu ke hadapan Sakramen Mahakudus, Raja Semesta Alam yang penuh
kuasa. Hanya kepadaNya semua lidah mengaku dan segala lutut bertelut, termasuk
kamu!”
Pak Satpam membuka gerbang. Ia mengawal kami sampai ke samping kapel kecil (yang
sebenarnya besar sekali). Mobil berhenti di jalan menanjak di samping kapel, di
depan wisma St. Antonius. Tubuh mahasiswi itu kami bopong keluar mobil. Aneh
sekali, badan yang kecil itu mempunyai bobotnya berlipat-lipat. Dia tertawa
ngikik. Mengerikan sekali. Melihat pak Satpam yang tinggi besar, dia berkata
seolah suara mahasiswi itu : ”Wah, ini dia bapakku”. Tapi segera dia
mendesis-desis dan mengikik ketika kami bopong ke kapel, ” Kalian tak kan
berhasil… tak kan berhasil kikikiiiiikkk….” Tubuh kecil namun berbobot itu kami
baringkan di depan panti imam, di bawah altar, di lantai sebelum trap pertama.
Jika dilihat dari ruang umat, kepalanya kami letakkan di sebelah kiri. Anton,
Asrul dan Martha memegangi tangan dan kakinya. Saya minta dipinjamkan korek api
dari pak Satpam untuk menyalakan lilin di kanan kiri tabernakel. Pak Satpam
menyalakan lampu di patung Bunda Maria. Suasana temaram, dan dingin dini hari
menggigit. Pukul 03.45. Saya berlutut di hadapan tabernakel. Saya memohon
kekuatan dari Tuhan sendiri. Lalu saya turun, berlutut lagi di trap di sisi kiri
si mahasiswi. Saya mengajak anak-anak mahasiswa itu berdoa. Saya berdoa: ”Tuhan
Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, dengan rendah hati kami bawa ke
hadapanmu tubuh anakMu yang sedang dirasuki si Jahat. Kami tidak sanggup
mengusirnya dengan kekuatan kami sendiri. Bertindaklah Tuhan atas dia, utuslah
malaikat agungMu dan balatentara sorgawi membebaskan dia. Amin”. Lalu saya
menghadapi tubuh mahasiswi itu dari trap, membelakangi altar dan Sakramen
Mahakudus. Dengan duduk karena lelah, saya angkat tangan kanan saya di atasnya
dan membuat gerakan tanda salib berkat dengan berkata (saya heran mengapa saya
bisa mengatakan ini): ”Atas kuasa imamat rajawi yang diberikan Tuhan Yesus
Kristus kepada GerejaNya dan kepadaku, aku melepaskan ikatan perjanjian
kegelapan antara kamu dengan leluhur anak ini. Dalam Nama Bapa, dan Putra dan
Roh Kudus, Amin.”
Tubuh anak yang berbaring itu tiba-tiba terjungkit, duduk, melengos ke depan,
menatap tajam ke Asrul yang memegangi kakinya, lalu menoleh menatap tajam ke
kiri menatap langsung ke mata saya….. Sedetik kemudian terkulailah tubuh si
mahasiswi ini… Si jahat sudah keluar dari tubuhnya. Si mahasiswi ini lalu
merintih : ”Romo, itu Tuhan Yesus… ooo Tuhan”, tangan kiri dan tangannya nya
menggapai ke arah altar. Tapi kami bawa keluar dengan dituntun. Tapi ia melihat
ke atas, ”Ooo… malaikat banyak sekali… oooh.. Romo, lihat?.. Ooo… Dia yang
terjelek, hitam, telah diborgol… dimasukkan ke dalam kereta… Ooo Malaikat Agung
Santo Mikael… ooh.. Sampai di pintu utama, anak itu minta kembali ke dalam,
”Romo, teman-teman, saya harus kembali… Itu Tuhan…” Dia kutuntun, dan dengan
tangannya ia menggapai ke arah Tabernakel…” Sampai di panti imam, di samping
kanan altar ia mencium patung kaki Kristus… Lalu menuju tabernakel, ia memeluk
tabernakel itu erat-erat. ”Tuhan Yesus terima kasih.. Syukur kepadamu.. ” lalu
ia menangis di situ beberapa saat. Setelah selesai, ia ke altar Bunda Maria, ia
memeluk kaki patung Bunda Maria dan menangis: “Bunda, terima kasih atas doamu.
Aku tak akan meninggalkan engkau dan putramu”…
Iman lebih kuat daripada segala yang jahat
Pak Satpam menyerahkan kunci wisma Antonius. Anak itu mulai mengeluh lapar dan
haus. Pak Satpam menggendongnya. Kini ia tidak berat lagi. Dia membersihkan diri
di wisma, sementara teman-teman yang lain membelikan makanan dan minuman di
warung yang memang agak jauh, karena dapur rumah retret belum buka. Hari masih
pukul 04.30 pagi. Setelah makan minum, anak itu bercerita kepada kami tentang
kejadian semalam. Bahwa setelah makan malam, ia masuk kamar di villa, dan
melihat dua orang manusia bertanduk. Ia takut, lalu menceritakan hal ini kepada
temannya. Kedua makhluk itu marah karena diceritakan keberaadaannya kepada orang
lain. Mereka mengancam akan merasuki semua peserta Rekoleksi KMK KAJ itu. Si
mahasiswi menawar, karena ketakutan serta kasihan kalau semua peserta kesurupan,
maka spontan dia mempersilakan mahluk itu merasuki dirinya saja. Ketika di depan
altar itulah, sebenarnya dia hampir saja mengikuti kehendak Lucifer untuk
mengikutinya. Pasalnya, Lucifer mengancam, jika ia tidak mau ikut, maka imam
itulah yang akan dibunuhnya. Karena kasihan pada Romo, ia akan ikut saja. Tetapi
melesat ada malaikat yang membisikinya, ”Romo itu baik-baik saja, maka lawanlah
Lucifer, sementara kami akan menariknya keluar dari tubuhmu.” Maka ia berani
melawan, dan Lucifer ditarik oleh balatentara malaikat, diborgol lalu dimasukkan
ke dalam kereta yang melesat membuangnya ke neraka. Setelah itu tinggal Tuhan
Yesus dan Bunda Maria yang memeluk dan mendukungnya. Begitulah kesaksiannya.
Namun bagi saya, ini juga adalah suatu kejadian iman melawan kuasa jahat di awal
masa Adven 2010, tepat di Minggu pertama.
Sampai Minggu sore tak habis-habisnya saya, Asrul, Anton, Martha membicarakan
hal ini. Juga teman-teman peserta rekoleksi KMK-KAJ Dekenat Timur dan OMK
Wilayah Mikael Malaikat Agung dan St. Andreas. Semua membuahkan satu kenyataan:
bahwa iman lebih kuat daripada kebencian, apalagi setan. Saya sendiri merasa
dikuatkan dalam iman dan imamat saya, dan disadarkan akan kelemahan diri serta
pertobatan. Saya makin yakin dan percaya bahwa alam maut tak akan menguasai
Gereja sampai kapanpun sesuai dengan janji Tuhan. ”Dan Akupun berkata kepadamu:
Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku
dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18). Sungguh, kuasa Allah
mengatasi segalanya. Berbahagialah semua orang yang percaya yang bersandar
kepada-Nya dan mengandalkan Dia.
”Tuhan Yesus, hamba-Mu bersyukur atas pengalaman yang tak terlupakan ini. Aku
semakin teguh mengimani kehadiran-Mu di dalam sakramen- sakramen-Mu. Syukur tak
terkira untuk kuasa-Mu di dalam Sakramen Maha Kudus dan Imamat yang Engkau
karuniakan kepadaku. Segala hormat, pujian dan syukur, kusampaikan kepada-Mu, Ya
Tuhan Raja semesta alam. Amin.”
Terima kasih kepada semua yang telah membaca kisah sharing ini. Semoga kesaksian
ini berguna bagi iman, harapan, dan kasih para pembaca, kepada Allah pencipta
langit dan bumi.
Salam saya,
Yohanes Dwi Harsanto Pr.
Semoga dapat berguna.
Pengalaman tak terlupakan
Saudara-Saudari terkasih, dan para imam yang terhormat. Rasa hati saya masih
menggelegak, bergetar, tremendum-fascinoscum oleh pengalaman pertama saya
melakukan eksorsisme. Pertama-tema saya mengucapkan terima kasih kepada Bruder
Yohanes FC yang telah pernah memposting teks resmi mengenai doa exorcism dari
Vatikan ke milist komunikasi KAS. Saya sempat membacanya sambil lalu waktu itu,
namun puji Tuhan, saya dapat ingat akan apa yang tertulis di postingan bruder
ketika harus menghadapinya sendiri. Melalui pengalaman saya melakukan
eksorsisme, sayapun semakin bersyukur atas rahmat Sakramen Imamat kepada Gereja,
yang ternyata memang menjadi sasaran tembak utama setan namun sekaligus juga
alasan ketakutan setan.
