Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Selasa, 21 April 2020

Keterangan Beberapa Istilah untuk Baca Dogma Katolik Dan Summa Teologi

Catholic Truth/Kebenaran Katolik::

De fide divina:  

By divine faith.  That is it must be believed.  These are such things as Canons of Council of Trent, Vatican I, etc. declare a dogma.

Iman ilahi. Hal yang harus dipercaya. Ini adalah hal-hal yang dimaksud di Dewan Kanon Trent, Vatikan I, dll. Saat Mendeklarasikan dogma.

De fide Catolica

The church has always believed it.  It is part of the faith (e.g. the creed).

Gereja  mengimaninya. Merupakan bagian dari iman (contoh :. Kredo).

De fide de finita:  

The church has always believed it but once in history a Pope has made a definition. (e.g. 1854 – Pope Pius IX proclaimed dogma of Immaculate Conception-this was always believed but was now defined on exactly what this was supposed to mean.

Gereja mempercayainya, pernah sekali dalam sejarah seorang Paus membuat definisi. (mis. 1854 - Paus Pius IX memproklamirkan dogma Immaculate Conception - tadinya dipercaya tetapi kemudian didefinisikan dengan tepat apa yang seharusnya dimaksudkan.

Fide Proxima:  

Close to the faith.  It is not a dogma but the church has always believed it and it could be a dogma at any time.  (e.g.  Mary as Co-Redemptrix:  Our Lady had first role in helping Our Lord in redemption, although only Jesus saves)  This is a Sententia Fide Proxima, that is you may not deny it without fear of punishment from God.

Dekat dengan iman. Bukan dogma tapi gereja percaya dan bisa jadi dogma kapan saja. (mis. Mary sebagai Co-Redemptrix: Bunda Maria memiliki peran pertama dalam membantu Tuhan kita dalam penebusan, meskipun hanya Yesus yang menyelamatkan) Ini adalah Sententia Fide Proxima, artinya Anda tidak boleh menyangkalnya tanpa takut akan hukuman dari Tuhan.

Sententia Certa:  

It is not actually of the faith but we are very sure about it.

Ini sebenarnya bukan dari iman tetapi kami sangat yakin tentang itu.

Sententia Communis:  

We may not be very sure about it but everyone says so, not in sense of democracy but in sense of historical accordance.  Most of saints, theologians, Popes throughout centuries agreed on it.

Kita mungkin tidak begitu yakin tentang hal itu tetapi banyak orang mengatakan demikian, bukan dalam hal demokrasi tetapi dalam arti sesuai dengan sejarah. Misalnya hal yang Sebagian besar orang suci, teolog, Paus selama berabad-abad menyetujuinya.

Sententia Probabalis:  

It is probable.  We don’t know exactly.  (e.g. if a person in mortal sin dies and makes a perfect act of contrition the church teaches most probably he will be saved).


Hanya kemungkinan. Kami tidak tahu persis. (mis. jika seseorang dalam dosa berat mati dan melakukan tindakan penyesalan yang sempurna yang diajarkan gereja kemungkinan besar ia akan diselamatkan).

Silakan lakukan pengulangan dengan bahasa sendiri sebagai latihan :

De fide divina: 

De fide Catolica: 

De fide de finita: 

Fide Proxima: 

Sententia Certa: 

Sententia Communis: 

Sententia Probabalis:

Term tengah adalah salah satu dari tiga term yang menyusun suatu silogisme yang benar (bdk. Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Logika : Asas-asas Penalaran Sistematis, Yogyakarta, Penerbit Yayasan Kanisius, 1996, h. 48). 

Contohnya : 

Premis mayorSemua manusia akan mati.
Premis minor Orang Yunani adalah manusia.
Kesimpulan :  Orang Yunani akan mati.

Manusia adalah term tengah yang menghubungkan antara premis mayor dan premis minor.

Duoay-Rheims :   

Who being the brightness of his glory, and the figure of his substance”; 

(http://www.intratext.com/IXT/ENG0011/_PZT.HTM )

KJV :       

Who being the brightness of his glory, and the express image of his person”.

     
Textus Receptus    :   
  
“ὃς ὢν ἀπαύγασμα τῆς δόξης καὶ χαρακτὴρ τῆς ὑποστάσεως αὐτοῦ” (hos ōn apaugasma tēs doxēs kai charaktēr tēs hypostaseōs autou

 http://biblos.com/hebrews/1-3.htm)

                      TB LAI      :      

                      “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah”

Tampaknya TB LAI mengabaikan kata hypostaseōs dan tidak menerjemahkannya, padahal keberatan 2 di atas berangkat dari situ yaitu bahwa hypostaseōs Allah mempunyai gambaran sehingga Allah disangka memiliki bentuk. 

KJV menerjemahkannya sebagai person

Dalam Konsili Nikea 325, hypostaseōs adalah sama artinya dengan ousia 
(http://www.newadvent.org/cathen/07610b.htm ),
yaitu esensi (http://www.newadvent.org/cathen/07449a.htm ). 

Kata hypostaseōs ini muncul dalam Surat-surat Rasul Paulus (2 Kor 9:4; 11:17; Ibr 1:3-3:14) tapi tidak dalam pemahaman sebagai person. Perbedaan pemahaman ini menimbulkan heresy dalam Kristologi (http://www.newadvent.org/cathen/07610b.htm ).

Materia : elemen yang membentuk atau menyusun sesuatu
        ( Catholic Encyclopedia, Matter, http://www.newadvent.org/cathen/10053b.htm )

Forma : sesuatu yang terlihat, yang tampak
        ( Catholoc Encyclopedia, Form, http://www.newadvent.org/cathen/06137b.htm )

Jiwa adalah forma substansial dari tubuh manusia (ajaran St. Thomas ini ditetapkan sebagai harus diimani oleh Konsili Vienne)(http://www.newadvent.org/cathen/06137b.htm ). 

Forma substansial adalah suatu principal dari tindakan, dan karenanya sesuatu ada sebagaimana ia ada. Jiwa sebagai forma substantial membedakan tubuh hidup dengan tubuh mati, dan ia membedakan antara tubuh hidup satu dengan lainnya.

Duoay-Rhimes       :     

But my just man liveth by faith; but if he withdraw himself, he shall not please my soul.” 
                                        (http://www.intratext.com/IXT/ENG0011/_P102.HTM )

Textus Receptus    :      

“ὁ δὲ δίκαιός ἐκ πίστεως ζήσεται καὶ ἐὰν ὑποστείληται οὐκ εὐδοκεῖ ἡ ψυχή μου ἐν αὐτῷ” (ho de dikaios mou ek pisteōs zēsetai kai ean hyposteilētai ouk eudokei hē psychē mou en autō

(http://www.blueletterbible.org/Bible.cfm?b=Hbr&c=10&v=38&t=KJV#conc/38 , http://biblos.com/hebrews/10-38.htm )


Suppositum adalah sesuatu yang terindividualisasi, yang memiliki sesuatu yang membedakannya dengan yang lain (bdk. Catholic Encyclopedia Person, 
http://www.newadvent.org/cathen/11726a.htm, dan Individual, Individuality, 
http://www.newadvent.org/cathen/07762a.htm ). 
Istilah tersebut digunakan baik untuk makhluk berakal maupun tak berakal (rasional dan irasional). Untuk makhluk berakal terdapat istilah sendiri yaitu “pribadi”.

Suppositum disini berarti hakikat ditambah dengan beberapa komposisi lainnya, seperti manusia adalah kemanusiaannya ditambah beberapa hal lain (bdk. St. Thomas Aquinas, Contra Gentiles I, ch.21,
http://josephkenny.joyeurs.com/CDtexts/ContraGentiles1.htm#21 )

“Aksiden” adalah suatu sifat tidak khusus yang melekat pada genus atau species sehingga bukan merupakan bagian yang hakiki. Contoh : buku yang berwarna hijau, rambut pada manusia, dan sejenisnya (bdk. Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Logika : Asas-asas Penalaran Sistematis, Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 1996, h.21).

Keberadaan : Keberadaan dapat dikelompokkan menjadi dua. Yang pertama adalah keberadaan yang dapat dibagi-bagi menjadi beberapa kategori (bdk. St. Thomas Aquinas, De Ente et Essentia,   
http://josephkenny.joyeurs.com/CDtexts/DeEnte&Essentia.htm , art.4, dan Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Logika : Asas-asas Penalaran Sistematis,Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 1996, h.19).

Yang kedua adalah keberadaan yang menandakan kebenaran suatu proposisi. Di sini suatu “privasi” (privation) atau ketiadaan/kekurangan dan negasi (penyangkalan), dapat menjadi suatu keberadaan. Contohnya adalah “kebutaan”. Kebutaan adalah sifat dari kurang atau tiadanya kemampuan melihat dan negasi dari “bisa melihat” (buta=tidak bisa melihat). Di sini proposisi “Kebutaan adalah sifat dari kurang atau tiadanya kemampuan melihat” adalah benar, sehingga “kebutaan” adalah suatu keberadaan. Namun demikian, “kebutaan” sebagai suatu keberadaan tidaklah memiliki esensi, karena ia ada sebagai negasi atau privasi (privation). Sedangkan keberadaan jenis pertama di atas adalah keberadaan yang memiliki esensi, karena merupakan keberadaan nyata, dan bukan hanya sekedar suatu proposisi.

Esensi : Esensi dipahami sebagai sesuatu yang menjadikan sesuatu lainnya menjadi ada dan dapat dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok tersendiri (bdk. St. Thomas Aquinas, De Ente et Essentia, 
http://josephkenny.joyeurs.com/CDtexts/DeEnte&Essentia.htm , art.6). Sebagai contoh, “kemanusiaan” menjadikan “manusia” ada dan berbeda dengan kelompok binatang lainnya.

Esensi hanya ada dalam keberadaan jenis pertama, karena keberadaan ini adalah keberadaan nyata, bukan hanya sekedar suatu proposisi (ibid. art.5).

catatan tambahan :
Sesuatu diluar esensi menjadi ada karena dua hal, yaitu dijadikan ada oleh esensi itu sendiri (seperti tertawa yang ada karena merupakan bagian dari kemanusiaan), atau disebabkan oleh agen eksterior. Sekarang, Allah tidak dijadikan ada oleh agen eksterior karena Allah adalah Penyebab pertama, dan esensi Allah (yaitu ke-Allahan-Nya) tidak bisa menjadi sebab dari keberadaan-Nya, karena untuk menjadi sebab maka sesuatu harus ada terlebih dahulu. Maka keberadaan Allah adalah sama dengan esensi-Nya (bdk. Garrigou-Lagrange, Reginald, O. P., The One God — A Commentary on the First Part of St Thomas' Theological Summa, http://www.thesumma.info/one/one39.php)

Esensi (contohnya : kemanusiaan) berada dalam potensialitas, dan hanya menjadi actual jika ia berada dalam suatu keberadaan (contohnya : manusia). Tapi dalam Allah tidak ada potensialitas. Maka esensi Allah (ke-Allahan-Nya) tidak muncul dari aktualitas keberadaan-Nya, tapi selalu ada dalam aktualitas. Ini berarti esensi Allah adalah identik dengan keberadaan-Nya (bdk. Garrigou-Lagrange, Reginald, O. P., The One God — A Commentary on the First Part of St Thomas' Theological Summa, 
http://www.thesumma.info/one/one40.php).

Substansi : adalah suatu keberadaan yang tinggal di dalam dirinya sendiri, dan menjadi subjek dari segala aksiden dan perubahan aksidental 
(Catholic Encyclopedia, Substance, http://www.newadvent.org/cathen/14322c.htm ). 
Contohnya adalah kayu. Kayu dapat utuh, terpotong-potong, kering ataupun basah, dan semuanya itu adalah kayu dengan segala aksiden dan perubahan aksidentalnya. Tapi jika kayu terbakar habis sehingga hanya menyisakan abu, maka substansi kayu sudah tidak ada dalam abu tersebut.

Sebagai perbandingan dengan suppositum, maka suppositum adalah substansi yang terindividualisasi (bdk. Catholic Encyclopedia Personhttp:
//www.newadvent.org/cathen/11726a.htm ). Misalnya kayu ini dan kayu itu masing-masing adalah suppositum sedangkan substansinya adalah kayu.

Genus adalah jenis yang merupakan himpunan benda, perorangan atau hal lainnya yang meliputi kelompok-kelompok terbatas yang berada di bawahnya (bdk. Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Logika : Asas-asas Penalaran Sistematis, Yogyakarta, Penerbit Yayasan Kanisius, 1996, h. 20).

