Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Sabtu, 13 Februari 2016

APA YANG PERLU DI SAAT PUASA MASA PRA-PASKAH 2016

Saya menemukan tulisan mengenai puasa yang baik di www.ekaristi.org oleh Rm. Ignatius I Sumarya sbb :

 “Apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu”

Selama masa Puasa bagi Umat Islam di Indonesia sering diambil kebijakan jam kerja di kantor/tempat kerja maupun jam belajar di sekolah dikurangi. Sementara itu setiap sore (jam buka puasa) di berbagai tempat seperti kantor pemerintah atau perusahaan diselenggarakan acara buka puasa bersama. Yang menarik bagi saya selama masa Puasa adalah hasil/produksi menurun dan konsumsi naik, bahkan anggaran belanja juga melebihi dari hari-hari biasa. Maka tidak mengherankan jika terjadi kenaikan harga bahan pokok serta inflasi. Sering kejahatan yang dilakukan oleh beberapa orang juga terjadi dengan alasan untuk mencari beaya pesta di hari kemenangan/Hari Raya Idul Fitri yang akan datang. Padahal hemat saya puasa bertujuan untuk mendekatkan diri pada Allah dan sesama serta meningkatkan semangat kerja dan pelayanan. Maka baiklah mengawali Masa Puasa/Prapaskah atau Masa Retret Agung Umat ini kami ajak merenungkan bacaan-bacaan hari ini.

"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat6:16-18)

Ignatius Loyola menjelaskan maksud puasa atau lakutapa lahir sebagai berikut (lihat LR St.Ignatius Loyola no 87):

· Menyilih dasa-dosa lampau: Menyilih dosa berarti tidak melakukan dosa lagi dan kemudian bertindak ke yang lebih baik dengan penuh gairah atau semangat. Dengan kata lain memang orang yang bersangkutan tidak nampak kalau sedang berpuasa, karena bekerja lebih keras dan giat. Hidup dan kerja sehari-hari berjalan seperti biasa dan diharapkan lebih giat dari yang biasa tersebut.

· Mengalahkan diri, maksudnya: supaya nafsu taat kepada budi, dan semua kemampuan-kemampuan yang lebih rendah makin tunduk kepada yang lebih luhur: Dalam pemahaman psiko-religius hal ini kiranya berarti: jika cara bertindak kita saat ini masih pada tingkat psiko-phisik hendaknya naik menjadi tingkat psiko-sosial, dan jika saat ini pada tingkat psiko-sosial naik menjadi psiko-spiritual. Rasanya perjalanan harus sampai ke penghayatan psiko-spiritual, yang kurang lebih berarti semua cara bertindak kita dijiwai oleh iman atau spiritualitas/charisma atau visi-misi. Maka untuk itu rasanya di masa Tobat atau Retret Agung Umat ini kita baca dan renungkan dokumen-dokumen penting yang terkait dengan panggilan dan tugas perutusan kita, misalnya Konstitusi, Anggaran Dasar, Pedoman Hidup, Rumusan Visi-Misi organisasi, dst..

· Untuk mencari dan mendapatkan suatu rahmat atau anugerah, yang dikehendaki atau diinginkan: “Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu”, demikian sabda Yesus. Balasan dari Bapa di sorga adalah anugerah-anugerah yang berguna bagi keselamatan atau kebahagiaan hidup kita. Anugerah yang kita terima kiranya berbeda satu sama lain sesuai dengan panggilan dan tugas perutusan kita masing-masing. Bagi mereka yang sedang belajar berarti akan dianugerahi semangat atau gairah belajar, demikian juga bagi yang bekerja akan dianugerahi semangat atau gairah belajar. Kepada yang terpanggil: (1) suami-isteri akan memperoleh anugerah untuk semakin saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, (2) para anggota hidup bakti/religius akan dianugerahi rahmat untuk semakin setia dalam penghayatan kaul-kaul: keperawanan, kemiskinan dan ketaatan, (3) para imam akan dianugerahi rahmat untuk semakin melayani umat dalam menyalurkan berkat Allah kepada umat dan doa-doa umat kepada Allah. Rahmat atau anugerah tersebut akan kita peroleh jika kita melaksanakan puasa atau lakutapa/matiraga secara benar. Jika kita telah menerima rahmat atau anugerah tersebut marilah kita bersyukur dan berterima kasih kepada Allah dan secara konkret “jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah” tersebut.

“Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.” (2Kor6:1)

Orang yang telah menerima rahmat atau anugerah Allah rasanya senantiasa dalam keadaan gembira dan ceria, tidak muram mukanya. Maka melanjutkan catatan-catatan di atas dengan ini kami mengajak untuk berrefleksi sebagai berikut:

1). Mereka yang sedang bertugas belajar di sekolah atau perguruan tinggi kami ajak untuk sungguh belajar; tugas utama atau pokok anda adalah belajar. Di dalam belajar kiranya anda akan menghadapi hal-hal baru, sulit dan nampak tidak mungkin untuk diatasi atau dikerjakan. Hendaknya tidak mundur, frustrasi atau loyo, melainkan hadapi semuanya dengan gairah dan ceria. Ingat salah satu motto bapak Andrie Wongso ini : “Selama kita memiliki kemauan, keuletan, dan keteguhan hati, besi batangan pun bila digosok terus-menerus, pasti akan menjadi sebatang jarum.. Miliki keteguhan hati” . Belajarlah terus menerus agar anda terampil atau mahir belajar.

2). Mereka yang sedang bekerja, entah secara formal maupun informal, sebagai pegawai kantor atau wiraswasta, hendaknya sungguh bekerja secara efisien dan efektif. “Kegiatan manusia baik perorangan maupun kolektig, atau usaha besar-besaran itu sendiri, yang dari zaman ke zaman dikerahkan oleh banyak orang untuk memperbaiki kondisi-kondisi hidup mereka, memang sesuai dengan rencana Allah. Sebab manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah, menerima titahNya, supaya menaklukkan bumi beserta segala sesuatu yang terdapat padanya, serta menguasai dunia dalam keadilan dan kesucian” ( Vatikan II: GS no 34). Hendaknya dengan bekerja giat, bergairah dan ceria anda juga mewartakan keadilan serta semakin suci. Adil dalam kerja antara lain melaksanakan kewajiban dan menerima hak sesuai dengan tatanan atau aturan yang sungguh semakin memanusiakan manusia, “yang diciptakan menurut gambar Allah”. Suci berarti semakin dekat dengan, mengasihi dan dikasihi oleh Allah maupun sesama. Maka semakin berpengalaman dan terampil dalam bekerja hendaknya semakin banyak sahabat dan dikasihi oleh Allah dan sesama.

3). Para suami-isteri hendaknya semakin menyadari dan menghayati bahwa pasangan hidupnya, suami atau isteri, adalah anugerah/kado dari Allah. Sebagaimana kita menerima kado dari yang terkasih senantiasa menerima dan memperlakukan dengan penuh kasih, gembira dan ceria serta merawatnya dengan baik, demikian pula sikap kita terhadap pasangan hidup kita masing-masing.”Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh…Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.” (Ef5:22-23 ; Ef5:25-27)

4) Para imam, bruder dan suster atau yang hidup tidak menikah karena Kerajaan Allah, hendaknya dalam hidup dan cara bertindak semakin menghadirkan diri sebagai yang dirajai atau dikuasai oleh Allah. Hidup terpanggil ini sering disebut sebagai ‘penganten-penganten Yesus Kristus’ artinya menjadi sahabat-sahabat Yesus Kristus, maka baiklah sebagai Yesus bersabda : “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mat20:28), marilah kita sebagai sahabat-sahabatNya saling melayani dan mempersembahkan hidup kita demi keselamatan atau kebahagiaan banyak orang.

“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat”

(Mzm51:3-6a)

Jakarta, 21 Februari 2007
Tgl 20Feb2007 oleh Rm.I. Sumarya, S.J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar