Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Minggu, 08 Maret 2020

APAKAH PATUNG DI KATOLIK ..... ADALAH BERHALA ???

“Katolik Penyembah Patung !!!” Banyak orang non katolik mengolok-ngolok demikian. Karena di dalam gereja katolik terpasang banyak patung, karena itu muncul tuduhan, orang katolik melanggar perintah Allah : “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,” (Kel 20 : 4 – 5).

Mengingatkan orang untuk tidak jatuh dalam dosa menyembah berhala adalah haal yang tepat. Tetapi menyebut umat katolik sebagai penyembah berhala karena di dalam gereja memasang Patung, gambar , Yesus, Maria dan para kudus lebih pada kesalahpahaman dan ketidak tahuan apa yang disampaikan oleh alkitab tentang tujuan dan kegunaan (baik dan buruk) patung atau pun gambar yang terpasang.

Penulis anti katolik Loraine Boetner, dalam bukunya “Roman Catholicism”, membuat pernyataan berikut, “Allah melarang penggunaan gambar dalam penyembahan” (281). Namun, jika orang mau "menyelidiki tulisan suci" (mis Yohanes 5:39), akan ditemukan kebalikannya juga benar. Allah melarang penyembahan patung berhala, tetapi Ia tidak melarang penggunaan patung bagi keagamaan. Sebaliknya, Allah memerintahkan penggunaannya dalam konteks keagamaan !

Allah memerintahkan pembuatan patung dan gambar.

Orang yang menentang penggunaan patung-patung bagi keagamaan melupakan ayat-ayat alkitab di mana Tuhan memerintahkan pembuatan patung. Misalnya;”  Dan haruslah kau buat dua kerub dari emas, kau buatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu. Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di atas kedua ujungnya. Kerub-kerub itu harus mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup pendamaian itulah harus menghadap muka kerub-kerub itu. (Kel 25:18-20)

Daud memberikan rancangan pembuatan Bait Allah pada Salomo "  juga emas yang disucikan untuk mezbah pembakaran ukupan seberat yang diperlukan dan emas untuk pembentukan kereta yang menjadi tumpangan kedua kerub, yang mengembangkan sayapnya sambil menudungi tabut perjanjian TUHAN. Semuanya itu terdapat dalam tulisan yang diilhamkan kepadaku oleh TUHAN, yang berisi petunjuk tentang segala pelaksanaan rencana itu." (1 Taw. 28:18 – 19). Rencana Daud untuk Bait Suci termasuk patung para malaikat. Demikian pula dalam Yehezkiel 41:17 – 18 menyuruh menggambarkan relief (diukir) pada Bait Suci yang di dapat dalam sebuah penglihatan, karenanya dia menulis, " sampai bagian atas pintu dan ruang dalam dan juga di luar. Dan di seluruh dinding bagian dalam dan bagian luar terukir gambar-gambar kerub dan pohon-pohon korma, di antara dua kerub sebatang pohon korma, dan masing-masing kerub itu mempunyai dua muka.”

Penggunaan Gambar2 dalam keagamaan

Selama peristiwa wabah ular yang dikirim untuk menghukum bangsa Israel selama masa eksodus, Allah memerintahkan Musa untuk :” Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
(Bil 21: 8-9).

Orang yang terkena pagutan harus memandang patung ular perunggu untuk disembuhkan, hal itu menunjukkan bahwa patung dapat digunakan secara ritual, tidak hanya sebagai hiasan keagamaan.

Katolik menggunakan patung, lukisan, dan perangkat artistik lainnya untuk mengingat orang atau peristiwa atau hal yang digambarkan. Untuk membantu mengingat ibu seseorang dengan melihat fotonya, sehingga foto itu membantu ingatan, contoh lain, mengingat orang kudus dengan melihat gambar mereka. Katolik juga menggunakan patung sebagai alat mengajar. Dalam Jemaat awal, patung2 berguna khususnya bagi pengajaran kepada orang buta huruf. Banyak Protestan memiliki gambar Yesus dan gambar Alkitab lainnya di sekolah minggu untuk mengajar anak. Katolik juga menggunakan patung untuk memperingati orang dan peristiwa tertentu, seperti Gereja Protestan memiliki materi tiga dimensi untuk menggambarkan adegan kelahiran Yesus di Natal.

Jika umat Protestan diperlakukan aturan yang sama, maka dengan menggunakan gambar "graven" ini, mereka bisa juga dianggap mempraktekkan "penyembahan berhala" sebagaimana kebanyakan dari mereka menuduh umat Katolik. Padahal tidak ada penyembahan berhala yang terjadi dalam situasi ini. Allah melarang penyembahan gambar sebagai Allah, tetapi tidak melarang pembuatan gambar.

Kondisi seperti apa yang membuat Allah marah ? Yaitu ketika orang mulai memuja patung sebagai Allah. Jadi, apabila orang mula menyembah ular tembaga itu sebagai ilah-ular (yang mereka Namai "Nehushtan"), raja Hizkia yang saleh telah dimusnahkan (2 Raj. 18:4 Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan).

Bagaimana dengan Sujud ?

Terkadang anti-Katolik mengutip Ulangan 5:9, di mana Tuhan berkata mengenai berhala, "Janganlah kamu sujud menyembah kepada mereka." Karena banyak umat Katolik terkadang membungkuk atau berlutut di depan patung Yesus, Maria dan para orang kudus, anti-Katolik rancu atau tak dapat membedakan penghormatan pada patung Suci dengan dosa penyembahan berhala.

Meskipun membungkuk dapat digunakan sebagai postur dalam ibadahtidak semua sikap membungkuk adalah ibadah. Di Jepang, orang menunjukkan sikap hormat dengan membungkuk saat memberi salam (setara dengan peristiwa jabat tangan pada kultur di Barat). Demikian pula, seseorang dapat berlutut di hadapan seorang raja bukan menyembah raja sebagai Allah. Dengan cara yang sama, seorang Katolik yang berlutut di depan patung saat berdoa tidak menyembah patung atau  berdoa kepada patung sebagai Allah, bagaimana apabila umat Protestan yang berlutut dengan Alkitab di tangannya saat berdoa, apakah berarti dia menyembah Alkitab atau berdoa kepada Allah ?

Katolik menghilangkan Perintah Kedua ?

Tuduhan lain yang terkadang dibuat oleh Protestan adalah bahwa Gereja Katolik "menyembunyikan" perintah kedua. Ini karena dalam Katekismus Katolik, perintah yang pertama sering tertulis sebagai "Jangan ada Allah lain di hadapanku" (Kel. 20:3), dan yang kedua tertulis sebagai "Janganlah menyebut nama Tuhan dengan sembarangan." (Kel. 20:7). Karena hal inidikatakan bahwa umat Katolik telah menghapus larangan penyembahan berhala untuk membenarkan penggunaan patung keagamaan mereka. Tapi ini tidak benar, tuduhan palsu. Karena Katolik hanya mengelompokkan perintah secara berbeda dari pengelompokan Protestan.

Dalam Keluaran 20:2 – 17, yang dijadikan sepuluh perintah Allah, sebenarnya memiliki empat belas pernyataan penting. Agar menjadi sepuluh perintah Allah, beberapa pernyataan harus dikelompokkan, dan ada beberapa metode untuk melakukan ini. Karena, di dunia kuno, politeisme dan penyembahan berhala selalu bersatu-penyembahan berhala menjadi ekspresi luar politeisme-Sejarah pengelompokkan Yahudi untuk sepuluh perintah Allah selalu dikelompokkan bersama secara imperatif "Jangan ada Allah lain di hadapan-Ku" (Kel. 20:3) dan "Janganlah membuat bagimu patung patung" (Kel. 20:4). Dalam sejarah Pengelompokkan Katolik untuk perintah pertama mengikuti metode Yahudi, demikian pula dengan sejarah Lutheran.

Orang Yahudi dan Kristen menyingkat perintah Allah agar mudah diingat dengan menggunakan Rangkuman, menjadi sepuluh. Misalnya, orang Yahudi, Katolik, dan Protestan biasanya meringkas perintah tentang Sabat sebagai berikut, " Kuduskanlah hari Tuhan.," meskipun teks sebenarnya dari perintah itu mengambil empat ayat (Kel. 20:8 – 11). Protestan (Kuduskanlah hari Sabat.)

Ketika larangan politeisme/penyembahan berhala diringkas, orang Yahudi, Katolik, dan Lutheran menyingkat itu sebagai " Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepadaKu saja, dan cintailah Aku lebih dari segala Sesuatu." Ini tidak ada usaha untuk "menyembunyikan" larangan pemujaan berhala (orang Yahudi dan Lutheran bahkan tidak menggunakan patung orang kudus dan malaikat). (“Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku,” versi protestan). Hal ini membuat sepuluh perintah lebih mudah untuk dipelajari.
Gereja Katolik tidak mendogmakan penomoran sepuluh perintah Allah. Katekismus Gereja Katolik mengatakan, "Dalam peredaran sejarah perintah-perintah dibagi dan diurutkan secara berlain-lainan. Katekis­mus ini mengikuti pembagian yang dibuat oleh santo Agustinus, dan telah menjadi tradisi dalam Gereja Katolik. Pembagian ini juga digunakan dalam pengakuan iman Luteran. Bapa-bapa Yunani memakai pembagian yang agak lain, yang terdapat di dalam Gereja Ortodoks dan kelompok Reformed."(KGK 2066).

Wujud Allah ?
Beberapa anti-Katolik mengajukan Ulangan 4:15 – 18 dalam serangan mereka terhadap patung keagamaan: “ Hati-hatilah sekali -- sebab kamu tidak melihat sesuatu rupa pada hari TUHAN berfirman kepadamu di Horeb dari tengah-tengah api -- supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apa pun: yang berbentuk laki-laki atau perempuan; yang berbentuk binatang yang di bumi, atau berbentuk burung bersayap yang terbang di udara, atau berbentuk binatang yang merayap di muka bumi, atau berbentuk ikan yang ada di dalam air di bawah bumi;”
Kita telah menunjukkan bahwa Allah tidak melarang pembuatan patung atau gambar dari berbagai makhluk untuk tujuan keagamaan (cf. 1 Raj. 6:29 – 328:6 – 66; 2 Taw. 3:7 – 14). Tapi bagaimana dengan patung atau gambar yang mewakili Allah? Banyak Protestan akan mengatakan itu salah karena Ulangan 4 mengatakan bangsa Israel tidak melihat Allah dalam bentuk apapun ketika ia membuat perjanjian dengan mereka; oleh karena itu kita hendaknya tidak membuat representasi simbolis Allah juga. Tapi apakah Ulangan 4 melarang representasi tersebut?
Jawabannya Tidak, itu Keliru.
Di awal sejarahnya, Israel dilarang untuk membuat penggambaran Tuhan karena Tuhan tidak mengungkapkan dirinya dalam wujud yang terlihat. Mengingat budaya pagan yang ada di sekeliling mereka, bangsa Israel mungkin telah tergoda untuk menyembah Allah dalam bentuk binatang atau objek alami (misalnya, banteng atau matahari).
Tetapi kemudian Allah menyatakan dirinya dalam wujud yang terlihat, seperti dalam Daniel 7:9: " Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;" Denominasi2 Protestan ada yang membuat penggambaran Bapa di bawah bentuk ini apabila mereka membuat ilustrasi nubuatan Perjanjian lama.
Roh Kudus menyatakan dirinya di bawah setidaknya dua wujud yang dapat terlihat — yaitu seekor merpati, pada baptisan Yesus (Mat. 3:16; Markus 1:10; Lukas 3:22; Yohanes 1:32), dan sebagai lidah api, pada hari Pentakosta (Kis. 2:1 – 4). Umat Protestan menggunakan gambar ini saat menggambar atau melukis bagian alkitab ini dan juga ada yang memakai peniti Roh Kudus atau meletakkan lambang burung merpati pada kendaraan.
Tapi yang lebih penting, adalah dalam inkarnasi Kristus PuteraNya, Allah menunjukkan kepada manusia ikon dirinya. Paulus berkata, "Ia adalah gambar (Yunani: ikon) dari Allah yang tidak kelihatanyang sulung dari segala ciptaan." Kristus adalah yang nyata, "ikon" Ilahi yang gaib, Allah yang tak terbatas.
Kita membaca bahwa ketika orang Majus "pergi ke rumah tempat mereka melihat sang Putera dengan Maria ibunya, dan mereka jatuh dan menyembah Dia." Kemudian, membuka harta mereka, mereka memberikan kepadanya hadiah, emas, kemenyan, dan mur "(Matt. 2:11). Meskipun Allah tidak mengungkapkan bentuk untuk dirinya sendiri di gunung Horeb, ia mengungkapkan satu di rumah di Betlehem.
Akal sehat mengatakan menunjukkan pada kita bahwa, karena Allah telah mengungkapkan dirinya dalam berbagai gambar, terutama saat menjelma menjadi manusia Yesus Kristus, tidaklah salah bagi kita untuk menggunakan gambar bentuk ini untuk memperdalam pengetahuan dan kasih kita akan Allah. Itulah sebabnya Allah menyatakan dirinya dalam bentuk yang kelihatan, dan itulah sebabnya patung dan gambar dibuat untuk mengacu pada Tuhan.
Gereja Katolik melarang Menyembah Berhala.
Sejak jaman para rasul, Gereja Katolik secara konsisten telah mengutuk dosa penyembahan berhala. Katekismus Konsili Trent (1566) mengajarkan bahwa penyembahan berhala dilakukan "dengan menyembah berhala dan gambar sebagai Allah, atau mempercayai bahwa mereka memiliki keilahian atau kebajikan yang membuat mereka berhak untuk disembah, dengan berdoa kepada, atau mengajukan kepercayaan kepada mereka" (374).
Apa yang gagal dikenali kebanyakan anti-Katolik adalah membedakan antara sepotong batu atau plester adalah Allah dan hasrat manusia untuk secara visual mengingat Kristus dan orang-orang kudus di surga dengan membuat patung untuk menghormati mereka. Pembuatan dan penggunaan patung dalam keagamaan adalah praktik alkitabiah secara menyeluruh. Siapapun yang mengatakan sebaliknya tidak paham  Alkitab.

NIHIL OBSTAT: I have concluded that the materials presented in this work are free of doctrinal or moral errors.
Bernadeane Carr, STL, Censor Librorum, August 10, 2004
IMPRIMATUR: In accord with 1983 CIC 827
permission to publish this work is hereby granted.
+Robert H. Brom, Bishop of San Diego, August 10, 2004


Tidak ada komentar:

Posting Komentar