Panggilan menjelang tengah malam
Kisahnya demikian: Pada hari Sabtu, tanggal 27 November 2010, saya mendampingi
rekoleksi OMK (Orang Muda Katolik) Stasi Tambun paroki Bekasi di Cipanas. Dewan
Stasi dan Paroki turut mendampingi. Acara berlangsung dengan baik dan inspiratif
sampai malam hari. Setelah acara api unggun, semua peserta dan penyelenggara
bersiap untuk tidur. Sayapun masuk ke kamar saya. Baru saja saya jatuh tertidur,
pintu kamar saya diketuk. Saudari Marta dan Anton serta beberapa orang yang lain
memberitahu saya, bahwa di Cibulan di daerah bawah Cisarua, ada sekelompok
Mahasiswa KAJ dekenat Timur yang sedang rekoleksi, dan mereka membutuhkan
bantuan imam untuk menghadapi empat orang mahasiswi yang sedang kesurupan. Satu
orang di antara mereka bahkan telah menghilang dan tidak ada di villa. Romo
pendamping yakni Rm. Hari Sulistyo sudah pulang dan tidak akan kembali lagi ke
sana.
Saya terhenyak. Pikiran saya langsung bekerja: jarak antara Cipanas hingga
Cibulan adalah sekitar 15 Km. Cukup jauh. Menjelang pukul sebelas malam begini
pula…. Namun hati saya tergerak untuk menolong. Akhirnya saya memutuskan untuk
berangkat ke sana disertai oleh Martha dan Anton. Sambil mengemudikan mobil,
saya mengingat kembali postingan bruder Yohanes dalam milist, apakah ciri-ciri
orang kerasukan setan dan perbedaannya dengan orang yang mengalami stress
berat/depresi. Lalu saya berpikir, ah, jangan-jangan mereka hanya depresi saja.
Biasanya perempuanlah yang suka kesurupan, dan benar juga, perempuanlah yang
dikatakan kesurupan malam ini. Jujur saja, sebenarnya saya termasuk golongan
orang yang skeptis dalam urusan semacam ini. Maksud saya datang hanyalah sekedar
menenangkan anak-anak itu saja. Kehadiran pastoral sajalah, demikian pikir saya.
Namun demikian, saya tetap mencoba mengingat- ingat kembali teks itu. Kebetulan
handphone BB saya hang setelah tersiram air teh di gerbong kereta api saat saya
kembali dari Jogja ke Jakarta hari Jumat dinihari kemarin. Karena itu, saya
tidak dapat membuka kembali teks dari milist itu. Saat itu saya tak punya
pilihan lain, selain berusaha mengingat- ingat sendiri saja, sambil
berbincang-bincang dengan Anton dan Martha.
Villa tua, tempat si jahat beraksi
Sesampainya kami di villa tua itu, terlihat para “pasien” sudah terlentang dan
tengkurap tidur. Mereka dipisahkan di tiga tempat. ’Pasien’ yang hilang sudah
ditemukan. Menurut berita, ia kini berada di kamar atas. Dari keempat anak itu,
ada satu orang yang kata mereka paling kuat. Karena villa itu tidak dikelola
Gereja dan bukan tempat khusus retret, maka reaksi spontan orang sekitar villa
adalah memanggil Pak Kiyai/dukun setempat. Mbah dukun itu sudah dipanggil sejak
pukul tujuh malam tadi dan gagal, lalu pulang. Kata mbah dukun, jenis ini bukan
yang dia ketahui. Mereka memanggil pula pak Pendeta Protestan dari gereja
terdekat. Namun kata mereka, Pak pendeta juga menyatakan tak sanggup pula, lalu
pulang. Terlihat para mahasiswa masih menggenggam rosario dan berdoa bersama.
Ada salib besi tergeletak di sofa. Pasien terparah itu adalah seorang perempuan
berperawakan kecil saja. Ia tergolek tengkurap di sofa, ditunggui oleh
teman-temannya. ”Ia sudah tidur”, demikian kata mereka. Karena kondisi sudah
tenang, saya spontan memutuskan: ”Ya sudah saya kembali saja, kan anaknya sudah
tidur… ” Tetapi beberapa mahasiswa meminta saya melihat dulu kondisi gadis yang
terparah itu. Kata mereka, tadi dia kuat sekali. Delapan orang mahasiswa lelaki
yang kuat pun dia hempaskan. Rosario yang mereka kalungkan di lehernya ia
putuskan, dan ia lemparkan ke halaman. Anehnya, rosario itu kemudian mereka
temukan berada di WC villa. Salib besi itu juga telah ia ludahi. Kata mereka,
suaranya pun berubah seperti bukan suara gadis itu. Hhmm… Masih dengan agak
skeptis, saya mendekatinya.
Kuncinya: jangan berkompromi dengan setan
Terlihat badan gadis itu tengkurap, mata terpejam separuh. Dari situ terlihat
manik matanya…. melihat ke arah mata saya… Aneh… Saya agak tersinggung. Lha kok
dia melirik ke saya terus. Kepalan tangannya menggenggam erat. Saya duduk di
sofa yang sama, dekat punggungnya. Ia mengais punggung bawah sambil keluar bunyi
desis dari mulutnya, sampai bajunya terlihat sobek sedikit. Desisnya berbunyi
”panasss” …..Lalu, saya nekad… Saya pegang tangannya. Ia memberontak. Saya buka
genggaman tangannya, dia melawan dengan sebaliknya. Posisinya masih menelungkup.
Saya ingat postingan teks dari bruder Yohanes. Ciri kerasukan setan yang
membedakannya dari depresi antara lain adalah, jika disebut nama Malaikat Agung
Santo Mikael, atau nama Para Kudus, juga Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus,
maka ia tentu akan bereaksi dengan keras. Agak skeptis, namun tetap dengan
memegang erat jari-jari kaku yang mencekam dari anak itu, saya katakan dengan
suara wajar namun jelas terdengar, ”Keluarlah dari badan anak ini! Dalam nama
Yesus Kristus Tuhanmu, serta Malaikat Agung Santo Mikael yang kepadanya kamu
membangkang, keluarlah”.
Namun reaksi anak itu begitu mengejutkan kami semua, termasuk saya sendiri.
Dengan gerakan cepat dan tak terpahami dari sudut mekanika badan manusia, ia
berkelit langsung menatap wajahku, face to face, eyes to eyes….Ia mendesis
menatap lurus ke mata saya, matanya penuh kebencian… Lalu dia berkata: ”Jangan
sebut nama itu! Itu musuh kami!”. Dia bertanya : ”Apakah kamu takut, Bapa?” Saya
menjawab, ”Kamulah yang takut!” Kemudian, dengan tatapannya yang tajam dia
bertanya, ”Mengapa Bapa mengusir saya? Saya juga anak Tuhan. Kalau tidak, tentu
saya tidak ada!” Segera kujawab, ”Kamu anak Tuhan yang tidak taat, sombong.
Mengapa kamu memasuki anak ini?” Namun setan itu menjawab enteng saja, ”Tempat
ini nyaman. Saya mau pergi asalkan anak ini kubawa. Saya telah menambah penyakit
pada dirinya, meremas alat cernanya, dan membunuhnya. Itu salah Bapa kalau Bapa
memaksakan kehendak”. Saya tidak mau diajak tawar menawar dengan setan. Maka
saya menjawab: ”Tidak ada kompromi. Kamu tidak bisa membunuh anak ini dan tidak
akan mampu membawa nyawanya”. Setan inipun menantang saya dengan mengatakan
bahwa ia tidak takut pada imamNya, tidak takut pada Sakramen dan tidak takut
pada Yesus, karena dia juga mengaku sebagai anakNya.
Pergumulan dari tengah malam sampai dini hari
Maka sejak pukul 23.45 hingga memasuki hari Minggu dini hari, saya dan para
mahasiswa Katolik di sana bergumul untuk mengusir setan dari anak itu. Ia yang
kesurupan itupun berubah dari waktu ke waktu. Kadang-kadang suaranya berubah
menjadi lembut bak wanita cantik, namun kemudian menjadi ganas. Kadang ia
tertawa ngikik, kadang menantang, kadang merunduk sok kalah. Kadangkala ia
merajuk minta dikasihani. Anak itu muntah-muntah berkali-kali. Kadang setan
melepaskan anak itu, lalu masuk lagi. Ketika anak itu dilepas, si anak mengeluh,
”Romo, saya tak kuat, badan saya dan usus serta lambung sakit semua. Saya mau
mati saja, dan takut”. Kami menguatkan agar ia berani melawan. Ternyata si anak
ini juga diberitahu oleh setan bahwa Romo akan dibunuhnya jika anak itu tidak
taat padanya. Maka si anak merasa lemah, karena tak mau Romo diapa-apakan oleh
setan.
Namun, yang paling mengejutkan ialah, walaupun setan itu dapat keluar
meninggalkan anak itu tetapi selang beberapa menit, namun kemudian setan kembali
memasuki anak itu dengan jumlah yang makin banyak. ”Kami ini Legion”, katanya
jelas sekali. Ia fasih berbahasa Inggris dan Jawa. Hal ini terjadi ketika saya
mengajak dia berdialog dalam bahasa Inggris dan Jawa, sekedar mengetes apakah
itu benar-benar setan ataukah hanya ’acting’ anak itu. Saya tetap mengingat teks
postingan bruder di milist itu, dan makin yakin akan kebenaran isinya. Saya
katakan padanya, ”Kekuatanmu hanya seperempat. Masih ada Malaikat Agung Santo
Mikael, serta Gabriel dan Rafael.” Mendengar ini, ia mundur dan melepaskan anak
itu. Tiba-tiba ia masuk lagi dan berkata, ”You are stupid, Father”, lalu
menghantam saya. Suatu saat ia terjatuh tepat di salib, dan kontan ia menjerit
kepanasan. Maka para mahasiswa menempelkan salib-salib mereka. Ia berteriak
kepanasan dan tersiksa. Begitulah, si setan itu pergi lagi. Namun dengan cepat
ia kembali lagi, dengan membawa lebih banyak lagi setan bersamanya. Ia mau
menguras kekuatan saya. ”Sampai kapan Bapa bisa bertahan? Akan kukuras tenagamu,
Bapa!”. Saya menjawab sambil teringat Mzm 121:2, ”Kekuatanku datang dari Allah,
yang menjadikan langit dan bumi”. Kami bertempur lagi. Si setan menjerit-jerit,
dan kemudian ia lari lagi… Lalu saya mendengar berita bahwa ketiga mahasiswi
lain sudah dilepaskan. Semua setan kemudian berpindah merasuki mahasiswi yang
satu ini.
”Aku, Lucifer”
Ketika masuk lagi yang terakhir kali ke dalam anak itu, dia memeluk saya. Dengan
seolah suara si mahasiswi, dia mengendus tengkuk saya sambil berbisik, ”Aku
Lucifer”. Saya merinding. Terasa bulu kuduk saya berdiri dan ketakutan mendera.
”Kamu takut, Romo?” katanya dengan lembut di telinga saya. ”Aku akan mengincarmu
terus sampai kapanpun”. Tiba- tiba bangkitlah keberanian saya. Saya berteriak
kepada para mahasiswa: ”Kita mendapat kehormatan, sampai Lucifer sendiri, si
penghulu Setan, datang!” Para mahasiswa terbawa emosi, mereka berdoa makin
keras. Ada pula yang berteriak, ”Hancurkan saja… Sikat dia, Romo!”. Setan itu
berkata, ”Paus Yohanes Paulus II memarahiku”. Kujawab, ”Tak hanya Paus Yohanes
Paulus II, semua paus dan uskup, dan imam memarahimu, bahkan Tuhanmu Yesus dan
Malaikat Agung Mikael atasan langsungmu! Taatlah kepadaNya!” ”Sayalah tuhan”,
jawabnya sinis. Saya membanting dia, dan kami berpegangan tangan sambil saling
melawan. Saya mulai berkeringat dan tenaga saya terkuras, tetapi tetap saja saya
melawannya. Saya mengatakan, ”Kamulah yang ketakutan, melihat kami semua dan
Tuhanmu! Lepaskan badan anak ini, karena dia sudah menerima Sakramen Ekaristi! ”
Lucifer menjawab: ”Aih, itu hanya roti biasa! Dan kalian imam-imam semua bodoh!”
Mendengar perkataannya, saya marah sekali. ”Kamu sudah melawan kuasa imamat
rajawi Tuhan Yesus Kristus! Kamu mau melawan imamatNya?” Lalu ia menjawab dengan
nada meremehkan, ”Aku tak takut, Romo, pada imamatmu!”
Ke kapel Lembah Karmel kami membawanya
Ketika Lucifer menantang imamat saya, saya marah. Saya minta tas saya kepada
para mahasiswa. Saya melepaskan dia dulu untuk mengambil peralatan aspergil dan
stola serta minyak suci, sementara dia ditahan oleh para mahasiswa yang
”menimbunnya”: dengan doa-doa Salam Maria, Bapa Kami, Aku Percaya, serta
menindihnya dengan tubuh-tubuh kuat mereka. Ketika saya datang lagi, saya
percikkan dia dengan air suci. Ia menjerit kepanasan, dan lari. Saat itu, saya
berpikir, ini sudah dini hari, semua akan kacau jika tak diakhiri. Oleh karena
itu, saya memerintahkan agar tubuh mahasiswi ini digotong dan dievakuasi. Mereka
menggotongnya masuk ke mobil saya, lalu saya tancap gas dengan tujuan ke Lembah
Karmel. Saya menelpon Mbak Sari dan Suster Lisa P Karm. Mbak Sari dengan sigap
telah meminta Satpam membuka gerbang dan pintu kapel.
Si mahasiswi dipegangi oleh Martha, Anton dan Asrul. Ia berteriak, ”Cepat Romo,
cepat… dia mengejar…” katanya panik. Kami tetap berdoa Aku Percaya, Bapa Kami,
dan Salam Maria. Tiba-tiba suara mahasiswi berubah lagi, ”Haaa. Mau dibawa ke
mana anak ini, Bapa? Aku telah menambah lagi penyakitnya. Aku meremas
jerohannya… Anak ini hanya sampai dini hari ini, Bapa. Bapalah yang harus
tanggungjawab atas kematiannya!” Kemudian, anak itu muntah-muntah di mobil.
Anton, Asrul dan Marta tetap berdoa dengan memeganginya yang berontak ke sana
kemari. Saya mengatakan kepada Setan itu, ”Kamulah yang harus bertanggungjawab.
Jangan memutarbalik fakta, dasar setan! Kamu telah melecehkan Sakramen
Mahakudus. Kamu akan kubawa ke hadapan Yesus, supaya tahu rasa kamu nanti. Mau
lepaskan dia sekarang, atau nanti kamu makin sengsara di hadapan Raja Semesta
Alam!” Lalu dia mulai merayu lagi, ”Sia-sia semua ini Bapa… Bapa besok banyak
acara kan? Ditunggu banyak umat.. sudahlah Bapa kembali saja istirahat”. Saya
jawab: “Acara satu-satunya imam Tuhan ialah mengenyahkan kamu ke neraka!” Di
situlah selama perjalanan ia menawari saya apapun akan diberikan asalkan saya
tunduk pada keinginannya. Namun, saya tak mau berkompromi. Saya katakan dengan
tegas bahwa dia yang harus tunduk pada Kristus! Mendengar ini ia berkata,
”Sayalah tuhan, I am the Lord”. Saya tertawakan dia. Lalu ia mengancam akan
menggulingkan mobil. Saya menjawab, ”Ini mobil para uskup Indonesia. Tak bakalan
kau berhasil menggulingkannya!” Saya mengingatkannya akan Santo Yohanes Maria
Vianney yang dia bakar tempat tidurnya gara-gara tak mampu mengalahkan imam
kudus itu. Di hatiku aku berharap, Santo Yohanes Maria Vianney, kumohon agar
engkau mendoakan aku untuk mengalahkan Setan ini…
Lalu si Setan lalu merajuk lagi, ”Ah kenapa tenagaku melemah, tak sekuat tadi”.
Anak-anak mahasiswa ikut menjawab, ”Rasain lu.” Dia mendamprat : ”Apa lo, bocah
kemarin sore!” Saya menjawabnya, ”Mereka bukan bocah kemarin sore. Mereka
anak-anak Tuhan semesta alam”. Sepanjang jalan kami berdebat dengan bahasa
Inggris, Jawa, dan Indonesia. Mobil bagaikan terbang… dalam setengah jam kami
mendekati Lembah Karmel, dan semakin mendekati Sakramen Mahakudus. Lagi- lagi,
Setan itu mulai menendang dan berontak. Kukatakan padanya, ”No place for evil,
you know!” Kutantang dia, ”Kenapa kau kuasai anak ini. Apa salahnya?” Dia
menjawab, “Bukan salah anak ini, tetapi ayahnya”. Kujawab: “Ya, aku tahu,
berarti ayahnya mengikat perjanjian kegelapan denganmu. Nanti acara kita di
rumah Tuhan hanya satu, ialah memutus perjanjian leluhur anak ini dengan Lucifer
keparat ini!” Kemudian dia mengikik mirip nenek Lampir dalam film Misteri Gunung
Merapi, atau mirip kuntilanak. Dia katakan: “Bukan, bukan begitu imam bodoh.
Kamu memang imam munafik dan pendosa!” Aku menjawab, “Aku memang pendosa, namun
tidak memberontak kepada Tuhan seperti kamu!”. Dia menjawab lagi, “Ayahnyalah
yang mempersembahkan diri kepadaku, Bodooh!” Kupancing dia, “Jadi, ayahnya
mengikat perjanjian denganmu bukan?” Dia jawab: “Bukan, bodoh! Kamu keliru, imam
bodoh. Ayahnya mempersembahkan diri kepada Kristus. Leluhurnyalah yang
mempersembahkan diri kepadaku”. Dia tertawa ngekek lagi. Saya juga,
mentertawakan kekeliruan saya. Jadinya kami terkekeh bersama. Namun dengan tegas
kukatakan: “Kamu setan bodoh. Gampang dipancing ya hahaha… Maka acara kita
satu-satunya di depan Sakramen Mahakudus nanti hanyalah memutuskan perjanjian
itu dan kamu akan mengalami sengsara kekal. Go to hell! Kalau kamu ingin
bahagia, ajaklah anak buahmu dan dirimu sendiri bertobat, kembali menyembah
Allah yang benar! Jangan iri lagi karena Putra-Allah menjadi Manusia”… Mendengar
perkataan ini, dia meradang, ”I hate you.. I hate all priests of Christ…!!!”
Namun, setelah mendengar betapa ia membenci para imam, saya merasa mendapatkan
kekuatan dan keharuan. Sebab itu artinya kami berada di pihak yang benar,
sehingga kerenanya, Setan membenci kami. Saya membayangkan jajaran imam Tuhan
dan uskup yang berada di pihak saya. Sungguh itu menguatkan batin saya.
Setan kalah di hadapan Kristus dalam Sakramen Mahakudus
Sementara itu pohon-pohon bambu Lembah Karmel sudah mulai tampak… Si Setan
berteriak lagi, ”Rumah jelek! Mosok Tuhan mau tinggal di rumah jelek! Akulah
tuhan.” Aku menjawabnya, ”Itulah bedanya Kristus dengamu, Jelek! Dia mau
merendahkan diri, sedangkan kamu malah menyombongkan diri! Rasakan akibatnya,
kebencian abadi bersamamu sajalah!’ Lalu kudengar ia merajuk lagi, ”Romo, ini
saya, saya sudah sadar… saya mau pulang ke Bekasi, ke Jatibening, ini mau dibawa
ke mana?” Tak terpengaruh atas rajukannya, saya menjawab, ”Sadar gundulmu kuwi!
Kami mau membawamu ke hadapan Sakramen Mahakudus, Raja Semesta Alam yang penuh
kuasa. Hanya kepadaNya semua lidah mengaku dan segala lutut bertelut, termasuk
kamu!”
Pak Satpam membuka gerbang. Ia mengawal kami sampai ke samping kapel kecil (yang
sebenarnya besar sekali). Mobil berhenti di jalan menanjak di samping kapel, di
depan wisma St. Antonius. Tubuh mahasiswi itu kami bopong keluar mobil. Aneh
sekali, badan yang kecil itu mempunyai bobotnya berlipat-lipat. Dia tertawa
ngikik. Mengerikan sekali. Melihat pak Satpam yang tinggi besar, dia berkata
seolah suara mahasiswi itu : ”Wah, ini dia bapakku”. Tapi segera dia
mendesis-desis dan mengikik ketika kami bopong ke kapel, ” Kalian tak kan
berhasil… tak kan berhasil kikikiiiiikkk….” Tubuh kecil namun berbobot itu kami
baringkan di depan panti imam, di bawah altar, di lantai sebelum trap pertama.
Jika dilihat dari ruang umat, kepalanya kami letakkan di sebelah kiri. Anton,
Asrul dan Martha memegangi tangan dan kakinya. Saya minta dipinjamkan korek api
dari pak Satpam untuk menyalakan lilin di kanan kiri tabernakel. Pak Satpam
menyalakan lampu di patung Bunda Maria. Suasana temaram, dan dingin dini hari
menggigit. Pukul 03.45. Saya berlutut di hadapan tabernakel. Saya memohon
kekuatan dari Tuhan sendiri. Lalu saya turun, berlutut lagi di trap di sisi kiri
si mahasiswi. Saya mengajak anak-anak mahasiswa itu berdoa. Saya berdoa: ”Tuhan
Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, dengan rendah hati kami bawa ke
hadapanmu tubuh anakMu yang sedang dirasuki si Jahat. Kami tidak sanggup
mengusirnya dengan kekuatan kami sendiri. Bertindaklah Tuhan atas dia, utuslah
malaikat agungMu dan balatentara sorgawi membebaskan dia. Amin”. Lalu saya
menghadapi tubuh mahasiswi itu dari trap, membelakangi altar dan Sakramen
Mahakudus. Dengan duduk karena lelah, saya angkat tangan kanan saya di atasnya
dan membuat gerakan tanda salib berkat dengan berkata (saya heran mengapa saya
bisa mengatakan ini): ”Atas kuasa imamat rajawi yang diberikan Tuhan Yesus
Kristus kepada GerejaNya dan kepadaku, aku melepaskan ikatan perjanjian
kegelapan antara kamu dengan leluhur anak ini. Dalam Nama Bapa, dan Putra dan
Roh Kudus, Amin.”
Tubuh anak yang berbaring itu tiba-tiba terjungkit, duduk, melengos ke depan,
menatap tajam ke Asrul yang memegangi kakinya, lalu menoleh menatap tajam ke
kiri menatap langsung ke mata saya….. Sedetik kemudian terkulailah tubuh si
mahasiswi ini… Si jahat sudah keluar dari tubuhnya. Si mahasiswi ini lalu
merintih : ”Romo, itu Tuhan Yesus… ooo Tuhan”, tangan kiri dan tangannya nya
menggapai ke arah altar. Tapi kami bawa keluar dengan dituntun. Tapi ia melihat
ke atas, ”Ooo… malaikat banyak sekali… oooh.. Romo, lihat?.. Ooo… Dia yang
terjelek, hitam, telah diborgol… dimasukkan ke dalam kereta… Ooo Malaikat Agung
Santo Mikael… ooh.. Sampai di pintu utama, anak itu minta kembali ke dalam,
”Romo, teman-teman, saya harus kembali… Itu Tuhan…” Dia kutuntun, dan dengan
tangannya ia menggapai ke arah Tabernakel…” Sampai di panti imam, di samping
kanan altar ia mencium patung kaki Kristus… Lalu menuju tabernakel, ia memeluk
tabernakel itu erat-erat. ”Tuhan Yesus terima kasih.. Syukur kepadamu.. ” lalu
ia menangis di situ beberapa saat. Setelah selesai, ia ke altar Bunda Maria, ia
memeluk kaki patung Bunda Maria dan menangis: “Bunda, terima kasih atas doamu.
Aku tak akan meninggalkan engkau dan putramu”…
Iman lebih kuat daripada segala yang jahat
Pak Satpam menyerahkan kunci wisma Antonius. Anak itu mulai mengeluh lapar dan
haus. Pak Satpam menggendongnya. Kini ia tidak berat lagi. Dia membersihkan diri
di wisma, sementara teman-teman yang lain membelikan makanan dan minuman di
warung yang memang agak jauh, karena dapur rumah retret belum buka. Hari masih
pukul 04.30 pagi. Setelah makan minum, anak itu bercerita kepada kami tentang
kejadian semalam. Bahwa setelah makan malam, ia masuk kamar di villa, dan
melihat dua orang manusia bertanduk. Ia takut, lalu menceritakan hal ini kepada
temannya. Kedua makhluk itu marah karena diceritakan keberaadaannya kepada orang
lain. Mereka mengancam akan merasuki semua peserta Rekoleksi KMK KAJ itu. Si
mahasiswi menawar, karena ketakutan serta kasihan kalau semua peserta kesurupan,
maka spontan dia mempersilakan mahluk itu merasuki dirinya saja. Ketika di depan
altar itulah, sebenarnya dia hampir saja mengikuti kehendak Lucifer untuk
mengikutinya. Pasalnya, Lucifer mengancam, jika ia tidak mau ikut, maka imam
itulah yang akan dibunuhnya. Karena kasihan pada Romo, ia akan ikut saja. Tetapi
melesat ada malaikat yang membisikinya, ”Romo itu baik-baik saja, maka lawanlah
Lucifer, sementara kami akan menariknya keluar dari tubuhmu.” Maka ia berani
melawan, dan Lucifer ditarik oleh balatentara malaikat, diborgol lalu dimasukkan
ke dalam kereta yang melesat membuangnya ke neraka. Setelah itu tinggal Tuhan
Yesus dan Bunda Maria yang memeluk dan mendukungnya. Begitulah kesaksiannya.
Namun bagi saya, ini juga adalah suatu kejadian iman melawan kuasa jahat di awal
masa Adven 2010, tepat di Minggu pertama.
Sampai Minggu sore tak habis-habisnya saya, Asrul, Anton, Martha membicarakan
hal ini. Juga teman-teman peserta rekoleksi KMK-KAJ Dekenat Timur dan OMK
Wilayah Mikael Malaikat Agung dan St. Andreas. Semua membuahkan satu kenyataan:
bahwa iman lebih kuat daripada kebencian, apalagi setan. Saya sendiri merasa
dikuatkan dalam iman dan imamat saya, dan disadarkan akan kelemahan diri serta
pertobatan. Saya makin yakin dan percaya bahwa alam maut tak akan menguasai
Gereja sampai kapanpun sesuai dengan janji Tuhan. ”Dan Akupun berkata kepadamu:
Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku
dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18). Sungguh, kuasa Allah
mengatasi segalanya. Berbahagialah semua orang yang percaya yang bersandar
kepada-Nya dan mengandalkan Dia.
”Tuhan Yesus, hamba-Mu bersyukur atas pengalaman yang tak terlupakan ini. Aku
semakin teguh mengimani kehadiran-Mu di dalam sakramen- sakramen-Mu. Syukur tak
terkira untuk kuasa-Mu di dalam Sakramen Maha Kudus dan Imamat yang Engkau
karuniakan kepadaku. Segala hormat, pujian dan syukur, kusampaikan kepada-Mu, Ya
Tuhan Raja semesta alam. Amin.”
Terima kasih kepada semua yang telah membaca kisah sharing ini. Semoga kesaksian
ini berguna bagi iman, harapan, dan kasih para pembaca, kepada Allah pencipta
langit dan bumi.
Salam saya,
Yohanes Dwi Harsanto Pr.
Matius 7: 21-23 menyatakan tentang apa yg akan terjadi di hari kiamat:
BalasHapus21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Siapa yang memanggil Yesus sbg tuhan dan bernubuat atas nama-Nya...??? Jawabannya adalah orang-orang Kristen. Kalimat "Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?" menunjukkan bahwa org2 ini adalah org2 yg memiliki keimanan dgn konsep trinitas dan bahkan mampu membuat sesuatu yg menakjubkan (mukzizat). Tp ternyata Yesus menolak mereka seraya berkata, "Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Maka bertaubatlah wahai org Kristen, dan ikutilah jalan Yesus, sebagaimana dinyatakan di dalam Al-Qur'an:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".
(QS. Al-Maidah: 116).