BAB SATU
"KASIHILAH TUHAN, ALLAHMU, DENGAN SEGENAP HATIMU, DENGAN SEGENAP JIWAMU, DAN DENGAN SEGENAP KEKUATANMU"
2083. Yesus menyimpulkan kewajiban manusia terhadap Allah dalam perkataan "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu" (Mat 22:37).1 Perintah ini merupakan gema langsung dari seruan meriah: "Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!" (Ul 6:4).
Allah telah lebih dahulu mengasihi kita. Yang pertama dari "sepuluh firman" mengingatkan kita akan kasih Allah yang esa ini. Perintah-perintah yang menyusul menjelaskan jawaban penuh kasih, yang hendaknya manusia berikan kepada Allahnya.
ARTIKEL 1 : PERINTAH PERTAMA
Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbu-dakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya".. (Kel 20:2-5).
"Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (Mat 4:10).
I. * "Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan berbakti kepada-Nya"
2084. Allah menyatakan diri-Nya dengan memperingatkan tindakan-Nya yang mahakuasa, yang baik dan yang membebaskan dalam sejarah umat-Nya, dengan berkata: "Aku telah mengantar engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan". Firman pertama mengandung perintah pertama dari hukum: " Engkau harus takut akan Tuhan, Allahmu; engkau harus berbakti kepada Dia .... Janganlah kamu mengikuti allah lain dari antara allah bangsa-bangsa sekelilingmu" (UL6:13-14). Panggilan pertama dan tuntutan yang adil dari Allah ialah supaya manusia menerima-Nya dan berbakti kepada-Nya.
1 Bdk. Luk 10:27 "... dengan segenap kekuatanmu dan segenap akal budimu"..
2085. Allah yang satu dan benar mewahyukan kemuliaan-Nya pertama-tama kepada umat Israel.1 Bersama wahyu Allah, dinyatakan pula panggilan dan hakikat manusia yang benar. Manusia dipanggil untuk memberi kesaksian tentang Allah, dengan bertingkah laku sesuai dengan kenyataan bahwa ia diciptakan "menurut citra Allah" dan serupa dengan Allah.
Santo Yustinus martir berkata (sekitar thn. 155) kepada seorang pakar Yahudi: "tidak akan ada Allah lain, Tryphon, dan dari awal mula pun tidak ada Allah lain ... kecuali Dia, yang membuat semesta alam dan mengaturnya. Selanjutnya kami percaya bahwa Allah kami tidak lain dari Allah kamu, sebaliknya Ia adalah sama dengan Dia, yang telah membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung. Juga kami tidak berharap kepada Allah yang lain - karena memang tidak ada lain - kecuali kepada Allah yang sama seperti Allahmu, kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub" (Yustinus, dial. 11, 1).
2086. Di dalam firman pertama tercakup "perintah iman, harapan, dan kasih. Sebab kalau kita mengatakan mengenai Allah bahwa Ia tidak bergerak, tidak berubah, tetap sama, maka amat beralasan kita mengakui-Nya sebagai yang setia tanpa ketidakadilan sedikit pun. Karena itu perlu kita menerima kata-kata-Nya, percaya kepada-Nya dengan teguh dan berharap kepada-Nya dengan sepenuh hati. Tetapi siapa yang melihat kemahakuasaan-Nya, kelemahlembutan-Nya, dan kerelaan-Nya, serta kecenderungan-Nya untuk berbuat baik - dapatkah ia menaruh harapannya kepada sesuatu yang lain dari Dia? Kalau ia memandang kekayaan kebaikan dan kasih-Nya yang telah Ia curahkan ke dalam kita - bukankah ia harus mengasihi Dia? Karena itu, untuk membuka dan menutup perintah dan peraturan-Nya, Allah memakai kata-kata Akulah Tuhan" (Catech. R. 3, 2, 4).
Iman
2087. Kehidupan kesusilaan kita berakar dalam iman kepada Allah yang menyatakan kasih-Nya kepada kita. Santo Paulus berbicara tentang "ketaatan iman" (Rm 1:5; 16:26) sebagai kewajiban pertama. Dalam kenyataan ia melihat bahwa tidak mengenal Allah adalah alasan dan penjelasan untuk segala kesalahan susila.2 Terhadap Allah kita mempunyai kewajiban, supaya percaya kepada-Nya dan memberi kesaksian tentang Dia.
2088. Perintah pertama menuntut dari kita supaya memupuk iman kita, merawatnya dengan hati-hati dan berjaga-jaga serta menolak segala sesuatu yang bertentangan dengannya. Orang dapat berdosa melawan iman dengan berbagai cara:
Keragu-raguan iman yang disengaja berarti kurang bergairah atau malahan menolak untuk menerima sebagai benar, apa yang Allah wahyukan dan apa yang Gereja sampaikan untuk dipercaya. Keragu-raguan yang tidak disengaja mencakup kelambanan untuk percaya, kesukaran untuk mengatasi keberatan-keberatan terhadap iman, atau juga rasa takut yang ditimbulkan oleh kegelapan iman. Kalau keragu-raguan itu dipelihara dengan sengaja, ia akan membawa menuju kebutaan rohani.
2089. Ketidakpercayaan berarti tidak menghiraukan kebenaran yang diwahyukan atau menolak dengan sengaja untuk menerimanya. "Disebut bidah kalau menyangkal atau meragu-ragukan dengan tegas suatu kebenaran yang sebenarnya harus diimani dengan sikap iman ilahi dan katolik, sesudah penerimam Sakramen Pembaptisan; disebut murtad kalau menyangkal iman-kepercayaan kristiani secara menyeluruh; disebut skisma kalau menolak ketaklukan kepada Sri Paus atau persekutuan dengan anggota-anggota Gereja yang takluk kepadanya" (CIC, can. 751).
1 Bdk. Kel 19:16-25; 24:15-18.
2 Bdk. Rm 1:18-32.
Harapan
2090. Kalau Allah mewahyukan Diri dan menyapa manusia, maka manusia tidak dapat menjawab sepenuhnya kasih ilahi dengan kekuatan sendiri. Ia harus mengharapkan bahwa Allah akan menganugerahkan kepadanya kesanggupan untuk menjawab kasih-Nya dan berbuat sesuai dengan perintah-perintah kasih. Harapan adalah penantian dengan penuh kepercayaan akan berkat ilahi dan pandangan Allah yang membahagiakan; ia juga dihubungkan dengan perasaan takut untuk melanggar kasih Allah dan membuat diri layak untuk disiksa.
2091. Perintah pertama juga menyangkut dosa-dosa melawan harapan yaitu keputusasaan dan kesombongan.
Dalam keputusasaan manusia berhenti mengharapkan dari Allah keselamatan pribadinya, bantuan rahmat, supaya sampai kepada keselamatan atau pengampunan dosa-dosanya. Dengan demikian ia menentang kebaikan Allah, keadilan-Nya – karena Tuhan selalu setia pada janji-Nya – dan kerahiman-Nya.
2092. Ada dua jenis kesombongan: manusia menilai kemampuannya terlalu tinggi, dengan berharap bahwa ia dapat mencapai keselamatan tanpa bantuan dari atas; atau ia berharap terlalu berani bahwa ia dapat menerima pengampunan dari kemahakuasaan dan kerahiman Allah, tanpa bertobat, dan menjadi bahagia, tanpa jasa apa pun.
Kasih
2093. Dalam iman kepada kasih Allah termasuk ajakan dan kewajiban, supaya menjawab kasih ilahi dengan jujur. Perintah pertama mewajibkan kita supaya mengasihi Allah di atas segala sesuatu dan mengasihi segala makhluk demi Dia dan karena Dia.1
2094. Orang dapat berdosa melawan kasih Allah atas berbagai cara. Sikap acuh tak acuh menampik atau malah menolak untuk memperhatikan kasih Allah, ia tidak mengakui hakikatnya yang ramah dan mengingkari kekuatannya. Sifat tidak tahu terima kasih mengabaikan atau menolak mengakui kasih Allah dengan rasa syukur dan menjawabnya dengan kasih balasan. Kelesuan, menunda atau sama sekali tidak rela untuk menjawab kasih ilahi; di dalamnya dapat tercakup penolakan untuk menyerahkan diri kepada kasih ini. Kejenuhan hal-hal rohani (acedia) atau kelambanan rohani dapat membawa akibat bahwa orang menampik kegembiraan yang datang dari Allah dan membenci hal-hal ilahi. Kebencian terhadap Allah muncul dari kesombongan. Ia menantang kasih Allah, yang kebaikan-Nya ia mungkiri dan kutuki, karena Allah melarang dosa-dosa dan menjatuh-kan hukuman atasnya.
II. * "Hanya kepada Dia, engkau harus berbakti"
1 Bdk. Ul 6:45.
2095. Kebajikan-kebajikan ilahi, iman, harapan, dan kasih, membentuk dan menjiwai kebajikan susila. Karena itu, kasih mendesak kita untuk memberi kepada Allah, apa yang sepantasnya harus kita berikan kepada-Nya. Kebajikan hormat kepada Allah [virtus religionis] membuat kita siap mengambil sikap ini. [28, 843, 2566 ]
Penyembahan
2096. Tindakan pertama kebajikan hormat kepada Allah ialah penyembahan. Menyembah Allah berarti mengakui Dia sebagai Allah, sebagai Pencipta dan Penyelamat, Tuhan dan Guru dari segala sesuatu yang ada, sebagai Kasih yang tak terbatas dan penuh kerahiman. Yesus mengutip buku Ulangan1 dan berkata: "Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti" (Luk 4:8).
2097. Menyembah Allah berarti dengan penuh hormat dan ketaklukan absolut mengakui, "keadaan makhluk yang tidak bernilai", yang memperoleh seluruh keberadaannya dari Allah. Menyembah Allah berarti memuja Allah, sebagaimana Maria di dalam Magnificat, bersyukur kepada-Nya dan merendahkan diri dihadapan-Nya, waktu orang mengakui dengan penuh terima kasih bahwa Ia telah melakukan yang besar dan bahwa nama-Nya kudus adanya.2 Menyembah satu-satunya Allah membebaskan manusia dari ingat diri, perbudakan dosa, dan pendewaan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar