BENARKAH YESUS TIDAK MENDIRIKAN AGAMA?
Saya sering membaca komentar beberapa orang yang berkata
“Yesus datang tidak mendirikan atau membawa agama”, “Semua agama itu sama”
“Yang penting itu Yesusnya, agama apapun gak penting!”. Komentar-komentar
seperti ini sering bermunculan bila seseorang membahas tentang agama.
Namun terdapat satu pertanyaan penting : Benarkah yang
mereka katakan?
Sebelum menjawab pertanyaan itu , mari kita lihat dulu apa
itu definisi agama, karena banyak orang sering berbicara tentang agama, tanpa
mereka sendiri memahami artinya.
Apa itu definisi agama? Secara sederhana, agama (religion)
berasal dari kata bahasa latin, dan berarti hubungan – hubungan dengan Allah.
Agama tidak mungkin bisa dipisahkan dengan hubungan kepada Allah.
Berikut ini definisi yang lebih komprehensif diberikan Romo
Charles Coppens :
Agama Kristen adalah sistem kebenaran, hukum, dan praktek
untuk pemujaan Allah yang diinstitusikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Agama
diajarkan dalam kepenuhannya oleh Gereja Katolik sendiri, yaitu kelompok umat
kristen yang sangat jelas, yang ada di semua bangsa, yang terdiri dari banyak
anggota, sama seperti semua kelompok kristen lain, namun secara sempurna
disatukan dalam ajaran dan penyembahan oleh ketaatan pada Supreme Pontiff Paus
Roma...Istilah “Roma” merupakan akhiran dari Gereja Katolik, tidak untuk
membedakannya dari Gereja katolik lain, — karena sudah jelas bahwa hanya ada
satu Gereja universal – namun istilah tersebut menekankan fakta bahwa kelompok
penyembah Allah yang besar ini disatukan dalam ketaatan kepada Uskup Roma.
Nah, berangkat dari definisi ini, mari kita kembali
menelusuri apa saja yang dilakukan Yesus semasa hidupnya. Mari kita kembali
melihat kitab suci kita, yang mengisahkah cerita tentang Yesus Kristus, agar
kita bisa menemukan jawaban dari pertanyaan : Benarkah Yesus tidak mendirikan
agama?
St. Lukas menceritakan bagaimana Yesus mempersiapkan diri
sebelum memilih 12 rasul dengan berdoa semalaman :
“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan
semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil
murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang,
yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas
saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas,
Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus,
dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.” (Luk 6 : 12-16).
Kedua belas rasul ini merupakan inti Gereja yang memberikan
pengajaran, Gereja yang hidup sampai sekarang, yang selalu menjadi “tiang
penopang dan dasar kebenaran”.
Kemudian, St. Matius menceritakan bagaimana Yesus menyebut
Petrus sebagai batu karang dimana diatasnyalah Gereja didirikan. Ia juga
menjadi pemimpin diantara 12 rasul. Hanya Ia
yang diberikan kunci kerajaan surga, yang berarti ia diberikan kekuasaan
untuk mengatur Gereja-Nya. Sedangkan
janji untuk mengikat dan melepas diberikan juga kepada para rasul. Kepadanya
lah dipercayakan kepemimpinan untuk melakukan pelayanan :
“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang
kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia
ini akan terlepas di sorga.” (Mat 18 : 18)l
“Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di
atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan
menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di
dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan
terlepas di sorga.” (Mat 16 : 18-19)
Ketika Yesus berkata demikian, Ia menyatakan dengan jelas
bahwa Ia mendirikan sebuah institusi yang abadi yang memperoleh kekuatan
keabadiannya dari hubungannya dengan St. Petrus. Dan ketika Yesus mengucapkan
“Gereja”, yang ia maksudkan adalah sebuah “perkumpulan”, “sebuah pertemuan yang
terorganisir”. Kristus karenanya berjanji untuk mendirikan “perkumpulan-Nya”,
kongregasi Pengikut-Nya, dalam cara dimana perkumpulan itu memperoleh kekuatan
keabadiannya dari St. Petrus. Sekarang, “suatu perkumpulan orang yang percaya
dalam Kristus, dibawah ketaatan penerus St. Petrus” merupakan definisi dari
Gereja Katolik.
Ia menjadi gembala bagi domba Kristus, dimana Yesus
menghendaki adanya satu kawanan dengan satu gembala.
Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus
berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata
kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku
mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (Yoh
21 : 17)
“…dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.”
(Yoh 10 : 16)
Keutamaan Petrus juga terlihat dari ayat berikut : dimana
namanya disebut pada tempat pertama (Mat
10 : 2), Ia mengundang yang lain untuk memilih pengganti Yudas (Kis 1 : 2), Ia
yang pertama mengotbahkan pada orang banyak saat Pentekosta (Kis 2), Ia yang
pertama kali menerima bangsa non-yahudi ke dalam Gereja, dimana ia diarahkan
untuk melakukan ini oleh visi dari surga (Kis 10), pada konsili Yerusalem, Petrus
berdiri diantara mereka saat terjadi pertukaran pikran, dimana setelah ia
berbicara semua menjadi diam (Kis 15 : 7-12)
St. Lukas menceritakan bahwa 12 rasul yang sama, hanya
mereka yang hadir ketika Yesus mendirikan Ekaristi kudus pada perjamuan terakhir,
dan memerintahkan mereka ,”Lakukanlah ini dalam kenangan akan Aku”
Setelah perjamuan terakhir, St. Yohanes menceritakan
bagaimana Yesus menjanjikan kepada 12 rasul, Roh Kudus, yang akan mengajarkan mereka semua kebenaran
(Yoh 16 : 13), dan tinggal dengan mereka selamanya (Yoh 16 : 16)
St. Matius di akhir injilnya menggambarkan pentingnya misi
para rasul di dunia :
“Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang
telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya,
tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku
telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman.” (Mat 28 : 16-20).
Karena para rasul tidak akan bertahan hidup sampai akhir
zaman, maka janji ini tidak terbatas kepada mereka saja, melainkan juga kepada
penerusnya, yang merupakan sebuah organisasi yang mengajar secara tak dapat
salah, dimana mereka adalah awal organisasi itu. Bukti akan infalibilitas
(ketidak dapat salahan) Gereja bisa diringkas sebagai berikut :
Allah tidak bisa menyuruh kita mendengarkan Gereja bila
Gereja bisa memutuskan hal yang bertentangan dengan kebenaran; namun Ia
memerintahkan kita untuk mendengarkan Gereja (Mat 18 : 17)
Ia tidak bisa menghukum manusia yang menolak untuk
mempercayai doktrin yang salah; namun Ia berkata “Ia yang tidak percaya akan
dihukum” (Mark 16 : 16). Karenanya ajaran yang kita percaya tidak bisa salah
Kristus berjanji untuk menyertai Gereja-Nya sampai akhir
zaman; Ungkapan “menyertai” ini muncul 90 kali di Kitab Suci, dan secara
saragam berarti “memberikan keberhasilan”; tapi bila tubuh pengajar ini
melakukan kesalahan dalam ajarannya, maka ini bukan keberhasilan melainkan
kegagalan
Roh Kebenaran akan mengajar Gereja semua kebenaran dan
berdiam dengannya selamanya (Yoh 4:16;16:13)
“Alam maut tidak akan menguasai Gereja-Nya” (Mat 16:18).
Bila Gereja salah, maka alam maut menguasai Gereja
St. Paulus menyebut Gereja sebagai “Gereja Allah yang hidup,
tiang penopang dan dasar kebenaran” (1 Tim 3:15)
Gereja mengklaim infalibilitasnya sejak awal; karena Konsili
Yerusalem mengeluarkan dekritnya sebagai sesuatu yang berasal dari Roh Kudus :
”Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan
ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini”
Merupakan praktek Gereja sejak awal untuk memisahkan dari
persekutuannya mereka yang menolak untuk percaya pada ajaran Gereja; dan
pemisahan ni selalu diangap sebagai kejahatant erbesar, sehingga Agustinus
berkata :”Seorang Kristen tidak seharusnya takut selain daripada dipisahkan
dari Gereja Kristus; karena bila ia dipisahkan dari Gereja Kristus, ia bukan
anggota Kristus”. Semua ini dengan pasti menganggap bahwa Gereja tidak bisa
mengajarkan doktrin yang salah, dan dengan ini berarti bahwa Gereja itu
infallible (tidak dapat salah)
Lalu, St. Markus juga menceritakan tentang misi yang
dijalankan 12 rasul, dengan menambahkan
janji akan adanya kekuatan mujizat yang menyertai misi mereka :
“Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru,
dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang
menyertainya”
Setelah Kenaikan Kristus, para rasul memilih pengganti Yudas
Iskariot. Hal ini dilakukan sebelum turunnya Roh Kudus atas mereka, kemudian
yang terpilih adalah Matias :
“Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut
Barsabas dan yang juga bernama Yustus, dan Matias. Mereka semua berdoa dan
berkata: “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah
kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan
pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat
yang wajar baginya. Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang
kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan
kesebelas rasul itu.” (Kis 1 : 23-25).
Kemudian, setelah Roh Kudus turun, 3000 orang dibaptis dan
“bertekun dalam pengajaran para rasul”. Ribuan orang ini merupakan janji akan
terbentuknya “perkumpulan” dengan St. Petrus sebagai kepalanya dan para rasul
sebagai gereja yang memberikan pengajaran, dan umat beriman sebagai yang
diajarkan. Penerus para rasul memperoleh misi mereka dari para rasul itu
sendiri. Hal ini juga tetap berlaku sampai sekarang, sampai akhir zaman.
Kedua belas rasul inilah yang melanjutkan dalam memimpin
Gereja, yang menyuruh umat beriman memilih 7 diakon, mereka pun berkata :
“Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua
murid berkumpul dan berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan
Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh
orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya
kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat
memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.” (Kis 6 : 2-4)
Jadi pelayanan firman ataupun berkotbah merupakan pelayanan
utama mereka.
Nah, dari semua fakta diatas, jelas sekali ketetapan yang
dibuat Yesus demi penyebaran dan pemeliharaan agama-Nya ada dalam misi para
rasul-Nya. Tapi 12 rasul itu tidak sanggup mencapainya sendirian. Mereka
mengirimkan banyak orang untuk berkotbah tentang kabar baik keselamatan.
Sepanjang waktu mereka mendirikan uskup-uskup di semua pusat komunitas Kristen,
untuk mengarahkan mereka, agar mereka juga bisa menahbiskan penerus mereka. Kisah para rasul 14 : 22 menginformasikan
bahwa Paulus dan Barnabas menunjuk iman-imam di setiap Gereja. St. Paulus
memilih dan menahbiskan Timotius sebagai asistennya, kemudian menempatkannya di
Efesus, dan menginstruksikannya tentang pria seperti apa yang harus ia pilih
untuk jabatan episkopal (1 Tim 3). Ia juga menulis untuk Titus :
Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini,
supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan
penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu (Titus 1
: 5)
Mereka yang dipilih bertugas untuk meneruskan ajaran
apostolik kepada generasi masa depan. St Paulus juga menulis pada Timotius :
Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak
saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga
cakap mengajar orang lain (2 Tim 2 : 2)
Hal tersebut menunjukkan adanya suksesi apostolik diantara
para rasul, beberapa tulisan Bapa Gereja juga mengkonfirmasi hal ini, salah
satunya adalah:
“The Apostles made these appointments, and arranged a
succession, that when they had fallen asleep other tried men should carry on
the ministry – Para rasul membuat penunjukkan ini, dan mengatur sebuah suksesi,
agar ketika mereka mati, yang lain harus melanjutkan pelayanan” (Ep. I ad Cor.,
44). – St. Clement of Rome
Kristus mempercayakan pengajaran-Nya pada pengawasan para
rasul dan penerus mereka, dan berjanji akan terus bersama mereka sampai akhir
zaman. Janji ini dipenuhi dengan mengirimkan mereka Roh Kudus, yang tidak hanya
menguduskan mereka secara pribadi, tapi untuk mengajari mereka semua kebenaran,
dan untuk berdiam dengan mereka dalam perbuatan-perbuatannya, dan karenanya
juga menyertai penerusnya, selamanya (Yoh 14 : 16). Roh Kudus mencapai misinya
dalam berbagai cara, secara khusus Ia telah memberikan Gereja dua harta karun,
yang dari situ Gereja menarik ajaran sucinya, yaitu Kitab Kuci dan Tradisi.
Silakan baca artikel ini : Sumber Iman Katolik : Kitab Suci, Tradisi,
Magisterium.
Dimana kita bisa menemukan adanya suksesi apostolik? Dimana
kita bisa menemukan penerus St. Petrus? Dimana kita mendengar perkataan
“Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku” ?Dimana kita menemukan Ekaristi Kudus?
Dimana kita menemukan umat beriman yang disatukan dalam ketaatan pada Uskup
Roma? Dimana kita menemukan Gereja yang mengajar secara tidak dapat salah?
Nah, berdasarkan penjelasan diatas, jelas sekali semua itu
hanya bisa ditemukan dalam Gereja Katolik, Gereja yang dipersiapkan dan
didirikan oleh Kristus sendiri. Tidak seharusnya kita memisahkan agama dan
Gereja, karena keduanya menunjuk pada hal yang sama.
Berdasarkan definisi dan penjelasan dari kitab suci, agama
tidak bisa dipisahkan dari perkumpulan umat beriman yang percaya pada Kristus,
dimana mereka dipimpin oleh Petrus dan penerusnya sebagai Kepala Gereja
universal, bersama para uskup dan penerusnya, juga mereka disatukan oleh
keseragaman dalam hal ajaran dan penyembahan kepada Allah. Inilah definisi yang setia terhadap Kitab Suci,
yang didukung oleh fakta sejarah yang tercatat dalam kitab suci.
Jadi, Yesus memang mendirikan agama, dan agama tersebut
adalah Gereja Katolik.
Saya tutup tulisan ini dengan kutipan dari St. Ignatius
Antiokhia :
“Dimana ada para uskup, disitu juga ada umat, sama seperti
dimanapun Yesus Kristus berada, disana ada Gereja Katolik” (Letter to the
Smyrneans 8:2 [A.D. 110])
Ref : Lux Veritatis 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar