Mengasihi Sesama

Mengasihi Sesama
Ibu Theresa dari Calcuta

Minggu, 27 November 2016

PERSIAPAN DIRI SEBELUM MENGIKUTI MISA KUDUS !!!

SERINGKALI,  saat kita akan Misa, kita kurang memperhatikan hal-hal berikut :

  1. kepada siapa? kita akan menghadap ! (Jika kita diundang ke perjamuan syukur seorang pengusaha besar atau tokoh penting, akankah saya berpakaian ..., bersepatu ..., ber ...)
  2. waktu kita hendak berangkat, apakah 30 menit sebelumnya, 5 menit ? 1 jam ? Atau cuek aja, mau terlambat atau tidak yang penting ... santap aja ( dalam artian asal sempat terima hosti kudus aja)
  3. dll ... dlsb
Nah, ke timbang kita berbuat salah dan dosa dalam sikap kita, sebaiknya kita ikuti Khotbah St. Yohanes Maria Vianney berikut :


Pemikiran Dalam Perjalanan ke Gereja
Ketika kewajiban memanggil kita datang ke tempat-Nya yang kudus, tidakkah orang akan mengatakan bahwa kita lebih menyerupai kriminal-kriminal yang digiring ke hadapan hakim untuk dijatuhi hukuman aniaya yang paling ngeri, daripada sebagai umat Kristiani yang oleh kasih semata dihantar kepada Tuhan? Betapa amat butanya kita, saudara-saudaraku terkasih, memiliki minat yang begitu sedikit terhadap hal-hal surgawi, sementara pada saat yang sama kita begitu terpikat oleh hal-hal duniawi! Sungguh, apabila masalahnya menyangkut hal-hal duniawi atau bahkan kenikmatan, semua orang akan terpikat olehnya. Mereka akan memikirkannya jauh sebelumnya. Mereka akan asyik merenungkannya.

Tetapi, sayangnya, apabila masalahnya menyangkut salah satu pelayanan kepada Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa kita yang malang, maka seluruhnya akan menjadi masalah rutinitas dan keacuhan yang tak terpahami.

Andai, seseorang hendak berbicara kepada seorang yang amat penting atau berpengaruh untuk memohon bantuannya. Ia akan sibuk memikirkan hal itu jauh sebelumnya. Ia akan meminta nasehat dari mereka yang menurutnya lebih berpendidikan atau lebih berpengalaman dari dirinya sendiri guna mencari tahu bagaimana sebaiknya ia berbicara kepada orang ini. Ia akan menghaturkan diri di hadapan orang penting itu dengan segala kerendahan hati serta penuh hormat. Tetapi, apabila orang datang ke rumah Tuhan, ah, tidak ada lagi hal semacam itu. Tak seorang pun memikirkan apa yang akan ia lakukan atau apa yang akan ia mohonkan kepada Tuhan.

Katakanlah, saudara-saudaraku terkasih, siapakah gerangan yang, sementara dalam perjalanan ke gereja, mengatakan kepada dirinya sendiri: Kemanakah aku hendak pergi?

Adakah ke rumah seorang rakyat jelata atau ke istana seorang raja? Ah, tidak, tetapi ke rumah Tuhan-ku, ke tempat tinggal Dia yang mengasihiku lebih dari Diri-Nya Sendiri, sebab Ia wafat bagiku, yang mata-Nya yang penuh belas kasihan melihat segala tindakanku, yang telinga-Nya yang seksama memberikan perhatian pada doa-doaku, senantiasa sedia mendengarkan doa-doaku dan mengampuniku. Dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran saleh ini, mengapakah kita tak hendak berseru bersama Raja Daud yang kudus, “Wahai jiwaku, bersukacitalah sebab engkau akan memasuki rumah Tuhan,” guna menyampaikan sembah sujudmu kepada-Nya, guna menyatakan kebutuhan-kebutuhanmu kepada-Nya, guna mendengarkan sabda ilahi-Nya, guna memohon rahmat dari-Nya.

Oh, apakah gerangan yang harus kukatakan kepada-Nya, rahmat apakah yang harus aku mohon daripada-Nya, betapa syukur terima kasih harus aku sampaikan kepada-Nya! Aku akan berbicara kepada-Nya mengenai segala kekhawatiranku, dan aku tahu bahwa Ia akan menghiburku. Aku akan mengakui kesalahan-kesalahanku di hadapan-Nya, dan Ia akan mengampuniku. Aku akan berbicara kepada-Nya mengenai keluargaku, dan Ia akan memberkatinya dengan aneka rupa belas kasihan. Ya, Tuhan-ku, aku hendak sujud menyembah-Mu di bait-Mu yang kudus, dan aku akan pulang dari sana dengan dipenuhi segala macam rahmat dan berkat.

Katakanlah, saudara-sudaraku terkasih, adakah pemikiran yang demikian mengisi benak kalian ketika kewajiban agama memanggil kalian ke gereja?

Adakah pemikiran-pemikiran macam itu sungguh ada dalam benak kalian, setelah kalian memboroskan sepanjang pagi itu dengan memperbincangkan jual beli kalian, atau sekurang-kurangnya, hal-hal lain yang sama sekali tak berguna? Kalian datang dengan tergesa-gesa untuk mendengarkan Misa yang kerap kali telah setengah selesai.

Sungguh malang! Andai aku berani mengungkapkan dalam kata-kata berapa banyak yang mengunjungi dewa kemabukan sebelum mengunjungi Pencipta mereka; dan, datang ke gereja setengah mabuk, mereka akan berbicara dan menyibukkan diri dengan hal-hal duniawi tepat di depan pintu gereja! Oh! Tuhan terkasih! Adakah ini umat Kristiani, yang sepatutnya hidup bagai malaikat-malaikat di atas bumi?

Bagaimanakah dengan kalian, para wanita yang baik, adakah pikiran kalian lebih baik sekarang setelah kalian memenuhi benak kalian dan memboroskan sebagian waktu kalian dengan memikirkan bagaimana kalian akan berbusana, sehingga kalian dapat menyenangkan hati orang-orang yang kalian kenal; dan kemudian kalian datang ke tempat di mana sepatutnya kalian datang hanya untuk menangisi dosa-dosa kalian?

Sungguh, terlalu sering imam telah menaiki tangga altar sementara kalian masih berputar-putar, mematut diri di depan cermin. Ah, Tuhan terkasih! Adakah ini sungguh umat Kristiani yang telah menempatkan Engkau sebagai Teladan mereka, Engkau, yang sepanjang hidup-Mu Engkau lewatkan di tengah cemooh dan airmata? Dengarlah, nonaku terkasih, akan apa yang harus diajarkan St Ambrosius, Uskup Milan, kepadamu. Suatu hari, sementara ia berada di pintu masuk gereja, ia melihat seorang perempuan muda datang dengan mengenakan busana yang ditata dengan amat cermat. Ia bertanya kepadanya, “Kemanakah engkau hendak pergi, nona?” Perempuan itu mengatakan bahwa ia hendak ke gereja. “Engkau hendak ke gereja,” kata Uskup kudus itu kepadanya, “tetapi orang akan lebih berpikir bahwa engkau hendak pergi ke pesta dansa atau ke panggung sandiwara atau ke pertunjukkan.”

Pergilah, perempuan berdosa, dan tangisilah dosamu diam-diam, dan janganlah datang ke gereja untuk menghinakan Tuhan yang tersalib dengan dandananmu yang tak pantas.”

Tuhan terkasih! Betapa abad kita telah menyediakan bagi kita …. [kalimat tidak selesai - Trans.] Betapa banyak orang, ketika mereka datang ke gereja, tidak memikirkan yang lain selain dari diri mereka sendiri dan busana serta dandanan mereka.

Mereka memasuki bait Allah seraya berkata dari lubuk hatinya, “Mari, pandanglah aku.” Ketika kita melihat disposisi batin yang salah macam itu, bagaimanakah kita dapat tidak mencucurkan airmata?

Dan kalian, para bapak dan ibu, bagaimanakah disposisi batin kalian ketika kalian datang ke gereja, ke Misa? Sungguh sayang! Kami harus mengakui dengan sedih bahwa terlebih sering kami melihat para bapak dan ibu datang ke gereja ketika imam telah berada di altar, atau bahkan di mimbar! Ah, kalian akan mengatakan kepadaku, kami datang sesegera mungkin; ada hal-hal lain yang harus kami kerjakan.

Tentu saja ada hal-hal lain yang harus kalian kerjakan. Tetapi aku tahu dengan sangat baik juga, bahwa jika kalian tidak menunda-nunda hingga hari Minggu seribu satu macam hal dalam rumah kalian yang seharusnya kalian selesaikan pada hari Sabtu, dan jika kalian bangun sedikit lebih awal di pagi hari, maka kalian akan dapat menyelesaikan semuanya sebelum Misa kudus, dan kalian akan tiba di gereja sebelum imam mendaki tangga altar. Begitu pula halnya dengan anak-anak dan para pelayan kalian; andai kalian tidak memberikan perintah-perintah kepada mereka hingga dentang terakhir lonceng Misa, pastilah mereka tiba di gereja lebih awal. Aku tidak tahu apakah Tuhan akan menerima begitu saja segala macam alasan kalian ini; saya pikir tidak demikian.

Tetapi mengapakah, saudara-saudaraku terkasih, saya membicarakan hal-hal ini? Tentu saja karena sebagian besar dari kalian berperilaku demikian.

Ya, ketika kalian dipanggil ke gereja agar rahmat-rahmat Tuhan dapat dicurahkan atas kalian, siapapun dapat melihat kurangnya antusiasme dalam diri kalian, keacuhtakacuhan, keengganan yang mengusai kalian, nyata tiadanya perhatian. Katakan, di manakah kalian melihat mayoritas umat ketika ibadat telah dimulai? Bukankah Ibadat Sore telah separuh didaraskan ketika kalian tiba?

Ada pekerjaan-pekerjaan yang harus kami lakukan, demikian kata kalian.

Baiklah, teman-temanku, jika kalian katakan kepadaku bahwa kalian tidak mempunyai iman, pun kasih akan Tuhan, pun kerinduan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa kalian yang malang, aku akan dapat lebih percaya kepada kalian. Alangkah malang! Apakah yang dapat dipikirkan orang mengenai itu semua? …. Ada banyak yang perlu ditangisi dalam apa yang dilihat sebagai disposisi batin sebagian besar umat Kristiani! Kebanyakan tampaknya datang ke gereja di luar kehendak mereka sendiri atau, jika aku berani mengatakannya, seolah seseorang menyeret mereka ke sana. Dari rumah ke gereja, hanya hal-hal duniawi saja yang dibicarakan. Kelompok gadis-gadis akan membicarakan tak lain selain dari mode, kecantikan, dan hal-hal serupa itu; pemuda-pemuda akan membicarakan pertandingan dan kesenangan diri atau hal-hal lain yang lebih jahat. Para bapak atau tuan rumah akan membicarakan properti atau bisnis, mengenai jual beli. Para ibu tertarik hanya kepada urusan rumah tangga dan anak-anak mereka. Tak seorang pun dapat menyangkal hal itu. Alangkah malang! Tak sebersit pun pemikiran diberikan kepada kebahagiaan yang menanti mereka, tak sebersit pun permenungan ditujukan bagi kebutuhan jiwa-jiwa mereka yang malang, atau jiwa-jiwa anak-anak atau para pelayan mereka! Mereka memasuki bait Allah dengan tidak hormat, tanpa perhatian, dan sebagian besar dari mereka datang selambat mungkin. Berapa banyak lainnya yang bahkan tak hendak berepot-repot masuk, melainkan tinggal di luar, guna mendapatkan cara-cara yang lebih baik untuk mengalihkan perhatian mereka? Sabda Allah tidak menggugah batin mereka: mereka mengengok kiri dan kanan kepada mereka yang datang dan pergi…. Tuhan terkasih! Adakah ini sungguh umat Kristiani yang untuknya Engkau menanggung sengsara begitu hebat demi membahagiakan mereka? Dan cuma inikah yang mereka pikirkan? ….   

Dengan disposisi batin macam itu, betapa banyak dosa yang pastilah dilakukan sepanjang ibadat? Betapa banyak orang yang pastilah melakukan lebih banyak dosa pada hari Minggu dibandingkan sepanjang seluruh hari lainnya dalam minggu! ….

Dengarkanlah apa yang dikatakan St Martinus kepada kita…. Ketika ia sedang menyanyikan Misa bersama St Brice, ia memperhatikan bahwa muridnya itu tersenyum. Setelah Misa usai, ia bertanya kepada muridnya itu apa yang membuatnya tersenyum. St Brice menjawab, “Pater, saya melihat sesuatu yang luar biasa sementara kita menyanyikan Misa Kudus. Di belakang altar, saya melihat iblis; ia sedang menuliskan dosa-dosa yang tengah dilakukan di gereja pada selembar perkamen yang amat besar; dan perkamennya telah cukup penuh sebelum Misa usai. Maka iblis menempatkan lembar perkamen itu di antara gigi-giginya dan menariknya begitu kuat hingga ia mengoyakkan perkamen itu hingga berkeping-keping. Itulah yang membuat saya tersenyum.”

Betapa dosa-dosa, dan bahkan dosa-dosa berat, kita lakukan sepanjang ibadat karena kurangnya devosi dan permenungan kita! Sungguh malang! Apakah yang telah terjadi dengan masa-masa bahagia ketika umat Kristiani melewatkan tidak hanya siang hari, melainkan bahkan sebagian besar malam hari dalam gereja, menangisi dosa-dosa mereka dan memadahkan puji-pujian kepada Tuhan? Lihatlah, bahkan dalam Perjanjian Lama, lihatlah nabiah Hana yang kudus, yang tidak pernah meninggalkan Bait Allah. Lihatlah Simeon tua yang kudus.

Lihatlah juga Zakharia dan begitu banyak lainnya yang melewatkan sebagian besar hidup mereka dalam pelayanan kepada Tuhan. Dan perhatikan pula, betapa menakjubkan dan betapa amat berharga rahmat-rahmat yang Tuhan limpahkan atas mereka. Guna mengganjari Hana, Tuhan menghendaki agar ia menjadi yang pertama mengenali Tuhan kita.

Simeon tua yang kudus juga termasuk yang pertama, sesudah St Yosef, yang menikmati kebahagiaan, sukacita luar biasa, membuai Juruselamat dunia dalam dekapannya. Zakharia yang kudus dipilih untuk menjadi ayah dari seorang anak yang ditentukan untuk menjadi utusan Bapa yang Kekal dalam memaklumkan kedatangan PutraNya ke dalam dunia. Rahmat-rahmat mengagumkan apakah yang tak hendak dianugerahkan Allah bagi mereka yang melaksanakan kewajibannya untuk datang mengunjungi-Nya di bait-Nya yang kudus sesering yang dapat mereka lakukan ….


sumber : “Thoughts on the Way to Church by Saint John Vianney”; www.jesus-passion.com

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Catholic Spiritual Direction.”