Versi Bahasa Indonesia
1.
Amanat
misi.
"Kepada para bangsa Gereja
diutus oleh Allah untuk menjadi Sakramen universal keselamatan. Untuk
memenuhi tuntutan-tuntutan hakiki sifat katoliknya, menaati perintah
Pendirinya, Gereja sungguh-sungguh berusaha mewartakan Injil kepada semua
orang" (AG 1):
"Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:19-20).
Tugas yang diserahkan Tuhan
kepada Gereja mempunyai asalnya dalam cinta abadi Tritunggal Maha Kudus:
"Pada hakikatnya Gereja penziarah bersifat
misioner, sebab berasal dari perutusan Putera dan perutusan Roh Kudus menurut
rencana Allah Bapa" (AG 2).
Tujuan terakhir misi ialah
menyanggupkan manusia-manusia mengambil bagian dalam persekutuan, yang ada
antara Bapa dan Putera dalam Roh cinta kasih.[1]
Darinya Gereja sejak dahulu telah
menimba kewajiban dan kekuatan semangat misinya, karena "cinta kasih
Kristus menguasai kami..." (2 Kor 5:14).[2] Allah
menghendaki "supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan
akan kebenaran" (1 Tim 2:4). Allah menghendaki supaya semua orang sampai
kepada keselamatan melalui pengetahuan akan kebenaran. Keselamatan terdapat
dalam kebenaran. Barang siapa taat kepada dorongan roh kebenaran, ia sudah
berada di jalan menuju keselamatan: tetapi Gereja, kepada siapa dipercayakan
kebenaran ini, harus memperhatikan kerinduan manusia dan membawakan kebenaran
itu kepadanya. Oleh karena Gereja percaya kepada keputusan keselamatan yang
mencakup semua manusia, maka ia harus bersifat misioner. [39]
4.
Jalan-jalan
misi.
"Roh Kudus benar-benar
Pribadi utama untuk seluruh perutusan gerejani" (RM 21). Ia mengantar
Gereja ke jalan-jalan misi. Ia "menjabarkan perutusan Kristus sendiri,
yang diutus untuk mewartakan Kabar Gembira kepada kaum miskin. Atas dorongan
Roh Kristus Gereja harus menempuh jalan yang sama seperti yang dilalui oleh
Kristus sendiri, yakni jalan kemiskinan, ketaatan, pengabdian, dan pengurbanan
diri sampai mati, dan dari kematian itu muncullah Ia melalui kebangkitan-Nya
sebagai Pemenang" (AG 5).
"Darah
orang-orang Kristen adalah benih" (Tertulianus, apol. 50).
5.
Tetapi dalam penziarahannya, Gereja juga mengalami "betapa besar
kesenjangan antara warta yang disiarkannya dan kelemahan manusiawi mereka yang
diserahi Injil" (GS 43, 6). Hanya atas "jalan tobat dan
pembaharuan" (LG 8), dengan "menempuh jalan salib yang
sempit"(AG 1), Umat Allah dapat menyebar-luaskan Kerajaan Kristus.[3]
"Seperti Kristus melaksanakan karya penebusan
dalam kemiskinan dan penganiayaan, begitu pula Gereja dipanggil untuk menempuh
jalan yang sama, supaya menyalurkan buah-buah keselamatan kepada manusia"
(LG 8).
6.
Dalam perutusannya, "Gereja menempuh
perjalanan bersama dengan seluruh umat manusia, dan bersama dengan dunia
mengalami nasib keduniaan yang sama. Gereja hadir ibarat ragi dan bagaikan
penjiwa masyarakat manusia, yang harus diperbaharui dalam Kristus dan diubah
menjadi keluarga Allah" (GS 40, 2).
Dengan demikian misi menuntut
kesabaran. Ia mulai dengan pewartaan Injil kepada bangsa-bangsa dan
kelompok-kelompok yang belum percaya kepada Kristus; [4] ia maju terus
dan membentuk kelompok-kelompok Kristen, yang harus menjadi "tanda kehadiran
Allah di dunia" (AG 15), serta selanjutnya mendirikan Gereja-gereja lokal.[5]
Ia menuntut suatu proses inkulturasi,
yang olehnya Injil ditanamkan dalam kebudayaan bangsa-bangsa,[6] dan ia sendiri
pun tidak bebas dari mengalami kegagalan-kegagalan.
"Adapun mengenai orang-orang,
golongan-golongan dan bangsa-bangsa, Gereja hanya menyentuh dan merasuki mereka
secara berangsur-angsur, dan begitulah Gereja menampung mereka dalam kepenuhan
katolik" (AG 6).
7.
Misi Gereja menuntut usaha mencari kesatuan umat Kristen.[7]
"Bagi Gereja perpecahan umat
Kristen merupakan halangan untuk mewujudkan secara nyata kepenuhan ciri
katoliknya dalam diri putera-puterinya, yang berkat Baptis memang ditambahkan
padanya, tetapi masih tercerai dari kepenuhan persekutuan dengannya. Bahkan
bagi Gereja sendiri pun menjadi lebih sukar untuk dalam kenyataan hidupnya
mengungkapkan kepenuhan sifat katoliknya dalam segala seginya" (UR 4).
8.
Tugas misi menuntut dialog penuh hormat dengan mereka yang belum menerima Injil.[8] Orang beriman
dapat menarik keuntungan untuk dirinya dari dialog ini, karena mereka akan
mengerti lebih baik segala "kebenaran atau rahmat mana pun, yang sudah
terdapat pada para bangsa sebagai kehadiran Allah yang serba rahasia" (AG
9). Kalau umat beriman mewartakan berita gembira kepada mereka, yang belum
mengenalnya, mereka melakukan itu, untuk menguatkan, melengkapi, dan
meningkatkan yang benar dan yang baik, yang telah Tuhan sebarkan di antara
manusia dan bangsa-bangsa dan supaya manusia-manusia ini dibersihkan dari
kekeliruan dan kejahatan "demi kemuliaan Allah, untuk mempermalukan setan
dan demi kebahagiaan manusia" (AG 9).
Versi Bahasa Inggris
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar