sumber ekaristi.org
Siapa yang meremukkan Kepala Ular
DeusVult
Kejadian 3:15 - Indonesia
- Terjemahan Baru
Aku akan mengadakan
permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu,
dan engkau akan meremukkan tumitnya."
Genesis 3:15 - Douay
Rheims
I will put enmities
between thee and the woman, and thy seed and her seed: she shall
crush thy head, and thou shalt lie in wait for her heel.
Genesis 3:15 - King James
Version
And I will put enmity
between thee and the woman, and between thy seed and her seed; itshall
bruise thy head, and thou shalt bruise his heel.
Genesis 3:15 - Revised
Standard Version
I will put enmity between
you and the woman, and between your seed and her seed; he shall
bruise your head, and you shall bruise his heel."
Silahkan dijawab!!
Sedikit keterangan:
1. Duoay Rheims adalah
Alkitab bahasa Inggris. Diterjemahkan dari kitab Vulgata (latin) yang ditulis
oleh St Hieronimus (Jerome). Kitab Vulgata sendiri telah dinyatakan secara
tidak dapat salah oleh Gereja Katolik sebagai kitab resmi. Jadi kalo
terjemahannya salah berarti Gereja Katolik tidak punya infallibilitas.
2. Baik Terjemahan Baru
(Indonesia), King James Version dan Revised Standard Version semuanya di
terjemahkan dari naskah ibrani (Perjanjian Lama) dan Yunani (Perjanjian
Baru).
3. Banyak pada patung
Katolik digambarkan kalo kaki yang menginjak kepala ular adalah Kaki
Maria
4. Kitab Revised Standard
Version diakui oleh baik Katolik dan Protestant (termasuk Scott Hahn) sebagai
kitab yang terjemahannya (Inggris) paling baik saat ini.
5. Di film Passion of The
Christ ada adegan Yesus menginjak kepala ular yang keluar dari kaki
setan.
Edit note:
Aku sisipkan "No
2" baru diatas sehingga keterangan total jadi 5 buah
Ken:
Cath ... menurutku ... kita lihat dari kata
"keturunannya" ... siapa yg dimaksud, maria atau yesus. Kita percaya
pasti yesus, bukan maria. saya rasa gitu aja.
Quote:
|
Genesis
3:15 - Douay Rheims
I will put enmities between thee and the woman, and thy seed and her seed:
she shall crush thy head, and thou shalt lie in wait for her heel.
1. Duoay Rheims adalah Alkitab bahasa Inggris. Diterjemahkan dari kitab
Vulgata (latin) yang ditulis oleh St Hieronimus (Jerome). Kitab Vulgata
sendiri telah dinyatakan secara tidak dapat salah oleh Gereja Katolik sebagai
kitab resmi. Jadi kalo terjemahannya salah berarti Gereja Katolik tidak punya
infallibilitas.
|
Berarti kitab Vulgatanya
tidak salah, yg salah penerjemahannya.
mengenai patung maria mijak
kepala ular ... mungkin si pembuat pengen menunjukkan bahwa dari keturunan
marialah iblis dibinasakan ... secara tidak langsung bahwa maria juga turut
meremukkan si iblis ... begitu kali.
almarhum nenek saya juga
memiliki patung yg demikian
Fushiang
saya kira, itu hebatnya
bahasa Indonesia Cath.....yang penting keturunannya dan "nya" disini
artinya keturunan dari Hawa khan? bagaimana Hawa bisa beranak? ya karena ada
Adamnya khan.....
DeusVult
Ken
Di kitab Vulgatanya
sendiri, terjemahannya adalah "she" (dia untuk wanita). Jadi kalo
salah, maka Katolik berbohong. Gereja tidak punya infallibilitas.
fushiang
Kita gak bisa bilang kalo
itu keturunannya Hawa karena hampir semua telah setuju bahwa Kej 3:15 itu
adalah INJIL paling awal. Di ayat tersebut Tuhan langsung menjanjikan
penyelamat kepada manusia yang telah jatuh dalam dosa. Banyak yang bilang bahwa
"perempuan" yang dimaksud adalah Maria dan "keturunan"
(seed) adalah Yesus. Maria adalah Hawa yang baru, Yesus adalah Adam yang baru
(Karena satu orang [Adam] maka semua sudah berdosa, maka karena satu orang
semua sudah diselamatkan [Yesus]. Ini theologi Paulus di Roma 5:6-21).
Nah, silahkan memutar otak
lebih lanjut
Fushiang
Itulah bedanya....dari
Adam, dosa 1 orang menyebabkan semua berdosa, dari Yesus, yang notabene
keturunan adam dan hawa dan janji Allah sendiri, karena 1 orang, ada penebusan
buat semua orang.....
Kahana
Sejak zaman kuno, Kej 3,15 selalu jadi problem. Untuk mendapat gambaran yang seimbang perlu orang kembali
kepada teks aslinya (bahasa Ibrani). Dalam teks Ibrani, kata
"keturunan, seed" (Ibr: zera') berjenus maskulin, maka
kata gantinya (yg terdapat dalam frase "keturunannya
akan meremukkan...) juga maskulin (bhs Ibrani: hu'). Ketika
teks ini diterjemahkan ke bahasa Yunani (Septuaginta), sudah terjadi bias
karena kata "sperma" = keturunan, berjenus
neuter, tetapi kata gantinya diambil "autos" ini maskulin.
Terjemahan Latin kuno (Old Latin, bukan Vulgata) mengambil alih terjemahan
Septuaginta ini, termasuk biasnya (kata "keturunan" dalam Latin = semen -
neuter) dengan demikian dalam Old Latin kata
gantinya adalah "ipse"
(maskulin). Oleh karena itu Ireneus (abad 2) menafsirkan teks ini
dengan menunjuk pada Yesus, dan dia
menyebut Kej 3,15 sebagai "protoevangelium" (injil pertama). Sejarah
penerjemahan menjadi ruwet ketika Vulgata (terjemahan Hironimus, abad 4) memilih
kata ganti feminin "ipsa"
(she) yang dengan mudah ditafsirkan
menunjuk ke Maria. Ruwet kan? Sekaligus dari sini kelihatan bahwa
penerjemahan teks amat dipengaruhi oleh bias
ideologis.
Note:
Vulgata bukan teks yang
infalibel. Oleh konsili Trente
dikatakan bahwa Vulgata adalah terjemahan
"resmi" (autentica), tetapi
Pius XII mengatakan bahwa Vulgata
"boleh dipakai". Terlalu
riskan kalo meletakkan infalibilitas Gereja pada sebuah terjemahan. Ngak ada
gunanya para pakar belajar asli Alkitab, bhs Ibrani dan Yunani - yang
dimaksudkan untuk membaca teks dengan lebih baik - jika Vulgata diklim sebagai
infalibel atau tidak bisa salah. Untung bahwa Gereja sendiri sekarang menganjurkan untuk
kembali ke teks asli...
salam,
kahana
Tony
Wuah tepat
sekali........salut
Hebat sdr Kahana, betul
terjemahan Vulgata banyak disangka infallible padahal tidak dan artinya juga
adalah kitab resmi.
Seneng deh ada yg
jago.
Salam dan selamat datang
semoga betah disini.
DeusVult
Ha ha thanks alot Kahana
tentang Vulgata sendiri, ini dekrit dari trent
But if any
one receive not, as sacred and canonical, the said books entire with all their
parts, as they have been used to be read in the Catholic Church, and as they
are contained in the old Latin vulgate edition; and knowingly and deliberately
contemn the traditions aforesaid; let him be anathema. Let all, therefore,
understand, in what order, and in what manner, the said Synod, after having
laid the foundation of the Confession of faith, will proceed, and what
testimonies and authorities it will mainly use in confirming dogmas, and in
restoring morals in the Church.
Jawaban lanjutan dari catholic-legate.com
Quote:
|
Topic: She Shall Crush
Question:
Why do some Catholic bibles translate Genesis 3:15 as Mary crushing the head
of the serpent?
Answer:
PART A:
Let's review the text:
Gen 3:15 And I will put enmity between thee {the serpent} and the woman, and
between thy seed and her seed; it shall bruise thy head, and thou shalt
bruise 'his' heel.
This is the KJV rendering. Note that the third part of the verse has 'it' as
the subject of that first verb not 'he' or 'she'. That is because in the
original Hebrew of the Masoretic text the subject of the verb "to
crush/bruise" is of indeterminate gender. The current version of the
Latin Vulgate inserts the neuter pronoun 'ipsum' here for the same reason.
Also note that there is no word "and" used in the original Hebrew
to connect the first two comparisons as distinct from the third. This was an
editorial decision on the part of the translators. There are no conjunctions
between the three comparisons in the original Hebrew.
What you see in verse 3:15 is a case of synonymous parallelism. This is a
common form of poetry in biblical Hebrew. The same statement is made 3 different
times in a slightly different form each time. All three comparisos are
between the Serpent and the Woman. Note especially that the middle comparison
is also primarily about the enmity between the Woman and the Serpent and only
peripherally about their respective seed. All three comparisons therefore
refer to the Woman's enmity and I submit that the proper GRAMMATICAL way of
reading this verse is the one given in the Douay Rheims version:
"She shall crush thy head, and thou shalt lie in wait for her
heel."
The enmity is between the Woman and the Serpent, NOT between the Woman's seed
and the Serpent. There is no reason to break symmetry in the last comparison
and have the seed of the woman strike at the serpent.
The other 'proof' of this is the many visions of Catholic mystics which have
protrayed the image of Mary crushing the serpent's head, most notably the
Miraculous Metal of St. Margaret Mary Alocoque.
Art Sippo
Catholic Apologist
November 7, 2001, 2001
PART B:
The problem here is the Hebrew vowel pointing, which was not part of the
original inspired Hebrew. Vowel pointing was added in the 9th century AD for
easier reading. As such, Genesis 3:15 will read as "he" or
"she" depending on where the vowel pointing is placed. The reading
of "he" is caused by placing the vowel point inside the Hebrew
letter WAW, and the whole word is thus pronounced in Hebrew as HUAH, or close
to that, whereas the reading "she" is caused by placing the vowel
point underneath the Hebrew letter HE, and the whole word is thus pronounced
HIUAH, or HIWAH, or close to that. In any case, without the vowel pointing,
we don't know what the gender of the pronoun is. Jerome thought he knew based
on what he knew of the Hebrew language and the information he had in Tradition,
and thus he translated it as "she." Since he was closest to that
time period, he is generally accepted as the authority on the subject,
although he has been known to make mistakes.
Robert Sungenis
Catholic Apologetics International
November 7, 2001
|
Kahana
Kalau Trente menyebut
Vulgata itu "sacred and canonical" ini tidak sama dengan infalibel.
Baik kalau pernyataan ini diimbangi dengan ensiklik Pius
XII Divino Afflante Spiritu (1943). Dalam art. 16 Pius XII menyatakan bahwa
teks original mempunyai wibawa yang jauh lebih tinggi dibandingkan segala macam
terjemahan, baik yang kuno maupun yang modern (termasuk Vulgata). Pernyataan Pius XII ini bisa dipahami karena saat Trente
diadakan, ilmu pengetahuan termasuk pengetahuan tentang bahasa dan budaya Timur
Tengah Kuno belum sehebat abad 20 saat Divino Afflante Spiritu dikeluarkan.
Dalam ensiklik itu, berulang kali Pius XII menyatakan adanya kesenjangan
pengetahuan ini. Teks ensiklik ini bisa dilihat di web-site Vatican.
Memang benar bahwa ternyata
dalam Vulgata edisi terbaru
(Nova Vulgata 1979) sudah dipakai kata "ipsum" bukan lagi kata "ipsa" seperti
terdapat dalam Vulgata Edisi yang lebih
kuno yang ada pada saya. Ini
suatu penyesuaian agar lebih mendekati teks aslinya.
PART A:
...That is because in the
original Hebrew of the Masoretic text the subject of the verb "to
crush/bruise" is of indeterminate gender.
PART B:
The problem here is the
Hebrew vowel pointing, which was not part of the original inspired Hebrew.
Vowel pointing was added in the 9th century AD for easier reading. As such,
Genesis 3:15 will read as "he" or "she" depending on where
the vowel pointing is placed. The reading of "he" is caused by
placing the vowel point inside the Hebrew letter WAW, and the whole word is
thus pronounced in Hebrew as HUAH, or close to that, whereas the reading
"she" is caused by placing the vowel point underneath the Hebrew
letter HE, and the whole word is thus pronounced HIUAH, or HIWAH, or close to
that. In any case, without the vowel pointing, we don't know what the gender of
the pronoun is.
Menanggapi dua point di
atas (sorry, mungkin quote-nya nggak beres! amatiran sih...) perlu dijelaskan
demikian:
Dalam
Masoretic Text (MT) subjek dari verb "to crush" saya kira
jelas, yaitu maskulin. Bukan pertama-tama dari kata gantinya,
tetapi dari kata kerjanya: yesupheka (=
meremukkan) - awalan ye- adalah untuk 3rd masculine
singular. Jadi tanpa ada kata ganti pun,
sebenarnya jelas siapa subjeknya. Kalau subjeknya feminine maka
kata kerjanya seharusnya: tesupheka. Semakin jelas lagi jika
memperhatikan kata kerja berikutnya (untuk ular): Terjemahan harafiah dari teks
Ibrani berbunyi "engkau (f) akan meremukkan dia pada
tumitnya". Nah...untuk kata "dia" sebagai objek yang dipakai
adalah kata ganti orang ketiga maskulin tunggal : tesuphenu, kalau objeknya
feminin seharusnya tesuphenah.
Kalau dalam bahasa Ibrani subjek
sudah bisa ditentukan melalui bentuk kata kerja, seperti
dalam bahasa Italia, Perancis, Jerman, Latin dsb, maka sebenarnya kehadiran
pronoun itu tidak amat relevan. Pronoun
biasanya dipasang untuk memberi tekanan. Maka, sebenarnya ini bukan masalah
Hebrew vowel pointing, apalagi dalam teks Ibrani kata ganti HE dan SHE (Ibrani:
hu' and hi') sebenarnya mempunyai konsonan yang berbeda, yang satu
pake waw (hu') yang
lain pake yodh (hi').
Semua ini mengandaikan bahwa teks Ibrani yang saya punya benar
(yang saya pake adalah BHS edisi 4, 1990).
semoga nggak nambah ruwet
deh...
wassalam,
kahana
DeusVult
DeusVult
Evangelos
Joined: 10 Feb 2004
Posts: 10800
Location: Orange County California
|
Posted: Sat, 15-05-2004
5:23 am Post subject:
|
|
|
kahana wrote:
|
Kalau Trente menyebut Vulgata itu "sacred and
canonical" ini tidak sama dengan infalibel. Baik kalau pernyataan
ini diimbangi dengan ensiklik Pius XII Divino Afflante Spiritu (1943).
Dalam art. 16 Pius XII menyatakan bahwa teks original mempunyai wibawa
yang jauh lebih tinggi dibandingkan segala macam terjemahan, baik yang
kuno maupun yang modern (termasuk Vulgata). Pernyataan Pius XII ini bisa
dipahami karena saat Trente diadakan, ilmu pengetahuan termasuk
pengetahuan tentang bahasa dan budaya Timur Tengah Kuno belum sehebat
abad 20 saat Divino Afflante Spiritu dikeluarkan. Dalam ensiklik itu,
berulang kali Pius XII menyatakan adanya kesenjangan pengetahuan ini.
Teks ensiklik ini bisa dilihat di web-site Vatican.
Memang benar bahwa ternyata dalam Vulgata edisi terbaru (Nova Vulgata
1979) sudah dipakai kata "ipsum" bukan lagi kata
"ipsa" seperti terdapat dalam Vulgata Edisi yang lebih kuno
yang ada pada saya. Ini suatu penyesuaian agar lebih mendekati teks
aslinya.
|
Dan inilah imbangannya!
Quote:
|
DIVINO AFFLANTE SPIRITU
ENCYCLICAL OF POPE PIUS XII
ON PROMOTING BIBLICAL STUDIES, COMMEMORATING THE FIFTIETH
ANNIVERSARY OF PROVIDENTISSIMUS DEUS TO
OUR VENERABLE BRETHREN, PATRIARCHS,
ARCHBISHOPS, AND OTHER LOCAL ORDINARIES ENJOYING PEACE AND
COMMUNION WITH THE APOSTOLIC SEE
14. The Fathers of the Church in their time, especially Augustine, warmly
recommendedto the Catholic scholar, who undertook the investigation
and explanation of the Sacred Scriptures, the study-of the
ancient languages and recourse to the original texts.[22]
However, such was the state of letters in those times, that not many --
and these few but imperfectly -- knew the Hebrew language. In the middle
ages, when Scholastic Theology was at the height of its vigor, the
knowledge of even the Greek language had long since become so rare in the
West, that even the greatest Doctors of that time, in their exposition of
the Sacred Text, had recourse only to the Latin version, known as the
Vulgate.
15. On
the contrary in this our time, not only the Greek language, which since
the humanistic renaissance has been, as it were, restored to new life, is
familiar to almost all students of antiquity and letters, but the
knowledge of Hebrew also and of their oriental languages has spread far
and wide among literary men. Moreover there are now such abundant aids to
the study of these languages that the biblical scholar,
who by neglecting them would deprive himself of access to the original
texts, could in no wise escape the stigma of levity and sloth. For it is
the duty of the exegete to lay hold, so to speak, with the greatest care and
reverence of the very least expressions which, under the inspiration of
the Divine Spirit, have flowed from the pen of the sacred writer, so as
to arrive at a deeper and fuller knowledge of his meaning.
16. Wherefore let him diligently apply himself so as to acquire daily a
greater facility in biblical as well as in other oriental languages and
to support his interpretation by the aids which all branches of philology
supply. This
indeed St. Jerome strove earnestly to achieve, as far as the science of his
time permitted; to this also aspired with untiring zeal and no small
fruit not a few of the great exegetes of the sixteenth and seventeenth
centuries, although the knowledge of languages then was much less than at
the present day. In like manner therefore
ought we to explain the original text which, having been written by the
inspired author himself, has more authority and greater weight than any
even the very best translation, whether ancient or modern;
this can be done all the more easily and fruitfully, if to the knowledge
of languages be joined a real skill in literary criticism of the same
text.
|
Dan bagian selanjutnya semakin menjelaskan
dimana letak Vulgata
Quote:
|
19. Today therefore, since this branch of
science has attained to such high perfection,
it is the honorable, though not always easy, task of students of the
Bible to procure by every means that as soon as possible may be duly
published by Catholics editions of the Sacred Books and of ancient
versions, brought
out in accordance with these standards, which, that is to say, unite the
greatest reverence for the sacred text with an exact observance of all
the rules of criticism. And let all know
that this
prolonged labor is not only necessary for the right
understanding of the divinely-given writings, but also is
urgently demanded by
that piety by which it behooves us to be grateful to the God of all
providence, Who from the throne of His majesty has sent these books as so
many paternal letters to His own children.
20. Nor
should anyone think that this use of the original texts, in accordance
with the methods of criticism, in
any way derogates from those decrees so wisely enacted by the Council of
Trent concerning the Latin Vulgate.[24] It is historically
certain that the Presidents of the Council received a commission, which
they duly carried out, to beg, that is, the Sovereign Pontiff in the name
of the Council that he should have corrected, as far as possible, first a
Latin, and then a Greek, and Hebrew edition, which eventually would be
published for the benefit of the Holy Church of God.[25] If this desire
could not then be fully realized owing to the difficulties of the times
and other obstacles, at present it can, We earnestly hope, be more
perfectly and entirely fulfilled by the united efforts of Catholic
scholars.
21. And if the Tridentine Synod wished "that all should use as
authentic" the Vulgate Latin version, this, as all know, applies only to the
Latin Church and
to the public use of the same Scriptures; nor does it, doubtless, in any
way diminish the authority and value of the original texts.
For there was no question then of these texts, but of the Latin versions,
which were in circulation at that time, and of these the same Council
rightly declared to be preferable that which "had been approved by
its long-continued use for so many centuries in the Church." Hence
this special authority or as they say, authenticity
of the Vulgate was not affirmed by the Council particularly for critical
reasons, but rather because of its legitimate use in the Churches
throughout so many centuries; by which use indeed the same is shown, in
the sense in which the Church has understood and understands it, to be
free from any error whatsoever in matters of faith and morals; so that, as
the Church herself testifies and affirms, it may be quoted safely and without fear of
error in
disputations, in lectures and in preaching; and so its authenticity is
not specified primarily as critical, but rather as juridical.
22. Wherefore this authority of the Vulgate in matters of doctrine by no
means prevents -- nay rather today it almost demands -- either the
corroboration and confirmation of this same doctrine by the original
texts or the having recourse on any and every occasion to the aid of these
same texts, by which the correct meaning of the Sacred Letters is
everywhere daily made more clear and evident. Nor is it forbidden
by the decree of the Council of Trent to make translations into the
vulgar tongue, even directly from the original texts themselves, for the
use and benefit of the faithful and for the better understanding of the
divine word, as We know to have been already done in a laudable
manner in many countries with the approval of the Ecclesiastical
authority.
|
Lagi dari Providentemus Deus
Quote:
|
PROVIDENTISSIMUS DEUS
ENCYCLICAL OF POPE LEO XIII ON
THE STUDY OF HOLY SCRIPTURE
...The Professor, following the tradition of antiquity, will make use of
the Vulgate as his text; for the Council of Trent decreed that "in public
lectures, disputations, preaching, and exposition,"[29] the Vulgate
is the "authentic" version; and this is the existing custom of
the Church. At
the same time, the other versions which Christian antiquity has approved,
should not be neglected, more especially the more ancient MSS. For
although the meaning of the Hebrew and Greek is substantially rendered by
the Vulgate, nevertheless
wherever there may be ambiguity or want of clearness, the
"examination of older tongues,"[30] to quote St. Augustine, will
be useful and advantageous. But in this matter
we need hardly say that the greatest prudence is required, for the
"office of a commentator," as St. Jerome says, "is to set
forth not what he himself would prefer, but what his author says.''[31]
The question of "readings" having been, when necessary,
carefully discussed, the next thing is to investigate and expound the
meaning. ...
|
Semakin jelas:
Quote:
|
21. It follows that those who maintain that an error is
possible in any genuine passage of the sacred writings, either pervert
the Catholic notion of inspiration, or make God the author of such error.
And so emphatically were all
the Fathers and Doctors agreed that the divine writings, as left by the
hagiographers, are free from all error, that they labored
earnestly, with no less skill than reverence, to reconcile with each
other those numerous passages which seem at variance—the very passages
which in great measure have been taken up by the "higher
criticism;" for they were unanimous in laying it down, that those
writings, in their entirety and in all their parts were equally from the
afflatus of Almighty God, and that God, speaking by the sacred writers,
could not set down anything but what was true. The words of St. Augustine
to St. Jerome may sum up what they taught: "On my part I confess to
your charity that it is only to those Books of Scripture which are now
called canonical that I have learned to pay such honor and reverence as
to believe most firmly that none of their writers has fallen into any
error. And if in these Books I meet anything which seems contrary to
truth, I shall not hesitate to conclude either that the text is faulty,
or that the translator has not expressed the meaning of the passage, or
that I myself do not understand."[60]
|
Jadi yang dikatakan
tanpa salah oleh para Bapa Gereja dan Doktor Gereja adalah Hagiograph,
yaitu tulisan asli kitab suci (yang sekarang sudah tidak ada). Tapi
ketidak adaan naskah asli ini tidak perlu dikhawatirkan karena kita
mempunyai GEREJA yang dinaungi Roh Kudus untuk menjaga iman. dan sekali
lagi aku bilang kalau Katolik bukanlah agama buku.
Quote:
|
PART A:
...That is because in the original Hebrew of the Masoretic text the
subject of the verb "to crush/bruise" is of indeterminate
gender.
PART B:
The problem here is the Hebrew vowel pointing, which was not part of the
original inspired Hebrew. Vowel pointing was added in the 9th century AD
for easier reading. As such, Genesis 3:15 will read as "he" or
"she" depending on where the vowel pointing is placed. The
reading of "he" is caused by placing the vowel point inside the
Hebrew letter WAW, and the whole word is thus pronounced in Hebrew as
HUAH, or close to that, whereas the reading "she" is caused by
placing the vowel point underneath the Hebrew letter HE, and the whole
word is thus pronounced HIUAH, or HIWAH, or close to that. In any case,
without the vowel pointing, we don't know what the gender of the pronoun
is.
Menanggapi dua point di atas (sorry, mungkin quote-nya nggak
beres! amatiran sih...) perlu dijelaskan demikian: Dalam Masoretic Text (MT) subjek dari verb "to
crush" saya kira jelas, yaitu maskulin. Bukan pertama-tama dari kata
gantinya, tetapi dari kata kerjanya: yesupheka
(= meremukkan) - awalan ye- adalah untuk 3rd masculine singular. Jadi
tanpa ada kata ganti pun, sebenarnya jelas siapa subjeknya. Kalau
subjeknya feminine maka kata kerjanya seharusnya:tesupheka.
Semakin jelas lagi jika memperhatikan kata kerja berikutnya (untuk ular):
Terjemahan harafiah dari teks Ibrani berbunyi "engkau (f) akan
meremukkan dia pada tumitnya". Nah...untuk kata "dia"
sebagai objek yang dipakai adalah kata ganti orang ketiga maskulin
tunggal : tesuphenu, kalau objeknya feminin seharusnya tesuphenah.
Kalau dalam bahasa Ibrani subjek sudah bisa ditentukan melalui bentuk
kata kerja, seperti dalam bahasa Italia, Perancis, Jerman, Latin dsb,
maka sebenarnya kehadiran pronoun itu tidak amat relevan. Pronoun
biasanya dipasang untuk memberi tekanan. Maka, sebenarnya ini bukan
masalah Hebrew vowel pointing, apalagi dalam teks Ibrani kata ganti HE
dan SHE (Ibrani: hu' and hi') sebenarnya mempunyai konsonan yang berbeda,
yang satu pake waw(hu')
yang lain pake yodh (hi').
Semua ini mengandaikan bahwa teks Ibrani yang saya punya benar (yang saya
pake adalah BHS edisi 4, 1990).
semoga nggak nambah ruwet deh...
wassalam,
kahana
|
Masukannya memang semakin memperluas
masalah, tapi dari sinilah kita belajar dan benar-benar meresapi kata St Agustinus yang dikutip di Divino
Afflante Spiritus: And if in these Books I meet anything which
seems contrary to truth, I shall not hesitate to conclude either that the
text is faulty, or that the translator has not expressed the meaning of the
passage, or that I myself do not understand
Disini kita berusaha merekonsiliasi Vulgata yang sudah
dinyatakan "sacred and canonical" namun ada sedikit perbedaan
dengan mayoritas teks kuno. Salah satu cara untuk melihat adalah
Paralelisme yang ingin disampaikan oleh penulis Kitab Suci
Gen 3:15 - Duoay-Rheims
I will put enmities between THEE and THE
WOMAN, and THY seed and HER seed: SHE shall
crush THY head, and THOU shalt lie in
wait for HER heel.
Diatas masih pakai "thee," "thy," dan
"thou" yang merupakan BHS inggris kuno. Coba disesuaikan dengan
BHS inggris sekarang
Gen 3:15
I will put enmities between YOU and THE
WOMAN, and YOUR seed and HER seed: SHE shall
crush YOUR head, and YOU shalt lie in
wait for HER heel.
Lihat paralelismenya:
1. YOU dengan THE WOMAN
2. YOUR seed dengan HER seed
3. SHE dengan YOU
4. YOU dengan HER
Nah, seandainya yang ketiga itu diganti "HE dengan
YOU" maka paralelismenya akan pecah.
Dan dari penggunaan kata "SHE" St Hieronimus
(Jerome) semakin mengumandangkan iman yang Katolik akan Bunda Maria. Tentang
peran Bunda Maria yang besar dalam rencana keselamatan. Dan sebegitu
bersatunya Bunda dengan Kristus maka keduanya bersatu untuk menginjak
kepala ular. Ini sangat cocok sekali dengan patung di Gereja dimana Bunda
menggendong anak (HER SEED) dan sambil menggendong anak, kaki Bunda
menginjak ular. Keduanya dalam kesatuan menginjak si ular terkutuk.
PS
Sebenarnya aku masih mencari info tentang terjemahan Kej 3:15
yang digunakan beberapa Kitab Judaisme yang menggunakan kata "They shall
crush your head" jadi bukan "she" atau "he" tapi
"They" Karena dengan menggunakan kata "they" maka
semakin nyata peran si wanita (Bunda Maria) dan si keturunan (Kristus).
Namun ini tidak penting, karena baik he, she, they atau it Iman yang
Katolik akan mengarahkan ke pengertian yang benar melalui Gereja yang
dinaungi Roh Kudus.
_________________
|
|
DeusVult
Evangelos
Joined: 10 Feb 2004
Posts: 10800
Location: Orange County California
|
Posted: Sat, 15-05-2004
7:33 am Post subject:
|
|
|
Kahana:
Aku ketemu ini dari orang yang sama (Art
Sippo)
Quote:
|
In Biblical Hebrew there is no difference between the
pronoun for 'he' and 'she'. The currently used Hebrew text (the Masoretic
text) added vowel marks to the original text in the 8th Century AD. This
nikudot distinguish the words but they were not present in the original
autograph. The noun for 'Strike" is masculine, but in Hebrew it is
often true that a forceful action by a feminine subject uses the
masculine noun form.
|
Apakah benar kalau kadang-kadang untuk
tindakan yang keras kata "meremukkan" itu bisa memakai bentuk
yang maskulin meskipun yang melakukan adalah wanita?
_________________
Mohon doa
saudara-saudari
|
|
Deus Vult
Kahana:
Aku ketemu ini dari orang yang sama (Art Sippo)
Quote:
|
In Biblical Hebrew there is no difference between the pronoun
for 'he' and 'she'. The currently used Hebrew text (the Masoretic text) added
vowel marks to the original text in the 8th Century AD. This nikudot
distinguish the words but they were not present in the original autograph.
The noun for 'Strike" is masculine, but in Hebrew it is often true that
a forceful action by a feminine subject uses the masculine noun form.
|
Apakah benar kalau kadang-kadang untuk tindakan yang keras kata
"meremukkan" itu bisa memakai bentuk yang maskulin meskipun yang
melakukan adalah wanita? Kahana:
Aku ketemu ini dari orang yang sama (Art
Sippo)
Quote:
|
In Biblical Hebrew there is no difference between the pronoun
for 'he' and 'she'. The currently used Hebrew text (the Masoretic text) added
vowel marks to the original text in the 8th Century AD. This nikudot
distinguish the words but they were not present in the original autograph.
The noun for 'Strike" is masculine, but in Hebrew it is often true that
a forceful action by a feminine subject uses the masculine noun form.
|
Apakah benar kalau
kadang-kadang untuk tindakan yang keras kata "meremukkan" itu bisa
memakai bentuk yang maskulin meskipun yang melakukan adalah wanita?
DeusVult
Btw, aku dapet bahan yang
sangat bagus IMO. Dan disini bisa kita lihat variasi yang lain yaitu
"they" seperti yang aku bilang diatas. Dan karena websitenya desainnya
buat mata gak enak baca, aku akan reproduksi disini.
http://www.catholicapologetics.net/gen315.htm
First, allow me to point
out the Hebrew word "HUW'" in the Pentateuch has vague meaning, He,
She or It. So the use of ether "He" or "She" does not
necessarily contradict the original language.
HUW' (#1931): of which
the feminine (beyond the Pentateuch) is hiyw {he}; a primitive word, the third
person pronoun singular, HE (SHE OR IT); [The New Strong's Complete Dictionary
of Bible Words, also verified in the Brown, Driver, Briggs, Gesenius
Lexicon]
Next, it must be noted
that according to the eminent Protestant Greek scholar Strong the KJV itself
translates this ancient Hebrew word in a wide variety of English terms:
"HE, as for her,
him(-self), IT, the same, SHE (herself), such, that (...it), these, they, this,
those, which (is), who."
The Septuagint has the
Greek word "autos" in Gen. 3:15. This word also has a very vague
meaning [as we shall see]. so we see that the very Ancient Greek Septuagint
also does not contradict the use of ether "He" or
"She".
Autos (#846):from the
particle au [perhaps akin to the base of GSN0109 through the idea of a baffling
wind] (backward); the reflexive pronoun self, used (alone or in the comparative
GSN1438) of the third person , and (with the proper personal pronoun) of the
other persons:[The New Strong's Complete Dictionary of Bible Words, also
verified in the Brown, Driver, Briggs, Gesenius Lexicon]
Here again, it must also
be noted that according to the eminent Protestant Greek scholar Strong the KJV
itself in the New Testament translates this ancient Greek word in a wide
variety of English terms, including Her and She:
HER, it(-self), one, the
other, (mine) own, said, ([self-], the) same, ([him-, my-, thy- ])self,
[your-]selves, SHE, that, their(-s), them([-selves]), there[-at, - by, -in,
-into, -of, -on, -with], they, (these) things, this (man), those, together,
very, which.
Last, allow me to point
out to there is very little theological contradiction if any in the Catholic
Bibles you mentioned. All three point out to the woman and her seed will be the
enemies of Satan and his followers. All three agree the woman and her seed will
be victorious in this battle. As to whether the woman herself will directly
strike the head of the serpent, or whether she will strike indirectly through
her son ("seed") does not negate her important role in this battle.
No true Catholic would put "Mary equal to JESUS (God)" and neither
does any of the Catholic translations, Mary was simply the special tool God
lovingly used, and Catholic theology has always taught this.
This Protestant argument
is severely lacking, Even in the Protestant Bibles of today there is much
confusion as to the meaning of the Hebrew word "huw" [Strong's Ref. #
1931] as it is found in Genesis 3:15, for example The KJV uses "It",
the REB uses the plural "They", The NIV uses "He", TGNBTE
makes no gender call at all simply saying "Her offspring" as does the
NCV saying "One of her descendants". Just by looking at the disarray
of various Protestant translations and how they disagree with each other on the
usage of the word in this verse, is enough to show this is not a cut and dry
case as you would have us believe.
-- King James
Version
Genesis 3:15 " it shall
bruise thy head, and thou shalt bruise his heel."
-- AN AMERICAN
TRANSLATION
Genesis 3:15 " They will
attack you in the head, and you will attack them in the heal"
-- The New English
Bible
Genesis 3:15 " They will
strike at your head, and you will strike at there heal"
-- The Revised English
Bible
Genesis 3:15 " They will
strike at your head, and you will strike at there heal"
-- New King James
Version
Genesis 3:15 " he will
crush your head, and you will strike his heel."
-- The New Living
Translation
Genesis 3:15 " He will
crush your head, and you will strike his heel."
--English translation of
the Holy Tanakh by Jewish Publication Society
" they shall
bruise thy head, and thou shalt bruise their heel."
-- Webster's Bible
Translation
Genesis 3:15 " it shall
bruise thy head, and thou shalt bruise his heel."
--The Good News Bible in
Today's English Version
Genesis 3:15 " Her
offspring will crush your head, and you will bite her offspring's
heel."
-- International
Children's Bible Genesis 3:15 " Her Child will crush your
head, and you will bite his heel."
-- New International
Version
Genesis 3:15 " he will
crush your head, and you will strike his heel."
-- The New Century
Version
Genesis 3:15 " One
of her descendants will crush your head, and you will bite his
heel."
As we can see the
Protestant "Scholars" can not even agree as to wether it is plural or
single ["he" or "they"], does it refer to the mother and
seed or just the seed, Let alone the gender. Some were so unsure they chose to
leave it gender free. So we are back to square one, "He", "She",
or "It" or
as we have just read Protestant
"Scholars" can not even agree as to wether the offspring [and or
offspring and mother] will "crush"[NIV, MLB], "strike
at"[NEB], or "bruise"[KJV] the head of the serpent.
Just as they fail to
agree on wether the serpent will "bruise"[KJV], "strike at"
[NEB], "cruch" [MLB], "strike" [NKJV], or "bite"
[TGNBTE] the Heal of the offspring [and or offspring and mother].
--------------------------------------------------------------------------------
The New English Bible:
First published in 1970, It was planned and directed by representatives of the
Baptist Union of Great Britain and Ireland, the Church of England, the Church
of Scotland, the Congregational Church in England and Wales, the Council of
Churches for Wales, the Irish Council of Churches, the London Yearly Meeting of
the Society of Friends, the Methodist Church of Great Britain, the Presbyterian
Church of England, the British and Foreign Bible Society, and the National
Bible Society of Scotland.
The Revised English
Bible: First published in 1989, It was planned and directed by representatives
of the Baptist Union of Great Britain and Ireland, the Church of England, the
Church of Scotland, the Congregational Church in England and Wales, the Council
of Churches for Wales, the Irish Council of Churches, the London Yearly Meeting
of the Society of Friends, the Methodist Church of Great Britain, the
Presbyterian Church of England, the British and Foreign Bible Society, and the
National Bible Society of Scotland. The United Reformed Church, The Congregational
Church, The Salvation Army and the Moravian Church
DeusVult
Hmm, tampaknya sumber yang
aku post-kan diatas juga cuma memberi perhatain pada kata ganti, dan tidak pada
kata kerja ("meremukkan") yang bisa menjadikan indikasi apakah kata
ganti tersebut masculine atau femine.
Apakah ini berarti bahwa
kata kerja yang feminine atau maskulin tidak masalah (karena ada argumen bahwa
kata kerja maskulin bisa dipakaikan setelah kata ganti wanita kalau tindakannya
itu sangat keras [argumen si Art Sippo]).
Kahana
Dear CA-tholic,
terima kasih atas
tanggapannya, yang membuat saya harus kembali belajar hal yang sudah agak saya
tinggalkan. Semoga juga diskusi yang menjadi semakin teknis ini bisa membantu
perkembangan iman dan pengetahuan iman saudara-saudara yang lain...dan bukannya
justru membingungkan.
Karena saya masih belum
mampu meng-quote dengan manis, ya sudah saya pake cara kuno saja. Ada beberapa
hal yang menjadi tanggapan saya.
1. Benar
bahwa dalam Pentateukh (dan hanya dalam Pentateukh) kata ganti orang ketiga
tunggal maskulin dan feminin agak problematis. Untuk menghadapi soal ini
diandaikan pengetahuan bahasa Ibrani dan sedikit sejarah perkembangannya serta
tentang konvensi-konvensi dalam membaca teks Ibrani (Masoretic Text = MT). Saya
coba terangkan, mudah-mudahan saya bisa. Pronoun 3 ms (=maskulin singular)
adalah hw< (diucapkan hû< yang ditunjukkan dengan memberi dot pada huruf
waw (w), sementara pronoun 3fs adalah hy< (diucapkan hî< dengan dot di
bawah huruf he (h). Nah...dalam Pentateukh seringkali terjadi kerancuan karena
konsonan hw< yang mestinya maskulin juga diterapkan pada yang feminin
seperti contoh dalam Kej 2,12 “...that land...”. Kata “land’ berjenus feminin,
maka demonstratif pronoun (that) mestinya juga feminin, tetapi dalam MT ditulis
dengan konsonan maskulin (hw<) tetapi diberi vokalisasi feminin (dot pada
huruf h). Dalam bahasa Ibrani lazim kata ini sebenarnya tidak bisa dibaca,
tidak punya arti dan hanya menjadi petunjuk bahwa kata ini harus dibaca sebagai
pronoun feminin hî<. Ini yang tampaknya ambigu, tetapi sebenarnya juga tidak
kalau orang memahami konvensi membaca MT. (Contoh lain adalah kata YHWH. Dalam
Hebrew Bible kata ini selalu diberi vokalisasi seperti kata adonay karena
memang tetragrammaton YHWH tidak pernah boleh diucapkan, maka setiap kali
muncul kata ini yang diucapkan adalah kata adonay= Lord). Dalam kasus Gen 3,15
pronoun-nya berkonsonan maskulin, dan diberi vokalisasi maskulin (maka dibaca
hû<). Diperkuat lagi dengan verb-nya, yang seperti sudah saya katakan
berjenis 3ms, objek dari kata kerja “to bruise” untuk ular adalah juga 3ms.
Lalu mengapa menggunakan pronoun orang 3ms? Mana yang mau dirujuk dengan
pronoun ini? Secara gramatika jawabannya jelas: Karena antesedennya adalah “her
seed” dan kata “seed” dalam bahasa Ibrani zera> berjenus maskulin, maka kata
gantinya harus maskulin. Thus, dari sudut gramatika Ibrani sama sekali tidak
problem, maksud kalimatnya jelas sekali. Tanpa vokalisasi pun bisa dipahami
dengan jelas apa yang dimaksud. Tetapi kalau pemahamannya dipotong-potong, ya
repot.
2. Yang menentukan bentuk kata kerja dalam bahasa Ibrani, seperti
juga dalam bahasa lain, adalah subjek pelakunya dan bukan tindakannya. Jadi
tidak benar bahwa karena “to crush” itu tindakan yang membutuhkan tenaga besar,
lalu diberi bentuk maskulin kendati pelakunya seorang perempuan. Dalam Jdg 4,21
kita temukan Jael yang menghantamkan pasak tenda ke kepala Sisera, dan dipakai
bentuk feminin karena Jael seorang perempuan. Demikian juga dalam Jdg 9,53
ketika seorang perempuan menjatuhkan batu kilangan ke kepala Abimelek sampai
tengkoraknya pecah, kata kerja yang dipakai adalah feminin, walau tindakannya
terkesan maskulin.
3. Tentang versi Douai-Rheims: ini adalah terjemahan seorang
Inggris William Allen dari Oxford yang diusir dari negaranya ketika Inggris
dikuasai seorang ratu Protestan. (Sebelumnya, saat sang ratu beragama Katolik,
orang-orang Protestan juga disingkirkan). Versi D-R, yang diterjemahkan dari
Vulgata ini, dimaksudkan sebagai alternatif terjemahan Protestan yang dianggap
"sesat". Karena sifat polemik-apologetisnya amat kuat maka bias dalam
terjemahan juga amat terasa. Tentang versi D-R ini mungkin bisa dibaca kutipan
dari Pengantar dari New American Bible (NAB) (1970) yang diakui oleh Gereja
Katolik (versi lain adalah The Jerusalem Bible – versi katolik pertama yang
diterjemahkan dari bahasa asli). Ini kutipannya:
“The first English Catholik version of the Bible, the Douay-Rheims
(1582-1609/10), and its revision by Bishop Challoner (1750) were based on the
Latin Vulgate. In view of the relative certainties more recently
attained by textual and higher criticism, it has become increasingly desirable
that contemporary translations of the sacred books into English be prepared in
which due reverence for the text and strict observance of the rules of
criticism would be combined.”
“The text of the books contained in The New American Bible is a
completely new translation throughout. From the original and the oldest
available texts of the sacred books, it aims to convey as directly as
possible the thought and individual style of the inspired writers. The better
understanding of Hebrew and Greek, and the steady development of the science of
textual criticism, the fruit of patient study since the time of St. Jerome,
have allowed the translators and editors in their use of all available
materials to approach more closely than ever before the sense of what the
sacred authors actually wrote.”
(kutipan ini saya ambil dari web-site Vatican, yang menyediakan 3
versi Alkitab lengkap dengan teksnya, yaitu NAB, La Sacra Bibbia (Italia), dan
Nova Vulgata).
Untuk teks Gen 3,15 saya kutipkan dari tiga versi yang terdapat di
web-site Vatican:
“I will put enmity between you and the woman, and between your
offspring and hers;
He will strike at your head, while you strike at his heel."
(NAB Gen 3,15)
* Bahasa Inggris tidak mengenal jenus kata benda, maka pilihan
pronoun “he” saya kira berdasarkan Hebrew verb yang maskulin itu.
* Kalau memperhatikan versi NAB (yang dipasang di Vatican lho)
paralelisme seperti yang ditulis berdasar D-R, sudah nggak jalan lagi. Dan
sebenarnya kalau orang membaca teks Ibrani yang ada, orang tidak bisa sampai
pada terjemahan yang diusulkan Douai-Rheims kalau tidak mengubah teks Ibrani! Argumen
tentang parallelisme membrorum rasa saya terlalu dipaksakan.
“Io porrò inimicizia tra te e la donna, tra la tua stirpe e la sua
stirpe:
questa ti
schiaccerà la testa e tu le insidierai il calcagno".
(Edisi CEI La Sacra Bibbia)
(Ini edisi dari Italian Bishop Conference)
Kata yang digarisbawah: questa (this) dan le (her, objek) berjenus
feminine, karena kata stirpe (seed) yang menjadi rujukan juga berjenus
feminin.
“Inimicitias ponam inter te et mulierem et semen tuum et semen
illius;
ipsum conteret
caput tuum, et tu conteres calcaneum eius”.
Ini versi Nova Vulgata yang dipromulgasikan tahun 1979.
Bandingkan dengan Vulgata versi sebelumnya:
“inimicitias ponam inter te et mulierem et semen tuum et semen
illius
ipsa conteret
caput tuum et tu insidiaberis calcaneo eius”
* Ada perubahan kecil: dari ipsa (feminin – Hironimus) menjadi
ipsum (neuter – sesuai dengan antesedennya yaitu semen (seed) yang berjenus
neuter.
4. Saya mendapatkan salah satu teks dari tradisi Judaism tentang
Gen 3,15, yaitu teks Targum. Ada 3 targum yang bisa saya akses, yaitu Targum
Onqelos, Targum Pseudo-Jonathan, dan Targum Neofiti. Targum adalah terjemahan
Hebrew Bible ke dalam bahasa Aram, ketika orang kebanyakan sudah tidak paham
lagi Hebrew language dan lebih memahami Aramaic. (Kasusnya sama dengan bahasa
Latin sekarang ini). Supaya dalam ibadat orang bisa menangkap apa yang
diwartakan maka setelah pembaca teks Ibrani, dilanjutkan dengan terjemahan
dalam bahasa vernacular, yaitu Aramaic. Tetapi Targum bukan terjemahan
harafiah, karena sudah banyak parafrase dan kadang-kadang sangat ideologis
dengan tambahan yang amat panjang.
Sebagai contoh saya ambil Targum Onqelos (TO) terjemahan Bernard
Grossfeld – Moses Aberbach (1982) berdasarkan teks Aramaic dari Alexander
Sperber:
“And I will put enmity between you and the woman, and between
your children and herchildren; they will
remember what you did to them in ancient times and you will preserve (your
hatred) for them to their end (of time)”
Mendekati teks-teks rabbinis seperti ini tentu saja perlu
pemahaman khusus dan tidak bisa asal comot saja.
- Yang saya garis bawahi adalah parafrase dari sang penerjemah.
Perhatikan bahwa terjemahannya terkesan aneh. Targum selalu menerjemahkan kata
“seed’ (Ibr: zera>) dengan “children” (offspring, descendant) jika merujuk
pada manusia secara umum (mankind).
- Dalam terjemahan Inggris memang dipakai kata “they” tetapi dalam
teks Aramaic asli sebenarnya tunggal (he). Diterjemahkan dengan “they” karena
merujuk ke “mankind.”
- Di sini ada wordplay karena TO mengambil arti figuratif dari
Hebrew word untuk “head” dan “heel” yang berarti “beginning (of time)” dan “end
(of time)” menunjuk pada moment penciptaan dan zaman Mesias. (jangan lupa bahwa
Mesianisme juga hidup subur dalam Judaisme), sehingga akhirnya yang muncul
adalah parafrase seperti di atas itu...
- Masih ada 2 teks Targum lain, tapi rasanya udah kepanjangan
nih..
5. Akhirnya perlu disadari bahwa kita masuk pada masalah
interpretasi. Siapa yang mau dirujuk dengan Gen 3,15 ini? Silakan saja asal
bisa dipertanggungjawabkan dari perbagai sisi...hanya mungkin baik memahami apa
yang terdapat dalam dokumen Pontifical Biblical Comission yang terbaru “The
Jewish People and their Sacred Scriptures in the Christian Bible” (2001) (ada
di web-site Vatican) khususnya bagian II.A.2-6 tentang hubungan OT dan NT
(nubuat dan pemenuhan). Dengan memahami teks Alkitab kita secara lebih baik
mudah-mudahan kita bisa menghadapi “serangan-serangan” orang terhadap iman kita
dengan persenjataan yang lebih memadai.
Semoga semakin memperluas cakrawala pandang
kita...
kahana
DeusVult
Kahana, ke-teknisan yang
kamu jelaskan sangat membantu!!
Sebenarnya misi yang mau
kita laksanakan adalah memperjuangkan bahwa terjemahan Vulgata (dan sebagai
konsekuensi, Duoay-Rheims) tidaklah terkorupsi seakan-akan kita umat Katolik
mengganti kata "he" ataupun "it, dengan "she" untuk
memajukan dogma kita dan (awas, tuduhan ngaco) menjadikan Maria sejajar dengan
Tuhan. Terlebih, banyak sekali patung yang menunjukkan Maria yang meremukkan
kepala ular.
Jadi kita sebaiknya
siap memberi apologi pada yang menanyakan dengan baik ataupun menyerang dengan
tuduhan bahwa terjemahan dengan "she" adalah acceptable. Terlebih
karena Trent sudah mengatakan bahwa Vulgate adalah "sacred and canonical
DeusVult
Oh, btw, tentang Versi
Alkitab resmi di Gereja Katolik Amerika, New American Bible. Banyak yang kurang
suka terhadap terjemahan dari kitab ini karena satu dan lain hal (dan mereka
ini adlah orang yang ngerti Kitab seperti Fr Mitch Pacwa, salah satu tokoh di
EWTN [stasiun Katolik USA]). Menurut banyak orang yang paling bagus saat ini
untuk terjemahan Inggris adalah Revised Standard Version versi yang Katolik.
Kahana
Oh, btw, tentang Versi Alkitab resmi di Gereja Katolik Amerika,
New American Bible. Banyak yang kurang suka terhadap terjemahan dari kitab
ini karena satu dan lain hal (dan mereka ini adlah orang yang ngerti Kitab
seperti Fr Mitch Pacwa, salah satu tokoh di EWTN [stasiun Katolik USA]).
Menurut banyak orang yang paling bagus saat ini untuk terjemahan Inggris
adalah Revised Standard Version versi yang Katolik.
|
Dear CA-tholic,
aku setuju deh...
selain pake yang asli (GNT
& BHS) aku juga pake RSV kok ...
New Revised Standard
Version yang katanya mau pake bahasa inklusif malah jadi kagak enak...
OK...semoga diskusi kecil
ini juga membantu banyak teman
(sorry kalo yang terakhir
terlalu teknis...)
banyak salam,
kahana
DeusVult
Dear CA-tholic,
aku setuju deh...
selain pake yang asli (GNT & BHS) aku juga pake RSV kok ...
New Revised Standard Version yang katanya mau pake bahasa
inklusif malah jadi kagak enak...
OK...semoga diskusi kecil ini juga membantu banyak teman (sorry kalo yang terakhir terlalu teknis...)
banyak salam,
kahana
|
Haha, bahasa inklusive itu
sangat menganggu. Contohnya, kebanyakan surat Paulus dia selalu menyambut
dengan "borthers", tapi mulai disipi, "brothers and
sisters" LOL. Banyak sekali contoh kecil seperti ini. Ini salah sekali dan
harus dihapus.
Yang paling parah adalah
satu Gereja Protestant yang gak mau sebut "Father, Son and the Holy
Spirit" tapi "The creator, The redeemer and The
sanctifier"
parah sekali.
Sekali lagi, jangan kuatir
kalo terlalu teknis. Justru keteknisan itu yang membuat semakin mengerti dan
argumen semakin masuk akal (tidak mengambang)
Sebenarnya misi yang mau kita laksanakan adalah memperjuangkan bahwa
terjemahan Vulgata (dan sebagai konsekuensi, Duoay-Rheims) tidaklah
terkorupsi seakan-akan kita umat Katolik mengganti kata "he"
ataupun "it, dengan "she" untuk memajukan dogma kita dan
(awas, tuduhan ngaco) menjadikan Maria sejajar dengan Tuhan. Terlebih, banyak
sekali patung yang menunjukkan Maria yang meremukkan kepala ular.
Jadi kita sebaiknya siap memberi apologi pada yang menanyakan
dengan baik ataupun menyerang dengan tuduhan bahwa terjemahan dengan
"she" adalah acceptable. Terlebih karena Trent sudah mengatakan
bahwa Vulgate adalah "sacred and canonical"
|
Sorry, nih...mundur
sedikit.
Saya juga setuju saja
dengan yang diatas. Tapi perlu posisi yang jelas: Vulgata mana yang dimaksud?
Yang lama atau yang baru direvisi (Nova Vulgata) dan diresmikan oleh JP II
1979?
DeusVult
CA-tholic wrote:
|
Sebenarnya misi yang mau kita laksanakan adalah memperjuangkan bahwa
terjemahan Vulgata (dan sebagai konsekuensi, Duoay-Rheims) tidaklah
terkorupsi seakan-akan kita umat Katolik mengganti kata "he"
ataupun "it, dengan "she" untuk memajukan dogma kita dan
(awas, tuduhan ngaco) menjadikan Maria sejajar dengan Tuhan. Terlebih,
banyak sekali patung yang menunjukkan Maria yang meremukkan kepala ular.
Jadi kita sebaiknya siap memberi apologi pada yang menanyakan dengan baik
ataupun menyerang dengan tuduhan bahwa terjemahan dengan "she"
adalah acceptable. Terlebih karena Trent sudah mengatakan bahwa Vulgate
adalah "sacred and canonical"
|
Sorry, nih...mundur sedikit.
Saya juga setuju saja dengan yang diatas. Tapi
perlu posisi yang jelas: Vulgata mana yang dimaksud? Yang lama atau yang baru
direvisi (Nova Vulgata) dan diresmikan oleh JP II 1979?
|
Yang menjadi masalah itu
adalah Kanon dari Trent.
Kanon dari Trent itu tentu
saja buat yang lama. Takutnya orang yang anti-Katolik menggunakan Kej 3:15
untuk menantang dogma Infallibilitas. Dengan berargumen bahwa Gereja menetapkan
secara dogmatis Vulgata dan menyebutnya "sacred and canonical" namun
ternyata Vulgata tersebut (jelas yang edisi lama) ada masalah dengan Kej 3:15.
Karena itulah banyak sekali yang berusaha merekonsoliasikan Kej 3:15 dengan
terjemahan "she".
Menurut kamu sendiri,
bagaimana merekonsiliasi Kanon konsili Trent dengan terjemahan "she"
Kejadian 3:15 di kitab Vulgata?
kahana
Joined: 13 May 2004
Posts: 10
|
Posted: Sun, 16-05-2004
7:59 am Post subject:
|
|
|
CA-tholic wrote:
|
Yang menjadi masalah itu adalah Kanon dari Trent.
Kanon dari Trent itu tentu saja buat yang lama. Takutnya
orang yang anti-Katolik menggunakan Kej 3:15 untuk menantang dogma
Infallibilitas. Dengan berargumen bahwa Gereja menetapkan secara dogmatis
Vulgata dan menyebutnya "sacred and canonical" namun ternyata
Vulgata tersebut (jelas yang edisi lama) ada masalah dengan Kej 3:15.
Karena itulah banyak sekali yang berusaha merekonsoliasikan Kej 3:15
dengan terjemahan "she".
Menurut kamu sendiri, bagaimana merekonsiliasi Kanon konsili
Trent dengan terjemahan "she" Kejadian 3:15 di kitab Vulgata?
|
Promulgasi versi NOVA VULGATA sebagai revisi
yang lama implisit sudah memberi jawaban atas pertanyaan tersebut. Dengan merevisi Vulgata, Gereja
sebenarnya kembali kepada prinsip yang dipakai Hironimus "Jika ada
kesalahan dalam terjemahan, kembalilah kepada teks Ibrani...."
Menurut saya, dogma-dogma Gereja tidak
tergoncangkan dengan adanya revisi itu, karena memang tidak hanya tergantung
pada teks itu saja. Masih ada banyak cara dan argumen untuk
mempertahankan dogma tentang Maria (dan lainnya). Justru akan riskan jika
kita berusaha mempertahankan dogma tersebut dengan menggunakan teks yang de
facto sudah direvisi oleh Gereja sendiri, karena argumentasi menjadi tidak
objektif lagi.
Justru dengan revisi ini, semakin kelihatan
ciri Gereja yang selalu dikatakan: Ecclesia semper reformanda...
Btw...saya coba lihat kurikulum di web-site
Pontifical Biblical Insitute di Roma yang didirikan tahun 1909 oleh Pius X
sebagai ujung tombak Gereja untuk urusan Alkitab...ternyata nggak ada satu
mata kuliah pun tentang Vulgata bahkan bahasa Latin saja diandaikan dan
tidak diberikan secara khusus.
|
|
Back to top
|
|
|
DeusVult
Evangelos
Joined: 10 Feb 2004
Posts: 10800
Location: Orange County California
|
Posted: Sun, 16-05-2004
8:08 am Post subject:
|
|
|
kahana wrote:
|
Promulgasi versi NOVA VULGATA sebagai revisi yang lama implisit sudah
memberi jawaban atas pertanyaan tersebut. Dengan merevisi Vulgata, Gereja sebenarnya kembali kepada
prinsip yang dipakai Hironimus "Jika ada kesalahan dalam terjemahan,
kembalilah kepada teks Ibrani...."
|
Apakah ini berarti ketetapan Trent kurang
tepat? Apakah suatu revisi tidak akan melanggar ketetapan Trent?
Quote:
|
Menurut saya, dogma-dogma Gereja tidak tergoncangkan dengan
adanya revisi itu, karena memang tidak hanya tergantung pada teks itu
saja. Masih ada banyak cara dan argumen untuk mempertahankan dogma
tentang Maria (dan lainnya). Justru akan riskan jika kita berusaha
mempertahankan dogma tersebut dengan menggunakan teks yang de facto sudah
direvisi oleh Gereja sendiri, karena argumentasi menjadi tidak objektif
lagi. Justru
dengan revisi ini, semakin kelihatan ciri Gereja yang selalu dikatakan: Ecclesia semper
reformanda...
|
Ketika aku bicara tentang dogma, yang aku
pikirkan itu adalah keputusan Trent tentang Vulgata kuno yang tentu saja
adalah dogmatis (dengan adanya formula ANATHEMA SIT). Bukan Dogma tentang
Marianya sendiri.
Quote:
|
Btw...saya coba lihat kurikulum di web-site Pontifical Biblical
Insitute di Roma yang didirikan tahun 1909 oleh Pius X sebagai ujung
tombak Gereja untuk urusan Alkitab...ternyata nggak ada satu mata kuliah
pun tentang Vulgata bahkan bahasa Latin saja diandaikan dan tidak
diberikan secara khusus.
|
Ini aneh sekali, padahal encyclic mengatakan
bahwa Vulgata bisa dipakai untuk kepentingan kelas dan bagi para Professor.
Mungkin apa yang kamu bilang benar, bahwa sejak jamannya St Pius X ilmu
pengetahuan kitab sudah semakin maju sehingga para pelajar lebih menggunakan
naskah asli.
Masukan kamu adalah sangat bagus and I enjoy
this discussion very much
_________________
Mohon doa saudara-saudari
|
|
Back to top
|
|
|
kahana
Joined: 13 May 2004
Posts: 10
|
Posted: Sun, 16-05-2004
10:22 am Post subject:
|
|
|
[quote="CA-tholic"]
Apakah ini berarti ketetapan Trent kurang
tepat? Apakah suatu revisi tidak akan melanggar ketetapan Trent?
Ketika aku bicara
tentang dogma, yang aku pikirkan itu adalah keputusan Trent tentang Vulgata
kuno yang tentu saja adalah dogmatis (dengan adanya formula ANATHEMA SIT).
Bukan Dogma tentang Marianya sendiri.
[quote]
Dear CA-tholic,
Gereja kita pasti sudah
mempertimbangkan hal itu.
Dalam banyak hal dekrit
Trent perlu dipahami dalam konteks situasi historis waktu itu, asal kutip
akan merepotkan. Disput dengan Luther yang dilanjutkan dengan penerjemahan
Alkitab ke dalam bahasa Jerman, mendorong Trent bersikap defensif dengan
mengatakan Vulgata yang bahasa Latin, yang bisa dipake.
Dekrit Trent memang bersifat dogmatis,
tetapi bukan dogma yang didefinisikan oleh paus secara ex-cathedra, seperti
misalnya Dogma tentang Maria Immaculata. Kalau memperhatikan dengan teliti
dekrit-dekrit Trent tentang ekaristi atau tentang justifikasi dan
membandingkannya dengan magisterium resmi selanjutnya, sebenarnya akan kelihatan
bahwa sudah terjadi pergeseran pandangan. Revisi pandangan bukan sesuatu
yang asing bagi Gereja kita: Galileo diekskomunikasi, terus direhabilitasi;
Pentateukh pernah dikatakan sebagai ditulis oleh Musa, sekarang sudah
berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Sekali lagi...ecclesia semper
reformanda...
Hasil yang paling hebat dari pembaharuan
Gereja ini, menurut saya, adalah Konsili Vatikan II. Bagi saya, ini adalah
karya besar Roh Kudus pada zaman kita. Tidak heran bahwa KV II sering disebut
Pentakosta baru... Tetapi tentu tidak semua orang setuju dengan
pembaharuan, Uskup Lefebre salah satu contohnya, Umberto Bossi pemimpin
partai Lega Nord yang anti imigran termasuk orang yang bermimpi kembali ke
Trent.
Quote:
|
Ini aneh sekali, padahal encyclic mengatakan bahwa Vulgata
bisa dipakai untuk kepentingan kelas dan bagi para Professor. Mungkin apa
yang kamu bilang benar, bahwa sejak jamannya St Pius X ilmu pengetahuan
kitab sudah semakin maju sehingga para pelajar lebih menggunakan naskah
asli.
|
Saya kira ini bukan hal aneh. Ini sesuai
dengan semangat dan prinsip Hironimus tentang Veritas
Hebraica, sekaligus justru merupakan tanda keterbukaan,
kesediaan dan keseriusan Gereja terhadap pelayanan Sabda Allah seperti
terungkap dalam motto Institut Biblicum sendiri yang
berbunyi "Verbum Domini manet in aeternum" (Isa 40,8). Dengan
adanya institut ini Gereja mau memberikan bekal ilmiah yang memadai kepada
putra-putrinya demi pelayan Sabda yang semakin baik bagi kemanusiaan. Ini
sebenarnya luar biasa, karena Gereja berani masuk dalam area yang tadinya
dianggap sebagai tabu, yaitu Alkitab dipandang dari segi ilmiah (biblical
science dan bukan pertama-tama biblical theology). Patut
disayangkan bahwa di banyak fakultas teologi kita di Indonesia
bahasa-bahasa Alkitab tidak pernah diajarkan sehingga kita kurang mempunyai
dasar kuat untuk berdialog (atau berdebat) secara rasional dengan
orang-orang lain, terutama kaum Protestann (yang kadang-kadang juga ngawur
dan semaunya sendiri). Akhirnya, yang seringkali terjadi adalah ngawur
lawan ngawur, atau ngawur lawan bungkam...
Sayang CA-th nggak banyak orang yang seperti
kamu yang begitu commit dengan Bunda Gereja kita... May God bless you
always...
|
|
Back to top
|
|
|
DeusVult
Evangelos
Joined: 10 Feb 2004
Posts: 10800
Location: Orange County California
|
Posted: Sun, 16-05-2004
12:42 pm Post subject:
|
|
|
kahana wrote:
|
Dear CA-tholic,
Gereja kita pasti sudah mempertimbangkan hal itu.
Dalam banyak hal dekrit Trent perlu dipahami dalam konteks
situasi historis waktu itu, asal kutip akan merepotkan. Disput dengan
Luther yang dilanjutkan dengan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa
Jerman, mendorong Trent bersikap defensif dengan mengatakan Vulgata yang
bahasa Latin, yang bisa dipake.
Dekrit Trent memang bersifat dogmatis, tetapi bukan dogma yang
didefinisikan oleh paus secara ex-cathedra, seperti misalnya Dogma
tentang Maria Immaculata. Kalau memperhatikan dengan teliti dekrit-dekrit
Trent tentang ekaristi atau tentang justifikasi dan membandingkannya
dengan magisterium resmi selanjutnya, sebenarnya akan kelihatan bahwa
sudah terjadi pergeseran pandangan.
|
Bukankah Dogma yang infallible pada dasarnya
adalah irreformable? Dan kalo kita mendefinisikan bahwa hanya dogma
yang jelas-jelas ex-cathedra adalah dogma yang infallible, maka kita cuma
punya dua dogma yang infallible, yaitu Immaculate Conception (INEFFABILIS
DEUS - Pope Pius IX, December 8, 1854) dan Pengangkatan maria (MUNIFICENTISSIMUS
DEUS - Pius XII, November 1, 1950)
Padahal banyak sekali
Dogma tidak dapat salah yang dikeluarkan Gereja. Dari Konsili Ekumenikal
dan juga dari encyclical (seperti Unam Sanctam yang bahasanya sangat jelas
tentang perlunya kepatuhan semua mahkluk terhadap Paus Roma)
Berikut adalah mengenai
Infallibilitas dari Konsili Concilar infallibility
Fundamentals of Catholic Dogma - Dr.
Ludwig Ott (P.399-400)
The totality of the
Bishops is infallible, when they, either assembled in general council or
scattered over the Earth, propose a teaching of faith or morals as one to
be held by all the faithful. (De Fide * lihat PS)
The council of Trent
teaches that the Bishops are the successors of the apostles (D 960); and so
does the Vatican Council (D 1828). As successors of the Apostles they are
the pastors and teachers of the faithful (D 1821). As official teachers of
the faith, they are endowed with the effective infallibility assured to the
incumbent of the church teaching office. Two forms of the activity of the
teaching office of the whole Episcopate are distinguishable - an
extraordinary and an ordinary one.
A) The Bishops
exercise their infallible teaching power in extraordinary manner at a
general or ecumenical council. It is in the decisions of the General
councils that the teaching activity of the whole teaching body instituted
by Christ is most decisively exercised.
It has been the constant teaching of the
Church from the eraliest times that the resolutions of the General Councils
are infallible. St Athanasius says of the Decree on faith of the Nicene
Council; "The words of the Lord which were spoken by the General
Council of Nicaca, remain in eternity" (Ep. ad Afros s). St Gregory
the Great recognizes and honors the first four General Councils as much as
the Four Gospels; he makes the fifth equal to them (Ep. I 25).
In order that a
Council should be a general one it is necessary: a)That all the ruling
Bishops in the world be invited; b) That in point of fact so many Bishops
from various countries come, that they maybe regarded as being
representative of the whole Episcopate; c)That the Pope summons the
Council, or at least invest the assembly. with his authority an preside
personally or by his representative at the meeting, and ratify the
resolutions. From the Papal ratifications, which can be explicit or
implicit, the resolutions derive general legal binding power. CIC 227
The first eight
General Council were summoned by the Emperor, who also, as a tule, assumed
a presidency of honor or outer protection. The Second and the Fifth General
Councils were held without the co-operation of the Pope or of his
representative. According to the manner in which they were convened, thier
composition and their direction, they were plenary councils of the Orient,
but achieved ecumenical validity by the subsequent supplementary
recognition of their doctrinal decrees by the whole church.
B) The Bishops exercise their infallible
teaching power in an ordinary manner when they, in their dioceses, in moral
unity with the Pope, unanimously promulgate the same teachings on faith and
morals. The Vatican Council expressly declared that also the truths of
Revelation proposed as such by ordinary and general teaching office of the
Church are to be firmly held with "divine and Catholic faith" (D
1792). But the incumbents of the ordinary and the general teaching office
of the Church are the members of the whole episcopate scattered over the
whole Earth. The agreement of the Bishop in doctrine may be determined from
the catechisms issued by them, from their pastoral letters, from the prayer
books approved by them, and from the resolutions of particular synods. A
morally general agreement suffices, but in this express or tacit assent of
the Pope, as the supreme head of the Episcopate, is essential.
An individual Bishop,
when he makes promulgation of faith, is not infallible. The history of the
Church shows that individual members of the Episcopat, for example,
Photinus, Nestorius, have fallen into error and heresy. In order to
preserve the teaching of faith handed down by Tradition, in its purity, the
collegiate infallibility of the whole Episcopate suffices. However, the
individual Bishops, in what concerns his own Diocese is, by virtue of his
office, the authentic, that is authoritative, teacher of faith, as long as
he continues in communion with the Apostoli See, and as long as he adheres
to the general teaching of the Church
Aku setuju akan
development of doctrine seperti yang dirumuskan oleh John Henry Cardinal
Newman. Dan memang doktrin bisa berkembang. Contohnya doktrin
Trinitas, doktrin infallibilitas yang kemudian didogmakan. Baik trinitas ataupun
infallibilitas bisa dilacak dari Tradisi ("T" besar) sejak jaman
dulu dan kemudian di dogmakan.
Tapi sesuatu yang
didogmakan itu selalu irreformable karena dogma, yang pada dasarnya adalah
infallible, akan mengikat dari sejak dogma itu didefinisikan (inilah kuasa
melepas dan mengikat Gereja).
Quote:
|
Revisi pandangan bukan sesuatu yang asing bagi Gereja kita:
Galileo diekskomunikasi, terus direhabilitasi;
|
Tentang Galileo sendiri, Ekskomunikasi
bukanlah dogma yang infallible. dan ini adalah apology tentang kasus
Galileo dari catholic.com
...
Galileo did not prove
the theory by the Aristotelian standards of science in his day. In hisLetter to the Grand Duchess Christina and
other documents, Galileo claimed that the Copernican theory had the
"sensible demonstrations" needed according to Aristotelian
science, but most knew that such demonstrations were not yet forthcoming. Most
astronomers in that day were not convinced of the great distance of the
stars that the Copernican theory required to account for the absence of
observable parallax shifts. This is one of the main reasons why the
respected astronomer Tycho Brahe refused to adopt Copernicus fully.
Galileo could have safely proposed
heliocentricity as a theory or a method to more simply account for the
planets’ motions. His problem arose when he stopped proposing it as
a scientific theory and began proclaiming it as truth, though there was no
conclusive proof of it at the time. Even so, Galileo would not have
been in so much trouble if he had chosen to stay within the realm of
science and out of the realm of theology. But, despite his friends’
warnings, he insisted on moving the debate onto theological grounds.
...
Galileo came to Rome to
see Pope Paul V (1605-1621). The pope, weary of controversy, turned the
matter over to the Holy Office, which issued a condemnation of Galileo’s
theory in 1616. Things returned to relative quiet for a time, until Galileo
forced another showdown.
At Galileo’s request, Cardinal Robert Bellarmine, a Jesuit—one of the most
important Catholic theologians of the day—issued a certificate that
forbade Galileo to hold or defend the heliocentric theory. When Galileo
met with the new pope, Urban VIII, in 1623, he received
permission from his longtime friend to write a work on
heliocentrism, but the new pontiff cautioned him not to advocate the new
position, only to present arguments for and against it. When Galileo wrote
the Dialogue on the Two World Systems, he used an argument the pope had
offered, and placed it in the mouth of his character Simplicio. Galileo,
perhaps inadvertently, made fun of the pope, a result that could only have
disastrous consequences. Urban felt mocked and could not believe how
his friend could disgrace him publicly. Galileo had mocked the very person
he needed as a benefactor. He also alienated his long-time supporters, the
Jesuits, with attacks on one of their astronomers. The result was the
infamous trial, which is still heralded as the final separation of science
and religion.
....
Galileo’s friend Nicolini, Tuscan ambassador
to the Vatican, sent regular reports to the court regarding affairs in
Rome. Many of his letters dealt with the ongoing controversy surrounding
Galileo.
Nicolini revealed the
circumstances surrounding Galileo’s "imprisonment" when he
reported to the Tuscan king: "The pope told me that he had shown
Galileo a favor never accorded to another" (letter dated Feb. 13,
1633); " . . . he has a servant and every convenience" (letter,
April 16); and "In regard to the person of Galileo, he ought to be
imprisoned for some time because he disobeyed the orders of 1616, but the
pope says that after the publication of the sentence he will consider with
me as to what can be done to afflict him as little as possible"
(letter, June 18).
Had Galileo been
tortured, Nicolini would have reported it to his king. While instruments of torture may have been present during
Galileo’s recantation (this was the custom of the legal system in Europe at
that time), they definitely were not used.
The records demonstrate
that Galileo could not be tortured because of regulations laid down in The
Directory for Inquisitors (Nicholas Eymeric, 1595). This was the official guide of the Holy Office, the Church
office charged with dealing with such matters, and was followed to the
letter.
Quote:
|
Pentateukh pernah dikatakan sebagai ditulis oleh Musa,
sekarang sudah berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Sekali lagi...ecclesia
semper reformanda...
|
Aku rasa ini tidak masalah karena apakah
Musa adalah penulis Kitab Suci tidak pernah didogmakan
Quote:
|
Hasil yang paling hebat dari pembaharuan Gereja ini, menurut
saya, adalah Konsili Vatikan II. Bagi saya, ini adalah karya besar Roh
Kudus pada zaman kita. Tidak heran bahwa KV II sering disebut Pentakosta
baru... Tetapi tentu tidak semua orang setuju dengan pembaharuan, Uskup
Lefebre salah satu contohnya, Umberto Bossi pemimpin partai Lega Nord
yang anti imigran termasuk orang yang bermimpi kembali ke Trent.
|
Konsili Vatikan II sendiri sebenarnya lebih
bersifat pastoral dan tidak mengeluarkan dogma baru. Konsili ini berusaha
untuk menempatkan ajaran Gereja yang sudah dari dulu ke dalam dunia yang
baru.
Ini bukan berarti aku
berpikir seperti Lefebvre atau siapapun. Tapi kita sendiri, Umat Katolik di
Amerika yang bukan Katolik KTP dan semuanya adalah orang yang cukup tahu
tentang Gereja dan ajarannya, merasa bahwa Vatikan II tealh banyak disalah
gunakan terutama oleh para Liberal. Dan inilah tampaknya yang membuat
perkumpulan buatan Lefebvre (perkumpulan ini pada awalnya tidak schismatik)
Society of Saint Pius X (SSPX) mendapat pembenarannya (dengan merujuk pada
para liberal).
Aku pernah lihat
wawancara dari dua bapak Vatican II. Dua Uskup agung Amerika. Disini
keduanya ini benar-benar menempatkan Vatikan II pada posisi sebenarnya.
Bahwa kalo Vatikan II itu tidaklah menghasilkan liberalisme yang salah kaprah
tapi masih setia pada Traditi (karena memang Roih Kudus akan selalu
menaungi Gereja). Dengan begini mestinya SSPX tidak ada alasan untuk
menentang Vat II. Meskipun begitu, kedua uskup agung ini berkata "Ada
kecenderungan di Konsili untuk mendapatkan mayoritas yang besar. Karena itu
tampaknya Konsili berusaha melakukan kompromi dengan menyatukan ide yang
berlawanan" Danini aku pikir benar sekali!! Persis dengan buku
terbitan kanisius yang aku dulu punya (Tanya Jawab mengenai Konsili Vatikan
II).
Masalahnya bisa panjang kalo kita bahsa
Vatikan II. Jadi kita postpone buat lain waktu aja
. But rest assured,
kalo aku ini akan selalu setia pada Vatikan II karena aku percaya dan TAHU
bahwa Roh Kudus tidak akan meninggalkan Gereja seberapa kacaupun Gereja (Paling
kacau mungkin ketika era Arianisme dimana 80% dari uskup Gereja, dimana
Gereja masih satu, memeluk Arianisme)
Quote:
|
Quote:
|
Ini aneh sekali, padahal encyclic mengatakan bahwa Vulgata
bisa dipakai untuk kepentingan kelas dan bagi para Professor. Mungkin
apa yang kamu bilang benar, bahwa sejak jamannya St Pius X ilmu
pengetahuan kitab sudah semakin maju sehingga para pelajar lebih
menggunakan naskah asli.
|
Saya kira ini bukan
hal aneh. Ini sesuai dengan semangat dan prinsip Hironimus tentang Veritas
Hebraica, sekaligus justru merupakan tanda keterbukaan, kesediaan
dan keseriusan Gereja terhadap pelayanan Sabda Allah seperti terungkap
dalam motto Institut Biblicum sendiri yang berbunyi "Verbum Domini
manet in aeternum" (Isa 40,8). Dengan adanya institut ini Gereja mau
memberikan bekal ilmiah yang memadai kepada putra-putrinya demi pelayan
Sabda yang semakin baik bagi kemanusiaan. Ini sebenarnya luar biasa,
karena Gereja berani masuk dalam area yang tadinya dianggap sebagai tabu,
yaitu Alkitab dipandang dari segi ilmiah (biblical science dan bukan pertama-tama
biblical theology). Patut disayangkan bahwa di banyak fakultas teologi
kita di Indonesia bahasa-bahasa Alkitab tidak pernah diajarkan sehingga
kita kurang mempunyai dasar kuat untuk berdialog (atau berdebat) secara
rasional dengan orang-orang lain, terutama kaum Protestann (yang
kadang-kadang juga ngawur dan semaunya sendiri). Akhirnya, yang
seringkali terjadi adalah ngawur lawan ngawur, atau ngawur lawan
bungkam...
|
Benar sekali. Karena Sabda sendiri adalah
hidup. Di kaum awam sendiri di Amerika cukup banyak Apologist yang belajar
bahasa asli kitab untuk semakin membantu dalam pengetahuan mereka akan
sabda ini. Beberapa orang yang aku jadikan sumber sebelumnya adalah awam
yang belajar BHS asli kitab.
Quote:
|
Sayang CA-th nggak banyak orang yang seperti kamu yang
begitu commit dengan Bunda Gereja kita... May God bless you always...
|
I'm not only commit BUT VERY
PASSIONATE
Kita disini juga mau share passion kita ini
pada kebanyakan Umat KAtolik yang tidak tahu kekayaan Gereja kita. Tidak
tahu bagaimana Gereja inilah Perahu Keselamtan. Betapa beruntungnya mereka
ada di Gereja dan mendapat sakramen seperti ekaristi.... itu adalah Tubuh
Kristus.... kita bersatu dengan tubuh Kristus di Ekaristi di Misa yang
adalah perjamuan Kudus Ilahi yang hadir di Bumi yang nanti akan kita
rayakan bersama di surga seperti disebut di Wahyu.
Rasanya gimana yah, kalo lihat orang yang
tidak tahu betapa Gereja luar biasanya Gereja ini sepertinya yang ada di
pikiran "If only you know...."
Padahal aku sendiri ini belum sempurna apa
yang aku tahu dari Gereja sendiri. Aku tidak seperti Padre Pio yang bisa
bilang, "Aku tidak bisa mengerti bagaimana orang bisa tahan berada
bersama dengan Tubuh Kristus. Dada ini rasanya terbakar"
Kalo kita disini sedikit demi sedikit bisa
membangkitkan semangat kekatolikan yang sama pada semua umat Katolik, itu
rasanya sudah bagus
.
PS
The Theological Grades
of Certainty - Fundamentals of
Catholic Dogma - Ludwig Ott P.9
1. The highest degree of certainty
appertains to the immediately revealed truths. The belief due to them is
based on the authority of God Revealing (fides divina), and if the Church,
through its teaching, vouches for the fact that a truth is contained in
Revelation, one's certainty is then also based on the authority of the
Infallible Teaching Authority of the Church (fides catholica). If Truths
are defined by a solemn judgment of faith (definition) of the Pope or of a
General Council, they are "de fide definita."
2. Catholic truths or Church doctrines, on
which the infallible Teaching Authority of the Church has finally decided,
are to be accepted with a faith which is based on the sole authority of the
Church (fides ecclesiastica). These truths are as infallibly certain as
dogmas proper.
3. A Teaching proximate to Faith (sententia
fidei proxima) is a doctrine, which is regarded by theologians generally as
a truth of Revelation, but which has not yet been finally promulgated as
such by the Church.
4. A Teaching pertaining to the Faith, i.e.,
theologically certain (sententia ad fidem pertinens, i.e., theologice
certa) is a doctrine, on which the Teaching Authority of the Church has not
yet finally pronounced, but whose truth is guaranteed by its intrinsic
connection with the doctrine of revelation (theological conclusions).
5. Common Teaching (sententia communis) is
doctrine, which in itself belongs to the field of the free opinions, but
which is accepted by theologians generally.
6. Theological opinions of lesser grades of
certainty are called probable, more probable, well-founded (sententia
probabilis, probabilior, bene fundata). Those which are regarded as being
in agreement with the consciousness of Faith of the Church are called pious
opinions (sententia pia). The least degree of certainty is possessed by the
tolerated opinion (opimo tolerata), which is only weakly founded, but which
is tolerated by the Church.
_________________
Mohon doa saudara-saudari
|
|
Back to top
|
|
|
kahana
Joined: 13 May 2004
Posts: 10
|
Posted: Sun, 16-05-2004
2:42 pm Post subject:
|
|
|
[quote="CA-tholic"]
Quote:
|
Aku setuju akan development of doctrine seperti yang
dirumuskan oleh John Henry Cardinal Newman. Dan memang doktrin bisa
berkembang. Contohnya doktrin Trinitas, doktrin infallibilitas yang
kemudian didogmakan. Baik trinitas ataupun infallibilitas bisa dilacak
dari Tradisi ("T" besar) sejak jaman dulu dan kemudian di
dogmakan.
Tentang Galileo sendiri, Ekskomunikasi bukanlah dogma yang infallible.
Aku rasa ini tidak masalah karena apakah Musa adalah penulis Kitab Suci
tidak pernah didogmakan
|
Sorry deh, aku tahu kalau tentang Galileo
dan Pentateukh memang tidak menjadi dogma ketat. Yang mau aku garis bawahi
sebenarnya "development of doctrine" seperti yang kamu
tulis.
Quote:
|
Konsili Vatikan II sendiri sebenarnya lebih bersifat
pastoral dan tidak mengeluarkan dogma baru. Konsili ini berusaha untuk
menempatkan ajaran Gereja yang sudah dari dulu ke dalam dunia yang baru.
|
Sebagai konsili ekumenis, ajaran Vatikan II
adalah ajaran yang mengikat kendati tidak mengeluarkan dogma baru (dan
dalam arti luas tetap dogmatis kan?)
Quote:
|
Ini bukan berarti aku berpikir seperti Lefebvre atau
siapapun. Tapi kita sendiri, Umat Katolik di Amerika yang bukan Katolik
KTP dan semuanya adalah orang yang cukup tahu tentang Gereja dan ajarannya,
merasa bahwa Vatikan II tealh banyak disalah gunakan terutama oleh para
Liberal. Dan inilah tampaknya yang membuat perkumpulan buatan Lefebvre
(perkumpulan ini pada awalnya tidak schismatik) Society of Saint Pius X
(SSPX) mendapat pembenarannya (dengan merujuk pada para liberal).
Aku pernah lihat wawancara dari dua bapak Vatican II. Dua Uskup agung
Amerika. Disini keduanya ini benar-benar menempatkan Vatikan II pada
posisi sebenarnya. Bahwa kalo Vatikan II itu tidaklah menghasilkan
liberalisme yang salah kaprah tapi masih setia pada Traditi (karena
memang Roih Kudus akan selalu menaungi Gereja). Dengan begini mestinya
SSPX tidak ada alasan untuk menentang Vat II. Meskipun begitu, kedua
uskup agung ini berkata "Ada kecenderungan di Konsili untuk mendapatkan
mayoritas yang besar. Karena itu tampaknya Konsili berusaha melakukan
kompromi dengan menyatukan ide yang berlawanan" Danini aku pikir
benar sekali!! Persis dengan buku terbitan kanisius yang aku dulu punya
(Tanya Jawab mengenai Konsili Vatikan II).
|
Ya begitulah realitasnya...aku setuju
denganmu...
Quote:
|
Masalahnya bisa panjang kalo kita bahsa Vatikan II. Jadi
kita postpone buat lain waktu aja
. But rest assured, kalo aku ini akan selalu setia pada
Vatikan II karena aku percaya dan TAHU bahwa Roh Kudus tidak akan
meninggalkan Gereja seberapa kacaupun Gereja )
|
Ini juga setuju deh...
Quote:
|
Benar sekali. Karena Sabda sendiri adalah hidup. Di kaum
awam sendiri di Amerika cukup banyak Apologist yang belajar bahasa asli
kitab untuk semakin membantu dalam pengetahuan mereka akan sabda ini.
Beberapa orang yang aku jadikan sumber sebelumnya adalah awam yang
belajar BHS asli kitab.
|
Bisa ditiru deh, atau udah mulai
meniru?
Quote:
|
Kalo kita disini sedikit demi sedikit bisa membangkitkan
semangat kekatolikan yang sama pada semua umat Katolik, itu rasanya sudah
bagus
.
|
Semoga...
|
|
Back to top
|
|
|
Tony
Evangelos
Joined: 20 Jan 2004
Posts: 4629
Location: Disini, ngga kelihatan apa?
|
Posted: Sun, 16-05-2004
10:05 pm Post subject:
|
|
|
Beda kalau memang orang terdidik dalam
aplied biblical studies, sejarah dan ajaran gereja diskusinya adalah sehat
dan patut dicontoh........good job.
Salam.
_________________
Salam dan doa
F A Q
It fails to show just how the world is divided. Evil stands
for division against unity. In union with God and His miracles I see my
self everyday in the mirror. I am a miracle that science still is at it's
heels glancing up a vast yet unacceptable impossibility, a climb to faith.
Science can't and will never explain God, for science is only capable in
calculating the calculable. How is science to measure anything outside of time
and space that started time and space, how is the created to measure the
creator? Science is an apathy of one who seeks his heart and yet refuse to
see it, Tony B Mat 12:32 Jangan membohongi diri!
Indonesia Katolik
-Terjemahan Baru © Ekaristi dot Org
|
Matius 12:32
|
Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang
Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia
tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun
tidak.
|
|
|
Back to top
|
|
|
DeusVult
Evangelos
Joined: 10 Feb 2004
Posts: 10800
Location: Orange County California
|
Posted: Mon, 17-05-2004
5:06 am Post subject:
|
|
|
kahana wrote:
|
Sorry deh, aku tahu kalau tentang Galileo dan Pentateukh memang tidak
menjadi dogma ketat. Yang mau aku garis bawahi sebenarnya
"development of doctrine" seperti yang kamu tulis.
|
Cool
Quote:
|
Sebagai konsili ekumenis, ajaran Vatikan II adalah ajaran
yang mengikat kendati tidak mengeluarkan dogma baru (dan dalam arti luas
tetap dogmatis kan?)
|
Ada dua Konstitusi Dogmatis. Lumen Gentium
dan Dei Verbum. Paulus VI menyatakan:
The magisterium of
the Church did not wish to pronounce itself under the form of EXTRAORDINARY
DOGMATIC PRONOUNCEMENTS. (Pope Paul VI,
discourse closing Vatican II, December 7, 1965 )
There are those who
ask what authority, what theological qualification, the Council intended to
give to its teachings, knowing that it AVOIDED ISSUING SOLEMN DOGMATIC
DEFINITIONS backed by the Church's infallible teaching authority. The
answer is known by those who remember the conciliar declaration of March 6,
1964, repeated on November 16, 1964. In view of the pastoral nature of the
Council, it AVOIDED PROCLAIMING IN AN EXTRAORDINARY MANNER ANY DOGMATA
CARRYING THE MARK OF INFALLIBILITY. (Pope
Paul VI, General Audience of January 12, 1966)
Jadi konsili ini berada
dalam ruang Ordinari MAgisterium yang masih infallible (karena Concilar
infallibility).
Aku cari sumber yang
memberikan diagram tentang tingakt infallibilitas Gereja. Memang yang
infallible cuma dua, Extraordinari Magisterium dan Ordinary Magisterium.
Lalu ada beberapa tingkatan lain yang meskipun tidak infallible. Kita harus
assent.
Gak
ketemu-ketemu!!!
Quote:
|
Quote:
|
Ini bukan berarti aku berpikir seperti Lefebvre atau
siapapun. Tapi kita sendiri, Umat Katolik di Amerika yang bukan Katolik
KTP dan semuanya adalah orang yang cukup tahu tentang Gereja dan
ajarannya, merasa bahwa Vatikan II tealh banyak disalah gunakan
terutama oleh para Liberal. Dan inilah tampaknya yang membuat
perkumpulan buatan Lefebvre (perkumpulan ini pada awalnya tidak
schismatik) Society of Saint Pius X (SSPX) mendapat pembenarannya
(dengan merujuk pada para liberal).
Aku pernah lihat wawancara dari dua bapak Vatican II. Dua Uskup agung
Amerika. Disini keduanya ini benar-benar menempatkan Vatikan II pada
posisi sebenarnya. Bahwa kalo Vatikan II itu tidaklah menghasilkan
liberalisme yang salah kaprah tapi masih setia pada Traditi (karena
memang Roih Kudus akan selalu menaungi Gereja). Dengan begini mestinya
SSPX tidak ada alasan untuk menentang Vat II. Meskipun begitu, kedua
uskup agung ini berkata "Ada kecenderungan di Konsili untuk
mendapatkan mayoritas yang besar. Karena itu tampaknya Konsili berusaha
melakukan kompromi dengan menyatukan ide yang berlawanan" Danini
aku pikir benar sekali!! Persis dengan buku terbitan kanisius yang aku
dulu punya (Tanya Jawab mengenai Konsili Vatikan II).
|
Ya begitulah
realitasnya...aku setuju denganmu...
Quote:
|
Masalahnya bisa panjang kalo kita bahsa Vatikan II. Jadi
kita postpone buat lain waktu aja
. But rest assured, kalo aku ini akan selalu setia pada
Vatikan II karena aku percaya dan TAHU bahwa Roh Kudus tidak akan
meninggalkan Gereja seberapa kacaupun Gereja )
|
Ini juga setuju
deh...
|
Aku gak tahu di Asia, Eropa ataupun Afrika.
Tapi di Amerika, liberalisme ini parah sekali. Orang yang ngaku Katolik
tapi support abortion (Kandidat president Senator John Kerry). Lalu ada
organisasi, Catholic for choice (Pro-choice=pro-Abortion). Ada seseorang
yang mendengar ibu bicara pada anaknya, "Sekarang kita akan sambut
komuni kudus. Komuni kudus ini bisa menghapuskan semua dosa kita, besar
maupun kecil sejak Vatican II"
Terus, di Paroki-ku
sendiri (http://www.stjosephplacentia.org) waktu itu ada survey untuk umat.
Umat diharapkan memberikan masukan buat Gereja. Ini aku copy langsung setelah
Pastor merangkum masukan-masukan
Quote:
|
Dear Parishioners,
Many thanks to those who responded to the recent syrvey sent
to us by Bishop Tod D. Brown. There
were fifty-two responses. I believe the responses are
well thought out, and many good ideas were suggested. I
have forwarded the result of the survey to the Bishop's office. Below are
the result that I think pertain specifically to the Diocese, though some
would apply to our Parish as well. Those that pertain specifically to the
parish will be published within the next couple of weeks. I want to bring
together the suggstions both from the survey and our recent Parish day of
Refelction so that you may have an idea of some of the issues which are
unique to our parish, and the direction
in which our parish may be moving in the next few years.
Issues which surfaced around the recent scandal of sexual
misconduct toward minors by some priests were:
*Why did the church wait so long to apologize? Had the
church done so in the beginning, it would have been comforting.
*The church display a brazen arrogance when the scandal
first broke out
*The Bishop neeeds to have an evening listening session with
each parish so that he can hear from the people and know how the recent
scandal has effected the faith life of the people
*Why was the church involved in the investigative process of
sexual abuse? All cases which surfaced should have been handed over to
the police
*Exactly where is our money going? To pay off the lawsuits?
*How serious is the Diocese about the covenant? There is a
perception that the Diocese is pretending and merely giving lip service.
Is this one of those "the more things change the more they remain
the same?" Who is the Bishop trying to impress?
*Why did the Bishop hire a consulting firm? This has been
perceived as a waste of our resources. Can't he speak for himself?
Issues which surfaced around co-responsibility and the
ministerial priesthood were:
*The church's decision making process needs to be open - no
secrecy on how decision are made.
*The laity need to have more input and be part of the decision
making process
*Need for clear vision, planning, and participation by the
laity
*Have married priests and ordain married men and women
*Allow clergy to have their own homes
*Pastors and priests need to be pastors and priests and not
business managers, CEOs. and CFOs. Pastoral ministry isn't happening
because our priests have been forced by the system to be administrators
and office managers. We want priests!!!
The following life issues surfaced
*Need to hear more sermons against abortion, to support
pro-life politicians, and to enhance our moral catechesis, especially
among young people, of the church's position against abortion
*Would like to be more informed from the pulpit regarding
Catholic positions on current moral issues. Unable to engage in a lively
discussion with co-workers on many moral issues because it's unclear to
individuals as to the Church's position on many moral issues
*The annulment process is too long; unreasonable to ask a
person to wait for two to three years before a decision is made
*Need to open up parish facilities around Diocese for
homeless in inclement weather.
*Establissh a budget to help poor and homeless through a
regular contribution to St Vincent de Paul from Parish funds.
*The gender bias of the church is wrong
*The Church needs to be more welcoming to gays and allow
oppurtunities for them to serve
Issues around liturgy and education:
*Why do we need a new Cathedral?
*We need to return to traditional Catholics practices as a way
of doing penance and growing in holiness
*Too many liturgical changes - why the changes in the
environment, e.g., moving the tabernacle?
*Time to close our Catholic schools because many Catholic
school students snub the public school students. Money should be used for
a dynamic, energized, religious education program for all young people.
*Catholic school education used to be available for all; now
it's for the rich and the intellectually endowed
Respectfully submitted
Reverend Timothy L. Ramaekers
Pastor, St Joseph Church, Placentia
|
Yang biru aku pikir masuk akal. Yang merah
payah sekali.
Tapi, tampaknya
sekarang generasi mudanya (dan juga para iman muda ataupun yang masih di
seminari) semakin konservativ. Banyak sekali tanda kebangkitan. seperti
Uskup Agung St Louis Raymond Burke yang memerintahkan untuk MENOLAK
politisi yang terant-terangan emnsupport aborsi. Uskup baru di Arizona
Thomas J. Olmsted, langsung bersih-bersih dengan menyuruh Romo yang menegur
keras Romo yang merayakan liturgi bersama pendeta Protestant dan
memperingatkan Romo yang menandatangani semacam kesepakatan dengan
organisasi pro-gay untuk menarik keterlibatan mereka.
Sangat menggembirakan
.
Umat gak akan lagi
merasa lalu dan pada akhirnya ---> Karena kita (who know better) sering sekali merasa
seperti itu (ada umat yang ditolak karena menerima Komuni dengan berlutut
ala Tridentine Latin Mass. Padahal menurut General Instruction of Roman
Misaal, ini tidak dilarang, meskipun nromanya di GIRM adalah membungkuk
hormat. Dia [ibu yang lagi hamil, meski gak kelihatan] bahkan ditegur oleh
si Romo)
Tapi sekarang dengan
adanya para Uskup dan Romo yang konservatif dan orthodox kita bisa merasa
bahwa mereka adalah dan
kita bisa sepakat menyemangati mereka . Sungguh happy sekali . Dengan gembala seperti ini kita bisa
Quote:
|
Quote:
|
Benar sekali. Karena Sabda sendiri adalah hidup. Di kaum
awam sendiri di Amerika cukup banyak Apologist yang belajar bahasa asli
kitab untuk semakin membantu dalam pengetahuan mereka akan sabda ini.
Beberapa orang yang aku jadikan sumber sebelumnya adalah awam yang
belajar BHS asli kitab.
|
Bisa ditiru deh, atau
udah mulai meniru?
|
Haha, aku serahkan ini untuk yang ahli
saja
Quote:
|
Quote:
|
Kalo kita disini sedikit demi sedikit bisa membangkitkan
semangat kekatolikan yang sama pada semua umat Katolik, itu rasanya
sudah bagus
.
|
Semoga...
|
PS
silahkan lihat bentuk keliberalan di
USA
http://www.spiritualityhealth.com/newsh
..nk/item_3495.html
Lihatlah bagaimana orang ini mengacaukan
Litani Para Kudus!!!
http://www.paulist.org/boston/images/chapeltour/P1010003.JPG
Gambar Gereja yang tidak ada kesan sakralnya
sama sekali. John Kerry pernah terima komuni disini. Paulist center juga
sering mensuppor homosexual (bedakan dengan St Paulist Biblical Center
punya Scott Hahn).
http://www.holyspirit-fresno.org/church_art.htm
Ini altar Gereja Katolik???????
http://www.catholiccitizens.org/press/c
..tview.asp?c=13024
Menari sih gak pa pa. MENARI DI GEREJA??? DI
DEKAT ALTAR!!
________________
Mohon doa saudara-saudari
|
|
Back to top
|
|
|
kata_holos
Joined: 01 Nov 2011
Posts: 579
|
Posted: Wed, 13-03-2013
1:52 am Post subject:
|
|
|
DeusVult wrote:
|
kahana wrote:
|
Dear CA-tholic,
Gereja kita pasti sudah mempertimbangkan hal itu.
Dalam banyak hal dekrit Trent perlu dipahami dalam konteks situasi
historis waktu itu, asal kutip akan merepotkan. Disput dengan Luther
yang dilanjutkan dengan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Jerman,
mendorong Trent bersikap defensif dengan mengatakan Vulgata yang bahasa
Latin, yang bisa dipake.
Dekrit Trent memang bersifat dogmatis, tetapi bukan dogma yang
didefinisikan oleh paus secara ex-cathedra, seperti misalnya Dogma
tentang Maria Immaculata. Kalau memperhatikan dengan teliti
dekrit-dekrit Trent tentang ekaristi atau tentang justifikasi dan
membandingkannya dengan magisterium resmi selanjutnya, sebenarnya akan
kelihatan bahwa sudah terjadi pergeseran pandangan.
|
Bukankah Dogma yang
infallible pada dasarnya adalah irreformable?
Dan kalo kita
mendefinisikan bahwa hanya dogma yang jelas-jelas ex-cathedra adalah
dogma yang infallible, maka kita cuma punya dua dogma yang infallible,
yaitu Immaculate Conception (INEFFABILIS DEUS - Pope Pius IX, December 8,
1854) dan Pengangkatan maria (MUNIFICENTISSIMUS DEUS - Pius XII, November
1, 1950)
Padahal banyak sekali
Dogma tidak dapat salah yang dikeluarkan Gereja. Dari Konsili Ekumenikal
dan juga dari encyclical (seperti Unam Sanctam yang bahasanya sangat
jelas tentang perlunya kepatuhan semua mahkluk terhadap Paus Roma)
|
Maaf kalau di up lagi, soalnya diskusi yang
menarik sekali (bikin pusing juga).
Tapi ada yang belum terpecahkan dari diskusi
tersebut tentang Vulgata kuno dan Promulgasi versi NOVA VULGATA,
seolah-olah Dogma yang infallible bisa berubah? bisa diperjelas Pak
DeusVult?
|
|
Back to top
|
|
|
DeusVult
Evangelos
Joined: 10 Feb 2004
Posts: 10800
Location: Orange County California
|
Posted: Wed, 13-03-2013
5:20 am Post subject:
|
|
|
Penggunaan Kitab Suci terbitan penerbit X,
Y, Z tidak ada hubungannya dengan dogma.
_________________
Mohon doa saudara-saudari
|
|
Back to top
|
|
|
kata_holos
Joined: 01 Nov 2011
Posts: 579
|
Posted: Wed, 13-03-2013
12:24 pm Post subject:
|
|
|
DeusVult wrote:
|
Penggunaan Kitab Suci terbitan penerbit X, Y, Z tidak ada
hubungannya dengan dogma.
|
hmm?
mengenai ini
DeusVult wrote:
|
Ha ha thanks alot Kahana
tentang Vulgata sendiri, ini dekrit dari
trent
But if any one receive not, as sacred and canonical, the said
books entire with all their parts, as they have been used to be read in
the Catholic Church, and as they are contained in the old Latin vulgate
edition; and knowingly and deliberately contemn the traditions aforesaid;
let him be anathema. Let all, therefore, understand, in what order, and
in what manner, the said Synod, after having laid the foundation of the
Confession of faith, will proceed, and what testimonies and authorities
it will mainly use in confirming dogmas, and in restoring morals in the
Church.
|
Apakah ini berarti yang di-anathema itu
bukan orang yang tidak menerima tentang isi alkitab (terjemahan
alkitab/revisi alkitab yang lebih berhubungan dengan studi bahasa) tetapi
orang yang tidak menerima keputusan tentang kitab-kitab yang termasuk Kitab
Suci oleh Gereja Katolik berdasarkan tradisi?
Yang kita tahu konsili
Trente untuk menghadapi protestanisme yang menghilangkan beberapa kitab
yang termasuk dalam Perjanjian Lama (yang sering disebut
deuterokanonika).
Melihat dari
situs-situs bahasa Indonesia tentang Kitab Suci yang mengalami perkembangan
studi bahasa dll sehingga tercipta "beberapa edisi/penerbitan
Alkitab" yang kadang bisa merubah arti. Menjadi masalah besar bagai
penganut Sola Scriptura dan penafsiran masing-masing individu, alkitab
mana/terjemahan mana yang dipake?
Walaupun dipake "teks aslinya pun"
masih ada bagian2 yang menjadi tanda tanya besar bagi para ahli studi
bahasa apalagi orang awam.
Disini membuktikan
perlunya satu otoritas penafsir Kitab Suci yang datang bukan
sekonyong-konyong/tiba-tiba karena keahliannya tetapi karena:
2Tes
2:15 Sebab itu, berdirilah
teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran
yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara
lisan, maupun secara tertulis.
|
Berurut dari Para Rasul dan penerusnya
(suksesi apostolik) yang tidak lain disebut Tradisi/tradisi.
Begitu Pak DeusVult?
|
|
California
|
Posted: Wed, 13-03-2013
2:29 pm Post subject:
|
|
|
Salah satu cara kita
mengetahui bahwa suatu ajaran itu infallible adalah ketika dalam
kebiasaannya (customs) Gereja mengajarkannya secara terus menerus*.
Karena bila sesuatu diajarkan terus menerus di seluruh Gereja Katolik maka
hal ini sangat mengikat dan widespread (tersebar dimana-mana). Karena umat
tidak mungkin diikat oleh kesalahan dalam perkara iman dan moral, maka Roh
Kudus pasti melindungi agar yang mengikat seluruh umat sejak dahulu
tersebut tidak salah.
Salah satu contoh dari
hal ini adalah liturgi. Bila Gereja mengajarkan sesuatu melalui liturginya
sejak bertahun-tahun secara constant maka bisa dipastikan bahwa sesuatu itu
pastilah infallible.
Nah, karena Vulgate
versi lama telah digunakan ratusan tahun oleh Gereja, baik dalam liturginya
maupun dalam pengajarannya (dikutip oleh Paus dalam ensikliknya, dikutip
oleh para uskup dalam surat gembala mereka, dikutip oleh para teolog
Gereja, dikutip dalam buku-buku pengajaran di seminari etc) maka tidak
mungkin isi Vulgata versi lama itu keliru dalam hal iman. Inilah yang dimaksudkan Konsili Trent.
Lebih lanjut, Paus Pius
XII di Divino Afflante Spiritus paragraph 21, menjelaskan bahwa:
1. Pada jaman konsili Trent ada orang-orang
yang mengkritik Vulgata versi lama yang diijadikan pedeoman Gereja Katolik
dengan bahasa Latin (karena Vulgata bahasanya Latin, maka yang pakai adalah
Gereja Katolik yang memakai bahasa Latin dalam liturginya. Gereja Katolik
yang tidak memakai bahasa Latin tentu saja pakai Alkitab yang bukan
Vulgata). Oleh karena itu konsili Trent menetapkan bahwa Vulgata versi lama
yang dipakai Gereja Katolik Latin bebas dari kekeliruan iman dan
moral.
2. Point diatas tidak
berarti bahwa Vulgata versi lama tersebut sama persis dengan
Alkitab asli [yang sudah punah]. Jadi bisa saja Alkitab asli sebenarnya
menuliskan "saat itu dilangit ada
mendung kelabu" tapi Vulgata
versi lama menuliskan "saat itu dilangit
ada mendung abu-abu." Ada perbedaan,
bahkan mungkin perbedaannya lebih dari sekedar yang aku contohkan. However,
berdasarkan keputusan Trent, maka sekalipun ada perbedaan antara Alkitab
asli dengan Vulgata versi lama, namun apa yang tertulis di Vulgata versi
lama tersebut (sekalipun beda) tidak akan merupakan kekeliruan dalam hal
iman dan moral.
3. Baca point 1 dan 2 diatas berkali-kali
dan berulang-ulang dengan pelan-pelan.
Nah, sekarang menjawab
pertanyaan kata_holos
kata_holos wrote:
|
Apakah ini berarti yang di-anathema itu bukan orang yang
tidak menerima tentang isi alkitab (terjemahan alkitab/revisi alkitab
yang lebih berhubungan dengan studi bahasa) tetapi orang yang tidak
menerima keputusan tentang kitab-kitab yang termasuk Kitab Suci oleh
Gereja Katolik berdasarkan tradisi?
|
Yang di-anathema adalah orang yang tidak
menganggap apa saja yang ada di Vulgata versi lama sebagai bagian yang
keramat dan kanonik (sacred and canonical). "Kanon" disini
tidak berarti sesuai dengan Alkitab asli, tapi "kanon" dalam arti
"baku."
Soalnya kala itu
Protestant mulai rewel terhadap Vulgata versi lama terutama karena
mengandung Deuterokanonika yang mereka pertanyakan. Mereka menyerangi
bagian-bagian lain juga untuk meremehkan otoritas Vulgata versi lama sehingga
upaya mereka untuk membuang deuterokanonika mendapat justifikasi.
Orang yang menganggap
Vulgate versi lama banyak kelirunya sehingga meremehkan otoritas Vulgata
sebagaimana dipergunakan Gereja juga akan terkena anathema (beberapa orang
Katolik sendiri ada yang seperti ini. Merasa bahwa St. Jerome, penerjemah
utama Vulgata, kurang cakap sehingga banyak salahnya).
PS
* Lihat kutipan dari dokumen Vatikan I (terjemahan Indonesia ada di ekaristi.org) berikut:
1.
That apostolic primacy which the Roman Pontiff possesses as successor of
Peter, the prince of the apostles, includes also the supreme power of
teaching. This
Holy See has always maintained this, the constant custom
of the Church demonstrates
it, and the ecumenical councils, particularly those in which
East and West met in the union of faith and charity, have declared it.
...
4. It was for this reason that the bishops of the whole world, sometimes
individually, sometimes gathered in synods, according to the long
established custom of the Churches and the pattern of
ancient usage referred
to this Apostolic See those dangers especially which arose in matters
concerning the faith. This was to ensure that any damage suffered by the
faith should be repaired in that place above all where the faith can know
no failing [59].
1.
Bahwa keutamaan apostolik yang dimiliki Paus Roma sebagai penerus Petrus,
sang pangeran rasul, termasuk kuasa tertinggi mengajar. Hal ini selalu diyakini
Tahta Suci, kebiasaan
terus menerus Gereja mempertunjukkan
[hal tersebut], dan konsili-konsili ekumenis, terutama ketika Timur dan
Barat bertemu dalam kesatuan iman dan kasih, telah menyatakannya.
...
4. Atas alasan inilah para uskup di seluruh dunia, kadang-kadang secara
individu, kadang-kadang ketika berkumpul dalam suatu sinode, sesuai dengan kebiasaan
Gereja-Gereja yang telah lama ada dan [sesuai
dengan] pola-pola penggunaan lama, merujukkan
kepada Tahta Apostolik ini perihal bahaya-bahaya terutama yang berkaitan
dengan iman. Ini untuk memastikan supaya kerusakan yang diderita oleh
iman akan diperbaiki di tempat dimana iman tidak dapat gagal [59].
|
_________________
Mohon doa
saudara-saudari
|
|
Back to top
|
|
|
F Apul Anton
ius Siboro
Joined: 26 Jan 2008
Posts: 82
|
Posted: Mon, 01-12-2014
1:15 pm Post subject:
|
|
|
Hallo,sorry angkat postingan lama lagi,dan
mohon maaf bila pertanyaan ini sepertinya tidak penting.
Berhubung sedang ada perlu dengan ayat
ini,saya hendak bertanya,
Kej 3:15 Aku akan mengadakan permusuhan
antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya;
keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya."
Pertanyaan :
Untuk kalimat "...Aku akan mengadakan
permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu.
Penjelasannya sudah di terangkan di
atas.
Nah untuk kalimat berikutnya
: "....dan engkau akan meremukkan tumitnya."
Apakah dapat di artikan pada penderitaan
yang di alami Bunda Maria,seperti peristiwa penyaliban Putra-nya?
Mohon petunjuknya.
Terimakasih.
|
|
Back to top
|
|
|
Tony
Evangelos
Joined: 20 Jan 2004
Posts: 4629
Location: Disini, ngga kelihatan apa?
|
Posted: Wed, 03-12-2014
1:58 am Post subject:
|
|
|
Betul, meremukan tumitnya = penderitaan dan
kematian Yesus. Karena Yesus berjaya dalamThe Passion dan Penyelamatan
dunia, sedangkan iblis mengira berjaya saat Yesus ditangkap, disiksa
dan disalib tetapi ternyata semua itu adalah bagian dan tanggungan Yesus
untuk menyelamatkan umat dunia.
Bila kita melihat ayat tsb amat jelas sekali
bahwa karena perbuatan iblis dan jatuhnyanya Adam dan Hawa kedalam dosa.
Iblis hanya dapat melukakan sedangkan Yesus mengalahkan untuk selamanya.
Meremukan kepala = kematian yg abadi, meremukan tumit = luka temporer.
Tetapi ayat lebih untuk meramalkan perlunya Tuhan turun menjadi manusia
untuk menyembuhkan kejatuhan manusia dalam dosa. Maka digunakan kata "That
Woman" yg oleh LAI disalah tafsirkan menjadi perempuan dan bukan
wanita oleh karena protestan tidak ingin mengakui Maria sebagai
coredemptrix. Perhatikan perbedaan artinya antara wanita = remaja dan bunda
dan istri, sedangkan perempuan = putri/ anak yg tidak pasti atau mutlak
dapat melahirkan karena usianya. Jadi dengan tafsiran LAI yg protestan
mereka dapat meremehkan peran dan posisi Bunda Maria sebagai pendamping
Yesus saat menyelamatan umat dunia.
Hope that helps.
_________________
Salam dan doa
F A Q
It fails to show just how the world is divided. Evil stands
for division against unity. In union with God and His miracles I see my
self everyday in the mirror. I am a miracle that science still is at it's
heels glancing up a vast yet unacceptable impossibility, a climb to faith.
Science can't and will never explain God, for science is only capable in
calculating the calculable. How is science to measure anything outside of
time and space that started time and space, how is the created to measure
the creator? Science is an apathy of one who seeks his heart and yet refuse
to see it, Tony B Mat 12:32 Jangan membohongi diri!
Indonesia Katolik
-Terjemahan Baru © Ekaristi dot Org
|
Matius 12:32
|
Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang
Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia
tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun
tidak.
|
|
|
Back to top
|
|
|
F Apul Anton
ius Siboro
Joined: 26 Jan 2008
Posts: 82
|
Posted: Thu, 04-12-2014
3:16 pm Post subject:
|
|
|
waduh om tony, penjelasannya bikin
buyar tafsir saya terhadap penjelasan di atas.
Karena bila di hubungkan dengan pemahaman
saya juga dengan topik ini :
http://www.ekaristi.org/forum/viewtopic
..ea0e8363156fb2585
Justru harusnya terjemahannya adalah
perempuan.
Oh God..baru lihat,ternyata sudah ada
jawaban pertanyaan saya di topik itu.
Kurang menyimak..
)
|
|
Back to top
|
|
|
Tony
Evangelos
Joined: 20 Jan 2004
Posts: 4629
Location: Disini, ngga kelihatan apa?
|
Posted: Fri, 05-12-2014
12:29 am Post subject:
|
|
|
perempuan = girl, bukan woman apa arti
girl? wanita = woman dan terjemahan dalam bahasa Inggris setia kepada
naskah aslinya makan menggunakan woman dimana semua menunjukan Maria dalam
kitab Kejadian, Yohanes dan kitab Wahyu semua menunjukan Maria. dalam
"...that woman" bukan seperti LAI dimana menggunakan dua
perempuan dalam kitab Kejadian dan Yohanes sedangkan dalam kitab Wahyu
adalah wanita. Jadi terjemahan LAI sebenarnya apa? Amat tidak konsisten dan
menurut saya pribadi adalah bias protestantisme karena memang kitab suci
versi Katolik di Ind adalah terjemahan LAI dan hanya bagian yg disebut
kanonik Katolik yg diterjemahkan LBI yaitu 7 kitab yg dihapus oleh
luther!
Tidak usah bingung ....
|
|
"Sekarang
ini, memiliki iman yang jelas yang berdasarkan pada Pengakuan Iman Gereja,
sering dicap sebagai fundamentalisme. Sementara relativisme, yang membiarkan
seseorang 'terlempar ke sana kemari, terbawa oleh setiap belitan pengajaran',
tampaknya (seperti) satu-satunya sikap yang diterima pada zaman modern.
Kita
sedang membangun sebuah kediktatoran relativisme yang tidak mengenal apapun
(sebagai hal) yang definitif dan yang tujuan akhirnya semata-mata meliputi ego
dan keinginan orang itu sendiri. Akan tetapi, kita memiliki tujuan yang
berbeda: Putra Allah, Manusia yang sejati. Dia adalah tolok ukur humanisme yang
sejati. Iman yang 'dewasa' bukanlah iman yang mengikuti tren kebiasaan dan
hal-hal baru; iman dewasa yang matang berakar secara mendalam pada persahabatan
dengan Kristus. Persahabatan inilah yang membuka diri kita kepada segala yang
baik dan memberi kita sebuah kriterium untuk membedakan yang benar dari yang
salah, dan kebohongan dari kebenaran."
Paus
Emeritus Benediktus XVI
PART A:
Let's review the text:
Gen 3:15 And I will put enmity between thee {the serpent} and the woman, and
between thy seed and her seed; it shall bruise thy head, and thou shalt bruise
'his' heel.
This is the KJV rendering. Note that the third part of the verse has 'it' as
the subject of that first verb not 'he' or 'she'. That is because in the
original Hebrew of the Masoretic text the subject of the verb "to
crush/bruise" is of indeterminate gender. The current version of the Latin
Vulgate inserts the neuter pronoun 'ipsum' here for the same reason. Also note
that there is no word "and" used in the original Hebrew to connect
the first two comparisons as distinct from the third. This was an editorial
decision on the part of the translators. There are no conjunctions between the
three comparisons in the original Hebrew.
What you see in verse 3:15 is a case of synonymous parallelism. This is a
common form of poetry in biblical Hebrew. The same statement is made 3
different times in a slightly different form each time. All three comparisos
are between the Serpent and the Woman. Note especially that the middle
comparison is also primarily about the enmity between the Woman and the Serpent
and only peripherally about their respective seed. All three comparisons
therefore refer to the Woman's enmity and I submit that the proper GRAMMATICAL
way of reading this verse is the one given in the Douay Rheims version:
"She shall crush thy head, and thou shalt lie in wait for her heel."
The enmity is between the Woman and the Serpent, NOT between the Woman's seed
and the Serpent. There is no reason to break symmetry in the last comparison
and have the seed of the woman strike at the serpent.
The other 'proof' of this is the many visions of Catholic mystics which have
protrayed the image of Mary crushing the serpent's head, most notably the
Miraculous Metal of St. Margaret Mary Alocoque.
Art Sippo
Catholic Apologist
November 7, 2001, 2001
Kej 3:15 Aku akan membuat permusuhan antara engkau {ular} dengan
perempuan itu, dan antara keturunanmu dan keturunannya; itu akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.
Ini adalah render KJV. Perhatikan bahwa bagian ketiga dari ayat
itu memiliki 'itu' sebagai subjek dari kata kerja pertama itu bukan 'dia' atau
'dia'. Itu karena dalam bahasa Ibrani asli dari teks Masoretik subjek dari kata
kerja "untuk menghancurkan / memar" adalah gender yang tidak
ditentukan. Versi Vulgata Latin saat ini memasukkan kata ganti netral 'ipsum'
di sini untuk alasan yang sama. Perhatikan juga bahwa tidak ada kata
"dan" yang digunakan dalam bahasa Ibrani asli untuk menghubungkan dua
perbandingan pertama sebagai yang berbeda dari yang ketiga. Ini adalah
keputusan editorial dari pihak penerjemah. Tidak ada konjungsi antara tiga
perbandingan dalam bahasa Ibrani asli.
Apa yang Anda lihat dalam ayat 3:15 adalah kasus paralelisme
yang identik. Ini adalah bentuk umum puisi dalam bahasa Ibrani alkitabiah.
Pernyataan yang sama dibuat 3 kali berbeda dalam bentuk yang sedikit berbeda
setiap kali. Ketiga perbandingan itu antara Ular dan Perempuan itu. Perhatikan
terutama bahwa perbandingan tengah juga terutama tentang permusuhan antara
Wanita dan Ular dan hanya perifer tentang benih masing-masing. Karena itu
ketiga perbandingan mengacu pada permusuhan Wanita dan saya sampaikan bahwa
cara GRAMMATIK yang tepat untuk membaca ayat ini adalah yang diberikan dalam
versi Douay Rheims:
"Dia akan menghancurkan kepalamu, dan kamu akan berbaring
menunggu tumitnya."
Permusuhan adalah antara Wanita dan Ular, BUKAN antara benih
Wanita dan Ular. Tidak ada alasan untuk mematahkan simetri dalam perbandingan
terakhir dan memiliki benih wanita itu menyerang ular.
'Bukti' lain dari ini adalah banyaknya visi mistikus Katolik
yang telah memunculkan citra Maria menghancurkan kepala ular, terutama Logam
Ajaib St Margaret Mary Alocoque.
PART B:
The problem here is the Hebrew vowel pointing, which was not part
of the original inspired Hebrew. Vowel pointing was added in the 9th century AD
for easier reading. As such, Genesis 3:15 will read as "he" or
"she" depending on where the vowel pointing is placed. The reading of
"he" is caused by placing the vowel point inside the Hebrew letter
WAW, and the whole word is thus pronounced in Hebrew as HUAH, or close to that,
whereas the reading "she" is caused by placing the vowel point
underneath the Hebrew letter HE, and the whole word is thus pronounced HIUAH,
or HIWAH, or close to that. In any case, without the vowel pointing, we don't
know what the gender of the pronoun is. Jerome thought he knew based on what he
knew of the Hebrew language and the information he had in Tradition, and thus
he translated it as "she." Since he was closest to that time period,
he is generally accepted as the authority on the subject, although he has been
known to make mistakes.
Masalahnya
di sini adalah menunjuk huruf hidup Ibrani, yang bukan bagian dari bahasa
Ibrani asli yang diilhami. Penunjuk vokal ditambahkan pada abad ke-9 M untuk
memudahkan pembacaan. Dengan demikian, Kejadian 3:15 akan dibaca sebagai
"dia" atau "dia" tergantung di mana penunjuk vokal
diletakkan. Pembacaan "dia" disebabkan oleh menempatkan titik vokal
di dalam huruf Ibrani WAW, dan seluruh kata demikian diucapkan dalam bahasa
Ibrani sebagai HUAH, atau dekat dengan itu, sedangkan pembacaan "dia"
disebabkan oleh menempatkan titik vokal di bawahnya huruf Ibrani HE, dan
seluruh kata demikian diucapkan HIUAH, atau HIWAH, atau dekat dengan itu.
Bagaimanapun, tanpa menunjuk vokal, kita tidak tahu apa jenis kelamin kata ganti
itu. Jerome mengira dia tahu berdasarkan apa yang dia ketahui tentang bahasa
Ibrani dan informasi yang dimilikinya dalam Tradisi, dan dengan demikian dia
menerjemahkannya sebagai "dia." Karena ia paling dekat dengan periode
waktu itu, ia umumnya diterima sebagai otoritas pada subjek, meskipun ia telah
diketahui melakukan kesalahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar