Saya jadi teringat ada ayat-ayat yang memperlihatkan kehendak Allah atas 'seseorang' yang di 'khususkan' bagi pelayanan untuk diriNya : Dalam kitab Imamat kita membaca demikian ...
Im 21:1 TUHAN berfirman kepada Musa: "Berbicaralah kepada para imam, anak-anak Harun, dan katakan kepada mereka: Seorang imam janganlah menajiskan diri dengan orang mati di antara orang-orang sebangsanya, 2 kecuali kalau yang mati itu adalah kerabatnya yang terdekat, yakni: ibunya, ayahnya, anaknya laki-laki atau perempuan, saudaranya laki-laki, 3 saudaranya perempuan, yang masih perawan dan dekat kepadanya karena belum mempunyai suami, dengan mereka itu bolehlah ia menajiskan diri.
4 Sebagai suami janganlah ia menajiskan diri di antara orang-orang sebangsanya dan dengan demikian melanggar kekudusannya. 5 Janganlah mereka menggundul sebagian kepalanya, dan janganlah mereka mencukur tepi janggutnya, dan janganlah mereka menggoresi kulit tubuhnya. 6 Mereka itu harus kudus bagi Allahnya dan janganlah mereka melanggar kekudusan nama Allahnya, karena merekalah yang mempersembahkan segala korban api-apian TUHAN, santapan Allah mereka, dan karena itu haruslah mereka kudus. 7 Janganlah mereka mengambil seorang perempuan sundal atau perempuan yang sudah dirusak kesuciannya atau seorang perempuan yang telah diceraikan oleh suaminya, karena imam itu kudus bagi Allahnya. 8 Dan kamu harus menganggap dia kudus, karena dialah yang mempersembahkan santapan Allahmu. Ia harus kudus bagimu, sebab Aku, TUHAN, yang menguduskan kamu adalah kudus.
Sungguh mengesan kehendak Allah atas orang yang dijadikan imam, yang melayani Allah ... dalam persembahan ... dan yang berhubungan dengan upacara liturgi. DIA mengatakan, karena DIA KUDUS ... maka yang melayaniNya ... mutlak harus kudus.
Bagaimana jika ... yang ditugasi itu melanggar kekudusan- Nya ??? Bagaimana jika seorang imam 'ternajiskan' ??? Jika "anak perempuan" nya, keperawanannya ... 'hilang' ... karena bersundal .... Allah memerintahkan ... bakar !!! ...
Im 21:9 Apabila anak perempuan seorang imam membiarkan kehormatannya dilanggar dengan bersundal, maka ia melanggar kekudusan ayahnya, dan ia harus dibakar dengan api.
Imamat ternyata harus dijaga sedemikian rupa agar tidak terlanggar, bahkan anggota keluarganya sendiri ... dengan hati-hati harus menjaga diri, karena bisa dan dapat menajiskan sang imam.
Yang menarik dan mutlak, imam itu harus menikahi wanita yang "perawan" hal itu tersirat pada ayat berikut :
Im 21:7 Janganlah mereka mengambil seorang perempuan sundal atau perempuan yang sudah dirusak kesuciannya atau seorang perempuan yang telah diceraikan oleh suaminya (janda), karena imam itu kudus bagi Allahnya.
Apalagi jika ia seorang "imam besar" ... syaratnya lebih ditegaskan seperti terbaca pada ayat berikut :
Im 21:13 Ia harus mengambil seorang perempuan yang masih perawan.
Wanita, perempuan, anak dara atau 'gadis' dalam kehidupan ... bangsa Yahudi ... yang berkaitan dengan Allah. Sungguh haruslah suci.
Bagaimana kriteria Allah untuk memilih "seseorang wanita" sebagai Bait-Nya ???
Bagaimana Maria dipilih ??? Seperti apakah wanita yang akan melahirkan Anak-Nya ??? Wanita itu LAYAK SEORANG PERAWAN ... bukankah demikian ??? Karena ALLAH ITU KUDUS, bait-Nya layak kudus.
Yehezkiel menggambarkan soal Bait Allah ini, ... demikian :
Yeh 47:1-9 Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu Bait Suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci itu dan mengalir menuju ke timur; sebab Bait Suci juga menghadap ke timur; dan air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci itu, sebelah selatan mezbah. 2 Lalu diiringnya aku ke luar melalui pintu gerbang utara dan dibawanya aku berkeliling dari luar menuju pintu gerbang luar yang menghadap ke timur, sungguh, air itu membual dari sebelah selatan. 3 Sedang orang itu pergi ke arah timur dan memegang tali pengukur di tangannya, ia mengukur seribu hasta dan menyuruh aku masuk dalam air itu, maka dalamnya sampai di pergelangan kaki. 4 Ia mengukur seribu hasta lagi dan menyuruh aku masuk sekali lagi dalam air itu, sekarang sudah sampai di lutut; kemudian ia mengukur seribu hasta lagi dan menyuruh aku ketiga kalinya masuk ke dalam air itu, sekarang sudah sampai di pinggang. 5 Sekali lagi ia mengukur seribu hasta lagi, sekarang air itu sudah menjadi sungai, di mana aku tidak dapat berjalan lagi, sebab air itu sudah meninggi sehingga orang dapat berenang, suatu sungai yang tidak dapat diseberangi lagi. 6 Lalu ia berkata kepadaku: "Sudahkah engkau lihat, hai anak manusia?" Kemudian ia membawa aku kembali menyusur tepi sungai. 7 Dalam perjalanan pulang, sungguh, sepanjang tepi sungai itu ada amat banyak pohon, di sebelah sini dan di sebelah sana. 8 Ia berkata kepadaku: "Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin, air yang mengandung banyak garam dan air itu menjadi tawar, 9 sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup.
Wow ... saya tak berhenti mengagumi bait-Nya ini. Segala yang berkaitan dengan bait-Nya ... seakan penuh dengan aliran "kehidupan" ... sekarang coba kita berpikir dan menelaah ... Yesus yang sungguh Allah ... menempati "rahim Maria" ... Maria menjadi bait-Nya bukan?
Oh ya ... Yehezkiel juga memberi suatu catatan indah mengenai sebuah "pintu" di bait-Nya. ....... :
Yeh 44:1 Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu gerbang luar dari tempat kudus, yang menghadap ke timur; gerbang ini tertutup. 2 Lalu TUHAN berfirman kepadaku: "Pintu gerbang ini harus tetap tertutup, jangan dibuka dan jangan seorang pun masuk dari situ, sebab TUHAN, Allah Israel, sudah masuk melaluinya; karena itu gerbang itu harus tetap tertutup. 3 Hanya raja itu, oleh karena ia raja boleh duduk di sana makan santapan di hadapan TUHAN. Raja itu akan masuk melalui balai gerbang dan akan keluar dari situ."
Ada bagian dari bait-Nya , yang tidak boleh dibuka kecuali DIA. Mengindikasikan bahwa bagian tertentu dari bait itu, ttetap tertutup ... tidak diganggu ... tetap 'kudus' karena dilalui Allah.
Ah ... andainya semua memahami arti rohani bacaan di atas.
Selamat berdevosi pada Maria, bunda Allah, bunda kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar