PENGARUH BAHASA ARAM
Akhir-akhir ini banyak yang menanyakan apakah
sebenarnya bahasa yang digunakan dalam masa Perjanjian Baru? Soalnya ada
kalangan yang akhir-akhir ini menekankan slogan ‘kembali ke akar yudaik’ yang
menyimpulkan bahwa bahasa Ibrani selalu dipakai oleh bangsa Ibrani termasuk
pada masa Perjanjian Baru dan Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Ibrani.
Benarkah kesimpulan demikian?
Bahasa Aram sejak abad IX
sM., baik sebagai bahasa tulisan maupun percakapan, sudah meluas di sekitar
Palestina sehingga dapat dimaklumi kalau bahasa Ibrani yang berasal dan tidak
jauh berbeda dengan Aram terdesak sehingga terpengaruh bahasa yang lebih sederhana
itu dan digunakan dalam percakapan sehari-hari.
”Pada abad IX sM. dan seterusnya, bahasa Aram dan
tulisannya (diambil dari abjad Ibrani/Punisia) secara pesat menjadi media
internasional dalam bidang hukum dan politik …. Bahasa Aram menjadi bahasa
komunikasi yang resmi di seluruh Kerajaan Persia. Ezra adalah contoh klasiknya.
Kenyataan ini secara jelas dapat dilihat pada papirus yang ditemukan di Mesir
(V sM.) …. Baik Daniel, Ester dan lainnya, dengan mudah menempatkan bahasa Aram
sebagai bahasa percakapan pada abad VI/V-sM. di Babel”. (Kata ”Aram, Arameans”
dalam The New Bible Dictionary, hlm. 58-59)
Aram Bahasa Sehari-hari
Perlu diketahui bahwa sekalipun ada dua
bahasa berpengaruh di Palestina pada abad-abad sesudahnya, yaitu Yunani dan
Aram, kenyataannya dari kedua bahasa itu, berangsur-angsur bahasa Yunani
menjadi lebih dominan daripada Aram sebagai bahasa umum dan perdagangan,
sehingga pada masa Yesus hidup bahasa Yunani lebih berfungsi sebagai bahasa
komunikasi umum lisan dan tulisan di sekitar Laut Tengah, dan bahasa Aram
sebagai dialek lokal di kalangan rakyat Palestina.
”Bahasa Yunani secara
berangsur-angsur menggeser bahasa Aram pada kurun waktu itu, tetapi untuk
mengimbangi kekalahan di kawasan yang lebih mengalami pengaruh Yunani, bahasa
Aram memperoleh kemenangan mempengaruhi dua kawasan yaitu di Arab di mana
orang Nabatea dan Palmira menggunakan bahasa Aram sampai masa Kristen, dan di
Palestina, di mana adanya penolakan kelompok atas pengaruh kebudayaan Yunani
mendorong penduduk setempat untuk menggunakan bahasa Aram”. ( Kata ”Aramaic”
dalam Interpreter’s, vol. 1, hlm. 187.)
Jadi, kala Yesus
hidup, ada dua bahasa berlaku umum di Palestina yaitu bahasa Yunani dan Aram.
Bahasa Yunani ibarat bahasa komunikasi umum lisan dan tulisan sebagai
bahasa regional yang digunakan di sekitar Laut Tengah,
sedangkan bahasa Aram lebih merupakan bahasa lokal yang biasa
digunakan di lingkungan kerabat dekat dan percakapan rakyat umum sehari-hari.
Bahasa Ibrani hanya digunakan kalangan terbatas, terutama kalangan imam agama
Yahudi yang digunakan dalam salin-menyalin Kitab Suci. Sama dengan
Mulder, Tenney juga mengemukakan bahwa:
”Meskipun tidak banyak yang diketahui mengenai sejarah
Yahudi sejak zaman Nehemia hingga abad II sM., ada tercatat beberapa kejadian
penting. Bangsa Yahudi dan Samaria berkembang menjadi dua suku bangsa yang terpisah;
bahasa Aram menggantikan bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan di Palestina,
dan Helenisme mendesak Yudaisme”. ( Tenney, hlm. 29.)
”Bahasa Ibrani kuno, yang sangat
erat kaitannya dengan bahasa Aram, sudah tidak digunakan lagi sejak zaman Nabi
Ezra, kecuali di antara para rabi yang mempelajari dan menggunakannya sebagai
media pemikiran teologis. Bahasa ini tidak dikenal oleh orang kebanyakan ....
Bahasa Aram dan Yunani lebih banyak berperanan di dalam sejarah gereja pada
abad yang pertama daripada bahasa Latin atau Ibrani”. (Ibid., hlm.
67-68.)
Dapat
dimaklumi kalau Yesus berbicara dua bahasa, Ia mengucapkan ”Eli/Eloi Lama
Sabakhtani” bahasa Aram waktu di salib. Alkitab Perjanjian Baru ditulis
dalam bahasa Yunani, menunjukkan bahwa Yesus dan para murid yang menulis Injil
juga menguasai bahasa Yunani di samping Aram, bahasa ibu mereka.
”Agaknya Yesus berbicara juga
bahasa Yunani ... tetapi bahasa ibu mereka saat itu ialah bahasa Aram”. ( M.E.
Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, hlm. 16.)
Ada yang
berpendapat bahwa ucapan Yesus di kayu salib adalah bahasa Ibrani karena Yesus
mengucapkan ”Eli” atau ”Eloi” yang adalah ” bahasa Ibrani, lagi
pula Yesus mengucapkan kutipan ucapan pemazmur dengan mirip, padahal pemazmur
berbicara dalam bahasa Ibrani. Marilah kita bandingkan kemiripan itu.
”Eli Eli lamah ’azavtani”
(Mzm. 22:2).
Ini diucapkan oleh
Yesus sebagai:
”Eli Eli lama sabakhtani”
(Mat. 27:46).
”Eloi Eloi lama sabakhtani”
(Mrk. 15:34).
Kelihatannya ketiga
kalimat itu mirip, tetapi berbeda. Kita mengetahui bahwa menurut penelitian,
bahasa yang digunakan semasa Yesus hidup adalah bahasa Yunani sebagai
bahasa komunikasi umum regional dan bahasa Aram sebagai dialek
lokal, dan penelitian sejarah menyebutkan bahwa Yesus berkata dalam dialek
lokal Aram yang mirip dengan bahasa Ibrani. Menurut definisi Strong
Concordance, kata ”Eli/Eloi” dan ”sabackhtani” berasal bahasa
Aram, dan ”lama” adalah kata Aram sekalipun berasal bahasa Ibrani
”lamah”. Jadi di sini kita melihat sebenarnya Yesus di banyak bagian Alkitab
menerjemahkan ”Elohim” sebagai ”Theos” dan di atas kayu salib
menyebut dengan dialek lokal Aram kala itu dengan sebutan El Aram (kependekan
Elah). Mazmur 22:2 bahasa Ibrani, yang diucapkan Yesus di atas kayu
salib dalam dialek Aram, kata yang dipakai bukan Elohim tetapi El
Aram.
Adanya kata-kata
”Aram” yang tidak diterjemahkan menunjukkan bahwa memang kata-kata dan nama
”Yunani” Alkitab Perjanjian Baru itulah yang diucapkan Yesus jadi tidak
diterjemahkan dari bahasa Aram, kecuali kalau memang diucapkan dalam bahasa
Aram seperti yang diucapkan di atas kayu salib di mana Yesus mengucapkan
kata-kata dalam bahasa ibu-Nya, suatu ucapan dalam bahasa yang lebih bersifat
kekeluargaan yang intim.
Ternyata pada saat Yesus hidup ada dua bahasa yang
secara independen dipakai Yesus, tetapi yang jelas bukan bahasa Ibrani
melainkan bahasa Yunani dan Aram. Bila kitab Perjanjian Baru merupakan
terjemahan bahasa Aram, tentu kata-kata ”Aram” tidak pernah ada dalam PB, sebab
adalah sesuatu yang tidak biasa kalau ada bagian yang diterjemahkan dan yang
lain tidak. (Naskah-naskah PB bahasa Yunani ada ribuan yang ditemukan, tetapi
tidak dalam bahasa Ibrani dan Aram, menunjukkan bukti bahwa bahasa Yunanilah
yang digunakan dalam penulisan naskah asli PB. Memang kemudian ada terjemahan
ke dalam bahasa Ibrani dan Aram beberapa abad kemudian. Di Khirbet Mird,
ditemukan fragmen Markus, Yohanes dan Kisah dalam bahasa Yunani, dan fragmen
Matius Lukas, Kisah, dan Kolose, dalam bahasa Palestina-Siria (Aram). Namun
fragmen-fragmen ini setelah diselidiki ternyata berasal dari waktu diantara
abad V s/d VIII. (lihat La Sor, hlm. 45).)
Demikian juga
istilah ‘Alfa dan Omega’ dalam kitab Wahyu menunjukkan istilah awal dan
akhir abjad Yunani. ( Abjad
Ibrani diawali huruf Alef dan diakhiri huruf Taw). Yang menarik lagi untuk diamati adalah bahwa baik dari sumber para ahli
Kristen maupun Islam sendiri diakui bahwa bangsa dan bahasa Arab mempunyai
kaitan erat dengan bangsa dan bahasa Aram:
”sifat khusus dari bahasa Ibrani, bahasa itu selalu diancam oleh pangaruh
bahasa Aram. Kita sudah melihat bahwa dari permulaannya dalam bahasa Ibrani
terdapat unsur-unsur Aram Arab. Terutama di Israel Utara ... pengaruh itu juga
merembet ke selatan, ke tanah Yehuda”. ( D.C. Mulder, Pembimbing ke
dalam Perjanjian Lama, hlm. 18.)
Bahasa Aram dan Arab
Dalam Ensiklopedia Islam disebutkan
bahwa bangsa Aram merupakan salah satu nenek-moyang bangsa Arab.
”Bangsa Arab Utara dipandang
sebagai Arab al-Musta’ribah (Arab yang di-Arab-kan), sementara bangsa Arab
keturunan Quathan yang tinggal di wilayah selatan menamakan dirinya sebagai
Arab Muta’arribah, atau suku-suku hasil percampuran dengan Arab al-’Aribah
(Arab Asli) .... Kelompok Arab yang asli ini, yakni keturunan Aram putra Shem
putra Nabi Nuh”. ( ”Bangsa Arab” dalam Cyril Glasse, Ensiklopedia Islam,
hlm. 49-50.)
Jadi, di atas kayu
salib bukan saja Yesus berbahasa Aram dan bukan Ibrani, tetapi ia berbicara
dalam bahasa Aram yaitu bahasa dari bangsa yang menjadi salah satu nenek-moyang
(bahkan yang dianggap asli) dari bangsa dan bahasa Arab. Pengaruh bahasa Aram
disekitar Palestina, terutama ditempat aslinya di Siria, mendorong
diterjemahkannya Kitab Suci PL+PB ke bahasa Aram. Ini dikenal sebagai Peshita yang
ditulis sekitar abad II s/d III M.
Aram, Bahasa Asli PB ?
Ada pendapat dikemukakan bahwa bahasa asli
Alkitab Perjanjian Baru adalah bahasa Ibrani atau Aram. Salah satu argumentasi
yang dikemukakan didasarkan peristiwa dimana menurut Eusebius, Papias menyebut:
“Matius mengumpulkan ucapan-ucapan Yesus (ta logia) dan menuliskannya dalam
logat lokal, dan setiap orang menerjemahkannya sebisanya.” ( Eusebius, Sejarah
Gereja, 111, xxxix, 16)
Gema ucapan Eusebius tentang Papias ini
kemudian diteruskan oleh a.l. Irenius, Origenes, dan Jerome. Ucapan Papias ini
menimbulkan spekulasi atas beberapa hal, (1) apakah Matius menulis Injilnya
dalam logat lokal?; (2) dan Apakah logat lokal itu bahasa Ibrani atau Aram?
Mengenai apakah Matius menulis Injil
dalam bahasa Ibrani masih dipersoalkan, soalnya ucapan Papias itu tidak secara
eksplisit menyebutnya sebagai Injil, mungkin hanya ucapan-ucapan (‘ta logia.’
Band. logion Injil Thomas) Yesus yang dikumpulkannya dan ketika menulis Injil
dalam bahasa Yunani ia menjadikan ucapan-ucapan itu sebagai masukan. Anggapan
seakan-akan yang ditulis itu adalah Injil yang lalu diterjemahkan ke bahasa
Yunani lemah, soalnya dari penelitian kandungan Injil Matius yang salinannya
dalam bahasa Yunani banyak ditemukan dibandingkan kandungan Injil-Injil yang lain,
tidak ada indikasi bahwa Injil itu diterjemahkan dari bahasa lain, Injil Matius
ditulis aslinya dalam bahasa Yunani.
Mengenai logat lokal itu apakah bahasa
Ibrani atau Aram, kita sudah melihat dari sejarah yang dibahas di atas bahwa
bahasa Ibrani sebagai logat percakapan lokal sudah lama mati sejak sebelum Ezra
sehingga kotbah Ezra diterjemahkan ke dalam bahasa Aram pada abad V sM, dan
Tanakh diterjemahkan pada abad III sM ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta).
Jadi dialek lokal itu jelas Aram dan bukan Ibrani.
Mungkin saja Matius menulis ta-logia
atau Injil dalam bahasa Aram, namun naskah salinan Injil Matius bahasa Aram
tidak pernah ditemukan, sedangkan naskah salinan kitab Injil Matius dalam
bahasa Yunani banyak ditemukan. Anggapan bahwa bahasa Aram adalah bahasa asli
PB karena Injil Matius ditulis dalam bahasa Aram terlalu dipaksakan, apalagi
kalau disebutkan bahwa bahasa asli Alkitab PB adalah bahasa Ibrani.
Untuk membuktikan bahwa bahasa asli PB
adalah bahasa Ibrani dikemukakan juga argumentasi ditemukannya Injil Matius
dalam bahasa Ibrani yang dikenal sebagai Shem-Tov dan Du
Tillet. Kedua Injil Ibrani itu sebenarnya ditemukan pada abad-abad
pertengahan, yaitu Shem-Tov (abad XIV) yang ditulis oleh Shem Tov ben
Shaprut dalam karya Eben Bohen, sedangkan Du Tillet (abad
XVI) ditemukan seorang uskup Perancis bernama Jean Du Tillet ketika
ia berkunjung ke Roma.
Yang dipersoalkan adalah bahwa kedua
Injil Matius Ibrani itu karena berbeda beberapa bagian isinya dengan Injil
Yunaninya, dianggap berasal dari naskah yang cukup kuno dan diusahakan setua
abad pertama bahkan sebelum Injil Matius dalam bahasa Yunani ditulis. Namun
kebanyakan para ahli menyebutnya sebagai karya hasil abad pertengahan yang
diterjemahkan dari naskah Yunani. Dalam kedua versi Injil Matius Ibrani tidak
memuat tetragrammaton.
Kita harus menyadari dengan benar bahwa
karena kedua versi Injil Matius Ibrani di atas adalah terjemahan dari naskah
Matius dalam bahasa Yunani, maka jelas tidak bisa dijadikan dasar untuk
membuktikan bahwa Perjanjian Baru itu ditulis dalam bahasa Ibrani. Demikian
juga menggunakan kitab-kitab suci kalangan gerakan nama suci untuk membuktikan
bahwa bahasa asli Perjanjian Baru adalah bahasa Ibrani juga menunjukkan
lingkaran tanpa ujung, soalnya baik Shem Tov, Du Tillet, The Scripture dan
lainnya itu sendiri perlu diuji keabsahan terjemahannya. Ini sama halnya dengan
membuktikan bahwa dalam Perjanjian Baru ada banyak nama Yahwe hanya dengan
menunjukkan bukti adanya nama itu dalam Kitab Suci Torat dan Injil, padahal
KS-TDI sendiri kehadirannya dan proses penerjemahannya dipertanyakan.
Demikian juga, bila dikemukakan adanya
argumentasi bahwa Alkitab Perjanjian Baru aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani
dengan nama Brit Hakadasha, itu adalah terjemahan bahasa Ibrani
yang belum lama dikerjakan yang diterjemahkan dari naskah PB Yunani Koine.
Dari pembahasan
mengenai bahasa Ibrani di atas, kita melihat bahasa Ibrani itu muda dan berasal
dari pencampuran bahasa Aram, Kanaan & Amorit, bahasa itu juga labil yaitu
mudah terpengaruh bahasa asing Aram, Yunani, dan Arab, bahkan bahasa itu sukar
dan kurang populer sehingga untuk waktu yang lama tidak digunakan sebagai
bahasa percakapan, sekalipun tetap bertahan sebagai bahasa di kalangan terbatas
terutama surat-menyurat, dan agama untuk saling-menyalin Alkitab.
Membatasai karya
Yahweh pencipta langit dan bumi yang maha-agung dan universal itu dengan salah
satu bahasa yang terbatas dan labil, justru membatasi keagungan Yahweh sendiri.
Bahasa-bahasa diciptakan dan adalah milik Yahweh, karena itu Ia tentu
berotoritas menggunakan bahasa-bahasa itu untuk penyebaran firman-Nya sesuai
kehendak-Nya.
A m i n !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar