Keunikan Sebagai
Orang Kristiani oleh Peter Kreeft
By Andreas
Dari penterjemah : adalah
sebuah Pertanyaan dan Jawaban tentang ajaran Gereja Katolik dimana Katolik
menolak Relativisme agama (bahwa agama saya itu belum tentu benar menurut orang
lain/semua agama adalah benar) dan Indiffirintisme (mengatakan ajaran agama
lain juga benar) yang dijelaskan oleh Peter Kreeft, seorang Apologet dan
Cendikiawan Katolik kawakan asal USA. Admin mengedit dan menerjemahkan
penjelasan ini agar lebih dimengerti oleh pembaca.
Pertanyaan dan Jawaban
Keunikan Kekristenan
Ronald Knox pernah menyindir
bahwa “studi perbandingan agama adalah cara terbaik untuk menjadikan seorang
relatif agama (menganggap agama saya itu belum tentu benar menurut orang
lain).” Alasan ini, seperti GK Chesterton katakan, adalah bahwa, menurut
sebagian “pelajar-pelajar” perbandingan agama, “bahwa Kristen dan Buddha sangat
mirip, terutama dalam Buddhisme.”
Tetapi setiap orang Kristen
yang melakukan apologetika harus berpikir tentang perbandingan agama karena
yang paling populer dari semua keberatan dan tantangan terhadap klaim iman
kekristenan saat ini berasal dari bidang ini. Keberatan dan tantangan tersebut
adalah bahwa kekristenan bukannya tidak benar tetapi bukan merupakan Kebenaran,
ke Kristennan bukan berarti agama palsu tetapi hanya sebagai agama. Dunia itu
luas, alasan penentang ke Kristenan ; “pukulan yang berbeda untuk orang yang
berbeda”. Bagaimana suatu cara yang tidak efisien berpikiran sempit untuk
mengklaim bahwa kekristenan adalah agama yang benar! Tuhan pasti lebih
berpikiran terbuka daripada itu.
Ini adalah keberatan dan
tantangan utama yang paling umum terhadap Iman saat ini, untuk melakukan
penyembahan “saat ini” bukanlah kepada Tuhan tetapi kepada kesetaraan dan
persamaan. Pada saat ini orang merasa takut menjadi yang paling benar di mana
orang lain salah dan merasa ketakutan ini lebih baik daripada takut menjadi
salah. Ini adalah pemujaan suatu demokrasi dan membenci fakta bahwa Allah
adalah Raja yang Mutlak. Ini telah mengubah arti kata menghormati dan
menghargai yang berasal dari dihormati karena anda lebih unggul dalam beberapa
hal sebagai fakta yang harus diterima dan karena anda tidak unggul dalam hal
apapun tetapi keunggulan tersebut hanya ada pada kita. Penghinaan yang tak
terjawab, nama yang benar-benar buruk yang mungkin anda katakan atau sebut
kepada seseorang dalam masyarakat saat ini, adalah “fanatik”, terutama “fanatik
agama”. Jika anda mengaku dan mengatakan ketika anda berada di sebuah pesta
koktail yang modern bahwa anda sedang merencanakan untuk menggulingkan atau
melakukan kudeta pemerintah, atau bahwa anda adalah seorang teroris DPO (Daftar Pencarian Orang) atau
mata-mata KGB (mata-mata pemerintahan Komunis Uni Soviet/Rusia), atau bahwa
anda mengatakan membunuh landak yang mengganggu atau menggigit kepala kelelawar
sampai putus, anda akan segera menarik perhatian orang, membuat anda terpesona,
simpatik dalam lingkaran orang yang mendengarkan. Tetapi jika Anda mengaku
bahwa Anda percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Putera Allah yang hidup, Anda
akan menemukan diri anda tiba-tiba saja sendiri, dan dengan dingin merasa
berbeda secara sendiri di udara.
Berikut adalah dua belas
bentuk paling umum keberatan dan tantangan ini, keaiban elitisme, dengan
jawaban untuk masing-masingnya:
1. “Semua agama adalah sama, dalam pemikiran dan pemahaman yang lebih
dalam.”
Itu adalah sebuah faktual yang
tidak benar. Tidak ada yang pernah membuat klaim ini kecuali dia adalah (1)
seorang yang tidak karuan yang menolak mengetahui bahwa agama-agama yang
berbeda di dunia ini benar-benar dalam ajarannya terdapat perbedaan atau (2)
intelektual tidak bertanggung jawab dalam memahami ajaran-ajaran dalam cara
samar dan hanya kulitnya saja atau (3) bertanggung jawab secara moral dalam
menjadi acuh tak acuh mereka dalam perbedaan ajaran agama-agama . Asumsi
implisit Penentang adalah bahwa ajaran khas agama-agama di dunia itu tidak
penting, bahwa hal yang penting dari agama bukanlah suatu Kebenaran tetapi
sesuatu yang lain: transformasi kesadaran atau berbagi dan peduli terhadap
sesama atau suatu budaya dan kenyamanan atau sesuatu seperti itu bahwa agama
itu bukan mewartakan/diwartakan tetapi semacam- percakapan . Kekristenan
mengajarkan banyak hal tidak ada agama lain ajarkan, dan beberapa dari ajaran
ini secara langsung bertentangan dengan agama lain. Jika kalau kekristenan itu
tidak benar, mengapa menjadi seorang Kristen?
Dengan standar Katolik,
agama-agama dunia dapat diurutkan berdasarkan seberapa banyak suatu Kebenaran
yang mereka ajarkan.
·
Gereja Katolik adalah yang pertama, dengan Gereja Ortodoks yang
hampir sama persamaannya kecuali untuk satu ajaran yaitu otoritas kepausan.
·
Kemudian disusul Protestan dan “saudara-saudara yang terpisah”
yang secara serius menjaga beberapa Iman Kristen seperti yang ditemukan dalam
Alkitab.
·
Ketiga Yudaisme tradisional, yang menyembah Tuhan yang sama tapi
tidak melalui Kristus.
·
Keempat adalah Islam, sebuah penyimpangan yang terbesar menurut
Iman Kristen dalam pemahaman mereka akan Allah.
·
Kelima, Hindu, sebuah panteisme mistis;
·
Keenam, Buddhisme, sebuah panteisme tanpa theos
(Theos=Allah;Tuhan;Dewa;atau
sesuatu yang Super Being);
·
Ketujuh, Yudaisme modern, Unitarianisme, Konfusianisme,
Modernisme, dan humanisme sekuler, tidak ada yang lebih baik mistisisme atau
agama supranatural tetapi secara etika saja;
·
Kedelapan, idolarity (Pemujaan); dan
·
Kesembilan, Satanisme.
Untuk menutup atau mengatakan
sembilan tingkat adalah sama ajarannya/agamanya tersebut adalah seperti
berpikir dan mengatakan bumi itu datar.
2. “Tapi setiap esensi agama adalah sama pada setiap tingkat: semua agama
setuju setidaknya sebagai kategori beragama”
Apa itu esensi agama? Saya
menantang siapa pun untuk mendefinisikan secara luas cukup untuk memasukkan
Konfusianisme, Buddhisme, dan modern Reformasi Yudaisme namun cukup sempit
untuk mengecualikan Platonisme, Marxisme ateis, dan Nazisme dalam kategori
beragama.
Asumsi terbukti dan dibuktikan
dari keberatan kedua adalah bahwa esensi agama adalah semacam persamaan aliran
terendah atau faktor umum. Mungkin faktor umum adalah hal yang lemah dan tidak
berarti daripada hal yang penting. Mungkin tidak ada sama sekali. Tak seorang
pun pernah menghasilkan itu.
3. “Tapi jika anda melakukan perbandingan antara Khotbah di Bukit, Buddha
Dhammapada, Lao-tzu Tao-te-ching, Analects Konfusius, Bhagavad Gita, Amsal
Salomo, dan Dialog Plato, anda akan menemukan: nyata, mendalam , dan
kesepakatan yang kuat. “
Ya, tapi ini
dikategorikan sebagai etika(sopan santun), bukan agama. Penentang biasanya
berasumsi bahwa esensi agama adalah etika. Padahal ini tidak. Setiap orang
memiliki etika, padahal tidak semua orang memiliki agama. Katakan kepada
seorang ateis bahwa etika sama dengan agama. Dia akan benar-benar tersinggung,
karena anda akan memanggilnya seorang yang taat atau tidak taat dalam agama
jika ia adalah sangat beretika atau tidak beretika karena ia seorang
nonreligius. Etika mungkin langkah pertama dalam agama tetapi bukan yang
terakhir. Sebagaimana CS Lewis mengatakan, “Jalan ke Tanah yang Dijanjikan
berjalan lewat Gunung Sinai.”
4. “Kotbah di Bukit mengingatkan saya pada analogi favorit saya Banyak
jalan menuju puncak Bukit melewati agama masing-masing dimana Allah sebagai
puncak dari Bukit tersebut. Mengatakan tidak terhadap analoigi ini adalah
merupakan tindakan pengkotak-kotakkan, berpikiran sempit, dan buta untuk
menyangkal keabsahan jalan lain dari jalan(agama) anda.”
Asumsi yang belum terbukti ini
tentang analogi gunung yang sangat umum diberikan oleh banyak orang, dan
seharusnya kunci pentingnya dari analogi ini adalah kita berjalan naik
(jalan=agama), bukan turun, manusia yang membuat jalan, bukan Allah, percaya
bahwa agama adalah manusia mencari Allah, bukan sebaliknya Allah kepada
manusia. CS Lewis mengatakan analogi ini terdengar seperti “tikus mencari
kucing”.
Kekristenan bukanlah suatu
sistem dimana manusia mencari Allah, melainkan kisah pencarian Allah bagi
manusia. Agama yang benar adalah tidak seperti awan dupa melayang naik dari
roh-roh khusus kepada lubang hidung Allah dimana Allah menunggu-Nya, tetapi
seperti tangan Bapa yang terdorong ke bawah untuk menyelamatkan manusia yang
jatuh. Sepanjang Alkitab, agama buatan manusia gagal. Tidak ada cara manusia
sampai bukit, hanya cara Ilahi yang turun. “Tidak seorangpun yang
pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa,
Dialah yang menyatakan-Nya.”(Yoh 1:18)
Jika kita membuat jalan,
pernyataan bahwa ke Kristenan adalah agama Kebenaran Mutlak untuk mengklaim
bahwa jalan satu adalah satu-satunya yang sah benar akan menjadi suatu
kesombongan, karena untuk semua hal manusia adalah sama, maka jalan yang dibuat
manusia menuju Allah akan sama (agama), setidaknya dalam semua manusia,
terbatas, dan campuran dari baik dan buruk. Jika kita membuat jalan, akan bodoh
untuk memutlakkan sebagai salah satu dari mereka untuk memutlakkan salah satu
bentuk seni, satu sistem politik, atau salah satu cara untuk menguliti seekor
kucing adalah suatu Kebenaran. Tapi jika Allah yang membuat jalan, kita harus
mencari tahu apakah dia membuat banyak jalan atau hanya satu jalan. Jika Dia
membuat hanya satu jalan, maka sudah layak kita mengikuti satu-satunya jalan
itu, dan tentu saja dengan: kerendahan hati, tidak sombong, untuk menerima
jalan ini sebagai satu-satunya jalan dari Allah, dan ini adalah bukan tindakan
kesombongan, melainkan kerendahan hati, bersikeras bahwa jalan buatan manusia
kita adalah sebagai yang terbaik dimana Allah telah membuat satu-satunya
jalanlah adalah bentuk suatu kesombongan dan menolakkan akan Kasih Allah.
Tapi mana yang benar dari
asumsi-asumsi itu? Bahkan jika satu pluralistik adalah benar, tidak semua agama
adalah sama, untuk kemudian satu agama lebih buruk dan lebih arogan daripada
agama lainnya, untuk itu berpusat pada orang yang mengklaim, ”Akulah
Jalan, Kebenaran, dan Hidup; tidak ada seorangpun bisa datang kepada Bapa kalau
tidak melalui Aku. “(Yoh 14:6)
5. “Namun, hal itu akan menumbuhkan semacam imperialisme agama untuk
bersikeras bahwa cara anda adalah satu-satunya jalan. Cara anda seperti
seorang penguasa .”
Tidak, kami percaya bukan
karena kami menginginkan itu, kita menjadi imperialistik, bukan karena kita
menemukan/menginginkan itu, tetapi karena Kristus mengajarkan hal ini. Ini
bukan jalan kita, itu adalah Jalan-Nya, dan satu-satunya Jalan. Kami hanya
setia dan beriman kepada-Nya dan kepada apa yang Dia katakan. Sedangkan
asumsi Penentang adalah bahwa kita (manusia) dapat membuat agama apa pun yang
kita inginkan
6. “Jika doktrin satu-satunya Jalan berasal dari Kristus, bukan dari
Anda, maka Dia pasti sombong.”
Bagaimana ironis berpikir
Yesus adalah sombong! Tidak ada dosa didalam semangat dan kemarahan-Nya
dibandingkan arogansi dan fanatisme para pemimpin agama. Tidak ada orang yang
lebih berbelas kasih, lemah lembut, penyayang, dan penuh kasih daripada Dia.
Penentang selalu mengasumsikan
hal yang harus dibuktikan: bahwa Kristus hanya satu yang bijaksana di antara
banyak pendiri agama, yaitu sebagai pengajar/guru manusia. Tapi Dia mengaku
sebagai Jalan, Kebenaran, dan Hidup, jadi klaim itu yang tidak benar
(bahwa sebagai orang bijak dari banyak pendiri agama), dia tidak salah satu di
antara orang-orang bijak dari banyak agama tapi satu di antara banyak orang
gila (karena mengklaim sebagai Jalan, Kebenaran,dan Hidup). Jika klaim itu
tidak benar, sekali lagi dia tidak salah satu di antara orang-orang bijak agama
banyak, tapi sebagai Jalan, Kebenaran, dan Hidup.
7. “Apakah Anda ingin menghidupkan kembali Inkuisisi seperti pada abad
pertengahan? Apakah anda tidak menghargai toleransi beragama? Apakah anda
keberatan untuk memberikan persamaan hak yang sama kepada agama-agama lain?”
Inkuisisi mencoba membedakan
orang yang Bidat/Heretik dengan yang tidak, dengan tentu saja melakukan
beberapa tekanan. Penentang membuat kesalahan yang sama secara
terbalik/berseberangan: ia menolak untuk mengutuk yang baik maupun yang jahat.
Negara tidak memiliki urusan yang mendefinisikan dan mengutuk ajaran sesat,
tentu saja, tapi orang percayadan yang beriman harus melakukannya-jika tidak melalui
Gereja, maka melalui diri sendiri. Untuk beriman kepada x adalah wajar untuk
menghukum non-x sebagai palsu. Jika Anda tidak percaya non-x adalah palsu, maka
Anda tidak benar-benar percaya bahwa x adalah benar.
8. “Aku heran pada intoleransi ini saya pikir Kristiani adalah agama
Kasih.”
dan juga adalah agama
Kebenaran. Penentang mencoba memisahkan dua atribut Ilahi yaitu Allah adalah
Kasih dan Allah adalah Kebenaran. Kami tidak. Kami “berbicara
kebenaran di dalam kasih” (Caritas in Veritate,
Ensilik Paus Benedict XVI)
9. “Tapi semua yang Allah harapkan dari kita adalah ketulusan.”
Bagaimana anda tahu apa yang
Allah harapkan dari kita? Apakah anda mendapatkan wahyu Allah? Apakah tidak
berbahaya untuk mengasumsikan tanpa bertanya atau ragu bahwa Allah harus
melakukan persis apa yang akan anda lakukan jika anda adalah Allah? Misalkan
saja ketulusan tidaklah cukup; barangkali kebenaran itu diperlukan juga. Apakah
anda sampai terpikirkan itu? Dalam setiap bidang kehidupan lainnya kita
membutuhkan kebenaran. Apakah cukup sebuah ketulusan untuk seorang dokter
bedah? Penjelajah? Bukankah kita perlu peta jalan yang akurat dari realitas?
Asumsi implisit Penentang di
sini adalah bahwa tidak ada kebenaran obyektif dalam agama, hanya ketulusan
subjektif, sehingga tidak seorang pun dapat menjadi tulus dan salah; bahwa roh
tidak memiliki jalan objektif seperti tubuh dan pikiran, yang menyebabkan
berbeda tujuan: jalan fisik tubuh menyebabkan berbagai kota dan jalan logis
pikiran mengarah pada kesimpulan yang berbeda. Adalah benar sebuah ketulusan
ingin tahu Kebenaran.
10. “Apakah berarti orang non-Kristiani semua terkutuk? apakah mereka
pasti masuk neraka?”
Tidak, Bapa Feeny
diekskomunikasi oleh Gereja Katolik untuk mengajarkan bahwa “di luar Gereja,
tidak ada keselamatan” berarti di luar Gereja yang kelihatan(Visible). dalam
Perjanjian Lama Tuhan tidak menghukum orang-orang kafir secara tidak adil. Ia
tidak menghukum mereka karena tidak percaya dalam Yesus dimana mereka bahkan
belum pernah mendengar tentang-Nya, bukan karena kesalahan mereka sendiri
(ketidaktahuan yang tidak terelakkan/ invincible ignorance). Tetapi Allah itu
juga Adil, menghukum mereka karena berbuat dosa terhadap Allah dimana mereka
tahu melalui kesadaran dan hati nurani (lihat Roma 1-2). Tidak ada orang kafir
yang tidak bersalah, dan tidak adapun orang Kristen yang tidak bersalah. Semua
telah berdosa melawan Allah dan melawan hati nurani. Semua membutuhkan seorang
Juruselamat. Kristus adalah Juruselamat.
11. “Tapi tentunya ada sedikit yang baik dalam terburuk dari kita dan ada
sedikit buruk diantara terbaik dari kita. Ada baik dan buruk di mana-mana, di
dalam Gereja dan di luar Gereja.”
Benar. Apa yang ingin anda mau
katakan dari kenyataan itu? Bahwa kita tidak membutuhkan Juruselamat? Bahwa ada
banyak penyelamat? Bahwa agama bertentangan semua bisa benar? Tidak ada yang
benar? Tidak ada kesimpulan dari pernyataan dan pertanyaan ini tersirat
memiliki hubungan logis dengan premis yang menjadi bahan pembicaraan disini
yang diakui.
Ada sedikit baik di yang terburuk
dari kita, tapi ada juga sedikit buruk dalam yang terbaik dari kami, lebih dari
itu, ada dosa, dimana yang menyebabkan keterpisahan dari Allah, dalam diri kita
semua, dan yang terbaik dari kita, adalah orang-orang kudus (Santo-Santa),
adalah yang harus pertama untuk kita mengakuinya. Dosa universal dimana Santo
Paulus dalam Roma 1:18 katakan adalah untuk menekan kebenaran. Kita semua
berdosa terhadap kebenaran dimana kita tahu dan menolak ketika kita mengutuk
Kebenaran atau mengancam Kebenaran dengan ke-sok-tahu-an kita atau dengan
kepuasan kita. Kita semua adalah manusia yang memiliki rasional. Tugas kita
adalah jelas bagi kita -benar-benar jujur- dan tidak ada dari kita melakukan
tugasnya dengan sempurna. Kita tidak memiliki alasan untuk menjadi diantara
ketidaktahuan yang terelakkan (invincible ignorance).
12. “Tapi bukankah Tuhan akan tidak adil untuk menghakimi seluruh dunia
dengan standar Kristiani?”
Allah menghakimi dengan
adil. “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa
hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi
oleh hukum Taurat.” (Rm 2:12). Bahkan orang kafirpun
menunjukkan “Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi
hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut
bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.” (Rm 2:15). Jika
kita jujur berkonsultasi dengan hati kita, kita akan menemukan dua kebenaran:
bahwa kita tahu apa yang harus kita lakukan dan apa yang akan terjadi, dan
bahwa kita gagal untuk melakukan sesuatu dan menjadi seperti itu.
Para denomasi Kristen
Fundamentalis, setia pada pengajaran satu-satunya Jalan dari Kristus secara
literal/hurufiah, sering menyimpulkan dari sini bahwa orang-orang kafir, Budha,
dan sebagainya, tidak dapat diselamatkan. Sedangkan kaum Liberal, yang
menekankan hanya terhadap belas kasih Allah, tidak bisa membawa diri untuk
percaya bahwa banyak manusia ditakdirkan ke neraka, dan mereka mengabaikan,
menyangkal, perbedaan ini, atau mengabaikan bawah klaim Kristus sendiri tentang
keunikan-Nya. Gereja telah menemukan cara ketiga, tersirat dalam teks
Perjanjian Baru. Di satu sisi, tidak ada seorangpun yang bisa diselamatkan
kecuali melalui Kristus. Di sisi lain, Kristus bukan hanya orang Yahudi tetapi
juga Firman menjelma menjadi manusia, kekal adanya sebelumnya dari Allah, “yang
menerangi setiap manusia yang datang ke dalam dunia” (Yoh 1:9). Jadi Sokrates
mampu mengenal Kristus sebagai Firman Allah, sebagai Kebenaran Abadi, dan jika
pilihan dasar hatinya yang terdalam adalah untuk menjangkau Dia sebagai
Kebenaran, walaupun dalam iman, harapan dan Kasih, Socrates secara tidak
sempurna (imprefectly) mengenal Kristus, Sokrates bisa diselamatkan oleh
Kristus juga. Kita tidak diselamatkan oleh pengetahuan saja tetapi juga oleh
Iman. Alkitab tidak mengatakan bagaimana scara eksplisit isi intelektual dan
iman harus berada. Tapi itu jelas mengatakan siapa satu-satu-Nya Juruselamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar