Untuk memahami ajaran ini, kita akan mengikuti apa yang ditulis dalam Katekismus Gereja Katolik.
249. Kebenaran
wahyu mengenai Tritunggal Maha Kudus, sejak awal adalah dasar pokok iman Gereja
yang hidup, terutama karena Pembaptisan. Ia terungkap dalam syahadat
Pembaptisan yang dirumuskan dalam khotbah, katekese, dan doa Gereja. [683, 189]
Rumusan-rumusan yang demikian itu sudah ada dalam tulisan-tulisan para Rasul,
seperti salam yang diambil alih ke dalam perayaan Ekaristi: "Kasih karunia
Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu
sekalian" (2 Kor 13:13)[1]
250. Selama
abad-abad pertama Gereja berusaha merumuskan iman Tritunggal dengan lebih
rinci, untuk memperdalam pengertian iman dan untuk membelanya melawan ajaran
yang menyesatkan. [94] Itulah karya
konsili-konsili pertama yang ditopang oleh karya teologis dari para bapa Gereja
dan didukung oleh kesadaran iman umat Kristen.
251. Untuk merumuskan dogma
Tritunggal, Gereja harus mengembangkan terminologi yang tepat dengan bantuan
istilah-istilah filsafat - "substansi",
"pribadi" atau "hupostasis",
"hubungan". Dengan demikian ia tidak menaklukkan iman kepada
kebijaksanaan manusiawi, tetapi memberi kepada istilah-istilah itu satu arti
baru yang belum diketahui sebelumnya, sehingga mereka mampu mengungkapkan
misteri yang tak terucapkan itu, [170] yang "jauh
melampaui segala sesuatu yang kita mengerti dengan cara manusiawi" (SPF
2).
252. Gereja
mempergunakan gagasan "substansi" (kadang-kadang diterjemahkan juga
dengan "hakikat" atau "kodrat") untuk menyatakan kodrat
ilahi dalam kesatuannya; gagasan "pribadi" atau "hupostasis" untuk menyatakan Bapa,
Putera, dan Roh Kudus dalam perbedaan-Nya yang real satu dari yang lain; gagasan
"hubungan" untuk mengatakan bahwa perbedaannya terletak dalam
hubungan timbal balik antara ketiganya.
253. Tritunggal adalah satu. Kita
tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi:
"Tritunggal yang sehakikat" (Konsili Konstantinopel II 553: DS 421). [2789]
Pribadi-pribadi ilahi tidak membagi-bagi ke-Allah-an yang satu itu di antara
mereka, tetapi masing-masing dari mereka adalah Allah sepenuhnya dan
seluruhnya: "Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama
seperti Bapa. Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu
Allah menurut kodrat" (Sinode Toledo XI 675: DS 530). [590]
"Tiap-tiap dari ketiga Pribadi itu merupakan kenyataan itu, yakni
substansi, hakikat, atau kodrat ilahi" (K. Lateran IV 1215: DS 804).
254. Ketiga Pribadi ilahi berbeda secara real satu dengan yang
lain. Allah yang satu bukanlah "seakan-akan
sendirian" (Fides Damasi: DS 71). "Bapa", "Putera",
"Roh Kudus", bukanlah hanya nama-nama yang menyatakan cara-cara
berada berbeda dari hakikat ilahi, karena, mereka secara real berbeda satu
dengan yang lain: "Bapa tidak sama dengan Putera, Putera tidak sama dengan
Bapa, Roh Kudus tidak sama dengan Bapa dan Putera"(Sin. Toledo XI 675: DS
530). [468, 689] Masing-masing
berbeda satu dengan yang lain oleh hubungan asalnya: Adalah "Bapa yang
melahirkan, dan Putera yang dilahirkan dan Roh Kudus yang dihembuskan" (K.
Lateran IV 1215: DS 804). Kesatuan ilahi
bersifat tritunggal.
255. Ketiga Pribadi ilahi berhubungan satu dengan yang lain. Karena perbedaan real antar Pribadi itu tidak membagi kesatuan ilahi,
maka perbedaan itu hanya terdapat dalam hubungan timbal balik: "Dengan
nama-nama pribadi, yang menyatakan satu hubungan, maka Bapa dihubungkan dengan
Putera, Putera dihubungkan dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan
keduanya: Walaupun mereka dinamakan tiga Pribadi seturut hubungan mereka, namun
mereka adalah satu hakikat atau substansi, demikian iman kita" (Sin.Toledo
XI 675: DS 528). [240] Dalam mereka
"segala-galanya... satu, sejauh tidak ada perlawanan seturut
hubungan" (K. Firenze 1442: DS 1330). "Karena kesatuan ini, maka Bapa
seluruhnya ada dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya
ada dalam Bapa, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus seluruhnya ada dalam
Bapa, seluruhnya ada dalam Putera" (ibid., DS 1331).
256. Santo Gregorius dari Nasiansa,
yang dinamakan juga "sang teolog", menyampaikan rumusan berikut
tentang iman Tritunggal kepada para katekumen Konstantinopel: [236, 684]
"Peliharalah terutama warisan yang baik ini,
untuknya aku hidup dan berjuang, dengannya aku mau mati dan yang menyanggupkan
aku memikul segala kemalangan dan menolak segala hiburan: ialah pengakuan iman
akan Bapa dan Putera dan Roh Kudus. [84] Aku mempercayakannya
hari ini kepada kalian. Di dalam pengakuan itu aku akan mencelupkan kamu pada
saat ini ke dalam air dan mengangkat kembali dari dalamnya. Aku memberikan
pengakuan itu kepada kalian sebagai pendamping dan pengawal seluruh kehidupan
kalian. Aku memberikan kepada kalian ke-Allah-an dan kekuasaan yang satu, yang
sebagai satu berada dalam tiga dan mencakup Ketiga itu atas cara yang
berbeda-beda. Satu ke-Allah-an tanpa ketidak-samaan menurut substansi atau
hakikat, tanpa derajat lebih tinggi yang meninggikan atau derajat lebih rendah
yang merendahkan... Itulah kesamaan hakikat yang tidak terbatas dari Ketiga
yang tidak terbatas. Allah seluruhnya, tiap-tiapnya dilihat dalam diri
sendiri... Allah sebagai yang tiga dilihat bersama-sama... Baru saja aku mulai
memikirkan kesatuan, muncullah sudah Tritunggal dalam kemegahan-Nya. Baru saja
aku mulai memikirkan Tritungggal, langsung saya disilaukan kesatuan" (or.
40, 41).
Dalam 8 (delapan) poin yang tertera dalam Katekismus Gereja Katolik di atas, iman kita terhadap Allah Tritunggal Mahakudus tergambarkan. Tentu saja untuk bisa memahaminya butuh ketekunan dan ketelitian serta bantuan Roh Kudus untuk bisa mengertinya dengan baik.
Banyak penentang-penentang iman akan Tritunggal Mahakudus ini mengatakan bahwa iman akan Allah Tritunggal ini adalah karangan atau ciptaan tokoh-tokoh gereja yang tidak diajarkan oleh Kitab Suci sendiri. Benarkah demikian ?
Mari kita gali bersama-sama dan mohon bantuan Allah sendiri untuk memberi kita pengertian yang benar menyangkut hal tersebut.
- Dalam KGK no 249 diberikan salah satu ayat yang mencerminkan hal tersebut : "Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian" (2 Kor 13:13). Penyebutan Roh Kudus dalam ayat di atas, dimana namanya dihubungkan dengan kata penghubung "dan. . . dan" adalah bukti bahwa ada Pribadi Ketiga yang ber-koordinasi dengan Allah dan Yesus, dan ini menunjukkan bahwa Roh Kudus dan dua pribadi lain bersatu.
- Berikut dari : ( Mat 28:19 ) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Matthew 28:19 Go, therefore, make disciples of all nations; baptise them in the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit, Frase "dalam nama" (bahasa Yunaninya adalah eis to onoma) mengkonfirmasi ke-Allah-an dari pribadi-pribadi dan kesatuan mereka dalam kodrat. Diantara para umat Yahudi (ie. penganut Yudaisme) dan dalam Gereja Rasuli, nama Ilahi adalah perwalian dari Allah. Dia yang punya hak untuk menggunakannya (nama Ilahi) diberi kekuasaan yang sangat besar: karena dia bersenjatakan kuasa adikodrati (supernatural) dari dia yang namanya diwakilkan. Adalah sangat menakjubkan bahwa frase "dalam nama" dipergunakan disini, kalau tidak dimaksudkan bahwa semua Pribadi sama-sama Ilahi. Terlebih, penggunaan bentuk kata tunggal "nama," (bukan nama-nama/names) dan yang bukan kata jamak, menunjukkan bahwa Tiga Pribadi ini adalah Satu Allah yang Maha Kuasa yang dipercayai semua Rasul. Dan memang ke-esa-an Allah adalah satu ciri fundamental dari orang Ibrani dan agama Kristen, dan dikonfirmasi oleh banyak perikop dari Alkitab, sehingga sembarang penjelasan yang tidak konsisten dengan ajaran ini (ie. ajaran akan ke-esa-an Allah) sama sekali tidak bisa diterima.
Dua contoh ayat di atas adalah bukti bahwa Bapa dan Putera dan Roh Kudus, yakni Allah kita termaktub dalam Alkitab. Dan bukanlah karangan tokoh-tokoh Gereja setelah zaman para rasul. Mari kita perjelas dengan uraian di bawah ini.
Sebutan Trinitas (inilah istilah yang diberikan dan dipopulerkan oleh Tertulianus) muncul karena adanya ajaran-ajaran tentang Allah, Yesus dan Roh Kudus sbb :
- Arianism adalah bidaah/ heresi yang sangat berbahaya, di awal abad ke -4 (319) karena mengajarkan ajaran sesat dalam hal Trinitas dan Kristologis. Bidaah ini diajarkan oleh Arius, seorang imam dari Alexandria, yang ingin menyederhanakan misteri Trinitas. Ia tidak bisa menerima bahwa Kristus Sang Putera Allah berasal dari Allah Bapa, namun sehakekat dengan Bapa. Maka Arius mengajarkan bahwa karena Yesus ‘berasal’ dari Bapa maka mestinya Ia adalah seorang ciptaan biasa, namun ciptaan yang paling tinggi. Arius tidak memahami bahwa di dalam satu Pribadi Yesus terdapat dua kodrat, yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia. Berikut ini adalah ringkasan ajaran sesat/ heresi Arianism:
- Kristus Sang Putera tidak sama-sama kekal (tak berawal dan berakhir) dengan Bapa, melainkan mempunyai sebuah awal
- Kristus Sang Putera tidak sehakekat dengan Allah Bapa.
- Allah Bapa secara tak terbatas lebih mulia dari pada Kristus Sang Putera.
- Kristus Sang Putera adalah seorang ciptaan, yang diciptakan dari sesuatu yang tidak ada, berupa kodrat malaikat (super-archangel) yang tidak sehakekat dengan Allah Bapa.
- Tuhan bukan Trinitas secara kodratnya.
- Kristus Putera Allah bukan Putera Allah secara kodrati, tetapi Putera angkat.
- Kristus Putera Allah diciptakan dengan kehendak bebas Allah Bapa.
- Kristus Putera Allah tidak tanpa cela, tetapi dapat secara kodrati berubah/ berdosa.
- Kristus Putera Allah tidak dapat memahami Allah Bapa.
- Jiwa dari Kristus Putera Allah yang sudah ada sebelumnya (dari super archangel tersebut) mengambil tempat jiwa manusia dalam kemanusiaan Yesus.
- Maka menurut Arius, Kristus adalah bukan sungguh-sungguh Allah, namun juga bukan sungguh-sungguh manusia (sebab jiwanya bukan jiwa manusia). Sebagai dasarnya Arius mengambil ayat Yoh 1:14, “Firman itu menjadi manusia/ “the Word was made flesh”, dan ia berkesimpulan bahwa Firman itu hanya menjelma menjadi daging saja tetapi tidak jiwanya. Prinsip ini kemudian juga diikuti oleh Apollinaris (300-390).
Ajaran sesat ini diluruskan melalui Konsili Nicea (325) yang dihadiri oleh sekitar 300 uskup. Ajaran Arius ini dikecam, dan dianggap sebagai inovasi radikal. Maka dibuatlah suatu pernyataan Credo, untuk mempertahankan ajaran para rasul, yaitu Kristus adalah “sehakekat dengan Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar.” Pada waktu penandatanganan ajaran ini, hampir semua dari para uskup tersebut setuju, hanya terdapat 17 uskup yang enggan bersuara, namun kenyataannya hanya 2 orang uskup yang menolak, ditambah dengan Arius sendiri.
Konsili Nicea ini sering disalah mengerti oleh umat non-Kristen, sebab mereka menyangka bahwa baru pada tahun 325 Yesus dinobatkan sebagai Tuhan. Ini salah besar, sebab pernyataan Kristus sehakekat dengan Allah tersebut dibuat untuk meluruskan ajaran sesat Arianism dan untuk menegaskan kembali iman Gereja yang berasal dari pengajaran para rasul. Maka kita mengenal pernyataan itu sebagai “Syahadat Para Rasul”, karena memang dalam syahadat tersebut tercantum pokok-pokok iman yang diajarkan oleh para rasul.
Perjuangan melawan bidaah Arianism kemudian dilanjutkan oleh St. Athanasius (296-373). Ajaran St. Athanasius yang terkenal adalah bahwa kalau Kristus mempunyai awal mula, maka artinya ada saat bahwa Allah Bapa bukan Allah Bapa, dan di mana Allah Bapa tidak punya Sabda ataupun Kebijaksanaan….Ini jelas bertentangan dengan Wahyu Allah dan akal sehat. “Sebab jika Allah Bapa itu kekal, tak berawal dan tak berakhir maka Sabda-Nya dan Kebijaksanaan-Nya pasti juga kekal, tak berawal dan berakhir.” ((Nicene and Post-Nicene Fathers [NPNF] 4:311))
Bidaah ini tidak menyebutkan secara khusus tentang Roh Kudus dan menghubungkannya dengan malaikat Gabriel/ Jibril. Namun melalui sejarah kita mengetahui bahwa sudah sejak abad awal ada orang-orang yang berusaha menyederhanakan konsep Trinitas, dan misteri ke-Allahan dan kemanusiaan Yesus.
Dalam sejarah Gereja, kita mengetahui betapa pentingnya peran Paus dan para uskup untuk mempertahankan kemurnian ajaran Alkitab dan para rasul, yang memang sering disalah-artikan oleh interpretasi pribadi orang-orang tertentu. Semoga kita semua dapat mempunyai kerendahan hati untuk menerima pengajaran dari para penerus rasul dalam Magisterium Gereja Katolik, dan dengan demikian menerima kemurnian pengajaran Alkitab sesuai dengan pengajaran Tuhan Yesus dan para rasul-Nya.
Dahulu pemimpin sekte bidaah itu sebelum memisahkan diri adalah seorang Katolik. Contohnya, Arianisme, didirikan oleh Arius, yang sebelum memisahkan diri adalah seorang diakon di Gereja Timur Katolik di Alexandria. Sekarang dalam banyak denominasi Kristen non- Katolik, mereka dipimpin oleh orang- orang yang tidak pernah menjadi Katolik. Mereka sudah dididik sedemikian selama hidupnya oleh orang tuanya tentang iman mereka, yang walaupun mempunyai banyak persamaan dengan iman Katolik, tetapi tidak sepenuhnya sama; karena tidak mengajarkan keseluruhan ajaran iman seperti yang diturunkan oleh para rasul, seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik.
Dokumen Vatikan II, Unitatis Redintegratio, 2 dan 3, berikut ini adalah kutipannya:
"Untuk mendirikan Gereja-Nya yang kudus itu di mana-mana hingga kepenuhan zaman, Kristus mempercayakan tugas mengajar, membimbing dan menguduskan kepada Keduabelas Rasul. Di antara mereka Ia memilih Petrus. Ia memutuskan untuk membangun Gereja-Nya di atas Petrus sesudah pengakuan imannya. Kepadanya dijanjikan-Nya kunci Kerajaan Sorga. Kepadanya pula, sesudah pernyataan cinta kasihnya, Kristus mempercayakan semua domba-domba-Nya, supaya mereka diteguhkan dalam iman dan Gembala jiwa-jiwa kita.
Melalui pewartaan Injil yang setia oleh para Rasul serta pengganti-pengganti mereka, yakni para Uskup, diketuai oleh pengganti Petrus, melalui pelayanan Sakramen-Sakramen , dan melalui pembimbingan dalam cinta kasih, Yesus Kristus menghendaki umat-Nya berkembang berkat karya Roh Kudus, serta menyempurnakan persekutuannya dalam kesatuan: dalam pengakuan satu iman, dalam perayaan bersama ibadat ilahi, dan dalam kerukunan persaudaraan keluarga Allah.
Demikianlah Gereja, kawanan tunggal Allah, bagaikan panji-panji yang dinaikkan bagi bangsa-bangsa, sambil melayani Injil kedamaian bagi segenap umat manusia, berziarah dalam harapan menuju cita-cita tanah air di Sorga
Itulah misteri kudus kesatuan Gereja, dalam Kristus dan dengan perantaraan Kristus, disertai oleh Roh Kudus yang mengerjakan kemacam-ragaman kurnia-kurnia. Pola dan Prinsip terluhur misteri misteri itu ialah kesatuan Allah Tri Tunggal dalam tiga Pribadi Bapa, Putera dan Roh Kudus.
2. (Hubungan antara saudara-saudari yang terpisah dan Gereja Katolik)
Di atas sudah dijelaskan yang disebut Arianisme yang merupakan bidaah yang paling besar pengaruhnya. Masih ada ajaran lain, yang serupa. Misalnya, monarkianisme yang mengajarkan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah “penampakan” dari keallahan yang abstrak dan transenden. Serupa dengan itu adalah modalisme, yang membedakan Bapa, Putra, dan Roh Kudus sebagai “cara” Allah menampakkan diri. Modalisme itu juga disebut sabelianisme. Sebelum Arius banyak orang sudah mengajarkan suatu subordinasianisme, yakni bahwa ada tingkatan dalam Allah: Yang sungguh, dengan sepenuhnya Allah, hanyalah Bapa; Putra dan Roh Kudus ada pada taraf yang lebih rendah (jadi bukan Allah dalam arti penuh). Kata Latin persona (seperti kata Yunani prosopon) semula berarti “topeng” (yang dipakai dalam sandiwara dan tarian) dan dengan demikian mengungkapkan sesuatu yang “khusus”, yang “unik”, keistimewaan peran yang mau dimainkan. Di Timur (Yunani) kata itu juga mempunyai arti “wajah”, “penampakan”. Di Barat (Latin) kata persona lebih mendapat arti hukum: subjek yang mempunyai hak dan kewajiban. Kadang-kadang di Timur kata prosopon dapat berarti “subjek”, dengan arti “individu”. Dan berkembanglah arti “penampilan”. Tetapi di Timur tekanan tetap ada pada arti “keunikan”, “kekhususan”. Dengan arti itu kata prosopon juga dipakai untuk membedakan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Tetapi kata yang lebih biasa untuk Tritunggal adalah kata hypostasis, yang dengan lebih jelas mengungkapkan keunikan masing-masing; bukan hanya sebagai penampilan, melainkan sebagai kenyataan objektif yang khusus dalam menghayati keallahan bersama – yaitu “hakikat ilahi” (Yunani: ousia; Latin: substantia, essentia). Kekhasan itu adalah perbedaan antara Bapa, Putra dan Roh Kudus, sehingga sebetulnya hanya mau dikemukakan perbedaan atau kekhususan dalam hubungan antara ketiganya. Tetapi Kata hypostasis sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, maka di Barat tetap dipakai kata persona (Yunani: prosopon). Agustinus amat menyadari bahwa kata Latin persona sebetulnya kurang memadai; maka ia menekankan perbedaan dalam hubungan. Kata Yunani hypostasis dan Latin persona kemudian dipakai juga untuk menyatakan bahwa dalam Kristus, kemanusiaan dan keallahan bertemu dalam satu subjek.
3. Triteisme : Triteisme yaitu paham yang mengajarkan bahwa orang Kristen percaya kepada TIGA ALLAH: Bapa, Putera, dan Roh Kudus
4. Modalisme: Modalisme digunakan untuk menyebut paham yang mengajarkan bahwa Bapa, Putera, dan Roh Kudus itu hanyalah tiga nama atau tiga cara berbicara mengenai Allah yang sama dalam situasi atau fungsi yang berbeda. Kalau Ia itu Pencipta, maka disebut Bapa, kalau penebus disebut Putera, dan kalau Ia berkarya di dunia dan di dalam hati manusia disebut Roh Kudus.
5, Sub-Ordinatianisme: Paham yang mengajarkan bahwa Bapa adalah Allah yang penuh, sedangkan Putera dan Roh Kudus adalah Allah yang tidak penuh (lebih rendah tingkatannya).
9. Doketisme: Paham yang mengajarkan bahwa Yesus itu sungguh Allah tetapi Ia tidak sungguh-sungguh manusia. Ia hanya manusia semu.
Paham yang mengajarkan bahwa Roh Kudus itu bukan Allah.
Catatan tambahan : terkadang secara ringkasnArianisme di definisikan sebagai paham yang diajarkan oleh Arius (abad 3) bahwa Yesus itu bukan sungguh Allah dan bukan sungguh manusia, tetapi Yesus itu adalah setengah Allah dan setengah manusia.
Nah, Bapa-bapa gereja awal dengan adanya paham-paham di atas bekerja keras dan dipimpin oleh Paus (penerus jabatan Petrus) berkumpul dan menjawabnya dengan cara merumuskan kembali apa yang telah diajarkan Yesus ... dan yang diteruskan oleh para rasul, dan dipegang teguh oleh para penerusnya. Gereja menjaga ajaran2 Yesus untuk tidak diselewengkan.
Dari daftar di atas , kita bisa melihat dengan jelas bahwa :
- Yesus, Sang Putera abadi atau kekal seperti Bapa.
- Yesus sehakekat dengan Bapa, sekodrat dengan Bapa
- Yesus tidak kurang mulia dari Bapa
- Yesus bukan ciptaan
- Yesus bukan malaikat
- Yesus tidak bercela dan tidak berdosa
- Yesus sepenuhnya Allah dan sepenuhNya manusia
- Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah satu, bukan tiga ALLAH. (Bapa dalam diriNya memiliki
Firman dan Roh Kudus, tidak sesaatpun, Allah tak mempunyai Firman, dan tak sesaat pun Tidak
ada RohNya. Sebaliknya tak sesaatpun Firman tak bersama Allah, demikian juga, tak sesaatpun
Roh Kudus tidak bersama Allah )
- Karena Bapa dan Putera dan Roh Kudus itu satu, tidak ada yang tingkatanNya lebih tinggi atau
lebih rendah diantara mereka, atu derajat yang satu lebih rendah satu sama lain, dalam kondisi
apapun selalu bersama, karena mereka satu, Bapa, Firman dan RohNya)
- Roh Kudus adalah Allah
- Yesus memiliki dua kodrat , kodrat Allah dan Kodrat manusia, memiliki satu pribadi atau hypostasis
Nah, urutan statement itu yang dipertahankan Gereja. Makanya beberapa ajaran yang menyimpang dari itu, ditentang Gereja.
Dalam tulisan lanjutan, kita akan membahasnya lebih mendalam.
Shalom. Mari kita kembali kepada akar Ibrani iman Kristen kita yang semula telah disampaikan oleh Moshe/ משה/ Musa dalam Shema Yisrael dan Ve'ahavta untuk mengesakan YHWH ( Adonai ) sebagai satu-satunya Elohim serta mengasihiNya dan sesama manusia.
BalasHapusIbrani : " שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד. ואהבתא את יהוה אלהיך בכל לבבך ובכל נפשך ובכל מאדך ואהבתא לרעך כמוך. "
Cara membacanya menurut peraturan tata bahasa Ibrani :
" Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad. Ve'ahavta et YHWH ( Adonai ) Eloheikha bekol levavkha uvkol nafsheka uvkol meodekha veahavta lereakha kamokha. "
Terjemahan dengan penyesuaian : " Dengarlah, hai Israel: YHWH ( Adonai ) Elohim kita: YHWH ( Adonai ) itu satu. Dan kasihilah YHWH ( Adonai ) Elohimmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. "
( Imamat 19 : 18, Ulangan 6 : 4 - 5, Matius 22 : 37, Markus 12 : 29 - 31, Lukas 10 : 27 ) Tuhan memberkati. 🕎✡🐟🕊📖🇮🇱✝
Maksudnya ? Saya juga mengimani Allah itu satu
HapusMaksudnya bagaimana ? Silakan jabarkan
BalasHapusShalom. menurut pemahaman Kabbalah yaitu suatu ajaran mistisisme Yahudi tentang hakikat Tuhan Adonai ( selanjutnya akan disebut " Adonai " saja, mengikuti halakha atau peraturan rabbinik mengenai pengucapan nama YHWH ), dalam Torah khususnya dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 33 : 27 bahwa Adonai itu kekal. Dalam istilah bahasa Ibrani Beliau disebut sebagai Ein Sof/ אין סוף atau tidak terbatas dan tidak terhingga. Karena Adonai itu kekal atau disebut sebagai Ein Sof, maka jika kita mencoba untuk menerangkanNya akan berada di luar konteks Ein Sof tersebut. Tidak ada satu pun cara yang mampu manusia gunakan untuk menerangkan Adonai yang kekal dengan kapasitas dan cara berpikir kita yang terbatas sebagai makhluk ciptaanNya. Karena Ein Sof tidak dapat diterangkan dengan sifat apapun, maka dalam mistisisme Yahudi Ia diterangkan dengan 10 Sefirot atau pancaran Ilahi. 10 Sefirot ini dapat pula dipahami sebagai sifat atau karakter yang dimiliki oleh Adonai, yang tidak diartikan bahwa kita membatasinya, ini hanya sebuah cara untuk memahami kebesaran Adonai. Kesepuluh Sefirot tersebut secara berurutan adalah Keter ( Mahkota ), Chokmah ( Hikmat ), Binah ( Pengertian ), Chesed ( Kasih Karunia ), Gevurah ( Kekuatan ), Tiferet ( Keindahan ), Netzakh ( Kemenangan ), Hod ( Pujian ), Yesod ( Fondasi atau dasar ) dan Malkut ( Kerajaan ). Jika ada waktu silakan cari di Google dengan kata kunci 10 Sefirot, akan terlihat gambaran keseluruhan seperti pohon. Ada tiga pilar yang terlihat pada gambar " Pohon " yaitu pilar Bapa, pilar Anak dan pilar Ibu. Ketiga pilar ini disebut sebagai " Tzachtzachot " dalam bahasa Ibrani yang dapat diartikan sebagai tiga '' Cahaya Ilahi ". Ketiga Cahaya Ilahi ini memancar keluar dari Ein Sof sejak permulaan dari segala sesuatu, ketiganya tidak berawal dan tidak berakhir, sebab merupakan sumber segala sesuatu. Disini dijelaskan bahwa Ketiganya adalah satu esensi dan satu sumber yang " terselubung tidak terhingga " atau me- lam ad le- Ein Sof. Kembali kepada tiga pilar yang disebutkan tadi, mengapa ada pilar Ibu disebut? Karena dalam gramatikal bahasa Ibrani, nama Roh Kudus atau Ruakh haKodesh ( רוח הקודש ) merupakan bentuk feminim seperti seorang ibu. Dan Beliau itulah sesungguhnya " Ibu " Yeshua. Ditengah-tengah antara kedua pilar ada pilar Anak yang merupakan keseimbangan antara sisi maskulin dan feminin yang menyeimbangkan kasih karunia dan penghakiman Ilahi. Dalam Zohar yaitu sebuah karya tulis Kabbalah dijelaskan mengenai Shema sebagai berikut: " maka YHWH; Eloheinu YHWH; adalah satu kesatuan, tiga substantif yang satu, dan ini dinyatakan dalam suara dan oleh orang yang mengucapkan perkataan " dengarlah, hai orang Israel " dengan demikian tercapailah pemahaman keesaan yang sempurna mengenai Ein Sof ( yang tak terhingga ); karena Ketiganya dibaca dalam satu suara, hal ini menunjukkan sebuah tribun [ t'lita ]. ( Zohar vol. 2 p. 3 )
HapusSaya sendiri juga masih belajar untuk terus mengenal Tuhan dengan pemahaman yang benar dan luas. Dulu saya juga pernah belajar agama Katolik malah punya buku 2 pelajarannya. Saya juga kadang suka lihat2 Artikel yang berhubungan dengan ajaran iman Katolik. Cobalah lihat blog Katolik Ibrani yang berbahasa Inggris di http:aronbengilad.blogspot.com/?m=1.
Tuhan memberkati. 🕎✡🐟🕊📖🇮🇱✝
Terima kasih, penjelasan yang menarik, saya setuju dengan kata-kata anda yang mengatakan bahwa tak ada apapun yang bisa menjelaskan Allah kita, memang, sebatas wahyu aja yang bisa kita pahami, dan itupun hanya satu anugerah, jika kita bisa meresapinya, yang saya belum pahami apakah bahasa Ibrani mengenal pengaturan gender ya ??? sehingga anda mengatakan ruah hakodesh masuk ke dalam jajaran kata feminin, sehingga anda bisa mengertinya sebagai 'ibu' ??? menarik sungguh, terima kasih. Anda sekarang berada pada kepercayaan apa ? Ortodoks atau protestan ? Thx a lot
HapusShalom. Yg pernah sy baca di bahasa Ibrani ada perbedaan kata yg bersifat maskulin maupun feminin. Tp jika Ruach haKodesh disebut bersifat feminin seperti ibu bukan untuk dipahami seperti ibu kandung yang melahirkan kita. Beliau disebut oleh Yeshua sebagai Penghibur yg seperti seorang ibu menghibur anak-anaknya yg tengah bersedih. Lagi di pemahaman mistisisme Yahudi Kabbalah Roh Kudus ini merepresentasikan sefirah Binah atau Pengertian. Sy dr denominasi Protestan.
HapusMemang, kata yang bersifat feminin dalam bahasa Ibrani tidak selalu menunjuk pada pribadi feminin, anda benar, saat kita membaca dalam kitab kejadian mengenai wanita dan keturunannya bisa juga ada pemakaian yang mirip, barangkali anda yang mendalami bahasa Ibrani melihatnya. Terima kasih atas pemaparan pemahaman anda.
Hapus