MAKNA HARI NATAL
BAGIKU
Diam-diam
dalam hati ada sebuah kegalauan dan pertanyaan mendasar. Sudah
benarkah cara diriku dalam merayakan natal dari tahun ke tahun?
Mengapa lebih terasa nuansa itu-itu saja dalam merayakannya. Jika aku
berpaling pada masa lalu, aku merasakan natal yang menggugah hati dan
getaran-getaran rindu memang ada dan membekas.
Lebih
jauh kutanyakan pada diriku sendiri :
- Sesungguhnya apakah kelahiran bayi Yesus sungguh kurasakan artinya? Apa beda jika kurasakan dan tidak kurasakan?
- Benarkah DIA merupakan kabar gembira bagiku?
- Adakah DIA sungguh menyelamatkan aku?
Mengapa
pertanyaan itu kumunculkan? Karena usia sepertiku sudah terlampaui
oleh getaran-getaran emosi? Dan menjadi tepat pertanyaan-Nya. “
Saat AKU kembali, adakah KU-dapatkan iman di
bumi?”
Ya
Tuhan, benar !!!
Sungguh
terlampau beku hatiku kini. Mengapa ? Mungkin upaya memelihara kasih
sungguh sulit. Rasa mengasihani diri nampaknya lebih menguasai
ketimbang kasih kepada-MU. Tapi toh aku merasa resah dan ingin
berdaya upaya untuk memperbaiki hidupku, tentu dengan harapan DIA
menolongku. Dan langkah itu akan kuupayakan pertama-tama dengan
menggali kembali kenangan dan pengalaman akan DIA.
Tuhan
Yesus. Kapankah Engkau lahir di hatiku? Kapankah Natalku yang
pertama? Ah ya, hari itu Engkau memanggil aku disebuah 'gereja' yang
kulewati saat berjalan dengan kaki telanjangku bukan? Usiaku saat itu
paling-paling enam tahun. Engkau menyapaku lewat lagu-lagu gereja
yang terasa sangat menggugah. Aku mengintip-MU bukan? Tiba-tiba
Engkau begitu menarik dan manis memikat. Aku merasa kerasan.
“Mari
masuk ...” sebuah suara lembut kudengar. Aku menoleh. Seorang
pemudi menatapku manis. Aku terguncang malu. Dan ketimbang menyambut
undangannya, aku malahan lari. Walaupun umurku enam tahun, rasa
rendah diri karena kehidupan membuat penghalang akan uluran tangan-MU
bukan? Waktu itu KAU tidak marah bukan? Malahan Engkau meneteskan air
mata turut bersedih ? Itu aku yakin, dan kini hatiku merasakan-MU
Yesus. Ah, air mataku seakan mau keluar Tuhan. Ternyata rasa itu
masih kusimpan untuk-MU. Diriku masih terpukau akan KASIHMU. Itu
salah satu NATALKU bukan? Terima kasih Yesus.
Sekolah
Dasarku berakhir. Dan aku mencari sebuah sekolah katolik yang
terkenal di Bandung. Rasanya itu enam tahun kedua bagiku. Enam tahun
sejak panggilan-MU yang pertama itu. Umurku saat itu sekitar dua
belas atau lebih. Aku terpuruk karena tertolak sebelum tes masuk ke
sekolah itu. Mengapa? Karena pakaianku lusuh saat diterima kepala
sekolah SMP itu? Aku sungguh kecewa, karena sahabatku yang kutahu
'lebih bodoh' bisa dierima. Miskin ternyata membuat aku ditolak (maaf
bila ini prasangka). Tertunduk pulang, hatiku begitu sakit, setengah
putus asa akhirnya aku diterima disebuah sekolah protestan. Eh,
ternyata saat itu Engkau bukan mengundangku. Engkau menarikku bukan
Yesus? Seperti Engkau menarik St. Petrus yang mulai tenggelam akibat
kurang percaya kepada-MU. Wow aku bodoh. Disana Engkau mengajari aku
firman-MU untuk kuhapal. Walaupun aku melakukannya hanya karena ingin
nilai-nilaiku menjadi yang terbaik. Supaya aku menjadi juara kelas.
“Serahkan
dirimu kepada Allah dan lawanlah iblis, maka ia akan lari
daripadamu.” Begitu bisik-MU lembut padaku. Saat aku ketakutan
karena harus ke wc sendirian, dimana wc itu letaknya dibelakang rumah
kontrakan keluarga kami. Dan kegelisahan dan ketakutanku kepada setan
mencair perlahan-lahan, saat ... kata-kata-MU itu rajin kuucapkan
dalam hatiku di kala ketakutan melanda. Kadang kutambahkan, dibawah
naungan sayap-MU aku berlindung. Dan aku berani mencibirkan bibirku
saat setan tak berani mendekat, karena aku berada dalam rengkuhan
pelukan dan dekapan kasih-MU. Ini juga NATALKU, bukan? Kelahiran-MU
yang dasyat dalam relung hatiku. Yesus. Yesus jangan sekali-sekali
KAU tinggalkan aku ya? Mengaku bandel dan nakal, juga jahat dan
najis dihadapan-MU. Seringkali aku lari dari-MU. Dosa asal itukah
biangnya Tuhan? Atau dosa pribadiku karena dagingku lemah terhadap
nafsu?
Ah,
ternyata rasa itu masih ada.
Mengapa
ia tersimpan hanya di 'peti ingatanku' ya Tuhan?
Mengapa
aku tega, menomor sekiankan kehadiran-MU dalam Ekaristi Suci-MU ?
Ampuni
aku Bapa. Aku telah berdosa terhadap Sorga, terhadap Engkau terhadap
Roh-MU yang kudus. Namun terhadap saudara-saudaraku yang lain,
sekarang aku bisa mengucapkan dengan tegas. Selamat Natal 2011.
Karena Yesus sungguh KABAR GEMBIRA bagi hidupku. Juga hidupmu, bukan?
25
Desember 2011
Saulus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar