copas dari www.ekaristi.org
Predestinasi Menurut
Katolik
Sekarang, untuk menanggapi
apakah predestinasi bergantung atau tidak terhadap perbuatan baik yang telah
dilihat sebelumnya oleh Allah (istilahnya foreseen merit).
Untuk menjawab pertanyaan
apakah predestinasi terjadi "ante praevisa merita" ("sebelum
perbuatan baik yang di foresee Allah," maksudnya ketetapan predestinasi
terjadi sebelum terjadi perbuatan baik apapun oleh si manusia yang dilihat oleh
Allah sebelum perbuatan itu dilakukan) atau "post praevisa merita"
("sesudah perbuatan baik yang telah di-foresee Allah," maksudnya
ketetapan predestinasi terjadi sesudah dilihatnya [ie. foreseen] perbuatan baik
si manusia] kita harus membedakan tiga jenis predestinasi. Predestinasi kepada
rahmat, predestinasi kepada kemulian, predestinasi rahmat-kemuliaan. Dua yang
pertama disebutincomplete predestination, sedang yang terakhir disebut complete
predestination. Mengapa complete dan incomplete? Nanti akan menjadi jelas.
1. Predestinasi kepada rahmat
Yang
dimaksud disini adalah predestinasi manusia kepada rahmat pengudusan (atau
rahmat justifikasi, atau rahmat pembenaran). Rahmat pengudusan adalah rahmat
yang menjadikan manusia kudus dan layak masuk surga. Di Perjanjian Baru, rahmat
ini diberikan pada saat baptisan. Bila seseorang yang telah mendapat rahmat
pengudusan ini berdosa dia akan kehilangan rahmat tersebut. Bila dia bertobat
dia akan mendapatkan kembali rahmat pengudusan tersebut.
Nah,
adalah dogma bahwa justifikasi/pengudusan diberikan Allah tanpa melihat
perbuatan apapun yang dilakukan manusia. Jadi berkenaan dengan predestinasi
kepada rahmat sifatnya adalah ante praevisa merita.
2. Predestinasi kepada kemuliaan
Ini
berarti predestinasi seseorang YANG SUDAH DIPREDESTINASIKAN KEPADA RAHMAT (ie.
telah/pernah mendapat rahmat pengudusan) kepada kemuliaan surgawi. Jadi, apakah
orang yang sudah dipredestinasikan kepada rahmat tersebut akan terus mencapai
kemuliaan? Karena bisa saja seseorang yang di-predestinasikan kepada rahmat
ternyata tidak mulia. Misalnya seseorang Katolik yang telah terbaptis (berarti
dia telah mendapat rahmat pengudusan) tapi kemudian karena satu dan lain hal
mati karena dosa berat sehingga masuk neraka.
Pada point ini ada perbedaan antara berbagai aliran. Ada beberapa aliran yang
diijinkan Gereja, tapi yang terpenting adalah Molinist dan Thomist.
Molinist mengajarkan bahwa predestinasi kepada kemuliaan terjadi post praevisa merita. Jadi disini Allah
melihat melalui scientia media-Nya apa yang akan dilakukan manusia kalau diberi
macam-macam rahmat. Bila ternyata manusia bekerja sama dengan rahmat tersebut
maka Tuhan akan memperhitungkan manusia tersebut untuk dipredestinasikan kepada
kemuliaan surgawi. Sementara kalau ternyata si manusia tidak menanggapi rahmat
secara positif, maka dia akan ke neraka.
Nah, sebelum membahas Thomist, patut
dijelaskan apa itu "scientia media." Scientia media atau pengetahuan
tengah, adalah pengetahuan Allah akan apa yang akan terjadi kalau ada perbagai
alternatif skenario. Misalnya, bila hujan diturunkan apakah si A akan tetap
berangkat? Bagaimana kalau hujan tidak turun? Bagaimana kalau si A tiba-tiba di
serang penyakit? Bagaimana kalau ada barengan yang kebetulan punya mobil
pribadi? Dan seterusnya. Jadi Allah mengambil kesimpulan dari berbagai skenario
yang mungkin terjadi ini lalu kemudian memutuskan apakah seseorang layak masuk
surga.
Sekarang aliran Thomist. Thomist mengajarkan bahwa predestinasi ke kemulian
sifatnya juga ante praevisa merita. Berarti
predestinasi kepada kemuliaan surgawi tidak tergantung dari perbuatan apapun
yang dilakukan manusia
Kedua sistem ini punya kelebihan dan kelemahan dan masing-masing juga punya
dasar Kitab Suci (mungkin lain kali akan aku bahas). Sepanjang pengetahuanku
sendiri lebih banyak penganut Thomist daripada Molinist. Ini karena sistem
Thomist lebih masuk akal secara logika mengingat Allah sebagai causa prima. Ini
perlu aku beritahu karena aku khawatir kalian yang membaca ini langsung berkesimpulan
bahwa Thomist jelas keliru dan Molinist jelas benar (kalau kalian berkesimpulan
se-sederhana itu, maka pada hakekatnya masih banyak sekali yang harus kalian
pelajari).
3. Predestinasi kepada rahmat dan kemulian
Ini
merupakan predestinasi yang lengkap. Sementara yang dua diatas adalah
predestinasi yang tidak lengkap (sepotong-sepotong), maka ini adalah
predestinasi yang mencakup sejak seseorang mendapat rahmat pengudusan sampai
dia mulia di surga.
Ini karena proses keselamatan seseorang itu adalah "dikuduskan -->
diselamatkan." Kadang ada orang yang hanya sampai dikuduskan saja (berarti
dia tidak sampai finish ke kemuliaan surga), seperti orang Katolik yang
terbaptis tapi kemudian mati dalam dosa berat sehingga masuk neraka. Jadi orang
ini hanya akan di-predestinasikan ke rahmat, tapi tidak di-predestinasikan ke
kemuliaan. Ini juga berarti bahwa semua orang yang
di-predestinasikan ke kemuliaan PASTI JUGA di-predestinasikan kepada rahmat.
Nah, karena predestinasi kepada rahmatnya sendiri bersifat ante praevisa merita maka suatu predestinasi komplit yang
mencakup rahmat serta kemulian sekaligus akan bersifat ante praevisa merita.
Soalnya, rahmat pengudusan, yang nantinya akan membuat seseorang mulia di
surga, tidak didapatkan karena perbuatan apapun yang dilakukan manusia.
Ini
bisa membingungkan, makanya dibaca pelan-pelan dan berkali-kali.
Tapi ada satu hal yang sangat
perlu aku ulangi sekali lagi. Dalam "predestinasi kepada kemuliaan"
dimana ada perbedaan antara Molinist dan Thomist (dua jenis yang lainnya
tidak), yang dimaksud adalah predestinasi bagi orang yang sudah berahmat alias
bagi orang yang sudah dibaptis (krena untuk berada dalam kondisi berahmat,
seseorang harus mendapat baptisan [air, darah, keinginan]). Bagi seseorang yang
sudah berahmat maka dia dapat melakukan "supernatural merit" alias
perbuatan baik adikodrati. Hanya seseorang dalam kondisi berahmat (ie. telah
dibaptis dan tidak berada dalam dosa berat) yang bisa melakukan perbuatan baik
adikodrati. Dan perbuatan baik adikodrati inilah yang nantinya, menurut
Molinist, di-foreseen Allah untuk dijadikan pertimbangan dalam
mempredestinasikan seseorang yang telah berahmat kepada kemuliaan surgawi.
Jadi predestinasi kemuliaan
tidak berbicara mengenai seseorang yang BELUM berada dalam kondisi berahmat
(misalnya, moslem, Mormon atau bahkan Protestant yang sekalipun dibaptis tapi
tidak pernah mendapatkan efek bapitsan itu [efek terpenting bapitsan adalah
pengudusan/justifikasi])
Tidak ada komentar:
Posting Komentar