Species  adalah kelompok-kelompok terbatas di bawah genus (ibid.). Hubungan genus-species adalah genus selalu meliputi species, sedangkan species tersebut dapat menjadi genus bagi kelompok-kelompok di bawahnya. Contoh (Stanford Encyclopedia of Philosophy, Aristotle's Categories, http://plato.stanford.edu/entries/aristotle-categories/:

Substansi :
         - Tak tergerakkan
         - Tergerakkan :
                      - Bersifat kekal
                      - Bersifat tidak kekal :
                                - Mati
                                - Hidup :
                                           - Rasional
                                           - Irasional

Suatu genus ditentukan oleh perbedaannya dengan genus lainnya. Jadi genus selalu berada dalam potensialitas untuk ditentukan oleh factor pembedanya. Maka Allah yang adalah aktualitas murni tidak dapat dimasukkan dalam suatu genus (bdk. Garrigou-Lagrange, Reginald, O. P., The One God — A Commentary on the First Part of St Thomas' Theological Summa, http://www.thesumma.info/one/one41.php).

Jika “keberadaan” adalah suatu genus, maka ia harus memiliki pembeda dengan genus lain. Namun “ketidakberadaan” tidak dapat digunakan sebagai pembanding terhadap “keberadaan” karena hal tersebut adalah absurd (bdk. Stanford Encyclopedia of Philosophy, Aristotle's Categories, http://plato.stanford.edu/entries/aristotle-categories/ ). Maka “keberadaan” bukanlah genus.

Allah bukanlah sarana ukur yang homogen, tetapi heterogen, karena Ia adalah keberadaan yang sempurna, yang mana segala keberadaan berusaha mendekati kesempurnaan-Nya (bdk. Garrigou-Lagrange, Reginald, O. P., The One God — A Commentary on the First Part of St Thomas' Theological Summa, http://www.thesumma.info/one/one41.php)

Kepada suatu keberadaan yang absolute dan tidak menerima keberadaannya dari apapun tidak dapat ditambahkan apapun ke dalamnya. Tapi Allah adalah keberadaan semacam itu. Maka dalam Allah tidak dapat ditambahkan aksiden apapun (bdk. Garrigou-Lagrange, Reginald, O. P., The One God — A Commentary on the First Part of St Thomas' Theological Summa, http://www.thesumma.info/one/one42.php).

Artikel 8 ini adalah untuk menjawab pandangan bahwa Allah dapat bersatu dengan sesuatu lainnya dan secara terpisah menjadi jiwa dari sesuatu tersebut, suatu pandangan yang dianut dalam Pantheism. Paham ini mengimani bahwa Allah adalah jiwa dari seluruh dunia (bdk. Catholic Encyclopedia Pantheism, http://www.newadvent.org/cathen/11447b.htm ). Namun ini tidak mungkin karena jika Allah adalah jiwa dari seluruh dunia, maka Ia menjadi bagian dari esensi seluruh dunia. Hal ini tidak mungkin karena jika menjadi bagian, itu berarti Allah membentuk sesuatu yang lebih sempurna, lebih utama dari-Nya, yang adalah tidak mungkin.

Namun di lain pihak, dalam pribadi Kristus terdapat hypostatic union (persatuan hakikat, nature). Ini bukan berarti hakikat (nature) Ilahi menjadi bagian dari keseluruhan pribadi Kristus, melainkan semacam mengikat hakikat manusia. Dengan demikian dalam Inkarnasi, Sabda tidak menjadi bagian dari pribadi Kristus, tapi mengambil alih jiwa dan raga manusia Yesus (bdk. Garrigou-Lagrange, Reginald, O. P., The One God — A Commentary on the First Part of St Thomas' Theological Summa, http://www.thesumma.info/one/one43.php, dan Glenn, Paul Joseph, Mgr., A Tour of the Summa, http://www.catholictheology.info/summa-theologica/summa-part3.php?q=46 ).

Seperti dijelaskan di P.3, Art.2 di atas, Allah terdiri dari forma tapi tanpa materia sehingga tidak merupakan bagian dari suatu komposit.

Forma eksemplar : suatu forma yang melahirkan forma serupa lainnya. Keserupaan ini bisa ada dua jenis yaitu secara esensi alami, seperti manusia melahirkan manusia dan api menghasilkan api, atau secara esensi intelek, seperti rancangan dalam pikiran seorang arsitek melahirkan rumah yang serupa dengan rancangannya (bdk. Catholic Encyclopedia, Cause, http://www.newadvent.org/cathen/03459a.htm#fn-c ). Sabda sebagai forma eksemplar ini akan lebih jelas pembahasannya dalam Risalah tentang Tritunggal Maha Kudus.

Segala kesempurnaan ada dalam Allah tanpa mengganggu kesederhanaan-Nya. Ini seperti cahaya putih yang di dalamnya terdapat kesempurnaan warna-warna pelangi. Juga bahwa hal-hal yang lebih rendah selalu ditemukan sebagai satu kesatuan dalam hal yang lebih tinggi, seperti jiwa manusia yang meskipun sederhana sekaligus di dalamnya terkandung hidup, indera dan intelek (bdk. Garrigou-Lagrange, Reginald, O. P., The One God — A Commentary on the First Part of St Thomas' Theological Summa, http://www.thesumma.info/one/one45.php )

“argumentum a fortiori” adalah suatu argument berdasarkan alasan yang lebih kuat. Contohnya jika manusia dinyatakan meninggal, maka seseorang dapat menyatakan bahwa orang yang meninggal tersebut tidak lagi bernafas ( http://en.m.wikipedia.org/wiki/A_fortiori_argument )

Sesuatu yang hanya sekedar ada (simply be) disebut baik secara relative, karena tingkat kebaikannya diukur berdasar sesuatu di luar dirinya. Contohnya anggur. Dalam keberadaannya ia adalah sungguh anggur bukan cuka, tapi dalam kebaikannya ia diukur berdasar mutunya (tua atau baru saja difermentasi). Demikian juga sebaliknya, sesuatu yang sekedar baik (simply good), contohnya tentang hal matang pada buah, dikatakan memiliki keberadaan relative, karena ia merupakan suatu aksiden dari suatu substansi, jadi keberadaannya tergantung dari keberadaan substansi (bdk. Garrigou-Lagrange, Reginald, O. P., The One God — A Commentary on the First Part of St Thomas' Theological Summa, http://www.thesumma.info/one/one46.php )

Materia utama (materia prima) adalah suatu potensialitas murni. Ia tidak memiliki aktualitas, sehingga disebut “non-being”, karena sesuatu disebut ada jika ia dalam keadaan actual. Namun materia utama tetap memiliki keberadaan (existence) sebagai keberadaan potensial. Contohnya adalah “saya ada di samping meja”. Saat saya ada jauh dari meja, maka saya memiliki potensialitas untuk berada di samping meja. Potensialitas itu menjadi aktualitas saat saya sungguh ada di samping meja. Dari sini bisa dilihat bahwa materia utama memiliki kecenderungan terhadap hal baik, yaitu keberadaan.

Dalam pikiran, sesuatu bisa ada tanpa harus memiliki sifat baik ataupun tidak baik. Hal sebaliknya tidaklah bisa terjadi karena sesuatu harus ada terlebih dahulu baru ia memiliki sifat baik ataupun tidak baik, bahkan dalam pikiran.

Tentang causes : Dalam setiap perubahan, terdapat 4 aspek
(http://www.newadvent.org/cathen/03459a.htm#scholastic):
1.     Sesuatu yang diubah;
2.     Aturan atau cara perubahannya;
3.     Agen aktif yang melakukan perubahan;
4.     Alasan dari perubahan.
Sekarang ambil contoh perubahan dari lilin mainan berbentuk kubus menjadi berbentuk bulatan. Lilin mainan adalah sesuatu yang diubah. Kubus lilin permainan menjadi ada secara material karena ada lilin permainan. Maka lilin permainan adalah material cause-nya. Lalu cara perubahannya adalah dari bentuk satu (kubus) ke bentuk lain (bulatan). Maka bulatan, yang menyebabkannya berubah/berbeda dari keadaan awalnya, adalah formal causeOrang yang melakukan perubahan adalah efficient cause, atau moving cause-nya. Lalu niat orang tersebut untuk menjadikan lilin plastik dari bentuk kubus ke bentuk bulatan adalah final cause-nya.

St. Thomas Aquinas menggunakan istilah subsist untuk merujuk pada sesuatu yang ada bersama dengan sesuatu lainnya. Sebagai contoh, dalam pribadi Yesus Kristus terdapat Sabda dan tubuh manusiawinya. Dengan demikian St. Thomas menyebut bahwa Sabda subsist dalam pribadi manusia Yesus Kristus.

Aksiden (accident) : adalah suatu sifat tidak khusus yang melekat pada genus atau species sehingga bukan merupakan bagian yang hakiki. Contoh : buku yang berwarna hijau, rambut pada manusia, dan sejenisnya (bdk. Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Logika : Asas-asas Penalaran Sistematis, Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 1996, h.21).

Aktualitas (actuality, actus) : adalah suatu keberadaan yang nyata dan merupakan kepenuhan dari potensialitas (bdk. Catholic Encyclopedia, Actus et Potentia, http://www.newadvent.org/cathen/01124a.htm ).

Tentang causes :
Dalam setiap perubahan, terdapat 4 aspek
(http://www.newadvent.org/cathen/03459a.htm#scholastic):
1.    Sesuatu yang diubah (whatà berkaitan dengan material cause;
2.    Cara perubahannya (howà berkaitan dengan formal cause;
3.    Agen aktif yang melakukan perubahan (‘who’à berkaitan dengan efficient cause atau moving cause;
4.    Alasan dari perubahan (whyà berkaitan dengan final cause.
Sekarang ambil contoh perubahan dari lilin mainan berbentuk kubus menjadi berbentuk bulatan. Lilin mainan adalah sesuatu yang diubah. Kubus lilin permainan menjadi ada secara material karena ada lilin permainan. Maka lilin permainan adalah material cause-nya. Lalu cara perubahannya adalah dari bentuk satu (kubus) ke bentuk lain (bulatan). Maka bulatan, yang menyebabkannya berubah/berbeda dari keadaan awalnya, adalah formal cause. Orang yang melakukan perubahan adalah efficient cause, atau moving cause-nya. Lalu niat orang tersebut untuk menjadikan lilin plastik dari bentuk kubus ke bentuk bulatan adalah final cause-nya.

Esensi (essence) : adalah sesuatu yang menjadikan sesuatu lainnya menjadi ada dan dapat dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok tersendiri (bdk. St. Thomas Aquinas, De Ente et Essentia,
      http://josephkenny.joyeurs.com/CDtexts/DeEnte&Essentia.htm , art.6). Sebagai contoh, “kemanusiaan” menjadikan “manusia” ada dan berbeda dengan kelompok binatang lainnya.

Forma (form) : adalah sesuatu yang terlihat, yang tampak ( Catholic Encyclopedia, Form, http://www.newadvent.org/cathen/06137b.htm )

Genus : adalah jenis yang merupakan himpunan benda, perorangan atau hal lainnya yang meliputi kelompok-kelompok terbatas yang berada di bawahnya (bdk. Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Logika : Asas-asas Penalaran Sistematis, Yogyakarta, Penerbit Yayasan Kanisius, 1996, h. 20).

Kausa efisien (efficient cause) : adalah penyebab yang menghasilkan efek yang berbeda dari dirinya sendiri ( Catholic Encyclopedia, Cause,
     http://www.newadvent.org/cathen/03459a.htm )


Materia (matter) : adalah elemen yang membentuk atau menyusun sesuatu ( Catholic Encyclopedia, Matterhttp://www.newadvent.org/cathen/10053b.htm )

Materia Utama (primary matter): banyak yang berpendapat bahwa yang dimaksud oleh St. Thomas Aquinas sebagai materia utama adalah semacam substansi yang lebih kecil dari atom, yang membentuk segala keberadaan fisik.

Potensialitas (potentiality, potentia) : adalah suatu sifat yang terbuka terhadap perubahan. Potensialitas mengarah pada keberadaan yang akan ada (bdk. Catholic Encyclopedia, Actus et Potentiahttp://www.newadvent.org/cathen/01124a.htm  ).  


Substansi (substance) : adalah suatu keberadaan yang tinggal di dalam dirinya sendiri, dan menjadi subjek dari segala aksiden dan perubahan aksidental (Catholic Encyclopedia, Substance, http://www.newadvent.org/cathen/14322c.htm ). Contohnya adalah kayu. Kayu dapat utuh, terpotong-potong, kering ataupun basah, dan semuanya itu adalah kayu dengan segala aksiden dan perubahan aksidentalnya. Tapi jika kayu terbakar habis sehingga hanya menyisakan abu, maka substansi kayu sudah tida ada dalam abu tersebut.

Suppositum (pl. : supposita) : adalah substansi yang terindividualisasi, yang memiliki sesuatu yang membedakannya dengan yang lain (bdk. Catholic Encyclopedia Personhttp://www.newadvent.org/cathen/11726a.htm, dan Individual, Individualityhttp://www.newadvent.org/cathen/07762a.htm ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar