Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Sabtu, 03 Oktober 2020

Tritunggal menurut Katekismus Gereja Katolik

Tritunggal dalam katekismus gereja katolik KGK: 


KGK 200 : … Allah adalah Esa; ada hanya satu Allah. “Kepercayaan Kristen memegang teguh dan mengakui… bahwa Allah adalah Esa menurut kodrat, substansi, dan hakikat” 

KGK 202 : Yesus sendiri menegaskan bahwa Allah “adalah satu-satunya Tuhan” dan bahwa orang harus mencintai-Nya dengan sepenuh hatinya, dengan segenap jiwanya, dengan seluruh akalnya, dan dengan segala kekuatannya (bdk. Mrk 12:29-30). Pada waktu yang sama Ia juga menyatakan bahwa Ia sendiri adalah “Tuhan” (bdk. Mrk 12:35-37). Memang pengakuan bahwa “Yesus itu Tuhan” adalah kekhasan iman Kristen. Namun ia tidak bertentangan dengan iman akan Allah yang Esa. Juga iman akan Roh Kudus “yang adalah Tuhan dan membuat hidup”, tidak membawa perpecahan dalam Allah yang Esa: 
“Kami percaya dengan teguh dan mengakui dengan jujur bahwa ada hanya satu Allah yang benar, kekal, tidak terbatas, dan tidak berubah, tidak dapat dimengerti, mahakuasa, dan tidak terkatakan yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus: meskipun tiga Pribadi, tetap satu hakikat, substansi atau kodrat yang sama sekali tak tersusun [dari bagian-bagian]” (Konsili Lateran IV: DS 800). 


KGK 242 : Pengakuan para Rasul itu dipelihara oleh tradisi apostolik, dan sebagai akibatnya Gereja dalam tahun 325 pada konsili ekumene pertama di Nicea mengakui bahwa Putra adalah “sehakikat [homoousios, consubstantialis’ dengan Bapa”, …. Konsili ekumene kedua, yang berkumpul di Konstantinopel tahun 381, mempertahankan ungkapan ini dalam rumusannya mengenai iman Nicea dan mengakui “Putra Allah yang tunggal” sebagai yang “dilahirkan dari
Bapa sebelum segala abad: Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah benar, dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa” (DS 150). 

KGK 193 : Tidak satu pun pengakuan dari berbagai zaman dalam kehidupan Gereja dapat dipandang sebagai kedaluwarsa atau tidak bernilai. Semuanya mencakup iman segala zaman secara singkat dan
membantu kita sekarang untuk menangkapnya dan mengertinya dengan lebih dalam. 

KGK 243 : Sebelum Paska-Nya, Yesus menjanjikan seorang “Penghibur [paraklet] yang lain”: Roh Kudus. Ia sudah bekerja waktu penciptaan (bdk. Kej 1:2) dan telah “bersabda melalui para nabi” (pengakuan iman Nicea-Konstantinopel). Ia akan ada bersama murid-murid-Nya dan dalam mereka (bdk. Yoh 14:17), mengajarkan mereka (bdk Yoh 14:26), dan “membimbing mereka supaya mengenal seluruh kebenaran” (Yoh 16:13). Dengan demikian Roh Kudus diwahyukan bersama Yesus dan Bapa sebagai satu Pribadi ilahi yang lain. 

KGK 245 : Iman apostolik akan Roh diakui pada tahun 381 oleh konsili ekumene kedua di Konstantinopel: :Kami percaya… akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan, Ia berasal dari Bapa” (DS 150). Dengan demikian Gereja mengakui
Bapa sebagai “sumber dan pangkal seluruh ke-Allah-an” (DS 490). …”Roh Kudus, yang adalah Pribadi ketiga dalam Tritunggal, adalah Allah yang satu dan sama dengan Allah, Bapa dan Putra… dalam satu substansi, juga satu kodrat… Meskipun demikian Ia tidak hanya dinamakan Roh Bapa dan tidak hanya Roh Putra, tetapi sekaligus Roh Bapa dan Putra (DS 527). Kredo Gereja mengakui: Ia “disembah dan dimuliakan bersama Bapa dan Putra” (DS 150). 

KGK 246 : Tradisi Latin dari Kredo mengakui, bahwa Roh “berasal dari Bapa dan Putra [filioque]”. Konsili Firense 1438 menegaskan: “bahwa Roh Kudus… memperoleh kodrat-Nya dan ada-Nya yang berdikari sekaligus dari Bapa dan Putra dan sejak keabadian berasal dari keduanya, yang merupakan satu asal, dalam satu hembusan… Dan karena Bapa sendiri memberikan segala-galanya yang ada pada Bapa kepada Putra tunggal-Nya waktu kelahiran-Nya, kecuali ke-Bapa-an-Nya, maka kenyataan bahwa Roh Kudus berasal dari Putra, diperoleh Putra sendiri sejak kekal dari Bapa, oleh-Nya Ia diperanakkan sejak kekal” (DS 1300 – 1301). 

KGK 247 : Filioque tidak terdapat dalam pengakuan iman Konstantinopel (381). Tetapi berdasarkan sebuah tradisi Latin dan Aleksandria yang tua, st. Paus Leo I sudah mengakuinya secara dogmatis (DS 284) pada tahun 447, sebelum Roma mengenal simbolum dari tahun 381 dan mengambil alihnya tahun 451 dalam Konsili Kalsedon. Penggunaan rumus ini di dalam Kredo lama-kelamaan diterima dalam liturgi Latin antara abad ke 8 dan ke 11. Tetapi penambahan “filioque” oleh liturgi Latin ke dalam syahadat Nicea-Konstantinopel masih merupakan soal pertentangan untuk Gereja-gereja ortodoks sampai hari ini. 

KGK 252 : Gereja mempergunakan gagasan “substansi” (kadang-kadang diterjemahkan juga dengan “hakikat” atau “kodrat”) untuk menyatakan kodrat ilahi dalam kesatuannnya; gagasan “pribadi” atau “hypostasis” untuk menyatakan Bapa, Putra dan Roh Kudus dalam perbedaan-Nya yang real satu dari yang lain; gagasan “hubungan” untuk mengatakan bahwa perbedaannya terletak dalam hubungan timbal balik antara ketiganya. 

KGK 253 : Tritunggal adalah satu. Kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi: “Tritunggal yang sehakikat” (Konsili Konstantinopel II 553: DS 421). Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan seluruhnya: …. “Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, yakni substansi, hakikat atau kodrat ilahi” (Konsili Lateran IV 1215: DS 804). 


KGK 254 : Ketiga Pribadi ilahi berbeda secara real satu dengan yang lain. Allah yang satu bukanlah “seakan-akan sendirian”. “Bapa”, “Putra”, “Roh Kudus”, bukanlah hanya nama-nama yang menyatakan cara-cara berada berbeda dari hakikat ilahi, karena mereka secara real berbeda satu dengan yang lain:… Masing-masing berbeda satu dengan yang lain oleh hubungan asalnya: Adalah “Bapa yang melahirkan, dan Putra yang dilahirkan dan Roh Kudus yang dihembuskan” (Konsili Lateran IV 1215: DS 804). Kesatuan ilahi bersifat tritunggal. 

KGK 255 : Ketiga Pribadi ilahi berhubungan satu dengan yang lain. Karena perbedaan real antar Pribadi itu tidak membagi kesatuan ilahi, maka perbedaan itu hanya terdapat dalam hubungan timbal balik:… Walaupun mereka dinamakan tiga Pribadi seturut hubungan mereka, namun mereka adalah satu hakikat atau substansi, demikian iman kita” (DS 528). 


KGK 258 : Seluruh karya ilahi adalah karya bersama ketiga Pribadi ilahi. Sebagaimana Tritunggal mempunyai kodrat yang satu dan sama, demikian juga Ia hanya memiliki kegiatan yang satu dan sama. “Bapa, Putra, dan Roh Kudus bukanlah tiga pangkal ciptaan, melainkan satu pangkal” (DS 1331). Walupun demikian, tiap Pribadi ilahi melaksanakan karya bersama itu sesuai dengan kekhususan Pribadi. Seturut Perjanjian Baru (bdk. 1 Kor 8:6) Gereja mengaki : “Satu Allah dan Bapa, dari –Nya segala sesuatu, satu Tuhan Yesus Kristus, oleh-Nya segala sesuatu dan satu Roh Kudus, di dalam-Nya segala sesuatu berada” (DS 421). Terutama pengutusan-pengutusan ilahi, penjelmaan menjadi manusia dan pemberian Roh Kudus menyatakan kekhususan Pribadi-pribadi ilahi itu. 

KGK 259 : Sebagai karya yang serentak bersama dan pribadi, maka kegiatan ilahi menyatakan, baik kekhususan Pribadi-pribadi maupun kodrat-Nya yang satu. Karena itu, seluruh kehidupan Kristen berada dalam persekutuan dengan tiap Pribadi ilahi, tanpa memisah-misahkan mereka. Siapa yang memuja Bapa, melakukannya melalui Putra dalam Roh Kudus; siapa yang mengikuti Kristus, melakukannya karena Bapa menariknya (bdk. Yoh 6:44) dan Roh menggerakkannya (bdk. Rom 8:14). 

KGK 260 : Tujuan akhir seluruh kegiatan ilahi ialah penerimaan mahluk ciptaan ke dalam persatuan sempurna dengan Tritunggal yang bahagia (bdk. Yoh 17:21-23)… 

KGK 294 : …. Tujuan akhir ciptaan ialah bahwa Allah “Pencipta akhirnya menjadi ‘semua di dalam semua’ (1 Kor 15:28) dengan mengerjakan kemuliaan-Nya dan sekaligus kebahagiaan kita” (AG 2).


Kalau bener-bener mau mengerti... mohon dibaca dan dimengerti. 

Yang bener-bener niat mengerti akan mengerti, yang tidak niat mengerti (tapi sok mengerti) biar pusing sendiri.... 

Supaya kita tau betapa sulitnya dan betapa dangkalnya kalau kita mengklaim kita (baru saja) mendapatkan wahyu tentang Trinitas... 


Mengertilah Trinitas seperti yang diajarkan Magisterium, dan sisakan selalu tempat untuk tidak mengerti... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar