Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Sabtu, 24 Desember 2011

RENUNGAN NATAL 2011, tentang Yesus


MAKNA HARI NATAL BAGIKU

Diam-diam dalam hati ada sebuah kegalauan dan pertanyaan mendasar. Sudah benarkah cara diriku dalam merayakan natal dari tahun ke tahun? Mengapa lebih terasa nuansa itu-itu saja dalam merayakannya. Jika aku berpaling pada masa lalu, aku merasakan natal yang menggugah hati dan getaran-getaran rindu memang ada dan membekas.

Lebih jauh kutanyakan pada diriku sendiri :
  • Sesungguhnya apakah kelahiran bayi Yesus sungguh kurasakan artinya? Apa beda jika kurasakan dan tidak kurasakan?
  • Benarkah DIA merupakan kabar gembira bagiku?
  • Adakah DIA sungguh menyelamatkan aku?

Mengapa pertanyaan itu kumunculkan? Karena usia sepertiku sudah terlampaui oleh getaran-getaran emosi? Dan menjadi tepat pertanyaan-Nya. “ Saat AKU kembali, adakah KU-dapatkan iman di bumi?

Ya Tuhan, benar !!!

Sungguh terlampau beku hatiku kini. Mengapa ? Mungkin upaya memelihara kasih sungguh sulit. Rasa mengasihani diri nampaknya lebih menguasai ketimbang kasih kepada-MU. Tapi toh aku merasa resah dan ingin berdaya upaya untuk memperbaiki hidupku, tentu dengan harapan DIA menolongku. Dan langkah itu akan kuupayakan pertama-tama dengan menggali kembali kenangan dan pengalaman akan DIA.

Tuhan Yesus. Kapankah Engkau lahir di hatiku? Kapankah Natalku yang pertama? Ah ya, hari itu Engkau memanggil aku disebuah 'gereja' yang kulewati saat berjalan dengan kaki telanjangku bukan? Usiaku saat itu paling-paling enam tahun. Engkau menyapaku lewat lagu-lagu gereja yang terasa sangat menggugah. Aku mengintip-MU bukan? Tiba-tiba Engkau begitu menarik dan manis memikat. Aku merasa kerasan.

Mari masuk ...” sebuah suara lembut kudengar. Aku menoleh. Seorang pemudi menatapku manis. Aku terguncang malu. Dan ketimbang menyambut undangannya, aku malahan lari. Walaupun umurku enam tahun, rasa rendah diri karena kehidupan membuat penghalang akan uluran tangan-MU bukan? Waktu itu KAU tidak marah bukan? Malahan Engkau meneteskan air mata turut bersedih ? Itu aku yakin, dan kini hatiku merasakan-MU Yesus. Ah, air mataku seakan mau keluar Tuhan. Ternyata rasa itu masih kusimpan untuk-MU. Diriku masih terpukau akan KASIHMU. Itu salah satu NATALKU bukan? Terima kasih Yesus.

Sekolah Dasarku berakhir. Dan aku mencari sebuah sekolah katolik yang terkenal di Bandung. Rasanya itu enam tahun kedua bagiku. Enam tahun sejak panggilan-MU yang pertama itu. Umurku saat itu sekitar dua belas atau lebih. Aku terpuruk karena tertolak sebelum tes masuk ke sekolah itu. Mengapa? Karena pakaianku lusuh saat diterima kepala sekolah SMP itu? Aku sungguh kecewa, karena sahabatku yang kutahu 'lebih bodoh' bisa dierima. Miskin ternyata membuat aku ditolak (maaf bila ini prasangka). Tertunduk pulang, hatiku begitu sakit, setengah putus asa akhirnya aku diterima disebuah sekolah protestan. Eh, ternyata saat itu Engkau bukan mengundangku. Engkau menarikku bukan Yesus? Seperti Engkau menarik St. Petrus yang mulai tenggelam akibat kurang percaya kepada-MU. Wow aku bodoh. Disana Engkau mengajari aku firman-MU untuk kuhapal. Walaupun aku melakukannya hanya karena ingin nilai-nilaiku menjadi yang terbaik. Supaya aku menjadi juara kelas.

Serahkan dirimu kepada Allah dan lawanlah iblis, maka ia akan lari daripadamu.” Begitu bisik-MU lembut padaku. Saat aku ketakutan karena harus ke wc sendirian, dimana wc itu letaknya dibelakang rumah kontrakan keluarga kami. Dan kegelisahan dan ketakutanku kepada setan mencair perlahan-lahan, saat ... kata-kata-MU itu rajin kuucapkan dalam hatiku di kala ketakutan melanda. Kadang kutambahkan, dibawah naungan sayap-MU aku berlindung. Dan aku berani mencibirkan bibirku saat setan tak berani mendekat, karena aku berada dalam rengkuhan pelukan dan dekapan kasih-MU. Ini juga NATALKU, bukan? Kelahiran-MU yang dasyat dalam relung hatiku. Yesus. Yesus jangan sekali-sekali KAU tinggalkan aku ya? Mengaku bandel dan nakal, juga jahat dan najis dihadapan-MU. Seringkali aku lari dari-MU. Dosa asal itukah biangnya Tuhan? Atau dosa pribadiku karena dagingku lemah terhadap nafsu?

Ah, ternyata rasa itu masih ada.

Mengapa ia tersimpan hanya di 'peti ingatanku' ya Tuhan?

Mengapa aku tega, menomor sekiankan kehadiran-MU dalam Ekaristi Suci-MU ?

Ampuni aku Bapa. Aku telah berdosa terhadap Sorga, terhadap Engkau terhadap Roh-MU yang kudus. Namun terhadap saudara-saudaraku yang lain, sekarang aku bisa mengucapkan dengan tegas. Selamat Natal 2011. Karena Yesus sungguh KABAR GEMBIRA bagi hidupku. Juga hidupmu, bukan?

25 Desember 2011

Saulus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar