Sekilas Predestinasi
Tiga jenis predestinasi.
Predestinasi kepada rahmat, predestinasi kepada kemulian, predestinasi
rahmat-kemuliaan. Dua yang pertama disebut incomplete predestination,
sedang yang terakhir disebut complete predestination. Mengapa
complete dan incomplete? Nanti akan menjadi jelas.
1. Predestinasi kepada rahmat |
Ini bisa membingungkan, makanya dibaca pelan-pelan dan berkali-kali.
Tapi ada satu hal yang sangat perlu aku ulangi sekali lagi. Dalam
"predestinasi kepada kemuliaan" dimana ada perbedaan antara Molinist
dan Thomist (dua jenis yang lainnya tidak), yang dimaksud adalah predestinasi
bagi orang yang sudah berahmat alias bagi orang yang sudah dibaptis (krena
untuk berada dalam kondisi berahmat, seseorang harus mendapat baptisan [air,
darah, keinginan]). Bagi seseorang yang sudah berahmat maka dia dapat melakukan
"supernatural merit" alias perbuatan baik adikodrati. Hanya
seseorang dalam kondisi berahmat (ie. telah dibaptis dan tidak berada dalam
dosa berat) yang bis melakukan perbuatan baik adikodrati. Dan perbuatan baik
adikodrati inilah yang nantinya, menurut Molinist, di-foreseen Allah untuk
dijadikan pertimbangan dalam mempredestinasikan seseorang yang telah berahmat
kepada kemuliaan surgawi.
Jadi predestinasi kemuliaan tidak berbicara mengenai seseorang yang BELUM
berada dalam kondisi berahmat (misalnya, moslem, Mormon atau bahkan Protestant
yang sekalipun dibaptis tapi tidak pernah mendapatkan efek bapitsan itu [efek
terpenting bapitsan adalah pengudusan/justifikasi])
katolik
mengajarkan predestinasi berdasarkan 'foreknown Allah' dan calvinist mengunakan
ayat2 tsb utk mendasarkan Allah menetapkan sejak Awal……. pernyataan ini benar kalau dipandang dari aliran Molinist. Dan ini
pun hanya berlaku bagi orang yang sebelumnya telah/pernah berada dalam kondisi
berahmat
Yang predestinasi kepada rahmat? Predestinasi
kepada kemuliaan? Atau Predestinasi kepada rahmat-kemuliaan?
Bahkan untuk predestinasi kepada kemuliaan dimana ada aliran Molinist,
pernyataan ("Kemahatahuan Allah mengetahui
freewill tidak akan menolak Keselamatan maka Allah mempredestinasikan utk
selamat." ???) berbeda dari pemahamannya Molinist.
"predestinasi komplit" alias
"predestinasi kepada rahmat dan kemuliaan." dalam mempredestinasikan
kepada rahmat dan kemulian, Allah tidak menggunakan foreknowledge-nya dengan
mem-foresee apa yang akan dilakukan orang. Tanpa melihat apa yang akan
dilakukan orang itu, Allah akan menetapkannya untuk kemuliaan surgawi.
Perbedaan antara predestinasi tidak komplit dan
predestinasi komplit.
Sebagaimana kita ketahui, untuk masuk surga
ada beberapa tahapan yang harus dilalui seorang manusia. Sebagaimana orang yang
ingin berangkat Dari Los Angeles ke San Francisco harus melalui Solveng dulu
(ya, sebenarnya bisa pakai jalan lain yang lebih jauh, tapi di Solveng
menarik).
Katakanlah si Budi adalah seseorang yang
nantinya masuk surga. Maka tahapan yang harus dilalui Budi adalah dikuduskan
dulu (dimana di Perjanjian Baru, pengudusan terjadi pada saat seseorang
menerima baptisan [air, darah, keinginan]). Jadi Solveng bagi Budi adalah
baptisan [air, darah, keinginan].
Nah, berhasil dikuduskan tidak otomatis
menjadikan Budi pasti selamat. Karena siapa tahu setelah dikuduskan Budi jatuh
dalam dosa berat dan mati sebelum bertobat dari dosanya itu. Bila ini terjadi,
maka Budi akan masuk neraka. Jadi seperti orang yang setelah tiba di Solvang
bukannya terus ke Utara untuk sampai ke San Francisco, tapi malahan belok ke
Timur dan teruuussss sampai Albuquerque.
Tapi kalau si Budi terus berjuang dalam pengudusannya
dan mati dalam kondisi kudus, maka dia akan masuk surga. Sebagaimana kalau
seseorang warga LA terus menuju Utara setelah tiba di Solvang, maka dia akan
sampai ke San Francisco.
Nah, salah satu pemilahan dalam pembicaraan
mengenai predestinasi adalah pemilhan predestinasi menjadi predestinasi komplit
dan predestinasi tidak komplit.
Predestinasi
komplit menjawab pertanyaan: "bagaimana si warga LA bisa sampai ke San
Francisco." 1)
"bagaimana si warga LA bisa sampai ke Solvang," 2)
"bagaimana si warga LA yang sudah berada di Solvang bisa sampai ke San
Francisco." |
Jadi
Predestinasi
komplit menjawab pertanyaan: "bagaimana seseorang pada akhirnya bisa ke
surga." 1)
"bagaimana seseorang bisa mendapatkan rahmat pengudusan," 2) "bagamana
seseorang yang sudah mendapatkan rahmat pengudusan bisa sampai pada
keselamatan." |
Nah, sekarang kita pertama-tama akan
menjelaskan mengenai predestinasi yang tidak komplit dahulu.
Predestinasi tidak komplit jenis yang pertama
adalah predestinasi kepada rahmat (ie. bagaimana si warga LA
bisa sampai ke Solvang). Lalu bagaimanakah Budi bisa mendapatkan rahmat
pengudusan? Menurut dogma Gereja yang tidak bisa salah yang telah didefinisikan
terutama di Konsili Trent, rahmat pengudusan TIDAK BISA DIDAPATKAN dengan
perbuatan baik apapun yang dilakukan manusia. Dengan kata lain, Allah
mem-predestinasikan Budi agar nantinya dia memperoleh rahmat pengudusan TANPA
MEMPERHITUNGKAN PERBUATAN APAPUN, TANPA MELIHAT APAKAH DI MASA DEPAN ORANG INI
AKAN BERBUAT BAIK ATAU TIDAK.
Sekarang kita menuju ke predestinasi tidak
komplit yang kedua.
Predestinasi tidak komplit jenis yang kedua
adalah predestinasi kepada kemuliaan bagi orang yang sebelumnya sudah
dipredestinasikan kepada rahmat (jadi apakah si warga LA yang sudah
tiba di Solvang akan terus sampai ke San Francisco bukannya malasahan kesasar
ke Albuquerque). Ini karena TIDAK SEMUA orang yang di-predestinasikan kepada
kekudusan pasti akan masuk surga. Dalam arti bahwa tidak semua orang yang
dibaptis (baptisan adalah saat dimana seseorang dikuduskan) akan masuk ke
surga.
Lalu apakah Budi yang telah dipredestinasikan
kepada rahmat akan terus dipredestinasikan kepada kemuliaan sehingga dia akan
masuk surga? Disini ada dua aliran yaitu Molinist dan Thomist. Molinist
menjawab dengan mengatakan bahwa apakah Budi itu akan juga di-predestinasi-kan
kepada kemuliaan bergantung dari berbagai skenario perbuatannya yang akan
diamati Allah melalui Scientia Media sang Allah sendiri. Penjelasan mengenai
Scientia Media sudah aku berikan di post-ku
sebelumnya. Sementara itu Thomist menjawab bahwa apakah Budi
nantinya juga akan terus dipredestinasikan kepada kemulian TIDAK BERGANTUNG
KEPADA PERBUATAN APAPUN YANG AKAN DILAKUKANNYA. Budi dipredestinasikan murni
karena kehendak Allah, bukan karena apapun yang dilakukan Budi.
Sekarang berkenaan dengan predestinasi
komplit.
Predestinasi komplit berarti predestinasi
kepada rahmat dan sekaligus kepada kemuliaan, tidak sepotong-sepotong. Jadi
disini kita tidak memikirkan apakah seorang warga LA akan sampai di Solvang,
dan juga tidak memikirkan apakah si orang LA ini setelah di Solvang akan sampai
ke San Francisco. Tapi kita mencari jawaban atas pertanyaan bagaimanakah Budi
itu pada akhirnya nanti masuk surga (ie. bagaimana si warga LA
akan sampai di San Francisco)
Nah, bila pertanyaannya demikian maka jawabannya
adalah, masuknya Budi ke surga HANYA bergantung kepada kehendak Allah
semata TANPA MEMPERHITUNGKAN perbuatan baik apapun yang akan dilakukan si Budi.
Sekali lagi patut ditekankan bahwa kehendak Allah untuk mempredestinasikan Budi
sampai ke surga tidak diakibatkan, dipicu, disebabkan atas perbuatan baik
apapun yang akan dilakukan Budi nantinya.
Ada alasan mengapa jawabannya seperti itu.
Alasannya adalah karena predestinasi kepada rahmat (ie. jenis pertama dari
predestinasi yang tidak komplit) sifatnya tidak memperhitungkan perbuatan baik.
Jadi sebuah predestinasi komplit yang mencakup predestinasi kepada rahmat DAN
predestinasi kepada kemuliaan akan bersifat "tidak memperhitungkan
perbuatan baik."
Sebagai tambahan Ilustrasi:
Kita ingin tahu apakah seorang warga LA pada
akhirnya bisa sampai ke San Francisco.
Kita BUKANNYA ingin tahu apakah si warga LA
bisa sampai ke Solvang dan kita juga BUKANNYA ingin tahu apakah si warga LA
yang sudah sampai di Sovang bisa terus sampai ke San Francisco. Yang kita ingin
ketahui adalah apakah si warga LA nanti pada akhirnya bisa sampai ke San
Francisco.
Nah, meskipun kita tidak peduli dengan
Solvang, TAPI SAYANGNYA SATU-SATUNYA jalan ke San Francisco adalah melalui
Solvang (ie. untuk mencapai pada kemuliaan surgawi seseorang harus dikuduskan
dahulu). Sehingga kalau syarat sampai ke Solvang adalah harus ABC, maka
otomatis syarat sampai ke San Francisco juga harus ABC (karena tidak bisa ke
San Francisco tanpa melewati Solvang).
Begitu pula dengan prredestinasi komplit
("predestinasi komplit" = "predestinasi kepada rahmat" +
"predestinasi kepada kemuliaan"). Karena dalam predestinasi komplit
harus ada tahap dipredestinasikan kepada rahmat, MAKA aturan untuk predestinasi
komplit mau tidak mau mencakup aturan predestinasi kepada rahmat. DAN aturan
predestinasi kepada rahmat adalah, "seseorang dipredestinasikan kepada
rahmat tanpa melihat perbuatan baik apapun yang akan dilakukan seseorang."
Oleh karena itu, secara otomatis predestinasi komplit juga terjadi tanpa
melihat perbuatan baik apapun ayng akan dilakukan seseorang.
Kita bisa
mengatakan bahwa predestinasi bergantung kepada perbuatan baik
ADIKODRATI/SUPERNATURAL (bukan yang kodrati/natural) yang telah di-foreseen
Allah KALAU BERKENAAN DENGAN ORANG YANG SUDAH DIKUDUSKAN.
Karena hanya orang yang dikuduskan-lah yang
bsia melakukan perbuatan baik adikodrati.
Sementara orang yang belum dikuduskan tidak
bisa melakukan perbuatan baik adikodrati (tapi perbuatan baik kodrati bisa).
Jadi, bahwa predestinasi kepada kemuliaan
bergantung kepada perbuatan baik [adikodrati] HANYA BERLAKU bagi orang yang
kudus (ie. orang terbaptis [air, darah, keinginan]).
Sementara bagi orang yang tidak berada dalam
pengudusan, mereka hanya bisa melakukan perbuatan baik yang kodrati sehingga
perbuatan baik ini tidak mungkin bisa berpengaruh terhadap predestinasi mereka.
JANGAN LUPA, ini semua menurut Molinist. Kalau
menurut Thomist, lain lagi.
Menurut Thomist yang menganut ante praevisa merita untuk semua
jenis predestinasi, maka, kebalikan dari yang aku tulis:
"Kita TIDAK bisa mengatakan bahwa predestinasi bergantung kepada
perbuatan baik ADIKODRATI/SUPERNATURAL (bukan yang kodrati/natural) yang
telah di-foreseen Allah KALAU BERKENAAN DENGAN ORANG YANG
SUDAH DIKUDUSKAN." |
Molinist masih mengijinkan bahwa perbuatan adikodrati orang yang sudah
dipredestinasikan kepada rahmat bisa punya pengaruh terhadap predestinasi
kepada kemuliaan. Sementara Thomist, sama sekali tidak mengijinkan.
Kita tidak akan bisa menemukan definisi Gereja
tentang predestinasi sebagaimana kita bisa menemukan definisi Gereja tentang
infallibilitas Paus.
Definisi tentang infallibilitas Paus bisa didapatkan secara rinci dan eksplisit
di satu dokumen, yaitu Pastor Aeternus, salah satu dokumen Konsili Vatikan
pertama (meskipun ada dokumen lain tentang itu).
Sedangkan ajaran Gereja tentang predestinasi tersebar di berbagai tempat. Di
Trent ada, di Konsili Orange ada, ada juga di tempat lain. Masing-masing
membahas beberapa aspek dari ajaran ini.
Ajaran tentang justifikasi di Konsili Trent
merupakan bulding blocks dalam ajaran predestinasi. Ini karena
orang yang di-predestinasi berarti dia at some point harus
terjustifikasi.
Justru ajaran bahwa predestinasi yang tidak komplit kepada kemuliaan (incomplete
predestination to glory), sebagaimana aku tuliskan sebelumnya,
terjadi ante praevisa merita (sebelum terjadinya perbuatan
baik [adikodrati]), di-definisikan pada sessi mengenai justifikasi. Pada
pembahasan mengenai justifikasi di Trent dikatakan bahwa "we are therefore
said to be justified gratuitously, because none of those things that precede
justification, whether faith or works, merit the grace of justification" (Sessi 6,
chapter VIII). Dan ini direfleksikan dalam beberapa kanon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar